• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Makna Simbolik dalam Tradisi A‟mata-mata Leko‟ dalam Rangkaian Acara Pernikahan Masyarakat Kelurahan Sapaya Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tinjauan Makna Simbolik dalam Tradisi A‟mata-mata Leko‟ dalam Rangkaian Acara Pernikahan Masyarakat Kelurahan Sapaya Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka

  • Penelitian Relevan
  • Hakikat Budaya
  • Hakikat dan Pengertian Tradisi
  • Pengertian Semiotik
  • Teori Semiotik Roland Barthes
  • Makna Simbolik
  • Tradisi A‟mata-mata leko‟

Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau diwariskan dari masa lalu hingga saat ini atau masa kini. Tradisi Sztompka merupakan totalitas benda-benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu, namun sebenarnya masih ada hingga saat ini, tidak musnah, rusak atau terlupakan. Menurut Shils, tradisi berarti segala sesuatu yang tersebar atau diwariskan dari masa lalu hingga masa kini. Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan mempersempit ruang lingkupnya. Dalam pengertian yang lebih sempit ini, tradisi berarti hanya sebagian dari warisan sosial khusus yang memenuhi syarat. . , yaitu mereka yang tersisa, bertahan di masa sekarang. Coomans, 1987:73) Tradisi atau adat istiadat merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dan dilakukan sejak lama.

Dilihat dari uraian pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tradisi adalah suatu benda materi yang utuh, sebagai gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. . bermula dari nenek moyang, dan gagasan yang berasal dari masa lampau, namun sebenarnya masih ada hingga saat ini, tidak hancur, rusak atau terlupakan serta merupakan ruh yang kuat dalam kebudayaan. Yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian adalah penjelasan makna simbolik melalui dua tahapan yaitu makna denotatif dan makna konotatif yang terdapat pada objek-objek yang terlibat dalam kegiatan adat A'spy Leko' dalam rangkaian acara pernikahan masyarakat. Desa Sapaya. , Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. Jika kita mengacu pada kalimat A'mata-mata Leko' yang terdiri dari dua kata dasar yaitu mata dan Leko', dari kata mata yang berarti nama, berarti mata atau indra penglihatan dan Leko' berarti daun.

Pada teks bentuk A' spy Leko' terdapat imbuhan berupa awalan A' dan juga terdapat perulangan kata atau pengulangan kata mata menjadi Mata-mata, bila imbuhan A' diawali kata yang diulang menjadi Spy A 'spy' kemudian berarti kata A 'spy' untuk melihat-lihat. Leko' yang artinya daun dirangkai menjadi sebuah kalimat menjadi A' mata-mata Leko' yang artinya memandangi dedaunan. Kembali pada kata A'spy Leko' yang merupakan nama atau kata yang mewakili suatu kegiatan adat yang sedang berlangsung.

Berdasarkan analisa kalimat di atas dan kegiatan yang diwakili oleh kata A'spy Leko' maka dapat disimpulkan bahwa arti sebenarnya dari kata A'spy Leko' adalah melihat, menyaksikan atau membuktikan bahwa kegiatan selanjutnya ke Kota. Tradisi A'mata-mata leko' merupakan salah satu tradisi yang terdapat dalam rangkaian upacara pernikahan di Kecamatan Sapaya Kabupaten Gowa. Tradisi A'sota Leko' juga merupakan salah satu rangkaian upacara pernikahan yang diyakini oleh masyarakat Desa Sapaya, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa sebagai salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh calon pengantin pria sebelum diperbolehkan mengikuti upacara pernikahan.

Tradisi A'mata-mata Leko' dilakukan sebelum majlis perkahwinan, pada waktu malam oleh pengantin lelaki, secara langsung melibatkan kedua ibu bapanya dan keluarga terdekatnya, dan petua (orang tua) yang dipercayai sebagai orang yang bertanggungjawab akan memberikan pelaksanaan tradisi ini, dan peralatan persiapan yang diperlukan dalam pelaksanaan tradisi A'mata-mata Leko'.

Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

  • Jenis dan Desain Penelitian
    • Jenis Penelitian
    • Desain Penelitian
  • Definisi Istilah
    • Semiotik
    • Simbol
    • Denotasi
    • Konotasi
  • Fokus Penelitian
  • Data dan Sumber Data
    • Data
    • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Observasi
    • Wawancara
  • Teknik Analisis Data

Makna denotatifnya menunjukkan Leko sebagai benda berupa daun (daun sirih) yang biasa digunakan pada buah pinang. Makna denotatifnya menunjukkan Ka'dorobuku sebagai tanaman yang biasa dijadikan tanaman hias, dan juga biasa dipercikkan pada acara pemakaman. Pa'la'langan Na'bi merupakan simbol yang mengandung makna denotatif dan konotatif.

