• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA NYARING MELALUI MODEL ROUND TABLE DI KELAS 1 SDN 1 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA NYARING MELALUI MODEL ROUND TABLE DI KELAS 1 SDN 1 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA NYARING MELALUI MODEL ROUND TABLE

DI KELAS 1 SDN 1 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO

WIRDA KAMSIA

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Pembimbing

1. Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd 2. Dra. Dajani Suleman, M.Hum

ABSTRAK

WirdaKamsia. 2014. “Meningkatkan Kemampuan siswa membaca nyaring melalui model Round Table di Kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Pantai Kabupaten Gorontalo”. Skripsi Program Studi PPKHB Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Dra.Hj. Evi Hasim,M.Pd, Pembimbing II Dra. Dajani Suleman,M.Hum

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Kemampuan siswa membaca nyaring melalui model Round Table di Kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo meningkat? Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo, melalui model Round Teble.Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap analisis dan refleksi.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa dari 30 orang siswa yang dikenakan tindakan, 18 orang atau 60% yang mampu membaca nyaring melalui model Round Table. Persentase ini meningkat pada siklus II. Dari 30 orang siswa yang dikenakan tindakan, 23 orang atau 76,7% mampu membaca nyaring melalui model Round Table. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model

Roung Table dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaringpada siswa kelas I SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo.

(2)

PENDAHULUAN

Berdasarkan observasi guru pada tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa belum adanya penerapan model-model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. kemampuan siswa membaca permulaan masih sangat rendah hal ini disebabkan karena sebagian siswa tidak mengenyam pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), disisi lain perhatian siswa masih rendah pada saat guru menjelaskan pelajaran hal ini berdampak pada nilai ketuntasan formatif hanya mencapai 30%. Dari 30 siswa hanya 7 siswa yang dapat membaca dan mengenal huruf, 13 siswa belum dapat membaca tetapi sudah mengenal huruf. Dan 10 siswa belum dapat membaca dan belum mengenal huruf. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru hanya memberi contoh membaca dan siswa disuruh menirukan. Sehingga bagi siswa yang belum dapat membaca hanya sekedar mengingat ucapan guru tanpa memperhatikan rangkaian huruf yang ada. Ketika siswa disuruh membaca secara bergantian maka sering terjadi apa yang diucapkan oleh siswa tidak sesuai dengan rangkaian huruf yang dibaca. Apa yang diucapkan kadang-kadang keliru dengan bacaan di atasnya atau di bawahnya.

Berdasarkan permasalahan di atas perlu solusi mendapat perhatian dari para guru mata pelajaran untuk mencari sebuah solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu cara adalah dengan penggunaan model pembelajaran pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca nyaring adalah dengan menggunakan model round table.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca nyaring dengan formulasi judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Model Round Table

di Kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo”

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat mengangkat identifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Belum adanya penerapan model-model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

(3)

2. Kemampuan siswa membaca nyaring masih sangat rendah hal ini disebabkan karena sebagian siswa tidak melalui pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). 3. Perhatian siswa masih rendah pada saat guru menjelaskan materi pelajaran.

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model round tabledapat meningkatkankemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo.

Pemecahan masalah yang ditempuh sebagai solusi terhadap permasalahan diatas adalah dengan model round table meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Adapun langkah-langkah penerapan model round table adalah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar. 2. Guru membagi siswa menjadi kelompok.

3. Guru memberikan tugas atau lembar kerja.

4. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.

5. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.

6. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca nyaring melalui model round tablekelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo.

TINJAUAN PUSTAKA

Wassid (2008:115) Membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh.Itulah motivasi pokok yang mendorong tumbuhnya minat membaca. Apabila minat sudah tumbuh dan berkembang, dalam arti bahwa orang bersangkutan sudah mulai suka membaca, maka kebiasaan membacapun akan berkembang.

Hodgson (dalam Tarigan H.G. 2008: 7) mengemukakan bahwa: Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh pemberi pesan.” Proses ini

(4)

menuntut agar kelompok kata yang merupkan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui, apabila hal ini tidak terpenuhi maka pesan yang tersirat tidak akan dapat dipahami dengan jelas, proses membaca tidak akan terlaksana dengan baik, Kadir (2011).

