• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia ... . 7

2.1.1 Pengertian Lansia ... . 7

2.1.2 Batasan Umur Lansia ... . 7

2.1.3 Perubahan pada Lansia ... . 8

2.2 Hipertensi ... 10

2.2.1 Pengertian Hipertensi ... 10

2.2.2 Faktor Resiko Hipertensi... 11

2.3 Stres ... 14

2.3.1 PengertianStres ... 14

2.3.2 Penyebab Stres ... 15

2.3.3 Tahapan Stres ... 15

2.3.4 Klasifikasi Stres ... 16

2.3.5 Dampak dari Stres ... 17

2.3.6 Penatalaksanaan Stres ... 18

2.3.7 Instrumen Pengukuran Tingkat Stres ... 19

(2)

ii

2.4.1 Pengertian Terapi Bermain ... 20

2.4.2 Manfaat Terapi Bermain ... 21

2.4.3 Terapi Bermain Jigsaw Puzzle pada Lansia ... 21

2.5 Hubungan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle terhadap Tingkat Stres ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Variabel Penelitian ... 27

3.2.1 Variabel Penelitian ... 27

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.3 Hipotesis ... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 29

4.2 Kerangka Kerja ... 30

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

4.3.1 Tempat Penelitian... 31

4.3.2 Waktu Penelitian ... 31

4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Penelitian ... 31

4.4.1 Populasi Penelitian ... 31

4.4.2 Sampel Penelitian ... 32

4.4.3 Teknik Sampling ... 32

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 32

4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 32

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 33

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 36

4.5.4 Uji Validitas dan Reabilitas ... 37

4.5.5 Uji Interreliability... 38

4.5.4 Etika Penelitian ... 38

4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 37

4.6.1 Pengolahan Data... 40

4.6.2 Analisa Data ... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 42

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 42

5.1.2 Hasil Analisis Data ... 43

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian ... 49

5.2.2 Tingkat Stres Lansia dengan Hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle ... 52 5.2.3 Tingkat Stres Lansia dengan Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Bermain

(3)

iii

Jigsaw Puzzle ... 53 5.2.4 Analisa Pengaruh Terapi Bermain Jigsaw Puzzle terhadap Tingkat Stres

Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar

Timur ... 54 5.2.5 Keterbatasan Penelitian ... 57 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan ... 58 6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26 Gambar 4.1. Skema Desain Penelitian ... 29 Gambar 4.2. Kerangka kerja ... 30

(5)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah ... 11

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitan ... 27

Tabel 4.1. Hasil Uji Homogenitas Data Responden Penelitian ... 32

Tabel 4.1. Hasil Uji Kappa Terhadap Asisten Penelitian ... 38

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ... 44

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Pretest ... 45

Tabel 5.5. Tekanan Darah Pretest ... 45

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah Posttest ... 45

Tabel 5.7. Tekanan Darah Posttest ... 46

Tabel 5.8. Skor Stres Pretest ... 46

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Stres Responden Sebelum Diberikan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle ... 47

Tabel 5.10. Skor Stres Posttest ... 47

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Stres Responden Setelah Diberikan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle ... 47

Tabel 5.12. Uji Normalitas Data Skor Stres Pre-test dan Post-test ... 47

Tabel 5.13. Hasil Analisis Perbedaan Skor Stres Pre-test dan Post-test Terapi Bermain Jigsaw Puzzle ... 47

(6)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Jadwal Penelitian

Lampiran 4 : Kuesioner DASS 42 Lampiran 5 : Dana Penelitian Lampiran 6 : Prosedur Kerja

Lampiran 7 : Gambar Desain Jigsaw Puzzle Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas Kuesioner Lampiran 9 : Hasil Uji Reabilitas Kuesioner

Lampiran 10 : Kuesioenr Dass 42 Setelah Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 11 : Kuesioner Dass 42 Setelah Uji Validitas dan Reabilitas Dalam Bahasa Bali

Lampiran 12 : Rumus Perhitungan Pengkategorian Tingkat Stres Lampiran 13 : Hasil Ouput Uji Kappa Peneliti dan Asisten Peneliti Lampiran 14 : Master Tabel Input Data Penelitian

