1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis makin hari makin berkembang pesat. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah perusahaan baru yang muncul dan beroperasi dengan tujuan mencari keuntungan setinggi-tingginya dengan modal minimal mungkin. Namun, banyak perusahaan yang tidak memperhatikan dampak negatif dari operasional bisnisnya bagi masyarakat sekitar karena perusahaan terus-menerus melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam yang ada di bumi. Salah satunya adalah industri pertambangan, di mana perusahaan di industri tersebut terus melakukan penambangan di wilayah-wilayah dekat dengan pemukiman warga.
Perusahaan tambang dituntut tidak hanya mencari keuntungan semata tetapi juga harus memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar. Salah satu tuntutan tersebut adalah kepedulian perusahaan terhadap kondisi lingkungan atau kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas bisnis yang dijalankan perusahaan. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang dapat membahayakan citra perusahaan jika tidak dijalankan.
Mengacu pada Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
2 berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Wilayah lokasi tambang memiliki beberapa dampak negatif pada kerusakan lingkungan seperti area tambang akan terkikis dan dapat menyebabkan erosi, limbah hasil tambang dapat mencemari lingkungan, menghasilkan CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global (Sari, 2015).
Bukti nyata dari kerusakan lingkungan terlihat pada kejadian di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, di mana terdapat enam bayi lahir dengan kondisi anggota tubuh yang tidak wajar (Iswinarno, 2019). Diduga hal tersebut terjadi karena lokasi tempat mereka tinggal dekat dengan lokasi pertambangan emas, di mana proses pemisahan biji emas dilakukan dengan menggunakan merkuri yaitu bahan kimia berbahaya bagi kesehatan (Muhardiansyah, 2019).
Bukti lain terlihat dari dampak lahan bekas tambang yaitu sudah 36 orang meninggal dunia sejak tahun 2011 akibat tenggelam di lubang bekas tambang yang lokasinya dekat dengan pemukiman warga (Rachmawati, 2019). Hal tersebut disebabkan oleh perilaku perusahaan yang tidak melakukan reklamasi terhadap bekas lokasi tambang. Hal ini menandakan masih banyak perusahaan pertambangan yang kurang menunjukkan kepedulian terhadap kondisi lingkungan dengan tujuan melakukan penghematan atas penutupan bekas tambang dibandingkan harus direklamasi.
Bukti di atas, menunjukkan bahwa setiap perusahaan harus menjalankan praktik tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berkelanjutan (sustainability report) agar masyarakat sekitar tetap dapat hidup nyaman dan tidak memiliki
3 ketakukan akan kehilangan nyawa atas kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh perusahaan tambang. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyampaikan informasi kontribusi dan kepedulian perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan bagi perusahaan dan masyarakat pada umumnya karena perusahaan tidak lagi hanya berorientasi pada keuntungan semata tetapi juga harus bertanggung jawab kepada masyarakat dan bumi (Elkington dalam Rachman dkk., 2011). Penyampaian tersebut dilakukan dengan pengungkapan sustainability report yaitu pelaporan yang dilakukan perusahaan secara sukarela, yang melaporkan sumbangsih perusahaan kepada masyarakat yang dilihat dari tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan (Hasanah dkk., 2015).
Beberapa penelitian terdahulu meyakini bahwa ada faktor utama yang dapat mendorong perusahaan melakukan pengungkapan sustainability report yaitu mekanisme good corporate governance di dalam perusahaan itu sendiri. Good corporate governance merupakan mekanisme yang mengatur sistem, pengelola, dan kegiatan perusahaan secara efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan maksimal. Menurut FCGI (2001) penerapan good corporate governance dilakukan dengan menekankan prinsip keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan pertanggung jawaban. Mekanisme good corporate governance terbagi menjadi dua yaitu mekanisme internal yang berasal dari internal perusahaan dan mekanisme eksternal yang berasal dari luar perusahaan (Dharmastuti, 2013). Mekanisme internal diwakili oleh komite audit dan mekanisme eksternal diwakili oleh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
4 Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris, dengan komposisi paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar perusahaan tersebut (POJK, 2015). Komite audit diharapakan menjadi pihak independen yang mampu memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan dilaporkan dengan benar dan akurat dan menjadi penengah antara auditor internal, auditor eksternal, dan manajemen perusahaan apabila terjadi perselisihan (Arents, 2010). Dengan begitu, komite audit dapat mendorong penerapan good corporate governance perusahaan yang efektif. Pengawasan yang dilakukan oleh komite komite audit diharapkan juga mendorong perusahaan membuka semua informasi kegiatan bisnisnya dengan benar dan akan dilaporkan. Namun, penelitian terdahulu masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten karena ada peneliti yang menemukan bahwa komite audit memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan sustainability report (Pramiswari dkk., 2017; Anikita dan Khafid, 2015), sedangkan yang lain tidak menemukan pengaruhnya (Aziz, 2014).
