• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VISUAL TONGKAT TUNGGAL PANALUAN DITINJAU DARI PERUBAHAN BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS VISUAL TONGKAT TUNGGAL PANALUAN DITINJAU DARI PERUBAHAN BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VISUAL TONGKAT TUNGGAL PANALUAN

DITINJAU DARI PERUBAHAN BENTUK,

FUNGSI DAN MAKNA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)

Oleh :

WIPAN MANIK

NIM: 2103151032

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Wipan

Manik,

NIM

2103151032.

ANALISIS

VISUAL

TONGKAT

TUNGGAL

PANALUAN

DITINJAU

DARI

PERUBAHAN BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA" Skripsi,

Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tongkat Tunggal Panaluan pada museum GKIP Pangururan, untuk mengetahui perubahan bentuk, fungsi dan makna dengan meninjau karya pengrajin yang berada pada objek wisata desa Siallagan, Kelurahan Tuk – tuk dan desa Tomok.

Suku Batak Toba khususnya, memiliki banyak benda-benda pusaka yang dianggap bernilai historis, memiliki kekuatan gaib, sehingga terkesan berbau mistis. Salah satu benda pusaka yang terkenal dari suku Batak Toba adalah Tongkat Tunggal Panaluan. Panaluan berasal dari kata “talu” (untuk menyerahkan atau untuk ditaklukkan) tunggal berarti "satu","tolu adalah tiga".

Populasi dalam penelitian ini adalah 11 Cinderamata tongkat Tunggal Panaluan pada objek wisata desa Siallagan, kelurahan Tuk – tuk dan desa Tomok dan 1 tongkat Tunggal Panaluan GKIP, Pangururan. Dalam penelitian ini sampel yang dianalisis adalah 12 tongkat. Data tersebut dikumpulkan melalui instrument penelitian observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan total sampling (sampel jenuh) artinya seluruh populasi diteliti.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah Analisi perubahan tongkat yang kemudian dideskripsikan secara kualitatif (deskriptif kualitatif) berdasarkan bentuk, fungsi dan makna berdasarkan nilai interpretasi yang dimilikinya.

Hasil penelitian mengkaji bahwa visual tongkat, bentuk, fungsi dan makna Tunggal Panaluan sekarang mengalami perubahan dari tongkat Tunggal Panaluan museum GKIP. Perubahan tersebut terjadi karena

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus atas kasih dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul: “Analisis Visual Tongkat Tunggal Panaluan Ditinjau Dari Perubahan Bentuk, Fungsi Dan Makna”.

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Unifersitas Negeri Medan.

Segala sesuatu yang dilakukan dalam penulisan Skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dorongan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan segala rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Heri Soeprayogi, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Drs. Mangatas Pasaribu, M. Sn, Dosen Pembimbing Skripsi yang

sangat sabar membimbing dan memberikan arahan dan masukan pada proses penyusunan Skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen dan Staf Jurusan Seni Rupa serta Pegawai Administrasi dan perlengkapan dilingkungan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

(8)

8. Terima kasih kepada orang tua yang penulis cintai, Bapak L. Manik dan M. Tamba yang selalu mendukung dan menyediakan waktu dan tenaga, serta doa yang dipanjatkan untuk Penulis.

9. Untuk yang tersayang Evi Novita Pakpahan, Amkeb. Terima kasih atas waktu dan doa dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun Skripsi ini lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Seni Rupa.