Lampiran 15 : Master Tabel Tekanan Darah Per Sesi

Lampiran 16 : Master Tabel Tekananan Darah Pre dan Post Lampiran 17 : Tabel Karakteristik Responden

Lampiran 18 : Tabel Hasil Uji Normalitas Data Skor Stres Sebelum dan Setelah Diberikan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle

Lampiran 19 : Tabel Hasil Uji Analisis Bivariat Skor Stres Sebelum dan Setelah Diberikan Terapi Bermain Jigsaw Puzzle

(7)

vii

Lampiran 21 : Surat Permohonan Ijin Melakukan Pengumpulan Data Penelitian Lampiran 22 : Surat Permohonan Ijin Validasi Instrumen Penelitian di Banjar

Jematang, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat

Lampiran 23 : Surat Permohonan Ijin Validasi Instrumen Penelitian di Banjar Tangtu, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur

Lampiran 24 : Surat Ijin Rekomendasi Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali

Lampiran 25 : Surat Ijin Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar

Lampiran 26 : Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Puskesmas II Denpasar Timur

Lampiran 27 : Surat Penyerahan Ethical Clearance dari Litbang FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Lampiran 28 : Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) dari Litbang FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

Lampiran 29 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur

Lampiran 30 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian Lampiran 31 : Lembar Konsultasi

(8)

viii

DAFTAR SINGKATAN

ACSM : American College of Sport Medicine AHH : Angka Harapan Hidup

BPS : Badan Pusat Statistik

DASS : Depression Anxiety Stress Scale Depkes : Departemen Kesehatan

Dinkes : Dinas Kesehatan

ISH : Isolated Systolic Hypertension Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan

Kepmenkes RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia KNEPK : Komisi Nasional Etika Penelitian Kesehatan Posyandu : Pusat Pelayanan Terpadu

PSQ : Perceived Stress Quisionare PSS : Perceived Stress Scale Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SAQ : Stress Assessment Quisionare Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional WHO : World Health Organization

(9)

ix

ABSTRAK

Tingkat stres cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Menghadapi keadaan stres tersebut maka diperlukan penatalaksanaan stres. Penatalaksaan stres secara non farmakologis yang dapat dilakukan dengan mudah namun jarang digunakan adalah bermain salah satunya contohnya yaitu bermain jigsaw puzzle. Penelitian kuantitatif yang menggunakan rancangan penelitian pre-esperimental design yaitu one-group pre-posttest ini dilakukan terhadap 33 lansia dengan hipertensi untuk mengetahui pengaruh terapi bermain jigsaw puzzle terhadap tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur. Penelitian menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling dan pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner DASS 42 yang telah dimodifikasi. Hasil analisis uji statistik non parametris wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan adanya pengaruh jigsaw puzzle terhadap tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur dengan nilai p= 0,034 < α= 0,05. Saran: meningkatkan kualitas hidup lansi terutama pada lansia yang mengalami hipertensi dengan penatalaksanaan manajemen stres dapat dilakukan dengan memberikan terapi bermain jigsaw puzzle yang dapat dimainkan sendiri maupun berkelompok.

Kata kunci: terapi bermain, jigsaw puzzle, stres pada lansia Referensi (121: 2005-2015)

(10)

x

ABSTRACT

Stress levels tend to increase by age. Based on that condition, stress management is needed to relieve stress. One of non-pharmacology therapy that can be applied easily but rarely used is jigsaw puzzle therapy. This quantitative study used pre-experimental design with one group pre-test post-test design. This study was done to thirty three elders with hypertention. This study was conducted to analyze the effect of jigsaw puzzle therapy on stress level of the elderly with hypertention in the working area of Puskesmas II Denpasar Timur. This study used purposive sampling and data was collected by modified DASS 42 questionnaire. Based on wilcoxon test with a 95% confidence interval, p value= 0,034 < α= 0,05, showed that there was an influence of jigsaw puzzle therapy on stress level of the elderly with hypertention in the working area of Puskesmas II Denpasar Timur. According to the result of this study, it is recommended to use this therapy individually or in group as one kind of stress management to improve quality of life among the elderly.

