• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari

Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito,

Yogyakarta

2008-2012

Makalah Bebas

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN XIII

Diajukan oleh: YUNIKA PUSPA DEWI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

(2)

Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

2008-2012

Makalah Bebas

Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII

Dipresentasikan pada tanggal 22 Oktober 2014

Oleh

Yunika Puspa Dewi 11/326437/PKU/12910

Pembimbing

dr. Andaru Dahesihdewi, M.Kes, SpPK(K) NIP. 19650812 199503 2 003

Kepala Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM

Ketua Program Studi Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM

Prof. dr. Budi Mulyono, MM, SpPK-K NIP.19521226 197903 1 003

dr. Umi S Intansari, M.Kes, SpPK(K) NIP.19700110 199702 2 001

(3)

Tren Perubahan Pola Kuman dan Sensitivitas Antimikroba dari Isolat

Darah di Unit Perawatan Intensif, RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

2008-2012

Yunika Puspa Dewi1, Andaru Dahesihdewi1

1. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Pendahuluan

Infeksi aliran darah (BSI) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan merupakan penyebab tersering morbiditas dan mortalitas pada pasien rawat inap. Sekitar 200.000 kasus bakteremia terjadi setiap tahun dengan angka kematian berkisar 20-50% di seluruh dunia.1 Manifestasi klinis infeksi aliran darah bervariasi dari self-limiting infection sampai sepsis yang mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan antimikroba yang cepat dan agresif. BSI lebih banyak pada pasien operasi, immunocompromised, disfungsi multi organ, membutuhkan ventilasi mekanik.2

Unit perawatan intensif (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia.3 Insidensi BSI terkait ICU adalah 19 /1000 pasien/hari. Selain itu, BSI terkait ICU diperkirakan meningkatkan komplikasi penyakit sebesar 1.2%-6.7% dan lama mondok lebih dari 48-72 jam sebesar 4.4%-6.8%. Infeksi ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan.2

Keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara sementara, hilang timbul atau menetap disebut bakteremia.45 Angka kematian bakteremia pasien yang terinfeksi dengan basil Gram-negatif lebih tinggi daripada kokus Gram-positif.6

Pola kuman dan sensitivitas antibiotika penyebab infeksi bervariasi dari Negara satu ke Negara yang lain, begitu juga dari satu RS ke RS yang lain, bahkan antar ICU dalam satu RS dan berubah dari waktu ke waktu, 7 sebagai contoh; profil etiologi bakteremia di RSCM Jakarta pada tahun 1999-2002 didapatkan keseluruhan penyebab terbanyak adalah bakteri Gram negatif. Pada tahun 2000-2001 terdapat perubahan profil etiologi bakteremia dari Gram negatif menjadi Gram positif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bakteri penyebab

(4)

bakteremia berbeda antar rumah sakit selaras dengan jenis pelayanan spesialisnya, kekerapan infeksi nosokomial, dan jenis pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya.5,8

Antibiotika merupakan pilihan terapi utama untuk penyakit infeksi. Permasalahan akan terjadi bilamana penggunaan antibiotika ini tidak rasional karena menyebabkan resistensi kuman. Perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotika sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan antibiotika di suatu wilayah, tidak terkendalinya penggunaan antibiotika cenderung akan meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif. Beberapa survei resep di dalam dan luar negeri menemukan bahwa antibiotika betalaktam masih merupakan antibiotika yang paling banyak diresepkan sehingga kuman-kuman telah resisten terhadap antibiotika tersebut.5 Data nasional dari WHO menyatakan bahwa E. coli, K.pneumoniae dan S.aureus menunjukan lebih dari 50% resisten terhadap antibiotika yang biasa digunakan. Dan hal yang paling menggelisahkan adalah bahwa angka resistensi bakteri umumnya dilaporkan lebih tinggi di ICU dibanding di area pelayanan lain di rumah sakit. Di samping tingginya angka resistensi di ICU muncul pula kekhawatiran terjadinya multidrug

resistant (MDR) yang pada gilirannya akan semakin mempersulit proses terapi penderita

penyakit infeksi. Salah satu dampak dari resistensi bakteri ini adalah semakin terbatasnya pilihan antibiotika untuk mengatasi infeksi-infeksi yang berat. Keadaan ini tentu sangat mengkhawatirkan karena umumnya pasien yang dirawat di ICU menderita infeksi berat. Selain memberikan dampak biaya yang cukup besar serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas berbagai penelitian melaporkan bahwa pasien-pasien yang terinfeksi oleh bakteri yang resisten umumnya memiliki keluaran yang buruk serta terpaksa harus dirawat lebih lama di rumah sakit daripada pasien penderita infeksi lainnya.9,10

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tren perubahan pola kuman dan sensitivitas antimikroba dari isolat darah selama periode 5 tahun di Unit Perawatan Intensif RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.

