Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Apa saja bentuk simbolik yang terdapat dalam tradisi situs tedak pada masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Apa makna simbolis dan fungsi yang terkandung dalam tradisi situs tedak pada masyarakat Dusun Purwodadi Desa Ciptodadi Kecamatan Sukakarya Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Berikut bentuk simbolik yang terdapat dalam tradisi tedak siten masyarakat Jawadi di Dusun Purwodadi Desa Ciptodadi. Berikut ciri-ciri simbolik yang terdapat dalam tradisi Tedak Siten pada Masyarakat Jawadi, Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan: 29. Bentuk Simbolik yang Terdapat pada Tradisi Tedak Siten pada Masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Berikut ciri-ciri simbolik yang terdapat dalam tradisi situs tedak pada masyarakat Jawadi Dusun Purwodadi Desa Ciptodadi. Bentuk simbolik terdapat dalam tradisi Tedak Siten masyarakat Jawa, Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Tika Ristia Djaya (2020), “Makna Tradisi Tedak Siten Masyarakat Kendal: Analisis Fenomenologis Alfred Schutz”. Mengetik adalah mencari pengklasifikasian berdasarkan kategori tertentu terkait dengan kemungkinan orang menafsirkan suatu realitas simbolik. 36 Persamaan penelitian Tika Ristia Djaya dengan penelitian ini adalah sama-sama menjelaskan makna simbolik, namun penelitian Tika Ristia Djaya hanya mendalami makna simbolik saja. , sementara penelitian ini penelitian ini. 36Tika Ristia Djaya, “Makna Tradisi Tedak Siten Masyarakat Kendal: Analisis Fenomenologis Alfred Schutz”, Jurnal Ekonomi, Sosial dan Humaniora vol.
Penelitian Dolly Rizkia Putri (2021), “Analisis Tradisi Tedak Siten Dalam Perspektif Pendidikan Islam di Desa Bandar Sakti Kecamatan Kanal Nunyai Kabupaten Lampung Tengah”. Skripsi di Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah makna yang terkandung dalam tradisi situs tedak adalah toleransi, dimana masyarakat sangat bersemangat dalam melaksanakan kegiatan tersebut, mempererat tali silaturahmi, hal ini tercipta dari proses adat yang berlangsung terus menerus, dimana masyarakat yang diundang selalu ikut serta. dan berdoa, cinta kepada rasul, dimana di tedak ini terletak proses adat yang semuanya diiringi dengan doa kepada Nabi Muhammad SAW. Sadaqoh di Tedak Proses acara adat di situs ini melibatkan pemberian makanan dan minuman kepada tetangga dan masyarakat setempat.
Hubungan tradisi Tedak Siten dengan pendidikan Islam adalah pelestarian budaya dan tradisi yang ada.37 Penelitian Dolly Rizkia Putri memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Bedanya, penelitian Dolly membahas tentang makna tradisi Tedak Siten dengan hubungan pendidikan agama Islam, sedangkan penelitian ini hanya membahas tentang analisis bentuk simbolik, fungsi simbolik dan makna simbolik tradisi Tedak Siten. Penelitian Ana Musdalifah dan Taufik Akbar Rizky Yunant (2021), “Tradisi Tedak Siten Mengandung Konsep Efikasi Diri Masyarakat Jawa”.
37 Dolly Rizkia Putri, “Analisis Tradisi Tedak Siten Dalam Perspektif Pendidikan Islam di Desa Bandar Sakti Kecamatan Kanan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah”, (Skripsi Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung), hal .
Kerangka Berpikir
Sebelum upacara adat Tedak Siten dilaksanakan, ada beberapa rumusan yang dilakukan oleh para orang tua, seperti yang diungkapkan oleh informan Desa Ciptodadi. Penulis menyajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis bentuk, makna dan fungsi tradisi Tedak Siten pada masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini diawali dari observasi kepala adat pada saat proses tradisi situs tedak pada masyarakat Jawa, Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Penelitian peneliti menunjukkan bahwa bentuk simbolik terdapat pada tradisi Tedak Siten pada masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi. Kandang ayam atau kandang ayam yang digunakan dalam tradisi Tedak Siten umumnya adalah kandang ayam berukuran besar. Dari penjelasan Pak Kardi dapat disimpulkan bahwa simbol melempar pasir dalam upacara adat Tedak Siten mempunyai arti pandai mencari kebahagiaan.
Melalui tradisi tedak siten, penyebaran dan pencatatan udhik-udhik dapat menciptakan keharmonisan dan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan dalam tradisi Tedak Siten, maknanya adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan. Jadi tumpeng merupakan makanan wajib ketika tradisi tedak siten berlangsung di desa Ciptodadi.
Baki pasir dalam tradisi Tedak Siten ini bukan sekedar pelengkap, pasir ini mempunyai fungsi agar anak dapat berjalan dan berjalan dengan dibimbing oleh orang tuanya. Air bunga setaman memiliki fungsi simbolis untuk mensucikan diri setelah melalui rangkaian acara adat Tedak Siten. Peralatan yang digunakan dalam upacara adat Tedak Siten terdiri dari tasbih tujuh warna, ondo tebu, pasir, kandang ayam, air bunga.
