• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna dan Fungsi Kearifan Budaya Lokal Tradisi Nyadran Bagi Masyarakat Sobowono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Makna dan Fungsi Kearifan Budaya Lokal Tradisi Nyadran Bagi Masyarakat Sobowono"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol. 5 (1), 2023, (Januari-Juni)

ISSN Print : 2714-7762 ISSN Online : 2716-3539

Tersedia online di: http://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/index

Makna dan Fungsi Kearifan Budaya Lokal Tradisi Nyadran Bagi Masyarakat Sobowono

Ahmad Rickianto A. 1, Heri Kurnia 2

1. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

2. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia [email protected]

Abstrack

In Dusun Sobowono, the nyadran tradition has its own meaning and function. Therefore, this study will discuss the meaning and function of the nyadran tradition for the people of Dusun Sobowono.

This study used a descriptive-qualitative research method using data collection techniques, namely observation, interview and documentation techniques. From the results of this study, it can be concluded that the nyadran tradition has two stages of implementation, namely, the stage of cleaning the tomb and the stage of carrying out the nyadran tradition. In addition, it was found that the meaning and function of the nyadran tradition for the people of Dusun Sobowono were as follows, preserving the tradition, giving thanks to God Almighty, and social interaction.

Keywords: Nyadran, Culture, Sobowono, Tradition Abstrak

Di Dusun Sobowono sendiri tradisi nyadran mempunyai makna dan fungsinya sendiri. Maka dari itu, penelitian ini akan membahas mengenai makna dan fungsi tradisi nyadran bagi masyarakat Dusun Sobowono. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan teknik penggumpulan data yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini didapat kesimpulan bahwa tradisi nyadran memiliki dua tahap pelaksanaan yaitu, tahap pembersihan makam dan tahap pelaksanaan tradisi nyadran. Selain itu didapat bahwa makna dan fungsi tradisi nyadran bagi masyarakat Dusun Sobowono adalah sebagai berikut, pelestarian tradisi, ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME, dan interaksi social.

Kata Kunci: Nyadran, Budaya, Sobowono, Tradisi

PENDAHULUAN

Negara Indonesia sudah terkenal dengan berbagai upacara adatnya. Upacara adat sendiri dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terikat pada suatu aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan atau kepercayaan. Di berbagai wilayah di Indonesia masih melakukan upacara-upacara adat tertentu yang bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga untuk menghormati para leluhur mereka.

Biasanya upacara-upacara adat ini sendiri dilakukan dihari-hari besar dan dipimpin oleh orang-orang tertentu saja. Setiap melakukan upacara atau tradisi pasti akan ada yang namanya gotong-royong, atau yang dalam bahasa Jawa biasanya di kenal dengan sebutan sambatan. Sambatan sendiri berasal dari kata sambat yang sebenarnya memiliki arti mengeluh. Namun jika diartikan secara luas maka, sambatan adalah sebuah sistem gotong-royong antar warga dalam rangka saling tolong menolong kepada sesama warga yang sedang tertimpa musibah atau sedang membangun rumah, dan lain sebagainya (Anam, 2017). Ada banyak upacara-upacara adat di Indonesia yang cukup terkenal seperti upacara adat ngaben, upacara adat tedak sinten, upacara sisingaan, upacara metatah, upacara pacoa jara, dan masih banyak lagi. Upacara-upacara ini sangat kental dengan yang namanya ritual dan sesajen atau persembahan atau yang orang Jawa kenal dengan sebutan uborampe. Upacara adat sendiri biasanya terbagi

(2)

Tradisi maupun adat istiadat yang termasuk dalam kebudayaan Jawa pada hakikatnya memuat beberapa elemen dasar, yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta, keyakinan bahwa manusia saling memengaruhi satu sama lain dalam mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan, menjunjung tinggi sikap rukun dan damai yang terangkum dalam semboyan mamayu hayun in bawana (memelihara kesejahteraan dunia), dan memelihara keseimbangan hidup lahir dan batin(Darisma et al., 2018). Jadi disetiap fase kehidupan manusia itu sendiri selalu diadakan upacara-upacara adat yang bertujuan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Terutama di Jawa sendiri masih menjunjung tinggi upacara- upacara adat yang turun temurun dilaksanakan sebagai penghormatan kepada para leluhur mereka dan juga sebagai tindakan pelestarian budaya.