Metode

Penelitian deskriptif, semua data isolat darah dari ruang perawatan intensif RSUP dr. Sardjito Yogyakarta selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diambil secara retrospektif dari catatan laboratorium yang terkomputerisasi. Ruang perawatan intensif yang diikutsertakan adalah Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care

(5)

diikutsertakan karena tidak berada dalam satu gedung yaitu Gedung Bedah Sentral Terpadu (GBST).

Selama periode 2008-2011, pemeriksaan sensitivitas kultur darah dilakukan dengan metode disk diffusion dan data dicatat dalam Laboratory Informatic System (LIS) sedangkan tahun 2012 dilakukan dengan metode agar dilution minimal inhibitory concentration (MIC) menggunakan alat Vitek 2 dan data dicatat melalui program observa.11

Data diolah menggunakan Microsoft excel dan disajikan dalam bentuk persentase dan jumlah absolut baik dalam tabel maupun grafik.

Hasil

Total 8.078 isolat darah terkumpul, dengan rata-rata persentase pertumbuhan 37.17%. Terdapat peningkatan jumlah isolat darah dan prosentase pertumbuhan kultur darah 2008-2011, yaitu 32/32 (100%), 340/1428 (23.81%), 683/1991 (34.3%), 1013/2425 (41.77%) dan 935/2202 (42.46%) berturut-turut (Gambar 1).

Gambar 1. Frekuensi pertumbuhan kultur darah 2008-2012. 0 500 1000 1500 2000 2500 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun tidak tumbuh tumbuh J u m l a h

(6)

Gambar 2. Perbandingan persen pertumbuhan mikroorganisme 2008-2012

Dari gambar 2 terlihat bahwa Gram negatif merupakan bakteri dominan dengan kecenderungan meningkat dari tahun 2008 sampai 2012 yaitu 56.25%, 54.42%, 66.57%, 70.82% dan 75,91% berturut-turut. Proporsi Gram negatif/positif tidak mengalami perubahan selama periode penelitian.

0

20

40

60

80

2008

2009

2010

2011

2012

43.75

43.45

31.34

26.18

22.7

56.25

54.42

66.57

70.82

75.91

(7)

Tabel 1. Distribusi jenis mikroorganisme 2008-2011 Mikroorganisme 2008 (n=32) 2009 (n=336) 2010 (n=718) 2011 (n=1035) 2012 (n=934) Total (n=3055) Bakteri Gram positif 14(43.75) 146 (43.45) 225 (31.34) 271 (26.18) 212 (22.7) 868 (28.41)

Staphylococcus aureus - 13 (3.87) 12 (1.65) 20 (1.93) 15 (1.59) 60 (1.96)

Staphylococcus coagulase negatif 14 (43.75) 125 (37.2) 192 (26.72) 205 (19.82) 121 (12.93) 657 (21.51)

Streptococcus sp - 8 (2.38) 11 (1.5) 26 (2.52) 13 (1.37) 58 (1.9)

Enterococcus sp - - 9 (1.23) 7 (0.68) 8 (0.83) 24 (0.78)

Lain - - 1 (0.12) 13 (1.26) 55 (5.87) 69 (2.26)

Bakteri Gram negatif 18 (56.25) 184 (54.42) 478 (66.57) 733 (70.82) 709 (75.91) 2122 (69.46)