(11)
(12)

xii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan kesejahteraan umum merupakan cita-cita bangsa yang sudah tertanam sejak dulu. Pemerintah berusaha mewujudkannya dengan meningkatkan derajat kesehatan dan kondisi sosial masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan tersebut terlihat dari peningkatan Angka Harapan Hidup. AHH rata-rata di dunia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 adalah 71 tahun. AHH di Indonesia pada tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2013 didapatkan bahwa AHH di Bali adalah 71 tahun. Denpasar menduduki urutan kedua di Bali yaitu 73 tahun (BPS Provinsi Bali, 2014). Tingginya AHH diikuti dengan peningkatan jumlah lansia.

BPS RI (dalam Kemenkes RI, 2013) lansia pada tahun 2010 sebanyak 7,56% meningkat menjadi 8,2% pada tahun 2014. Hasil proyeksi penduduk BPS Provinsi Bali (2015) jumlah lansia pada tahun 2010 sebanyak 9,7% dan tahun 2015 sebanyak 10,3%. Hasil data sensus penduduk didapatkan bahwa jumlah lansia di Kota Denpasar pada tahun 2010 sebanyak 4,52% (BPS Provinsi Bali, 2015). Data BPS Kota Denpasar jumlah lansia di Denpasar Timur pada tahun 2014 sebanyak 5,9%. Desa Kesiman Kertalangu merupakan desa di Kecamatan Denpasar Timur dengan jumlah lansia tertinggi yaitu sebanyak 16,9% (BPS Kota Denpasar, 2014). Lansia mengalami proses penuaan yang ditandai dengan perubahan psikologis dan penurunan fungsi sistem tubuh. Penurunan fungsi sistem tubuh berupa penurunan penglihatan, pendengaran, pengecap, peciuman dan fungsi mobilitas. Perubahan kondisi psikologis terjadi akibat penurunan penghasilan, kehilangan pasangan hidup, ditinggal oleh anak, dan penyakit degeneratif (Efendi & Makhfudli, 2009). Kemenkes (2013) penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia yaitu diabetes mellitus, stroke, radang sendi dan hipertensi.

(13)

xiii

Hipertensi menduduki urutan kedua dalam sepuluh besar penyakit rawat jalan di RSUD se-Bali tahun 2013 (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014). Data dari Dinkes Kota Denpasar pada tahun 2013 diketahui bahwa hipertensi menduduki urutan ketiga dalam sepuluh penyakit utama pasien baru rawat jalan di Puskesmas. Puskesmas 2 Denpasar Timur merupakan wilayah dengan kasus hipertensi pasien baru rawat jalan tertinggi (Dinkes Kota Denpasar, 2014). Kelompok umur yang mengalami hipertensi tertinggi di wilayah tersebut yaitu lansia.

Hipertensi tahun 2008 untuk usia 25 tahun ke atas yaitu sebanyak 45% (WHO, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi hipertensi tertinggi yaitu usia 65-74 tahun sebesar 57,6% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 63,8%. Dinkes (2014) prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 2 Denpasar Timur untuk usia 60 tahun ke atas sebesar 48,6%. Data kunjungan lansia di Pusat Pelayanan Terpadu Banjar Tohpati tahun 2015 didapatkan bahwa hipertensi dialami oleh 41% lansia. Data dari hasil wawancara didapatkan bahwa hipertensi dialami oleh 30% lansia.

Prasetyaningrum (2014) lansia lebih banyak mengalami Isolated Systolic Hypertension dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih. Proses penuaan menyebabkan peningkatan kekakuan aorta, peningkatan afterload dan tahanan vaskuler. Peningkatan tersebut meningkatkan resiko hipertensi. Selain itu, fluktuasi tekanan darah terjadi karena aktivitas fisik dan stres (Dewi, 2014). Tamher dan Noorkasiani (2009) stres merupakan suatu ancaman nyata atau dirasakan tertuju pada kondisi fisik, emosi dan sosial seseorang. Menurut Selye (dalam Potter & Perry, 2005) stres membuat seseorang harus merespons atau melakukan sesuatu atas tuntutan non spesifik. Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa seseorang akan mengalami gangguan dalam menyelesaikan masalah, melihat pandangan hidup hingga mempengaruhi status kesehatan akibat stres. Hasil Riskesdas (2013) didapatkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional berupa stres di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan dan kondisi ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian Mardiana dan Zelfino