Di Jawa sendiri ada beberapa upacara adat yang terkenal diantaranya, upacara wetonan, upacara ruwatan, tradisi syawalan, upacara tingkeban, upacara tedak sinten, upacara atau tradisi nyadran, dan masih banyak lagi yang masih lestari sampai sekarang. Biasaya upacara-upacara di Jawa dilakukan berdasarkan hitungan bulan dalam kalender Jawa yaitu bulan suro, bulan sapar, bulan mulud, bulan bakdo mulud, bulan jumadil awal, bulan jumadil akhir, bulan rejeb, bulan ruwah, bulan poso, bulan sawal, bulan dzulqoidah, dan bulan besar, seperti tradisi syawal yang dilakukan pada bulan sawal, tradisi aum yang dilakukan pada bulan rejeb, dan masih banyak lagi. Di daerah Magelang khususnya di Dusun Sobowono sendiri memiliki upacara adat atau tradisi yang cukup terkenal yaitu tradisi nyadran. Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segalanya (Soniatin, 2021). Biasanya tradisi nyadran dilakukan pada bulan ruwah dalam kalender Jawa atau hari ke sepuluh pada bulan rajab atau datangnya bulan sya’ban.

Tradisi nyadran menjadi ajang pertemuan, perekat sosial, sarana membangun jati diri masyarakat, kebangsaan, dan perasaan nasionalisme. Pada saat pelaksanaan nyadran, suatu keluarga besar atau dalam tradisi Jawa dikenal dengan sebutan trah tertentu, tidak merasa terbagi dalam suatu kelompok, agama, golongan, dan lain sebagainya (Yusof, 2016). Di Dusun Sobowono sendiri nyadran memiliki makna dan fungsinya tersendiri. Maka dari itu disini akan membahas apa makna dan fungsi tradisi nyadran bagi masyarakat di Dusun Sobowono. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan teknik penggumpulan data yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian deskriptif-kualitatif. Terdapat dua jenis data yang diperoleh yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder sendiri adalah sumber data yang tidak memberikan secara langsung data dan informasi kepada pengumpul data, sedangkan data primer sendiri adalah sumber data yang memberikan secara langsung datanya dan informasi kepada pengumpul data (Saud & Fazrin, 2022). Data primer didapat dari hasil wawancara dengan warga Dusun Sobowono sebagai informan dan juga observasi. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil telaah kepustakaan seperti jurnal, dokumen, dan lain sebagainya.

(3)

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Langkah awal penelitian ini yaitu dengan melakukan observasi yaitu pengamatan yang dilakukan di pemakaman umum Dusun Sobowono yang merupakan tepat dilaksanakannya tradisi nyadran. Teknik observasi ini dilakukan untuk mengetahui tata cara dan proses tradisi nyadran secara langsung sebagai salah satu sumber data. Yang kedua yaitu teknik dokumentasi, teknik ini digunakan untuk mendokumentasikan setiap proses tradisi nyadran untuk melengkapi sumber data dan juga untuk jaga-jaga agar tidak ada data yang terlewatkan. Ketiga yaitu teknik wawancara, teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada dan menanyakan hal-hal mengenai proses dan tata cara dalam tradisi nyadran, selain itu juga menanyakan tentang makna dan funsi nyadran bagi masyarakat di Dusun Sobowono, Kelurahan Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Dalam menganalisis data dilakukan dalam beberapa tahapan, Tahap tersebut terbagi menjadi tahap mencari data, tahap pengamatan dan dokumentasi, tahap menentukan informan, wawancara, mengklasifikasi data, dan menyimpulkan data.

Tahap pertama yaitu mencari data dari tokoh adat Dusun Sobowono tentang tempat dan kapan akan dilaksanakannya tradisi nyadran ini. Tahap kedua yaitu melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan tradisi nyadran dengan dokumentasi sebagai data pendukung agar tidak ada data yang terlewatkan. Tahap ketiga yaitu menentukan informan yang akan diwawancarai tentang proses atau tata cara nyadran, makna uborampe nyadran dan fungsi tradisi nyadran bagi masyarakat Dusun Sobwono. Tahap keemapat yaitu melakukan wawancara kepada informan yang telah ditentukan. Tahap kelima yaitu mengklasifikasikan data sesuai dengan tujuan penelitian. Tahap yang terakhir yaitu menyimpulkan data yang sudah diperoleh.