Acinetobacter sp 1 (3.13) 3 (0.9) 15 (2.35) 14 (1.35) 171 (18.29) 204 (6.68) Burkholderia cepacia - - - 1 (0.09) 71 (8.22) 72 (2.36) Citrobacter sp - - 3 (0.4) 2 (0.19) 6 (0.62) 11 (0.36) Enterobacter sp 2 (6.25) 8 (2.37) 34 (4.72) 17 (1.64) 20 (2.12) 81 (2.65) Escherichia coli 2 (6.25) 16 (4.76) 29 (4.01) 34 (3.28) 24 (2.55) 105 (3.44) Klebsiella pneumoniae 4 (12.5) 44 (13.09) 85 (11.82) 84 (8.12) 98 (10.47) 315 (10.31) Proteus sp - 1 (0.3) 2 (0.26) 1 (0.09) - 4 (0.13) Pseudomonas aeruginosa 6 (18.75) 91 (27.1) 245 (34.1) 506 (48.89) 241 (25.78) 1089 (35.65) Salmonella sp - - - 4 (0.39) 1 (0.09) 5 (0.16) Lain 3 (9.37) 21 (6.15) 65 (9.03) 70 (6.76) 77 (8.22) 236 (7.73) Jamur Candida sp - 6 (1.8) 15 (2.08) 31 (2.99) 13 (1.37) 65 (2.13)

(8)

Bakteri Gram negatif merupakan patogen dominan 2122 (69.46%), sebagian besar 1089 (51.32%) adalah P. aeruginosa , 315 (10.31%) K. pneumonia.. dan 204 (6.68%) A. baumanii sedangkan E.coli hanya 105 (3.44%). Sekitar 75.69% bakteri Gram positif adalah S. coagulase

negatif. Presentase S. coagulase negatif cenderung menurun yaitu .43.75%, 37.2%, 26.72%,

19.82% dan 21.51% pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 berturut-turut (tabel 1).

Gambar 3. Perbandingan 3 bakteri terbanyak 2008-2012

Tiga bakteri dominan yang ditemukan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 adalah S.

coagulase negatif, P. aeruginosa, dan K. pneumonia, sedangkan pada tahun 2012 terjadi

perubahan yaitu kedudukan K. pneumoniae digantikan A. baumanii. Dari tahun ke tahun, persentase S. coagulase negatif mengalami penurunan sedangkan P. aeruginosa mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2012 (Gambar 3).

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2008 2009 2010

2011 2012

A. baumanii S. coagulase negatif P. aeruginosa K. pneumoniae

(9)

Tabel 2. Distribusi persentase sensitivitas kuman 2008-2012 Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Bakteri Gram positif

Amikacin 13/14 (92.86) 113/132 (85.61) 199/220 (90.45) 233/266 (87.59) 141/164 (85.98) Ampicillin-sulbactam 3/4 (75) 95/145 (65.52) 179/220 (81.36) 195/270 (72.22) 119/179 (66.48) Oxacillin 6/14 (42.86) 32/62 (51.61) 141/221 (63.81) 155/265 (58.49) 91/195 (46.67) Cefoxitin - 4/8 (50) 50/68 (73.53) 150/250 (60) 81/182 (44.5) Imipenem 7/8 (87.5) 91/104 (87.5) 182/203 (89.66) 193/232 (83.19) 139/197 (70.56) Tetrasiklin 12/14 (85.71) 86/143 (60.14) 152/221 (68.78) 124/270 (45.93) 109/209 (52.15) Vancomicyn 14/14 (100) 124/145 (85.52) 176/218 (80.73) 195/256 (76.17) 140/205 (68.29) Clindamycin 8/12 (66.67) 72/141 (51/06) 124/219 (56.62) 146/251 (58.17) 84/207 (40.57) Erytromycin 5/14 (35.71) 46/142 (32.39) 97/220 (44.09) 103/263 (39.16) 67/206 (32.52) Penicillin 3/14 (21.43) 12/143 (8.39) 27/220 (12.27) 24/266 (9.02) 25/206 (12.13) Ciprofloxacin 8/14 (57.14) 67/125 (53.6) 126/221 (57.01) 153/261 (58.62) 98/199 (49.24) Bakteri Gram negatif