Maksud denotasi menunjukkan tumbuhan Nabi sebagai tumbuhan yang biasa digunakan sebagai tanaman hiasan. Maksud tersirat menunjukkan rangkaian (andong) sebagai tumbuhan yang biasa digunakan sebagai tanaman hiasan dan juga biasa digunakan sebagai bunga yang bertaburan di sekeliling kubur. Makna definisi tersebut menunjukkan Ba‟ra bulaeng sebagai tumbuhan liar yang biasa digunakan sebagai ubat dan juga biasa digunakan sebagai rempah masakan.

Sedangkan makna konotasinya adalah Ba'ra Bulaeng sebagai simbol yang berarti kedua mempelai akan tercukupi kebutuhan keturunannya di kemudian hari. Makna denotasinya menunjukkan bahwa Pucu' Ra'bung merupakan gabungan antara rappo (buah ping) dan leko' (daun sirih), yaitu daun sirih yang dimasukkan ke dalam buah pinang. Makna denotasinya menunjukkan benda sebagai tumbuhan yang menempel pada pohon dan biasa dijadikan tanaman hias, atau.

Makna denotatifnya menunjukkan Le’leng banoa sebagai tanaman yang biasa digunakan sebagai tanaman hias dan jenis tanaman ini memang kita klasifikasikan sebagai tanaman hias (berbunga). Makna denotatif menunjukkan bahwa Pucu’ Ra’bung merupakan gabungan antara rappo (buah ping) dan leko’ (daun sirih), yaitu daun sirih yang dimasukkan ke dalam buah pinang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat makna simbolik pada benda-benda yang terdapat dalam tradisi A’mata-mata Leko’, dari prosesi pernikahan masyarakat Kecamatan Sapaya, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. . , setiap objek yang dihadirkan dalam pelaksanaan A’mata-mata Leko’ mempunyai makna, baik yang berupa makna denotatif (makna eksplisit) maupun makna konotatif (makna non-eksplisit), hal ini sesuai dengan teori Roland Barthes. Setiap objek yang dihadirkan mempelai pria dalam proses A'spy Leko' mempunyai makna denotatif dan konotatif sesuai dengan teori (Barthes bahwa teorinya mengembangkan semiotika pada 2 tingkatan makna, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Makna dari Makna dari menandakan suatu benda seperti tumbuhan yang memanjat pohon dan biasa digunakan sebagai tumbuhan hias atau dikenal dengan Tanduk Rusa.

Makna denotatifnya menunjukkan Rappa sebagai buah yang biasa dijadikan bahan campuran dalam mengunyah sirih atau lebih dikenal dengan sebutan sirih. Sedangkan makna konotatif dari Pa'lalangan Na'bi adalah sebagai simbol penting agar calon pengantin senantiasa menjalani kehidupan sesuai ajaran Nabi di kemudian hari. Sedangkan konotasinya berarti Le'lengbanoa sebagai simbol yang berarti kedua belah pihak melangsungkan acara pernikahan dengan penuh kenikmatan.

Makna denotatifnya menunjukkan bahwa camba (asam) merupakan buah yang mempunyai sifat asam dan biasa digunakan sebagai bumbu masakan, sedangkan ce’la (garam) merupakan bumbu makanan yang mempunyai cita rasa yang khas. Sedangkan makna konotatifnya adalah camba na ce'la sebagai simbol yang bermakna kesederhanaan dalam mengarungi bahtera kehidupan bagi kedua mempelai. Dimana makna denotatifnya menunjukkan Golla (Gula) sebagai makanan yang diperoleh dari budidaya areng yang mempunyai cita rasa khas dengan rasa yang manis atau lebih dikenal dengan gula merah, sedangkan Kalauku, (Kelapa) merupakan tanaman yang mempunyai buah berbentuk bulat dan berbentuk bulat. . biasanya diolah menjadi santan.

Sedangkan makna konotatifnya adalah Pucu' Ra'bung sebagai simbol yang bermakna agar calon pengantin tetap menjaga rasa saling menghormati di kemudian hari dalam mengarungi bahtera kehidupannya. Makna denotasinya menunjukkan bahwa Tama Runang merupakan tanaman yang biasa dijadikan sebagai tanaman hias dan juga biasa ditanam di tengah sawah pada saat akan ditanami padi.

Pembahasan

Sedangkan konotasinya berarti barang sebagai simbol agar kelak kedua mempelai dapat dengan mudah mendapatkan barang atau benda yang menjadi kebutuhan hidup selama masih berumah tangga. Sedangkan makna konotatifnya adalah Ka’dorobuku sebagai simbol bahwa kelak kedua mempelai akan berlayar dengan semangat mengarungi bahtera kehidupannya. Namun makna konotatifnya adalah rappo sebagai simbol bahwa pernikahan itu dianjurkan oleh Nabi, atau merupakan tanda, atau bentuk keteladanan bagi Nabi.

Sedangkan makna konotatif dari Pa'lalangan Na'bi adalah sebagai simbol agar kedua mempelai senantiasa menjalani kehidupan sesuai ajaran Nabi di kemudian hari. Sedangkan makna konotatif Siri adalah sebagai simbol yang berarti pembungkus (tempat) bekal yang akan dibawa ke rumah mempelai wanita, sehingga mempelai pria dapat meletakkan segala kebutuhan keluarganya pada tempatnya di kemudian hari. Sedangkan makna konotatif Le'lengbanoa adalah sebagai simbol bagi kedua belah pihak untuk melangsungkan acara pernikahan dengan penuh kenikmatan.