Medan, Desember 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kerangka Teoritis ... 8

1. Pengertian Analisis ... 8

2. Pengertian Tongkat ... 9

3. Sejarah Tunggal Panaluan ... 11

4. Hubungan Tunggal Panaluan dengan Patung Primitif ... 19

5. Patung Primitif Sebagai Karya Seni dan Simbol ... 22

6. Elemen Visual ... 25

7. Perubahan ... 30

(10)

B. Kerangka Konseptual ... 34

C. Bagan Kerangka Konseptual ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Waktu Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

C. Jenis Data ... 40

D. Sumber Data ... 40

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Study Kepustakaan……….. 41

2. Observasi ……… 42

3. Wawancara……….. 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

1) Metode Deskriptif Kualitatif ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(11)

Paroki (GKIP)... 45

B. Klasifikasi Data ... 47

1. Hasil Observasi ... 47

2. Hasil Wawancara ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

D. Fungsi ... 83

E. Makna ... 84

D. Temuan Penelitian ... 86

D. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

Lampiran Pertanyaan ... 93

(12)

1. Gambar 2.1 Tongkat pedal wisuda ... 11

2. Gambar 2.2 Tongkat Bung Karno ... 11

3. Gambar 2.3 Tongkat Tunggal Panaluan ... 16

4. Gambar 2.4 Tampak bahagian atas Tunggal Panaluan ... 17

5. Gambar 2.5 Tampak bahagian bawah Tunggal Panaluan ... 17

6. Gambar 2.6 Cinderamata Tunggal Panaluan ... 18

7. Gambar 2.7 Patung Batak Naga morsarang ... 22

8. Gambar 4.1 Visual Tunggal Panaluan ... 61

9. Gambar 4.2 Visual Cinderamata Tunggal Panaluan ... 62

10.Gambar 4.3 Tongkat Tunggal Panaluan Museum GKIP ... 63

11.Gambar 4.4 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek Wisata Siallagan ... 64

12.Gambar 4.5 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek Wisata Siallagan ... 70

13.Gambar 4.6 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek Wisata Siallagan ... 71

14.Gambar 4.7 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek Wisata Siallagan ... 72

15.Gambar 4.8 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek Wisata Desa Tomok ... 73

(13)

17.Gambar 4.10 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek

Wisata Tuk – tuk Siadong ... 75 18.Gambar 4.11 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek

Wisata Tuk – tuk Siadong ... 76 19.Gambar 4.12 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek

Wisata Tuk – tuk Siadong ... 77 20.Gambar 4.13 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek

Wisata Tuk – tuk Siadong ... 78 21.Gambar 4.14 Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan Objek

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni merupakan salah satu bentuk kebutuhan dari sekian banyak kebutuhan – kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian selalu tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan yang ada pada peradaban kehidupan sosial manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam berbagai karya seni. Karya seni merupakan bentuk kreatifitas yang tumbuh sebagai manifestasi dari budaya kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide – ide kreatif yang diwujudkan dalam berbagai media sehingga menjadi karya seni yang dapat dipahami oleh masyarakatnya. Dengan kreatifitasnya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik yang berwujud sebagai karya seni rupa, seni tari, seni musik, seni drama, seni teater dan lain sebagainya.

(16)

Dalam kehidupanya manusia selalu mengembangkan seni rupa secara umum, dan pada seni tiga dimensi secara khusus memiliki maksud dan tujuan, maksud dan tujuan itu dapat kita pahami berdasarkan fungsi dan nilai – nilai yang terdapat dalam karya tersebut.

Di Nusantara sejak zaman dahulu seni tiga dimensi banyak di kembangkan untuk keperluan religi ( keagamaan ), ini jelas terlihat banyaknya peninggalan – peninggalan Hindu dan Budha di Pulau Jawa. Hal serupa di seluruh wilayah Nusantara khususnya di pulau Sumatera,yakni Sumatera utara juga mengalami hal yang sama karena perkembangan kebudayaan tidak terlepas juga dialami oleh masyarakat di Sumatera utara.

Komunitas wisatawan yang melakukan perjalanan banyak menyediakan bekal yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Ada beberapa kebutuhan yang biasanya harus dipenuhi sesuai dengan keinginan komunitas wisatawan, yaitu belanja cenderamata, akomodasi, makan, minum, dan lain sebagainya. Berdasarkan data di lapangan diperoleh komponen pengeluaran komunitas wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia untuk kebutuhan belanja. Kebutuhan untuk belanja cenderamata menduduki peringkat kedua, yakni sebesar 24,7 %, sedangan peringkat pertama adalah untuk kebutuhan akomodasi, yakni sebesar 30,9 %, untuk kebutuhan makan dan minum sebesar 18.9 % (Atmojo, 2011).