(14)

xiv

(2014) ditemukan bahwa lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 85% mengalami stres sedang dan 15% mengalami stres berat. Penelitian Laksono (2013) menunjukkan bahwa pasien hipertensi dengan tingkat stres sedang sebanyak 36% sering mengalami kekambuhan dan tingkat stres berat sebanyak 65% sering mengalami kekambuhan. Penelitian Andria (2013) menunjukkan bahwa lansia yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 44% kurang kebal terhadap stres, pra hipertensi sebanyak 62% kurang kebal terhadap stres dan hipertensi sebanyak 72% kurang kebal terhadap stres. Penderita hipertensi mengalami stres karena penderita mengetahui dirinya mengalami penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Selain itu, penderita harus menjaga pola makan. mengkonsumsi obat secara terus menerus dan komplikasi dari penyakit tersebut (Prasetyorini & Prawesti, 2012). Untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan adaptasi stres.

Selye, Monsen, Floyd, dan Brookman (dalam Potter & Perry, 2005) adaptasi stres merupakan proses respons terhadap stres oleh dimensi fisiologis dan psikososial. Sumber adaptif berasal dari dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif dari fisik berupa sindrom adaptasi lokal atau umum akibat penyakit. Sumber adaptif perkembangan berupa adaptasi terhadap tahap perkembangan dan stresor sebelumnya. Sumber adaptif emosional berupa pertahanan psikologis dan kekuatan diri. Sumber adaptif intelektual berupa pendidikan normal, kemampuan memecahkan masalah, persepsi realistis, dan strategi koping. Sumber adaptif sosial berupa jaringan sosial yang mendukung individu tersebut. Sumber adaptif spiritual berupa kelompok pendoa dan dukungan rohaniawan (Potter & Perry, 2005). Bentuk dari sumber adaptif adalah penatalaksaan stres.

Penatalaksanaan stres secara umum dibagi menjadi dua yaitu farmakologi dengan obat-obatan serta non farmakologis dengan distraksi dan relaksasi (Isaacs, 2005; Potter & Perry, 2005). Terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi stres terdiri dari berbagai jenis, baik yang dapat dilakukan sendiri maupun berkelompok. Salah satu terapi non farmakologis yang dapat dengan mudah dilakukan namun jarang digunakan adalah bermain.

(15)

xv

Bermain membuat kita mempelajari hal baru dan menanggapi masalah pada permainan dengan adaptif yang dapat menurunkan reaksi cemas. Permainan merupakan aktivitas menyenangkan yang dapat meningkatkan semangat dan mencegah stres (Homeyer & Horrison, 2008). Charlier, Ott, Remmele dan Whitton (2012) terapi bermain pada lansia dapat digunakan sebagai alat promosi kesehatan, meningkatkan kesejahteraan sosial dan media rehabilitasi. Russ (2012) aktivitas yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dari dimensi sosial adalah permainan seperti bingo, dominos, kartu, dan jigsaw puzzle.

Jigsaw puzzle merupakan permainan yang tidak memerlukan banyak tenaga serta dapat dilakukan sendiri maupun bersama orang lain. Permainan ini juga bisa dibuat sendiri menggunakan bahan yang ada di rumah seperti menggunakan kertas bergambar yang dilapisi dengan karton atau kardus pada bagian bawah untuk menambah ketebalan permainan tersebut. Bentuk, jumlah potongan dan desain gambar permainan dapat kita tentukan berdasarkan tingkat kerumitan yang kita inginkan. Tema dan desain gambar permainan ini bisa dijadikan media pendidikan kesehatan dan aktivitas rekreasi (Charlier, Ott, Remmele & Whitton, 2012; Spivey & Loraine, 2010).