PEMBAHASAN

Istilah nyadran berasal dari bahasa Sansekerta “Sraddha” yang kemudian diubah menjadi sadran atau nyadran yang berarti ziarah kubur. Tradisi nyadran ini pertama kali dilakukan oleh Ratu Tribuana Tungga Dewi sebagai raja Majapahit sekitar pada tahun 1284 (Saputri et al., 2021). Tradisi nyadran ini juga dilakukan oleh warga Dusun Sobowono secara turun temurun dan dilestarikan sampai sekarang. Dusun Sobowono sendiri merupakan sebuah dusun yang termasuk kedalam wilayah Kelurahan Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Dusun Sobowono sendiri mempunyai sekitar 128 kepala keluarga dan terbagi menjadi 10 RT.

Masyarakat Dusun Sobowono ini masih tergolong sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerukunan, toleransi, kebersamaan, adat istiadat, dan juga gotong royong. Niai–nilai tersebut dapat mengambarkan bahwa Dusun Sobowono itu sendiri merupakan suatu pedesaan yang masih tradisional, asri dan juga nyaman. Mayoritas masyarakat yang tinggal di Dusun Sobowono beragama Islam walaupun tidak sedikit juga yang beragama Kristen, selain itu juga masih ada beberapa masyarakat yang masih menganut kepercayaan para leluhur yaitu kepercayaan kejawen. Namun dengan adanya perbedaan agama yang dianut itu tidak

(4)

membuat masyarakat Dusun Sobowono menjadi terpecah, justru mereka sangat menjunjung tinggi nilai toleransi antar umat beragama.

Masyarakat di Dusun Sobowono ini juga masih melestarikan upacara-upacara adat dan juga tradisi-tradisi para leluhur mereka seperti tradisi saparan atau aum, tradisi nyadran, tradisi kelacenan, dan masih banyak yang lainnya. Namun dari beberapa tradisi yang masih dilestarikan tersebut ada salah satu tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan yaitu tradisi nyadran. Menurut KBBI tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankkan dalam masyarakat. Sedangkan pengertian nyadran sendiri menurut (Prasetiyo, 2022) adalah sebuah adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat Jawa setiap akan datang bulan puasa atau bulan Ramadhan, yang biasanya dilakukan pada bulan Sya’ban (kalender Islam), atau ruwah (kalender jawa) sebagai ucapan rasa syukur masyarakat. Dari definisi tradisi dan nyadran diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi nyadran adalah suatu adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat di Jawa yang dilakukan setiap bulan sya’ban (kalender Islam) atau ruwah (kalender Jawa) sebagai ucapan rasa syukur.

Tahap-tahap Pelaksanaan Tradisi Nyadran

Pada tahap ini sehari sebelum para sesepuh Dusun Sobowono dan masyarakat melakukan tradisi nyadran, maka dilakukan persiapan terlebih dahulu sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sehari sebelum dilaksanakan tradisi nyadran sesepuh dan masyarakat Dusun Sobowono akan melakukan pembersihan jalan menuju makam dan juga makam masing-masing keluarga beserta makam leluhur Dusun Sobowono.

Setelah melakukan pembersihan makam, selanjutnya seseph dan masyarakat Dusun Sobowono akan pulang membersihkan badan dan menganti pakaian mereka.

kemudian setelah selesai membersihkan badan dan menganti pakaian, masyarakat dan sesepuh Dusun Sobowono akan kembali ke makam untuk melakukan doa bersama yang ditujukan untuk masing-masing anggota keluarga yang sudah meninggal dan para leluhur Dusun Sobowono. Doa yang dibaca bukan lagi menggunakan bahasa Jawa kuno lagi melainkan menggunakan doa sesuai dengan ajaran agama Isalam yaitu doa tahlil. Setelah selesai melakukan doa kemudian masyarakat dan sesepuh Dusun Sobowono akan pulang dan kembali kerumah mereka masing-masing untuk mempersiapkan uborampe nyadran yang akan digunakan pada keesokan harinnya.

Disini yang dimaksud dengan uborampe sendiri adalah tumpeng, ingkung, lauk pauk, kembang setaman, daun sirih, kapur sirih dan kemenyan yang kemudian dimasukan kedalam tenong.