(17)

3

seniman maupun pelaku bisnis wisata berlomba-lomba menyediakan benda dengan menggunakan produk konsumen sebagai bahan baku reproduksi ikonik seni, kitsch mengimitasi satu bentuk gaya atau objek untuk tujuan dan fungsi yang palsu cenderamata tersebut. Pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai ‘Tahun Indonesia Kreatif’ yaitu industri yang bergerak melalui pengembangan

ide-ide kreatif. Industri kreatif dipahami sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan kerja dengan menghasilkan dan mengeksploitasi

daya kreasi dan daya cipta industry tersebut

(http://panoluansakti.blogspot.co.id/2015/09/06pustaha-laklak.html).

Produk seni kerajinan yang diciptakan oleh para perajin merupakan warisan leluhur pada masa lampau. Perajin dengan tekun dan gigih menekuni profesinya dengan mengandalkan keterampilan tangan warisan leluhurnya (Atmojo,2011) dan pada umumnya mereka memiliki kebiasaan menirukan apa yang telah diwarisi secara turun temurun dengan kata lain mengulang produk yang sama.

(18)

Batak Toba dahulu kala menganut sistem kepercayaan lama yaitu Animisme. Pada kepercayaan animisme masyarakat Batak Toba memiliki tradisi untuk menciptakan berbagai patung yang dipergunakan sebagai media untuk pemujaan, patung – patung ini terbuat dari kayu dan batu untuk property upacara ritual.

Setelah masuknya agama Kristen ke Samosir maka kepercayaan Aninisme pun hilang dan hingga sampai saat ini suku Batak Toba ini mayoritas menganut agama Kristen. Disisi lain artefak – artefak peninggalan dari budaya lama masyarakat Batak Toba masih dijumpai di wilayah ini, dan salah satu peninggalan ini yang masih dapat dijumpai adalah Tunggal Panaluan Raja Batak yang konon sudah dibawa oleh orang Belanda ke negaranya sekarang sudah kembali ke Tanah Batak, tepatnya di museum Gereja Katolik Kabupaten Samosir. Tongkat Tunggal Panaluan oleh semua sub suku Batak diyakini memiliki kekuatan gaib supranatural untuk: meminta hujan, menahan hujan (manarang udan), menolak bala, Wabah, mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, membantu dalam peperangan ( http://habatakon01.blogspot.com/2015/05/14_archive.html).

(19)

5

bentuk yang inovatif yang semakin maju untuk daya tarik wisatawan, perubahan cinderamata Tunggal Panaluan dari semua pengrajin dan pengaruh budaya luar.

Berdasarkan banyaknya Pengrajin Tongkat Tunggal Panaluan di Samosir, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk Tunggal Panaluan dari pengrajin yang berada di samosir yakni, Desa Tomok, Kelurahan Tuk – Tuk siadong dan Desa Siallagan kecamatan Simanindo. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang Analisis Tongkat Tunggal Panaluan Ditinjau Dari Perubahan Bentuk, Fungsi Dan Makna .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya perubahan bentuk pada Tongkat Tunggal Panaluan. 2. Adanya perubahan fungsi pada Tongkat Tunggal panaluan. 3. Adanya perubahan makna pada Tongkat Tunggal Panaluan.

4. Elemen visual yang digunakan pada kerajinan Tongkat Tunggal Panaluan. 5. Bagaimana bahan yang digunakan pada kerajinan Tongkat Tunggal Panaluan.