Crawley dan Mountain (dalam Farida, 2005:44) berpendapat bahwa hakikat membaca merupakan suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tapi juga melibatkan aktifitas visual, membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan sebagai proses berfikir, membaca mencakup aktifitas pengenalan kata, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Membaca nyaring atau membaca bersuara terdiri atas: membaca teknik dan membaca estetik. Keduanya mementingkan: a) Kelancaran dan kebenaran pengucapan kata, b) Suara yang jelas dan fasih sehingga pesan-pesan naskah mudah ditangkap audiens, c) Intonasi (kuat lemahnya tekanan, tinggi rendahnya nada, cepat lambatnya tempo) dan penjedaan secara tepat, d) Pemahaman makna dan penghayatan nuansa naskah, serta e) Penyampaian yang hidup dan komunikatif. 2) Membaca dalam Hati (Membaca Sunyi atau Silent Reading): Membaca dalam hati (membaca tanpa suara) cukup dalam batin saja, mata atau pandangan kita menyusuri untaian kata dari kiri ke kanan (untuk huruf latin, huruf arab sebaliknya), dari atas ke bawah, tanpa mulut berkomat kamit. Membaca sunyi bersifat personal, karena manfaat langsungnya hanya bisa dinikmati dan direguk oleh sang pembaca, Adfal (2012).

Menurut Adfal (2012) membaca nyaring hendaknya mempunyai tujuan mencakup: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) menginformasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara

(5)

lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaan -pertanyaan yang spesifik.

Teknik membaca nyaring yaitu membaca menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis, Anonim (2011).

Dalam membaca nyaring mengutamakan intonasi atau penanda Jeda ( / ) . Apabila penanda jeda letaknya berbeda maka makna kalimat akan berbeda pula. Contoh 1.Minumlah obat ini dua kali / satu sehari. 2. Minumlah obat ini dua / kali satu sehari.Tanda jeda posisi seperti kalimat nomor 1. berarti minum obat dua kali satu tablet sehari. Sedangkan tanda jeda seperti kalimat nomor 2 berarti minum obat dua tablet satu kali sehari.

Pembelajaran kooperatif tipe round table merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan untuk memajukan pembentukan kelompok, mendengarkan aktif, berpikir dan berpartisipasi. Siswa bergantian dalam berkontribusi dalam kelompoknya masing-masing, pembelajaran ini juga merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik dengan lebih mementingkan proses untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. roundtable

diyakini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat membuat siswa lebih aktif, lebih berani mengungkapkan pendapat karena belajar dengan kelompok, Anonim (2010).

Kelebihan model round table

1) Mempunyai kekuatan dalam proses penulisan.

2) Dapat memotivasi dan mewujudkan kesenangan kepada peserta didik pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3) Mengaktifkan dan menceriakan suasana.

4) Melatih murid-murid tersebut kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif. 5) Mendorong para peserta untuk berfikir secara matang karena proses

pemerolehan informasi yang relevan, penyaringan dan penghasilan informasi dalam bentuk lisan dan tulisan memerlukan pendalaman fikiran.

(6)

6) Meningkatkan kemampuan peserta yang kurang mampu dalam keterampilan berfikir.

7) Memupuk sikap berani para peserta, Yuttaqi Yuthi (2013). Kekurangan teknik round table dan round robin adalah:

1) Menyebabkan kelas menjadi ramai, mengganggu pembelajaran sekiranya tidak dikawal dengan baik oleh guru.

2) Dari segi waktu, proses pembelajaran yang menggunakan kedua-dua teknik ini memerlukan waktu yang lebih panjang.

3) Kurang sesuai dilaksanakan untuk kelompok yang mayoritas pesertanya kurang cerdas, karena proses pemilihan dan penyaringan idea memerlukan keterampilan berfikir, Yuttaqi Yuthi (2013).

Adapun langkah-langkah model pembelajaran round table menurut Anonim (2008) sebagai berikut :

1. Penyampaian tujuan

2. Penjelasan tugas yang akan didiskusikan 3. Guru membagikan kertas kerja

4. Siswa mengerjakan tugas dengan menuangkan idenya di atas kertas kerja secara bergilir searah jarum jam. Giliran dibatasi oleh waktu

5. Kesimpulan 6. Penyajian hasil 7. Feed back oleh guru 8. Evaluasi

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan diSDN 1 Batudaa Pantai Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo. Luas sekolah ±1700m2 , luas bangunan adalah 924m2yang didirikan tahun 1922 dan terbagi menjadi 8 ruangan yakni 6 ruang kelas dan 1 ruang kepala sekolah dan guru. Jumlah guru pengajar di sekolah ini berjumlah 10 orang yakni 6 orang berstatus PNS, 4 orang guru abdi.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Limboto dengan jumlah siswa berjumlah 30 orang yakni 21 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Rata-rata

(7)

mata pencaharian orang tua siswa adalah 80% adalah nelayan dan 20% tukang, dan pedagang kecil, tingkat pengetahuan yang variatif serta latar belakang sosial yang berbeda-bedaserta usia rata-rata 5-6 tahun.