Sesepuh dan masyarakat Dusun Sobowono pada pukul 10.00 WIB akan berangkat ke makam dengan membawa uborampe yang sudah dibawa dan kemudian diletakkan disekitar makam kelaurga masing-masing sambil menunggu sesepuh dusun melakukan doa bersama. Sebelum melakukan doa bersama masyarakat akan membawa kembang setaman, daun sirih, kemenyan, dan kapur sirih ke makam leluhur Dusun sobowono. Setelah semua masyarakat Dusun Sobowono sudah datang dan menyerahkan sesaji kepada leluhur Dusun Sobowono oleh sesepuh dusun, selanjutnya dilaksanakan doa bersama yang ditujukan kepada semua masyarakat Dusun Sobowono dan juga ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

(5)

terlah memberikan kesehatan, keselamatan, dan rejeki kepada masyarakat Dusun Sobowono.

Dalam tradisi nyadran semua warga diwajibkan membawa uborampe.

Uborampe sendiri adalah perlengkapan yang dibawa untuk pelaksanaan tradisi nyadran berupa tumpeng, ingkung, lauk pauk, kembang setaman, kemenyan, daun sirih, dan kapur sirih yang kemudian dimasukan kedalam tenong.

Makna setiap Uborampe

a. Tumpeng melambangkan keselamatan, kesejahteraan, dan kemakmuran dalam kehidupan masyarakat Dusun Sobowono.

b. Ingkung ayam memiliki arti bahwa setiap mahluk hidup harus bersujud kepada Allah Yang Maha Esa agar semua dosa yang telah diperbuat diampuni.

c. Kembang setaman dan kemenyan melambangkan keharuman, artinya masyarakat harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar oleh hal- hal dan perbuatan yang negatif.

d. Daun sirih dan kapur sirih memiliki arti bahwa masyarakat harus tenang dalam menghadapi segala permasalahan yang sedang dan akan dihadapi.

e. Lauk pauk memiliki makna sebagai segala nikmat yang telah Allah berikan kepada masyarakat Dusun Sobwono.

Fungsi Tradsi Nyadran Pelestarian Tradisi

Berdasarkan wawancara yang saya lakukan kepada kepala Dusun Sobowono pada selasa, 4 april 2023 sebagai berikut; “Fungsi sek sepisan kui melestarikan budaya mas.

Supoyo tradisi nyadran iki ora ilang lan supoyo anak putu iso ngerti yen ono tradisi nyadran iki.”(Kepala Dusun Sobowono).

Terjemahan: “Fungsi yang pertama yaitu melestarikan budaya mas. Supaya tradisi nyadran ini tidak hilang dan supaya anak cucu kita tau bahwa ada tradisi nyadran.”

Dari hasil wawancara diatas didapat fungsi pertama dari tradisi nyadran ini adalah melestarikan budaya peninggalan para leluhur agar anak cucu kita nantinya tau bahwa ada tradisi peninggalan leluhur yang harus dilestarikan yaitu berupa tradisi nyadran.

Ucapan Rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Fungsi ucapan rasa syukur dalam upacara nyadran dilihat dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan nara sumber bapak nardi (Kepala Dusun Sobowono) pada selasa, 4 april 2023 sebagai berikut;

“Fungsi kaping lorone yoiku ucapan roso syukur dateng Gusti Pangeran ingkang ngekeki barokah lan nikmat deneng masyarakat Dusun Sobowono iki.”

Terjemahan: “Fungsi yang kedua yaitu ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkah dan kenikmatan kepada masyarakat Dusun

(6)

Dari wawancara diatas dapat diketahui fungsi kedua dari tradisi nyadran ini yaitu sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan kenikmatan kehidupan bagi masyarakat Dusun Sobowono. Dari wawancara diatas juga didapat bahwa tradisi ini juga mengajarkan kepada manusia untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan sekecil apapun itu.

Interaksi Sosial

Fungsi ketiga yaitu sebagai interaksi sosial dalam tradisi nyadran dapat dilihat dari hasil wawancara saya dengan narasumber yang masih sama yaitu bapak Nardi selaku Kepala Dusun Sobowono pada hari selasa, 4 april 2023.

“Sek terakhir kui fungsi sesrawungan utowo interaksi sosial. dadi pas ono tradisi nyadran iki dimanfaatke karo warga gawe kumpol bareng lan mangan bareng lan iso nambah kerukunan warga. selain iku tradisi nyadran iki ono kegiatan gotong royong resik-resik sarehan seng nambah kekompakan lan kerukunan warga Dusun Sobowono iki.”

Terjemahan: “Yang terakhir yaitu fungsi interaksi sosial. jadi pas ada tradisi nyadran ini dimanfaatkan oleh warga untuk kumpul dan makan bersama dan bisa menambah kerukunan antar warga. selain itu tradisi nyadran ini ada kegiatan gotong royong bersih-bersih makam yang bisa menambah kekompakan dan kerukunan warga Dusun Sobowono ini.”