Kandang ayam atau kandang ayam yang digunakan dalam tradisi Tedak Siten umumnya adalah kandang ayam berukuran besar. Nampan pasir dalam tradisi Tedak Siten tidak hanya sekedar pelengkap, pasir ini mempunyai fungsi agar anak dapat berjalan dan berjalan di atasnya dengan dibimbing oleh orang tuanya.
Jenis Penelitian
Setting Penelitian
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di desa tersebut karena tradisi Tedak Siten merupakan suatu hal yang menarik dimana masyarakat modern yang mempunyai ciri serba praktis hingga saat ini masih mempercayai dan melaksanakan tradisi Tedak Siten di Sumatera. Secara umum jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama karena tujuan penelitian kualitatif adalah penemuan. Namun tidak menutup kemungkinan penelitian dapat dilakukan dalam jangka waktu singkat, yakni jika telah ditemukan sesuatu atau terdapat dokumen awal yang dapat dijadikan bahan kajian.
Subjek dan Informan
Sedangkan informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai data yang diinginkan peneliti terkait dengan penelitian yang sedang berlangsung. Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis tekankan bahwa subjek penelitian dapat berupa benda, orang atau tempat yang menjadi sasaran pengamatan. Subjek dan informan dalam penelitian ini adalah sesepuh, kepala adat dan masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mengenai bentuk, makna dan fungsi tradisi situs tedak pada masyarakat Jawa di Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah memperoleh data. Tanpa teknik pengumpulan data, penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data bergantung pada karakteristik data variabel, sehingga metode yang digunakan tidak selalu sama untuk setiap variabel.
Sugiyono menyatakan bahwa secara umum teknik pengumpulan data ada empat jenis, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi.48 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu dengan cara. Menurut Sugiyono, peneliti dalam mengumpulkan data dengan jujur menceritakan kepada sumber data bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi sejak awal subjek yang diteliti mengetahui dari awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.49 Namun pada titik tertentu peneliti juga tidak jujur atau halus dalam pengamatannya, hal ini sebaiknya dihindari jika suatu saat data yang dibutuhkan adalah data. itu masih bersifat rahasia.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk mencari masalah secara lebih terbuka, menanyakan pendapat dan gagasan responden.50 Tahapan wawancara antara lain, yaitu: (1) identifikasi orang yang akan diwawancarai, (2) persiapan untuk wawancara. wawancara, (3) kegiatan awal, (4) melakukan wawancara dan memastikan waktu wawancara produktif, dan (5) mengakhiri wawancara dan memperoleh ringkasan hasil wawancara. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara bertemu langsung dengan orang-orang terkait. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada Bapak Kardi selaku kepala adat Jawa di Dusun Purwodadi, Desa Ciptodadi, Kecamatan Sukakarya, Provinsi Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Hasil penelitian juga akan lebih kredibel jika didukung dengan foto-foto atau tulisan akademis dan karya seni yang ada.51 Untuk mendukung pengumpulan data dokumenter, subjek menggunakan alat berupa kamera yang memudahkan peneliti mengumpulkan beberapa dokumentasi.
Teknik Keabsahan Data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi data diartikan sebagai pemeriksaan data dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda dan waktu yang berbeda. Triangulasi dalam bidang keabsahan data ada tiga, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknis, dan triangulasi waktu.53 Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber dengan cara menguji kredibilitas data, yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber yang diperoleh. .
Triangulasi sumber akan dilakukan antara masyarakat Jawa dan kepala adat Jawa di Dusun Purwodadi. Sedangkan triangulasi teknis dilakukan dengan pengumpulan data menggunakan berbagai teknik, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik Analisis Data
Tradisi tedak siten dilakukan pada saat anak berusia tujuh bulan terhitung sejak tanggal lahir menurut pasar Jawa. Menurut Pak. Kardia selaku tokoh adat: “Tongkat ondo yang digunakan dalam tradisi tedak siten ini menggunakan tujuh anak tangga yang terbuat dari tongkat wulung (tongkat hati berwarna merah) yang akan dipanjat oleh anak dengan bimbingan orang tua. Bola tujuh warna tersebut berfungsi sebagai perlengkapan tradisi sedih dan digunakan sebagai harapan agar anak-anak mampu mengatasi segala rintangan dalam hidupnya.
Jadi dari hasil wawancara dengan tokoh adat Desa Ciptodadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan berjalan dan menyapu pasir di atas bukit pada acara adat Tedak Siten mempunyai fungsi simbolik yaitu harapan orang tua agar anak akan mempunyai karakter bijaksana dalam mencari rezeki. Peralatan yang digunakan dalam upacara adat Tedak Siten ini tidak hanya sekedar harta benda saja, namun juga mengandung makna khusus bagi masyarakat. Air bunga setaman memiliki fungsi simbolis untuk mensucikan diri setelah melalui rangkaian acara adat Tedak Siten. . f) Udhik-udhik atau nasi kuning yang ditambah uang logam dan uang kertas lebih banyak.
Udik-udik utawa sega kuning sing ditambahi dhuwit recehan lan dhuwit kertas digunakake minangka uncalan pungkasan upacara tedhak siten.