Variabel penelitian titik saran untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel input, enyangkut karakteristik siswa, guru pelaksana tindakan bahwa pelajaran yang diajarkan sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan pembelajaran dan alat pendukung lainnya.

b. Variabel proses adalah proses kegiatan belajar mengajar tindakan Kelas penerapan model round table meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo Semester 1 Tahun pelajaran 2013 / 2014. dengan langkah-langkah pembelajaran yakni:

(a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing - masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah);

(b) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim;

(c) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah di pelajari;

(d) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang- kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu tertentu

(e) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

(8)

c. Variabel output, Meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 1 Batudaa Pantai Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo Semester 1 Tahun pelajaran 2013 / 2014.Yang diukur dari kemampuan membaca nyaring menggunakan model pembelajaran round table dari 7 (30%) menjadi 23 orang (77%) dengan menggunakan model round table.

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan guru sebagai kolabolator dalam penelitian ini dan peneliti sebagai observer dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut, tahap persiapan atau perencanaan, tahap pelaksanan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi, tahapan analisis dan refleksi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, dokumentasi wawancara dan tes.

Analisis data dilakukan apabila semua data dalam satu siklus terkumpul. Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis berdasarkan pemikiran dan pemantauan langsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada observasi awal di lapangan peneliti dapat menggambarkan kemampuan siswa membaca nyaring di kelas 1 SDN 1 Batudaan Pantai dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Kemampuan siswa membaca nyaring pada observasi awal No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah

Siswa Persentase 1

Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

abjad M 10 33,3 % KM 18 60 % TM 2 6,7 % 2 Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

bunyinya

M 10 33,3 %

KM 18 60 %

TM 2 6,7 %

3 Kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata

M 7 23,3 %

KM 18 60 %

(9)

Data pada tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan abjad, terdapat 10 siswa 33,3 % yang mampu (M), 18 siswa atau 60 % kurang mampu (KM), dan 2 siswa atau 6,7 % yang tidak mampu (TM).

2. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan bunyinya, tedapat 13 siswa 43,3 % yang mampu (M), 8 siswa atau 26,7 % kurang mampu (KM), dan 9 siswa atau 30 % yang tidak mampu (TM)

3. Pada aspek kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata, tedapat 7 siswa 23,3 % yang mampu (M), 18 siswa atau 60 % kurang mampu (KM), dan 5 siswa atau 16,7 % yang tidak mampu (TM)

Pada pembelajaran siklus I peneliti dapat menggambarkan kemampuan siswa membaca nyaring di kelas 1 SDN 1 Batudaan Pantai dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Kemampuan siswa membaca nyaring pada siklus I No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah

Siswa Persentase 1

Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

abjad M 18 60 % KM 12 40 % TM - 0 % 2 Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

bunyinya

M 18 60 %

KM 12 40 %

TM - 0 %

3 Kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata

M 10 33,3 %

KM 15 50 %

TM 5 16,7 %

Data pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan abjad, terdapat 18 siswa 60 % yang mampu (M), 12 siswa atau 40 % kurang mampu (KM), dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak mampu (TM).

2. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan bunyinya, terdapat 18 siswa 60 % yang mampu (M), 12 siswa atau 40 % kurang mampu (KM), dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak mampu (TM).

(10)

3. Pada aspek kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata, tedapat 10 siswa 33,3 % yang mampu (M), 15 siswa atau 50 % kurang mampu (KM), dan 5 siswa atau 16,7 % yang tidak mampu (TM)

Pada pembelajaran siklus II peneliti dapat menggambarkan kemampuan siswa membaca nyaring di kelas 1 SDN 1 Batudaan Pantai dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Kemampuan siswa membaca nyaring pada siklus II No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah

Siswa Persentase 1

Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

abjad M 23 76,7 % KM 7 23,3 % TM - 0 % 2 Kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan

bunyinya

M 23 76,7 %

KM 7 23,3 %

TM - 0 %

3 Kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata

M 12 40 %

KM 16 53, 3 %

TM 2 6,7 %

Data pada tabel 3 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan abjad, terdapat 23 siswa 76,7 % yang mampu (M), 7 siswa atau 23,3 % kurang mampu (KM), dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak mampu (TM).