Kepemilkan manajerial merupakan kondisi di mana manajer mempunyai saham perusahaan (Alfinur, 2016). Hal ini menandakan bahwa manajer memiliki peran ganda yaitu sebagai pemiliki dan sebagai pengelola aktif perusahaan. Artinya, manajer di perusahaan tersebut merupakan pihak yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan perusahaan yaitu para dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan (Alfinur, 2016). Keberadaaan kepemilikan manajerial diharapkan dapat meningkatkan motivasi para menajer untuk bekerja lebih baik
5 dengan meningkatkan kinerja perusahaan karena mereka akan merasakan manfaat langsung dari peningkatan kinerja tersebut. Dengan meningkatnya kinerjanya, perusahaan tersebut cenderung akan menyampaikan laporan keberlanjutannya pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan agar para investor merespon hal tersebut dengan positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Bae dkk., (2018), Pramiswari dkk., (2017), Anikita dan Khafid (2015) dan Nurrahman dan Sudarno (2013) tidak menemukan hasil yang diharapkan, di mana kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan sustainability report. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2014) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial sebagai faktor pendorong perusahaan melakukan pengungkapan sustainability report masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten, karena ada yang menemukan berpengaruh ada juga yang tidak.
Hal lain dari mekanisme good corporate governance yang dapat mempengaruhi pengungkapan sustainability report adalah kepemilikan institusional. Menurut Tarjo (2008) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga tertentu. Kepemilikan institusional di suatu perusahaan dapat mendorong peningkatan pengawasan agar pihak manajemen dapat bekerja dengan lebih optimal (Subagyo dkk., 2018). Semakin besar saham yang dimiliki oleh suatu institusi akan semakin tinggi juga pengawasan yang dilakukan institusi tersebut terhadap tindakan dan perilaku
6 manajemen. Oleh karena itu, kepemilikan institusional diharapkan dapat mendorong perusahaan mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial mereka agar investor merespon hal tersebut dengan positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan, dkk., (2018), Pramiswari dkk., (2017) dan Aziz (2014) tidak menemukan adanya pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap pengungkapan sustainability report. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan publik memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang diatur oleh Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Bae dkk., (2018), Nurrahman dan Sudarno (2013) dan Sari dkk., (2013) menemukan adanya pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap pengungkapan sustainability report. Temuan ini didukung oleh asumsi bahwa ketika suatu institusi memiliki saham yang lebih besar di perusahaan, institusi tersebut akan cenderung memberikan dukungan pada perusahaan untuk melakukan pengungkapan sustainability report, agar dapat mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara agen dan prinsipal. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional sebagai faktor pendorong pengungkapan sustainability report masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten, karena ada yang menemukan berpengaruh ada juga yang tidak.
Informasi yang disampaikan oleh perusahaan tentang pengelolaan secara berkelanjutan dalam sustainability report dapat membuat para stakeholder tertarik untuk memahami bagaimana pendekatan dan kinerja perusahaan secara berkelanjutan khususnya pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial (Latifah dan
7 Luhur, 2017). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rosiana dkk., (2013) menemukan bahwa investor sudah mulai merespon dengan baik informasi-informasi sosial yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunannya.
Pengungkapan infomasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi mencerminkan perusahaan telah menerapkan good corporate governance dengan menekankan transparansi, akuntabilitas, dan pertanggung jawaban perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan (Latifah dan Luhur, 2017; FCGI, 2001). Jika perusahaan mampu memberikan laporan keuangan yang berkualitas kepada investor maka kredibilitas laporan keuangan tersebut akan ikut meningkat (Fatchan dan Trisnawati, 2016). Ketika informasi tersebut direspon positif oleh investor, mereka akan melakukan investasi dengan membeli saham perusahaan tersebut dan berdampak pada harga saham meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai perusahaan. Dengan begitu, informasi yang diungkapkan oleh perusahaan akan memiliki dampak positif bagi nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Latifah dan Luhur (2017) Loh dkk., (2017) dan Fatchan dan Trisnawati (2016) yang menemukan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan research gap yang ada maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability Report dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018)”.
8 Penelitian ini mereplikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Alfinur (2015) dengan judul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Listing di BEI. Penelitian ini melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Alfinur (2015) dengan menambahkan variabel nilai perusahaan sebagai dampak dari pengungkapan sustainability report. Alasan menambah variabel yaitu manajemen perusahaan akan lebih memperhatikan penerapan good corporate governance dalam perusahaan serta mengetahui tingkat kinerja perusahaan yang berdampak pada pengungkapan sustainability report tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah komite audit berpengaruh terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan?
3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan?
4. Apakah Pengungkapan Sustainability Report berpengaruhterhadap nilai perusahaan di Perusahaan pertambangan?
9 1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini diberikan batasan agar lebih fokus dalam menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Batasan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Objek penelitian ini hanya pada perusahaan yang tergolong dalam industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode penelitian ini hanya terbatas pada 3 tahun, yaitu periode 2016-2018.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh komite audit terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan.
2. Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan.
3. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap Pengungkapan Sustainability Report di Perusahaan pertambangan.
4. Untuk menguji pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap nilai perusahaan di Perusahaan pertambangan.
10 1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca baik secara teoritis maupun praktik. Manfaat yang diharapkan penulis ialah: 1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teori berupa bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan Sustainability Report dan dampaknya bagi nilai perusahaan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, wawasan, dan referensi di lingkungan akademis serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Manfaat manajerial
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi manajer untuk mengetahui bagaimana mekanisme tata kelola perusahaan publik yang baik dan bagaimana dampaknya bagi nilai perusahaan.
1.5.2.2 Manfaat organisasional
Sebagai pertimbangan bagi pihak regular yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) diharapkan dapat memberikan masukan-masukan pemikiran mengenai mekanisme tata kelola perusahaan publik yang baik bagi perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta dapat menjadi referensi
11 dalam tindakan pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan, manajer, regulator, dan investor.