Dari hasil wawancara diatas didapat bahwa tradisi nyadran memberikan dampak positif bagi interaksi sosial masyarakat Dusun Sobowono. Karena adanya tradisi nyadran ini masyarakat dapat berkumpul dan bersilaturahmi sehingga dapat mempererat kerukunan.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang pesestarian budaya Jawa yaitu tradisi nyadran di Dusun Sobowono yaitu bahwa proses pelaksanaan tradisi nyadran di Dusun Sobowono, Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah ini dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pembersihan makam dan tahap pelaksanaan tradisi nyadran dimana pembersihan akan dilaksanakan secara gotong royong oleh warga di Dusun Sobowono. Selain itu ada uborampe yang harus disiapkan berupa: (a) nasi tumpeng, (b) ingkung ayam, (c) kembang setaman dan kemenyan, (d) daun sirih dan kapur sirih, dan (e) lauk pauk. Dari setiap uborampe yang telah disiapkan tersebut mempunyai makna dan artinya masing-masing yang masih bersangkutan dengan hubungan manusia dengan Gusti Pangeran atau Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi nyadran ini juga memiliki fungsi sebagai pelestarian budaya agar anak cucu kelak bisa tau dan paham tentang tradisi nyadran ini. Selain itu ada juga fungsi sebagai ucapan rasa syukur kepada Gusti Pangeran atau Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah serta kenikmatannya kepada masyarakat Dusun Sobowono, dan fungsi yang terakhir yaitu sebagai interaksi sosial yaitu masyarakat Dusun Sobowono memanfaatkan tradisi nyadran ini sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi dan juga kerukunan warga Dusun Sobowono.

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu, penelitian ini dapat diajadikan sebagai salah satu sumber informasi, petunjuk, dan juga sebagai bahan refleksi diri.

(7)

Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penyajian data mereka. selain itu diharapkan penelitian ini juga bisa dijadikan refleksi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.

REFERENSI

Anam, C. (2017). Tradisi sambatan dan nyadran di Dusun Suruhan. Sabda: Jurnal

Kajian Kebudayaan.

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/view/15255

Darisma, N. S., Midhio, I. W., & Prasetyo, T. B. (2018). Aktualisasi nilai-nilai tradisi nyadran sebagai kearifan lokal dalam membangun budaya damai di giyanti, wonosobo. Jurnal Prodi Dan Resolusi Konflik, 4, 21–44.

Prasetiyo, F. (2022). TRADISI NYADRAN SEBAGAI WUJUD PELESTARIAN NILAI GOTONG ROYONG MASYARAKAT DI DESA KEJAWAN KECAMATAN TEGOWANU KABUPATEN …. Seminar Nasional

Keindonesiaan (FPIPSKR).

http://conference.upgris.ac.id/index.php/snk/article/view/3274

Saputri, R. M., Rinenggo, A., & ... (2021). Eksistensi Tradisi Nyadran Sebagai Penguatan Identitas Nasional Di Tengah Modernisasi. Civics Education and ….

http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/cessj/article/view/2080

Saud, A. M., & Fazrin, L. A. (2022). Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar di Indonesia. Indonesian Research Journal on Education. https://irje.org/index.php/irje/article/view/259 Soniatin, Y. (2021). MAKNA DAN FUNGSI BUDAYA TRADISI NYADRAN

DALAM KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DUSUN SAWEN, DESA SENDANGREJO, KECAMATAN NGIMBANG …. HUMANIS: Jurnal Ilmu-

Ilmu Sosial Dan Humaniora. http://www.e-

jurnal.unisda.ac.id/index.php/Humanis/article/view/2486

Yusof, A. (2016). Relasi Islam dan budaya lokal: studi tentang tradisi Nyadran di desa Sumogawe kecamatan Getasan kabupaten Semarang. IAIN Tulungagung Research Collections. https://www.neliti.com/publications/67299/relasi-islam-dan- budaya-lokal-studi-tentang-tradisi-nyadran-di-desa-sumogawe-kec

Referensi

Dokumen terkait

KATA PENGANTAR Assalammualaikum, Wr, Wb Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat sehat serta memberikan kemudahan jalan bagi penulis untuk menyelesaikan

Rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan banyak berkah kepada peneliti, baik kecil maupun besar, sehingga dapat menyelesaikan penelitian akhir yang diwajibkan