Amikacin 15/18 (83.33) 131/175 (74.86) 270/472 (57.20) 399/713 (55.96) 294/679 (43.29) Ampicillin-sulbactam 0/2 (0) 66/182 (36.26) 104/476 (21.85) 117/729 (16.05) 70/581 (12.05) Ceftazidime 6/18 (33.33) 85/165 (51.51) 274/474 (57.81) 535/729 (73.39) 514/695 (73.96) Imipenem 12/12 (100) 119/126 (94.44) 410/450 (91.11) 544/635 (85.67) 348/520 (66.92) Ciprofloxaxin 11/16 (68.75) 113/159 (71.07) 335/473 (70.82) 561/712 (78.79) 351/648 (54.16) Gentamycin 5/18 (27.78) 48/159 (30.18) 143/476 (30.04) 187/728 (25.68) 106/668 (15.87) Tobramycin 7/17 (41.17) 61/173 (35.26) 147/472 (31.14) 212/725 (29.24) 143/520 (27.5) Cefepime 12/18 (66.67) 107/174 (61.49) 307/472 (65.04) 514/723 (71.09) 509/668 (76.19) Ampicillin 0/2 (0) 15/183 (8.19) 27/477 (5.66) 25/707 (3.54) 18/689 (2.61) Cefuroxime 1/10 (10) - 43/274 (15.69) 66/364 (18.13) 68/404 (16.83) Cefotaxime 1/18 (5.56) 38/177 (21.46) 127/475 (26.74) 196/730 (26.85) 118/547 (21.57) Ceftriaxone 1/18 (5.56) 41/174 (23.56) 141/475 (29.68) 258/713 (36.18) 159/620 (25.64) Tetrasiklin 8/18 (44.44) 80/178 (44.94) 130/473 (27.48) 109/711 (15.33) 64/417 (15.35)

(10)

Gambar 4. Perubahan pola sensitivitas bakteri Gram positif 2008-2012

Terjadi penurunan sensitivitas terhadap hampir semua antibiotika, khususnya unutk bakteri Gram positif adalah penurunan sensitivitas terhadap imipenem yaitu 87.5%, 87,5%, 89.66%, 83.19%, 70.56% sedangkan vancomicyn yaitu 100%, 85.52%, 80.73%, 76.17%, 68.29% pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 berturut-turut. Sejak tahun 2011, Sensitivitas terhadap cefoxitin yaitu 73.53%, 60%, 44.5% dan oxacillin yatitu 63.81%, 58.49%, 46.67% pada tahun 2010, 2011, 2012 berturut-turut. Sedangkan Persentase sensitifitas terhadap amikacin dan ampicillin-sulbactam cukup stabil pada bakteri Gram positif. (Tabel 2, Gambar 4).

0 20 40 60 80 100 120 2008 2009 2010 2011 2012 Ampicillin-sulbactam Oxacillin Cefoxitin Imipenem Vancomicyn Clindamycin Erytromycin Penicillin Ciprofloxacin

(11)

Gambar5. Perubahan pola sensitivitas bakteri Gram negatif 2008-2012

Pada bakteri Gram negatif terdapat penurunan sensitifitas terhadap imipenem,yaitu 100%, 94.44%, 91.11%, 85.67%, 66%, amikacin yaitu 83.33%, 74.86%, 57.2%, 55.96%, 43.29% dan tetrasiklin yaitu 44.44%, 44.94%, 27.48%, 15.33%, 15.35%, Sedangkan sensitivitas terhadap ceftazidime meningkat yaitu 33.33%, 51.51%, 57.81%, 73.39%, 73.96% pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 berturut-turut. Sensitifitas terhadap ampicillin-sulbactam mengalami penurunan yaitu 36.26%, 21.85%, 16.05%, 12.05% pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 berturut-turut (Tabel 2 dan Gambar 5)

0 20 40 60 80 100 120 2008 2009 2010 2011 2012 Amikacin Ampicillin-sulbactam Ceftazidime Imipenem Ciprofloxaxin Gentamycin Ampicillin Cefuroxime Cefotaxime Ceftriaxone Tetrasiklin

(12)

Gambar 6. Tren MDR 2008-2012

Multi Drug Resistance Organism (MDRO) dari tahun ke tahun mengalami perubahan

persentase. Persentase Methicilline Resistance S. coagulase negative (MRSCons),

Methicilline Resistance S. aureus (MRSA), Methicilline Resistance S. epidermidis (MRSE),

dan Vancomycine Resistance Enterococcus (VRE) meningkat dari tahun ke tahun yaitu 57.14% menjadi 90.32%, 14.28% menjadi 50%, 57.14% menjadi 80%, dan 57.14% menjadi 60% berturut-turut. Di sisi lain persentase Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) mengalami penurunan yaitu 100% menjadi 53.55%.