2. Pada aspek kemampuan mengucapkan huruf- hurufnya sesuai dengan bunyinya, terdapat 23 siswa 76,7 % yang mampu (M), 7 siswa atau 23,3 % kurang mampu (KM), dan tidak ada siswa atau 0 % yang tidak mampu (TM). 3. Pada aspek kemampuan merangkaikan huruf menjadi suku kata, tedapat 12

siswa 40 % yang mampu (M), 16 siswa atau 53,3 % kurang mampu (KM), dan 2 siswa atau 6,7 % yang tidak mampu (TM)

Mengingat pada siklus sebelumnya penelitian belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, maka dilaksanakan siklus II. Seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilaksanakan pada empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap

(11)

pelaksanaan tindakan, tahap pemantauan dan evaluasi dan tahap analisis data dan refleksi.

Berdasarkan pada indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu siswa yang mendapat nilai di bawah 75 dikatakan belum mampu, dari hasil penilaian adan analisis data berdasarkan pada lampiran kemampan siswa membaca nyaring yang terlampir pada bagian belakang skripsi ini, maka peneliti dapat menjelaskan dalam tabel yang lebih sederhana berikut.

a) Observasi Awal

Tabel 6. Kemampuan siswa membaca nyaring berdasarkan pada standar indikator kinerja pada observasi awal

No Kategori Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 Mampu (M) 100 7 23,3 % 89 3 10 % 2 Belum Mampu (BM) 67 15 50 % 56 3 10 % 33 2 6,7 %

Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan

1. Terdapat 10 siswa atau 33, 3% yang mampu membaca nyaring atau mendapatkan nilai 75 ke atas

2. Terdapat 20 siswa atau 20 siswa atau 66,7 % yang belum mampu membaca nyaring atau mendapat nilai 75 ke bawah pada observasi awal.

b) Siklus I

Tabel 7. Kemampuan siswa membaca nyaring berdasarkan pada standar indikator kinerja pada siklus I

No Kategori Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 Mampu (M) 100 10 33,3 % 89 8 26,7 % 2 Belum Mampu (BM) 67 7 23,3 % 56 5 16,7 % 33 - 0 %

(12)

1. Terdapat 18 siswa atau 60 % yang mampu membaca nyaring atau mendapatkan nilai 75 ke atas

2. Terdapat 12 siswa atau 40 % yang belum mampu membaca nyaring atau mendapat nilai 75 ke bawah pada observasi awal.

c) Siklus II

Tabel 8. Kemampuan siswa membaca nyaring berdasarkan pada standar indikator kinerja pada siklus II

No Kategori Nilai Jumlah Siswa Persentase

1 Mampu (M) 100 12 40 % 89 11 36,7 % 2 Belum Mampu (BM) 67 5 16,6 % 56 2 6, 7 % 33 - 0 %

Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan

1. Terdapat 23 siswa atau 76,7 % yang mampu membaca nyaring atau mendapatkan nilai 75 ke atas

2. Terdapat 7 siswa atau 23,3 % yang belum mampu membaca nyaring atau mendapat nilai 75 ke bawah pada siklus II

Peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa melalui model round table mulai dari observasi awal, siklus I dan siklus II dapat digambarkan pada grafik berikut.

(13)

Jumlah siswa yang belum mampu berdasarkan pada gambar grafik di atas digambarkan dengan grafik batang berwarna hijau, untuk siswa yang mampu membaca nyaring digambarkan dengan grafik batang berwarna merah.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN 1 Batudaan Pantai Kabupaten Gorontalo pada observasi awal yang mampu berjumlah 10 siswa atau 33,3 %, meningkat menjadi 18 siswa atau 60 % pada siklus I, dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II berjumlah 23 siswa atau 76,7 %.

Setelah diadakan analisis data hasil obervasi dan pelaksanaan pembelajaran siklus I, ternyata terjadi peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa melalui

round tablemeskipun belum mencapai indikator kinerja. Dari 10 siswa atau rata-rata 33, 3% pada observasi awal, meningkat menjadi 18siswa atau 60 %, pada pembelajaran siklus I. Terjadi peningkatan sebesar 26,7 % atau bertambah 8 siswa yang mampu membaca nyaring setelah dilakukan pembelajaran melalui model

round table.

Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,7% atau bertambah 5 siswa yang mampu membaca nyaring dengan baik setelah diadakan pembelajaran siklus II.

Jadi total peningkatan jumlah siswa dari observasi awal sampai pembelajaran siklus II yaitu 43,3% atau bertambah 13 siswa yang mampu membaca nyaring.

0 5 10 15 20 25 Observasi Awal Siklus I Siklus II

Grafik 1.