C. Batasan Masalah

(20)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan “suatu pernyataan yang akan dicarikan

jawabanya melalui pengumpulan data”, Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perubahan bentuk Tongkat Tunggal Panaluan. 2. Bagaimana perubaha fungsi Tongkat Tunggal Panaluan 3. Bagaimana perubahan makna Tongkat Tunggal Panaluan

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk dan perubahan bentuk pada Tongkat Tunggal Panaluan.

2. Untuk mengetahui fungsi dan perubahan fungsi pada Tongkat Tunggal Panaluan.

3. Untuk mengetahui makna dan perubahan makna pada Tongkat Tunggal Panaluan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapakan dalam penelitian ini adalah:

(21)

7

2. Memberikan informasi khusus mengenai Jenis, Bahan, Teknik, Elemen Visual, bentuk gaya dan fungsi Tongkat Tunggal Panaluan ..

3. Menambah wawasan pengetahuan dan cakrawala berpikir bagi peneliti tentang karakteristik Tongkat Tunggal Panaluan di samosir.

4. Bagi peneliti lain, sebagai sarana belajar melakukan penelitian serta menambah pengetahuan tentang analisis Tongkat Tunggal Panaluan di Samosir.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkakn analisis dan hasil penelitian yang telah ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tongkat Tunggal Panaluan ini memiliki panjang 1,70 m, dengan garis tengah 5 - 6 cm, dan diukir dalam kayu yang istimewa, yaitu kayu donggala atau kayu piu – piu tangguli (kayu keras), kayu yang keras berwarna agak kehitam hitaman ini tidak mudah busuk atau rusak, serta mudah dipahat dan diukir, makin tua makin indah warnanya, ujung bagian atas Tongkat dihiasi dengan surai rambut kuda berwarna hitam, atau seikatan bulu ayam berwarna tiga (putih, merah dan hitam bonang Manalu).

Sekarang Tongkat Tunggal Panaluan muncul dengan berbagai variasi bentuk diciptakan dengan menggunakan teknik pahat yang digunakan sebagai Cinderamata yang terdapat pada kios Wisata Samosir. Tongkat Tunggal Panaluan mengalami perubahan bentuk, yaitu terciptanya Cinderamata Tongkat Tunggal Panaluan yang mempunyai bentuk yang lebih kreatif dan menarik. 2. Fungsi yang terkandung pada Tunggal Panaluan adalah , yaitu memanggil hujan,

(23)

3. Makna yang terkandung pada Tunggal Panaluan adalah sebuah tongkat sakti yang dimiliki oleh raja atau datu orang batak yang memberikan kekuatan, dapat menangkal roh jahat, menjadikan tanah menjadi subur, mengobati orang sakit, mendatangkan dan memberhentikan hujan dan menjadikan tongkat tersebut menjadi senjata untuk melawan musuh, sebagai tongkat penjelmaan dari Tuhan Sang Khalik dan sekarang tongkat yang di miliki oleh raja atau datu orang Batak untuk memimpin acara seremonial daerah mereka masing-masing, menjadikan sebuah tongkat yang sakral bagi masyarat di Pulau Samosir.

B. Saran

Manusia tidak ada yang sempurna, dalam penelitian ini peneliti bukan berarti mencari kesalahan dalam pembuatan karya seni. Namun memberikan saran dan masukan sekiranya dalam pengembangan dan pemelihararaan artefak benda budaya yang dilihat dari fungsi dan maknanya. Maka berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada pengrajin agar lebih memahami mitologi Tunggal panaluan agar tercipta karya yang tidak menghilangkan karakter/ identitas karya seninya. 2. Disarankan kepada Masyarakat Samosir memberi dukungan pada pengrajin agar

terciptanya kreativitas pembuatan karya seni cinderamata Tunggal Panaluan, dan museum GKIP guna mempertahankan budaya Batak agar tetap terjaga.

(24)

4. Disarankan kepada mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNIMED agar benar-benar mendalami artefak – artefak budaya peninggalan nenek moyang yang masih dilindungi/ dijaga.