Pembahasan

Pada penelitian ini, pada tahun 2008 jumlah data isolat darah yang terkumpul hanya 32, hal ini dikarenakan pada tahun 2008 sistem LIS baru diterapkan sehingga tidak semua hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas darah tercatat di dalam sistem. Terdapat peningkatan jumlah isolat darah yang terkumpul dan juga persentase pertumbuhan. Hal ini menunjukan jumlah permintaan kultur dan sensitivitas darah serta ketrampilan analis sub laboratorium mikrobiologi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun menunjukan peningkatan jumlah dari tahun ke tahun, pada tahun 2012 terjadi penurunan dikarenakan pergantian metode kultur darah dan sensitivitas yang sebelumnya menggunakan metode disk diffusion menjadi agar dilution MIC (Vitek 2) sehingga pencatatannya ikut berubah dari melalui LIS menjadi program observa. Rata-rata pertumbuhan pada penelitian ini (37.17%) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di RS Fatmawati yaitu 35.32%12.

0 20 40 60 80 100 120 2008 2009 2010 2011 2012

%

MRSCons MRSA MRSE VRE ESBL

(13)

Bakteri Gram negatif merupakan patogen dominan yaitu 2122 (69.46%). Hal ini disebabkan kuman gram positif merupakan penyebab infeksi nosokomial terbanyak pada era sebelum penggunaan antibiotika tahun 1940, tetapi setelah antibiotika digunakan maka penyebab infeksi mengalami perubahan sehingga kuman gram positif jarang ditemukan.13 Hasil penelitian ini sejalan dengan Khan yang menyatakan bahwa Gram negatif merupakan bakteri patogen dominan di ICU dan IMCU14 serta NICU oleh Aftab dan Iqbal15. Sebaliknya Ismiyati menemukan bahwa Gram positif merupakan kuman penyebab bakteremia terbanyak5,16. Tidak didapatkan perubahan proporsi Gram negatif/positif yang signifikan selama periode penelitian. Bertolak belakang dengan hasil penelitian ini, penelitian di RS Kariadi pada tahun 2005-2006 menemukan perubahan proporsi Gram negatif/positif17. Pada penelitian yang dilakukan di NICU ditemukan bahwa patogen dominan adalah Gram negatif. Sebagian besar Gram negatif adalah E.coli berbeda dengan penelitian ini yaitu

P.aeruginosa sedangkan Gram positif adalah Staphylococcus. Terjadi peningkatan prevalensi

Gram negatif, khususnya K. pneumoniae and Acinetobacter species18. Penelitian yang dilakukan di RS Fatmawati menemukan bahwa bakteri Gram negatif lebih banyak ditemukan.

Pseudomonas sp, Klebsiella sp, dan Acinetobacter sp merupakan bakteri Gram negatif yang

paling banyak ditemukan sedangkan gram positif yaitu Staphylococcus koagulase negatif dan

Staphylococcus aureus13, sejalan dengan penelitian ini.

Tiga bakteri dominan yang ditemukan dari tahun 2008 sampai dengan 2011 adalah S.

coagulase negatif, P. aeruginosa, dan K. pneumonia, sedangkan pada tahun 2012 terjadi

perubahan yaitu K. peumoniae digantikan A. baumanii. Dari tahun ke tahun, persentase

S.coagulase negatif mengalami penurunan sedangkan P. aeruginosa mengalami peningkatan

kecuali pada tahun 2012. Hal ini dikarenakan perubahan proses identifikasi yang dulunya mengggunakan Analytical Profile Index System (API) diganti menggunakan VITEK2. Vitek 2 dapat mengidentifikasi lebih banyak jenis bakteri dibandingkan API, sehingga secara umum presentase semua jenis bakteri mengalami penurunan pada tahun 2012.

Jyothsna K menyatakan bakteri terbanyak yang berhasil diisolasi adalah Klebsiella, E.coli,

Staphylococcus aureus (Staph.aureus) dan Pseudomonas spp. yaitu 36.8%, 36.8%, 17.9%

dan 12.9% berturut-turut19. Penelitian yang dilakukan pada pasien demam netropenia bakteri dominan adalah Escherichia coli (23.1%), Staphylococcus epidermidis (13.9%),

Pseudomonas aeruginosa (12.5%) dan Staphylococcus aureus (7.9%),20 Sedangkan Jitendra et al menemukan E.coli merupakan pathogen dominan di ICU7.