Sementara itu, secara konotasi mengandung arti Golla na Kaluku sebagai simbol kehidupan yang berkecukupan bagi kedua mempelai. Sedangkan makna konotasinya adalah paku palili merupakan simbol bahwa kedua belah pihak yaitu calon pengantin laki-laki dan perempuan terlindungi dari segala marabahaya sejak awal hingga akhir resepsi pernikahan. Sedangkan makna konotatifnya adalah Pucu' Ra'bung sebagai simbol bahwa kelak kedua mempelai akan bersatu. menjaga rasa saling menghargai dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Sedangkan secara konotasi mengandung arti Tama Runang sebagai simbol agar calon pengantin kelak mempunyai keturunan yang panjang umur dan terbebas dari penyakit. Berdasarkan uraian benda-benda tersebut dengan mengacu pada makna denotatif dan konotatifnya, maka makna simbolik yang terkandung dalam 13 benda yang termasuk dalam tradisi A’mata-mata leko’ dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu Leko’ yang merupakan simbol dari kewajiban mempersatukan dua insan manusia dan benda-benda sebagai lambang agar kelak kedua mempelai dapat dengan mudah menerima barang-barang atau benda-benda yang diperlukan untuk hidup selama masih dalam ikatan perkawinan, dan Ka'dorobuku sebagai lambang agar calon pengantin di kemudian hari dan mempelai laki-laki dapat berlayar dalam bahtera kehidupannya bersama.penuh semangat, dan Rappo sebagai simbol, bahwa pernikahan adalah anjuran nabi atau merupakan tanda, atau wujud keteladanan bagi Nabi, dan Pa' lalangan Na' bi merupakan simbol bahwa kelak kedua mempelai akan selalu menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Nabi, dan Siri sebagai simbol yang berarti pembungkus. tempat) bekal yang harus dibawa ke rumah mempelai wanita, agar kelak mempelai laki-laki akan menempatkan segala keperluan keluarganya pada tempat yang tepat, dan berdiamnya Le'leng sebagai simbol bahwa kedua belah pihak akan melangsungkan pernikahan dengan senang hati. penuh. dan Ba'ra bulaeng sebagai simbol yang berarti kelak kedua mempelai akan tercukupi kebutuhan keturunannya, dan Camba na ce'la sebagai simbol kesederhanaan kedua mempelai dalam mengarungi bahtera kehidupan, dan Golla na kaluku sebagai lambang kehidupan yang berkecukupan bagi kedua mempelai dan Paku palili sebagai lambang kedua belah pihak yaitu antara calon pengantin laki-laki dan perempuan terlindungi dari mara bahaya dari awal hingga akhir resepsi pernikahan. , dan Pucu'ra'bung sebagai simbol agar kedepannya kedua mempelai tetap menjaga rasa saling menghormati dalam mengarungi bahtera kehidupannya dan Tama runang sebagai simbol agar kelak kedua mempelai mempunyai keturunan yang panjang umur dan akan terbebas dari penyakit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tradisi A’mata-mata Leko’, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tradisi A’mata-mata Leko’ sudah menjadi hal yang wajib dalam pesta pernikahan di Desa Sapaya, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa. A'spy Leko' merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak mempelai pria dengan disaksikan orang tua dan kerabat dekatnya. Benda-benda tradisional A'spy Leko tersebut adalah Leko, barang, Buku Ka'doro, Rappo, Pa'lalangan Na'bi, Raung siri, Le'leng banoa, Ba'ra bulaeng, Camba na Ce'la, Golla na Kaluku, Paku palili, Pucu' ra'bung dan Tamarunang.

Secara simbolis, 13 jenis benda yang terdapat dalam tradisi A'mata-mata Leko menawarkan penafsiran berdasarkan benda itu sendiri.

Saran

Filsafat Barat Kontemporer Bertens bagian ii.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kekuatan Manusia: Masa Lalu Sekarang Masa Depan. Wetu Selestinus (2016) berjudul Analisis Semiotik Simbol pada Pintu Rumah Adat di Desa Nggela. Yusnita Kusumarini, 2006, analisis teks dan kode interior gereja karya Tadao Ando “Gereja Cahaya” dan “Gereja di Atas Air”.

Gambar 1: 18 september 2018, Wawancara dengan petuah
Gambar 1: 18 september 2018, Wawancara dengan petuah

Gambar

Gambar 1: 18 september 2018, Wawancara dengan petuah
Gambar 2: 18 september 2018, Wawancara dengan petua
Gambar  1: Leko‟
Gambar 2: Barang-barang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hari Sukan Negara ini adalah penting di dalam usaha kerajaan menggalakkan rakyat menerapkan amalan budaya hidup cergas dan aktif memandangkan peratusan masyarakat Malaysia yang aktif