(25)

DAFTAR PUSTAKA Perkembangan Seni Lukis Bali. Universitas Udayana: Program Studi Magister Kajian Budaya.

Davidson, basil. 1984. Kerajaan – kerajaan Afrika. Tira Pustaka, Jakarta.

Djelantik. A. M. 2001. Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Germs. 1985. Art et Chulture / Seni Budaya. Jamaluddin. Tanpa tahun. Jakarta : : Graphic Design Citra Indonesia.

Hasibuan, Jamaluddin S. 1985, Primitive Art of the Ancient Batak. , Jakarta Yayasan K.J Mahoni.

Harun Rochajat. 2008, Metode Penelitian Kualitatif untuk Pelatihan:Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung.

Iskandar. 2009. Metodeologi penelitian kualitatif. Jakarta : Gaung Persada Press. Kartika, Soni Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern, Bandung: Rekayasa Sains. KBBI. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Pustaka Poerdaminto, WJS. 1950. Ensiklopedia Indonesia.

Kuntjojo. 2009. Metodeologi penelitian. Kediri: Universitas Nusantara PGRI. Machfud. 2008. Kamus Istilah Penelitian, Istilah KTI, Skripsi dan Tesis.

Rekayasa Sains. Bandung

Marbun. 1987. Kamus Budaya Batak Toba. Balai Pustaka.

Prager Michael dan Keurs ter Pieter. 2008. Tunggal Panaluan, Tongkat Mistik Batak. Medan: Bina Media Perintis

Moh, Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(26)

Moleong, Lexy. J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rich, C. Jack. 1973. The Material and Methods of Sculpture. New York: Ninth Printing.

Richter, Anne. 1994. Arts And Crafis Of Indonesia. California: Chornicle Books. Sachari, Agus. 2002. Estetika Makna Simbolis dan Daya. Bandung: ITB. Roter.1979. Arm Durch Reichtum Sumatera Eine Insel am Aquator. Frankfurt

:MuseumFurVolkerkunde.

Saleh. 1980. Seni Patung Batak dan Nias. Jakata: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Saragi, Daulat. 2007. Dimensi Simbolis Patung Primitif Batak Menurut Estetika Susanne Knaut Langer. Jurnal Seni Rupa FBS-UNIMED, 1 (4) 49. Sidik, Fajar dan Prayitno, Aming. 1981. Disain Elementer. Yogyakarta: STSRI

“ASRI”.

Singarimbun, Masri dan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Soedarso SP. (ed). 1992. Seni Patung Indonesia. BP. ISI, Yogyakarta.

Sulaiman. 1988. Ensiklopedia Kiamat Dari Sakral Maut Hingga Surga dan Neraka. Serambi.

Suparman ,IA. 1986. Pengumpulan dan Penyajian data. Jakarta. Universitas Terbuka, Depdikbud.

Yudoseputro, Wiyoso. 2008. Jejak – jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. IKJ, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang bentuk perubahan makna yang terdapat dalam wacana humor Cak Lontong dalam wujud (1) perubahan makna

Bagaimanakah makna perubahan bentuk visual kriya karya Soekarno.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi

bahwa, kata baru yang mendapatkan afiks ber- dengan bentuk dasar yang berfungsi sebagai kata benda mengalami perubahan fungsi menjadi kata kerja... Makna Afiks

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang bentuk perubahan makna yang terdapat dalam wacana humor Cak Lontong dalam wujud (1) perubahan makna generalisasi,

Studi ini bertujuan untuk mengungkap dinamika relasi makna fungsi dan bentuk arsitektur rumah tinggal masyarakat Pesisir Utara Jawa Timur di tiga kawasan permukiman Jawa tumbuh

Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat fitur kebahasaan tidak hanya dapat ditinjau dari sisi bentuk, fungsi dan makna secara mikro, tetapi juga dari sisi makro,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna visualisasi dari struktur karakter bentuk topeng Panji Asmarabangun dan Klana Sewandana yang meliputi perwajahan kedua topeng