(14)

Penelitian ini menggambarkan distribusi dan perubahan persentase sensitivitas bakteri terhadap antibiotika yang sering digunakan.21 Pada bakteri Gram positif, penurunan sensitivitas terbesar terhadap imipenem dan vancomycin yaitu sebesar 16.94% dan 31.71% sedangkan bakteri Gram negatif terdapat penurunan sensitifitas sebesar 33.08%, 40.04%, 24.21%, dan 14.59% terhadap imipenem, amikacin, ampicillin-sulbactam, dan ciprofloxacin. Persentase sensitifitas terhadap oxacillin, amikacin dan ampicillin-sulbactam cukup stabil pada bakteri Gram positif. Pada bakteri Gram negatif persentase sensitifitas terhadap

ceftazidime meningkat sebesar 40.63%.

Khalili et al menemukan semua isolat S. aureus sensitif terhadap vancomycin. Resistensi S. aureus terhadap oxacillin meningkat. Resistensi Streptococci dan Enterococci meningkat terhadap vancomycin22 sedangkan aftab dan Iqbal menemukan bahwa sensitifitas

S.aureus terhadap imepenem menurun15. Temuan ini sejalan dengan penelitian ini dimana didapatkan Gram positif mengalami penurunan sensitifitas terhadap vancomycin dan

imipenem sebaliknya sensitifitas terhadap oxacillin relatif stabil. Sensitifitas bakteri Gram

negatif terhadap imipenem menurun, sesuai dengan penelitian oleh Gupta et al yang dilakukan selama 4 tahun18.

Penurunan persentase sensitivitas bakteri terhadap antibiotika sejalan dengan berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia dan sudah menjadi isu global yang banyak mendapat perhatian. Ditambah lagi jarangnya penemuan antibiotika baru menambah kegawatan isu ini. World Health Organization (WHO) telah menanggapi isu ini dengan membuat Global Report on Surveillance Anitimicrobial Resistance 2014 yang berisi laporan survei pola resistensi antimikroba di seluruh dunia beserta saran baik dalam mencegah terjadinya infeksi maupun mengurangi resistensi antimikroba10.

Suatu penelitian di ICU Jerman didapatkan insidensi ESBL meningkat 3 kali lipat dalam 5 tahun yaitu dari 0.2 menjadi 0.7 per 100 pasien. Tiga puluh empat persen dari infeksi ESBL diperoleh dari RS. Insidensi MRSA stabil selama masa penelitian yaitu 1.5 per 100 pasien. Insidensi MRSA yang diperoleh dari RS menurun dari 25% di tahun 2006 menjadi 18% di tahun 2010. Insidensi VRE berkisar antara 0.1 dan 0.2. Insidensi VRE yang diperoleh dari RS 57% di tahun 2006 dan 55% di 201023. Knudsen dan Andersen, 2014 dalam penelitian kohort mengindikasikan bahwa intervensi multidisiplin dapat menurunkan insidensi ESBL secara signifikan24.

(15)

Penelitian ini adalah survei yang berdasarkan data laboratorium. Survei berdasarkan laboratorium bermanfaat sebagai sumber informasi panduan terapi, dan dapat memberi gambaran adanya perubahan dan/atau timbulnya masalah resistansi antimikroba yang baru. Akan tetapi, sebagai penelitian berdasarkan survei data laboratorium, penelitian ini tidak memperhitungkan konsekuensi resistensi antimikroba untuk pasien.108 Selain itu, data penelitian merupakan data dari sistem yang telah terkomputerisasi yang kemungkinan pada saat terjadi perubahan program mengalami masalah seperti tidak tercatatnya semua hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas. Kelebihan dari penelitian ini adalah periode penelitian yang lama, yaitu lima tahun dan tidak seperti penelitian tentang pola kuman yang banyak dilakukan, pada penelitian ini data dipresentasikan untuk melihat adanya perubahan tren pola kuman dan sensitivitasnya, tidak sekedar pola kuman dan sensitivitasnya dalam satu waktu saja.

Kesimpulan

Pertumbuhan isolat darah stabil selama 4 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan 37.17%. Bakteri Gram negatif merupakan bakteri patogen dominan dan tidak didapatkan perubahan proporsi bakteri Gram negatif/positif. Empat tahun pertama, 3 bakteri dominan adalah S. coagulase negatif, P. aeruginosa, dan K. pneumonia, sedangkan pada tahun 2012 terjadi perubahan yaitu K. peumoniae digantikan A. baumanii. Sensitivitas bakteri Gram positif terhadap vancomycin, imipenem, oxacillin dan cefoxitin dari tahun ke tahun menurun, sedangkan untuk bakteri Gram negatif penurunan sensitifitas didapatkan terhadap imipenem,

ampicillin-sulbactam, amikacin dan ciprofloxacin. Persentase MRSA, MRSCons dan VRE

meningkat sedangkan ESBL menurun. Pola kuman dan sensitifitasnya selalu berubah dari waktu ke waktu.