Singh dan Kiran (2014) jigsaw puzzle merupakan salah satu aktivitas rekreasi yang disukai oleh lansia. Coleman dan Ganong (2014) mengemukakan bahwa permainan jigsaw puzzle mampu meningkatkan kualitas hidup serta aktivitas mental karena berpengaruh pada fungsi otak. Penelitian yang dilakukan oleh Asiska (2012) didapatkan bahwa ada hubungan antara terapi bermain puzzle dengan stres akibat hospitalisasi pada anak. Jumlah potongan jigsaw puzzle yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 potongan. Penelitian Richardson dan Vecchi (2002) menggunakan 6 potongan jigsaw puzzle pada lansia dengan umur 60-75 tahun didapatkan bahwa sebanyak 73,1% mampu meletakkan lokasi potongan dengan benar dan 64,6% mampu menghubungkan kesesuaian gambar dengan benar. Lansia dengan umur 75-88 tahun sebanyak 53,4% mampu meletakkan lokasi potongan dengan benar dan 44,3% mampu menghubungkan kesesuaian potongan gambar dengan benar (Richardson & Vecchi, 2002). Sehingga jumlah 6 potogan jigsaw puzzle efektif untuk diberikan kepada lansia.

(16)

xvi

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Banjar Tohpati didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada wilayah tersebut yaitu riwayat keluarga, umur, kurang aktivitas fisik dan stres. Dari 5 orang yang mengalami hipertensi didapatkan bahwa 60% mengalami stres ringan dan 40% mengalami stres sedang. Penelitian tentang manfaat terapi jigsaw puzzle untuk mengurangi stres pada lansia belum pernah diteliti. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh terapi bermain jigsaw puzzle terhadap tingkat stres lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Adakah Pengaruh Terapi Bermain Jigsaw Puzzle terhadap Tingkat Stres Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain jigsaw puzzle terhadap tingkat stres lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Tmur.

1.3.2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan (usia, jenis kelamin, pendidikan serta tekanan darah sebelum dan setelah diberikan terapi bermain jigsaw puzzle).

b. Mengidentifikasi tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi sebelum terapi bermain jigsaw puzzle.

c. Mengidentifikasi tingkat stress lansia yang mengalami hipertensi setelah terapi bermain jigsaw puzzle.

(17)

xvii

d. Menganalisis pengaruh terapi bermain jigsaw puzzle terhadap tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Timur.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis a. Bagi bidang keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan komunitas khususnya gerontik. Selain itu dapat dijadikan sebagai pengetahuan untuk memberikan asuhan keperawatan dalam mengelola stres lansia.

b. Bagi penelitian

Penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh terapi bermain jigsaw puzzle terhadap masalah keperawatan atau penyakit lainnya.

1.4.2 Manfaat praktis a. Lansia

Permainan jigsaw puzzle dapat digunakan sebagai terapi rekreasi untuk mengurangi stres pada lansia yang dapat dilakukan setiap hari.

b. Keluarga

Keluarga dapat mendampingi lansia dalam bermain jigsaw puzzle untuk membantu lansia menyelesaikan jigsaw puzzle serta mampu meningkatkan komunikasi antara keluarga dengan lansia.

c. Puskesmas

Terapi bermain jigsaw puzzle dapat digunakan sebagai media aktivitas rekreasi dalam kegiatan posyandu lansia.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembentukan citra dimulai dari penerimaan secara fisik (panca indra) masuk ke saringan perhatian (attention filter) dan dari situ meng- hasilkan pesan yang dapat

Hendrik Aditya Mulyatno dan Yusup Maulana Saptedi, 2017, Prarancangan Pabrik Etilbenzena dari Etilena dan Benzena dengan Proses Mobil-Badger, Kapasitas 125.000

Dengan adanya aplikasi pendukung di posyandu ini maka pengolahan data bayi dan anggota posyandu akan bejalan efektif dan efisien terutama di posyandu dahlia,

Dengan demikian, menurut analisis peneliti, Daikokuten merupakan bentuk dari Kuvera dalam agama Hindu dimana masuk ke dalam Shichifukujin dengan memiliki sifat yang sama yaitu

Penelitian ini adalah Pre – Experimental Design dengan bentuk One Group Pretest – Posttest Design untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari perlakuan

Pentingnya warna dalam perancangan suatu produk tergantung pada tujuan perancangan itu sendiri, karena perancangan meja baca pada fasilitas umum perpustakaan mini di

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian pre experimental design. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group

Karakterisasi modifikasi yang terbentuk dari karbon dan TiO 2 dapat diketahui dengan menggunakan beberapa instrumen diantaranya yaitu : FT-IR digunakan untuk