Kemampuan Siswa Membaca Nyaring

Melalui Model

Round Table

di Kelas 1

SDN 1 Batudaan Pantai

Mampu Belum Mampu

(14)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui model round tablekemampuan membaca nyaring siswa di kelas 1SDN 1 Batudaan Pantai Kabupaten Gotrontalo meningkat.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa membaca nyaring pada pembelajaran bahasa Indonesia, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran dengan model round table dalam meningkatkan kemampuan membaca nyaring, mengevaluasi efisien dan efektivitas penerapan model pembelajaran round table untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung dan memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan penguatan kepada siswa yang sudah mengerti/paham, sehingga siswa dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik.

2. Untuk Siswa

Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan belajar sehingga memperoleh kemampuan siswa membaca nyaring yang optimal, dan memiliki rasa senang untuk menulis melalui pembelajaran round table maupun penggunaan alat peraga yang tersedia. 3. Para Peneliti

Kepada peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa kelas 1 SDN I Batudaa Pantai kabupaten Gorontalo. Melalui usaha ini, antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain dapat menunjukkan kinerja semakin baik dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca nyaring dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2224255-pembelajaran kooperatif-tipe-roundtable/#ixzz2gRIerbXkdiases 01 Oktober 2013

Adfal. 2012. Keterampilan Membaca Nyaring.

http://adfal86.blogspot.com/2012/05/keterampilan-membaca-nyaring.html) diakses tanggal 01 oktober 2013

Anonim. 2011. Teknik Membaca Menyuarakan Kalimat. (

http://ilmuseumurhidup.blogspot.com/2011/11/teknik-membaca-menyuarakan kalimat.html) diakses 01 Oktober 2013

Anonim. 2008. Model Pembelajaran. ( http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/modelpembelajaran.html) diakses tanggal 02 Oktober 2013

Halid, Farida. 2005. Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar.2008.Strategi Pembelajaran Bahasa.Rosda Kadir. 2011. Teknik Pembelajaran Membaca Nyaring.

(https://www.google.com/search?q=teknik+pembelajaran+membaca+nyaring &sourceid=opera&ie=utf-8&oe=utf-8&channel=suggest) Diposkan 14th November 2011 oleh mukhdin kadir. Diakses 01 Oktober 2013

Yuttaqi Yuthi. 2013. Penerapan Strategi Everyone. http://yuthi-yattaqi.blogspot.com/2013/05/penerapan-strategi-everyone-is teacher.html, diakses tanggal 02 Oktober 2013

Gambar

Tabel 1. Kemampuan siswa membaca nyaring pada observasi awal  No.  Aspek yang dinilai  Kriteria  Jumlah
Tabel 2. Kemampuan siswa membaca nyaring pada siklus I  No.  Aspek yang dinilai  Kriteria  Jumlah
Tabel 3. Kemampuan siswa membaca nyaring pada siklus II  No.  Aspek yang dinilai  Kriteria  Jumlah
Tabel 7. Kemampuan siswa membaca nyaring  berdasarkan pada standar  indikator kinerja pada siklus I
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lesi besar dan luas mencapai lebih dari 30 mm, lesi displasia moderat, dan karsinoma in situ, krioterapi tidak menguntungkan dibanding dengan laser.. Jika dibandingkan

Kelompok pembudidaya ikan tiap desa hanya sebagai wadah untuk menerima bantuan dari pemerintah, belum meratanya masyarakat yang memiliki pengetahuan dan inovasi sehingga

Pengubahan kulit kopi menjadi senyawa xanthat bertujuan untuk meningkatkan daya serap adsorpsi terhadap pewarna rodhamin B, sehingga kapasitas adsorbsi yang

Berdasarkan tabel 2.3 apabila dikaikan dengan (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu (65), maka dapat disimpulkan bahwa hasil

Sebagai balasan bagi Perkara-Perkara yang tersebut di dalam Lampiran Perjanjian Pinjaman Pendidikan / Pinjaman Semula Pendidikan, PERBADANAN dengan ini bersetuju untuk

Iklim pembelajaran matematika dilihat dari interaksi di dalam kelas, sistem moving class yang diterapkan oleh sekolah SMK Negeri 6 Surakarta membuat interaksi antar siswa

Selain itu, mengingat hutan tepi Sungai Menamang merupakan salah satu habitat penting bagi orangutan pada lanskap yang telah terdegradasi (Meijaard et al., 2010),

Aspek biologi reproduksi ikan betutu di waduk Kedung Ombo sejauh ini belum banyak diteliti dan dilaporkan karena mempunyai lingkungan yang berbeda dengan waduk yang lain, oleh sebab