Hasil ini penelitian ini semakin memperkuat kebijakan bahwa penentuan pola kepekaan antibiotika secara berkala wajib dilakukan agar dapat menjadi panduan dalam memilih terapi antibiotika yang tepat. Perubahan pola resistensi antibiotika memerlukan modifikasi pedoman terapi dari waktu ke waktu. Pengetahuan tentang pola resistensi antibiotika lokal dan potensi perubahan penting bagi perumusan kebijakan pengunaan antibiotika yang bijaksana di RS. Oleh karena itu, pemantauan terus menerus dari pola resistensi antibiotika, penggunaan antibiotika yang bijaksana dan strategi antibiotic cycling dapat memberikan beberapa jawaban atas masalah yang muncul dari resistensi antibiotika. 25

(16)

Kepustakaan

1. Rajeevan S, Ahmad SM, Jasmin PT. Study of prevalence and antimicrobial susceptibility pattern in blood isolates from a tertiary care hospital in North Kerala , India. International Journal of Current Microbiology and applieed sciences. 2014;3(4):655–62.

2. Prowle JR, Echeverri JE, Ligabo EV, Sherry N, Taori GC, Crozier TM, et al. Acquired bloodstream infection in the intensive care unit: incidence and attributable mortality. Critical care [Internet]. BioMed Central Ltd; 2011 Jan [cited 2014 Aug

27];15(2):R100. Available from:

http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3219371&tool=pmcentrez &rendertype=abstract

3. Setiawan MW. Pola kuman pasien yang dirawat intensif RSUP dr. Kariadi Semarang. Diponegoro; 2010.

4. Wibowo VE. Faktor risiko, pola kuman dan kepekaan kuman penyebab bakteremia pada pasien geriatri di RS dr. Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro; 2006. 5. Ismiyati V. Faktor risiko bakteremia pada pasien bangsal infeksi penyakit dalam

disertai pola kuman dan pola kepekaan. Universitas Diponegoro; 2006.

6. Garg A, Anupurba S, Garg J, Goyal RK. Bacteriological Profile and Antimicrobial Resistance of Blood Culture Isolates from a University Hospital. Indian Academy of Clinical Medicine. 2007;8(2):139–43.

7. Zaveri Jitendra R, Patel Shirishkumar M, Nayak Sunil N, Kanan D, Parul P. A Study on Bacteriological profile and Drug Sensitivity & Resistance Pattern of isolates of The Patients Admitted in Intensive Care Unit of a Tertiary Care Hospital in Ahmadabad. National Journal of Medical Research. 2012;2(3):330–4.

8. WHO-SEARO. Antimicrobial Resistance Laboratory-based Surveillance of Antimicrobial Resistance. Chennai; 2013.

9. Dwiprahasto I. Kebijakan untuk Meminimalkan Risiko Terjadinya Resistensi Bakteri di Unit Perawatan Intensif Rumah sakit. JMPK. 2005;08(04):177–81.

10. WHO. Antimicrobial Resistance Global report on Surveilance. Perancis; 2014.

11. CLSI. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; 23 informational Supplement - M100 - S23. Wayne, PA: Clinical and Laboratory Standards Institute; 2013.

12. Radji M, Fauziah S, Aribinuko N. Antibiotic sensitivity pattern of bacterial pathogens in the intensive care unit of Fatmawati Hospital , Indonesia. Asian Pasific of Tropical Biomedicine. 2011;39–42.

(17)

13. Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang P. Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002. Makara, Kesehatan. 2004;8(2):41–8.

14. Khan MA. Bacterial Spectrum and Susceptibility patterns of Pathogens in ICU and IMCU of a Secondary Care Hospital in Kingdom of Saudi Arabia. International Journal of pathology. 2012;10(2):64–70.

15. Aftab R, Iqbal I. Changing pattern of bacterial isolates and their sensitivity in neonatal septicemia: a hospital based study. Nishtar Medical Journal. 2009;1(1):3–8.

16. Asrat D, Amanuel Y. Prevalence and antibiotic susceptibility patter. Ethiop Med J. 2001;39(2):97–104.

17. Wahjono H, Kristina TN. Auditing Peta Medan Kuman dan Antibiogram sebagai Educated-guess Penanganan penyakit Infeksi. Media Medika Indonesiana. 2008;43(1):17–22.

18. Gupta A, Sharma S, Arora A, Gupta A. Changing trends of in vitro antimicrobial resistance patterns in blood isolates in a tertiary care hospital over a period of 4 years. Indian J Med Sci. 2010;64:485–92.

19. Jyothsna K, Madhavi S, Mv RR. Antibiotic susceptibility pattern of bacterial pathogens to third generation cephalosporins. Der Pharmacia Sinica. 2011;2(6):143–8. 20. Zahid KF, Hafeez H, Afzal A. Bacterial Spectrum and Susceptibility Patterns of Pathogens in Adult Febrile Neutropenia Patients: A Comparison Between Two Times Periods. J Ayub Med Coll Abbottabad. 2009;21(4):146–9.

21. Balan K, Sujitha K, Vijayalakshmi T. Antibiotic Susceptibility Pattern of Gram Negative Clinical Isolates in a Teaching Tertiary Care Hospital. Scholar Journal of Applied Medical Sciences. 2013;1(2):76–9.

22. Khalili H, Dashti-khavidaki S, Karimzadeh I, Jafari S, Abdollahi A. Changes in 4-Year Antimicrobial Resistance Pattern of Gram-Positive Bacteria at the Main Referral Teaching Hospital , Tehran , Iran. Acta medica Iranica. 2012;50(7):493–504.

23. Leistner R, Hansen S, Schwab F, Geffers C, Meyer E, Gastmeier P. Secular trends in ESBL, MRSA and VRE incidence in German intensive care units. BMC Proceedings [Internet]. BioMed Central Ltd; 2011 [cited 2014 Oct 19];5(Suppl 6):O4. Available from: http://www.biomedcentral.com/1753-6561/5/S6/O4

24. Knudsen JD, Andersen SE. A multidisciplinary intervention to reduce infections of ESBL- and AmpC-producing, gram-negative bacteria at a University Hospital. PloS one [Internet]. 2014 Jan [cited 2014 Oct 19];9(1):e86457. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3900527&tool=pmcentrez &rendertype=abstract

(18)

25. De A, Baveja S, Renake P. Changing Antibiotic Susceptibility Pattern of Blood Culture Isolates in 2005 and 2010. International Journal of Medical and Applied Sciences. 2013;2(3):1–9.

Gambar

Gambar 1. Frekuensi pertumbuhan kultur darah 2008-2012.
Gambar 2. Perbandingan persen pertumbuhan mikroorganisme 2008-2012
Tabel 1. Distribusi jenis mikroorganisme 2008-2011  Mikroorganisme  2008  (n=32)  2009  (n=336)  2010  (n=718)  2011  (n=1035)  2012  (n=934)  Total  (n=3055)  Bakteri Gram positif  14(43.75)  146 (43.45)  225  (31.34)  271 (26.18)  212 (22.7)  868 (28.41)
Gambar 3. Perbandingan 3 bakteri terbanyak 2008-2012
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian media kotoran hewan ternak tidakberpengaruh nyata terhadap kepadatan populasi cacing sutra.Nilai tertinggi pada biomassa

Perlu adanya penelitian perlakuan dengan dosis yang berbeda untuk meningkatkan nilai fekunditas, daya tetas, dan kelulushidupan larva ikan lele sangkuriang

Keuntungan utama dari RIA, dibandingkan dengan immunoassays lainnya, adalah sensitivitas yang lebih tinggi, deteksi sinyal mudah, dan mapan, tes

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak air buah tomat (Lycopersicum esculentum M.) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker wajah dalam

Pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap Kualitas hasil pemeriksaan inspektorat pada DPKAD Kota Bandung berdasarkan hasil uji korelasi memiliki

Tingkat pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus selama proses perawatan mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan diet yang diterapkan oleh pihak rumah sakit

Tujuan pembuatan karya akhir ini ialah untuk memberikan informasi yang juga memberikan hiburan terkandung dalam sebuah program features tutorial yang akan membahas khusus seputar