• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOKI NYUDO DONO GO-HENJI CHIBYO-SHO WNS Doct.2 Hal.251

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOKI NYUDO DONO GO-HENJI CHIBYO-SHO WNS Doct.2 Hal.251"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

TOKI NYUDO DONO GO-HENJI

CHIBYO-SHO

WNS Doct.2 Hal.251

PENGENALAN

Ditulis pada tanggal 26 bulan enam tahun Koan Ke-1 (1278) di Gunung Minobu, naskah asli dari surat ini, dikenal sebagai "Chibyo-sho" (Risalah Untuk Penyembuhan

Penyakit), sekarang dijaga sebagai pusaka di Kuil Nakayama Hokekyoji di Propinsi

Chiba. Ini ditulis untuk membalas surat dari Toki Jonin, yang menyumbangkan sebuah pakaian musim panas melalui Shijo Kingo, ketika mengunjungi Nichiren Shonin di Gunung Minobu, dan meminta Nichiren untuk melaksanakan sebuah upacara doa untuk menghilangkan wabah penyakit agar tidak tersebarluas.

Dikatakan bahwa penyakit fisik dapat disembuhkan dengan obat-obatan; penyakit mental (psyikologis) tidak dapat disembuhkan tanpa hati kepercayaan yang benar kepada Saddharma Pundarika Sutra, Nichiren menyatakan bahwa hanya melalui

O’daimoku, intisari dari bagian pokok Saddharma Pundarika Sutra, dapat

menyelamatkan para pemfitnah Dharma Sejati, mereka yang telah memenuhi dunia ini. Secara khusus, Beliau menyatakan, ketika kita berusaha menyebarluaskan penyebutan Daimoku pada Masa Akhir Dharma ini, kita akan dihadapkan pada kesulitan jauh lebih besar dibandingkan yang dihadapi oleh Maha Guru T’ien-t’ai dan Dengyo. Menurut Nichiren, semakin besar kesulitan yang dihadapi oleh Ia dan murid-muridNya menunjukkan bahwa munculnya secara “Nyata” ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” berlawanan dengan ajaran “Teori” yang dianut oleh T’ien-t’ai dan Dengyo, dan ini menunjukkan ajaran kebenaran dari bagian pokok.

Ini merupakan keunikan dari ajaran Nichiren Buddhisme. Nichiren Shonin memasukkan penafsiran Beliau sendiri mengenai ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” “Nyata” dan menyebut penafsiran T’ien-t’ai dan Dengyo sebagai

“Teori”. Berdasarkan pada “Nyata” ini sebagai penafsiran dari “3.000 keberadaan

terkandung dalam sekejap pikiran”, Nichiren Shonin menemukan jalan untuk menyelamatkan semua umat manusia dengan cara meletakkan hati kepercayaan kepadaNya dan menyebut O’daimoku.

Surat Balasan Kepada Tuan Toki: Risalah Untuk Penyembuhan

Berdasarkan penjelasan dalam suratmu bahwa wabah penyakit telah tersebarluas. Dikatakan bahwa manusia mempunyai dua jenis penyakit. Pertama, tubuh kita menjadi sakit. Tubuh kita terdiri dari Empat Elemen: Tanah, Air, Api dan Angin. Setiap satu dari ke Empat Elemen itu mempunyai 101 penyakit, jadi jumlah keseluruhan tubuh kita mempunyai 404 penyakit. Penyakit fisik ini tidak perlu tergantung pada Sang Buddha untuk sembuh. Tidak ada penyakit fisik yang tidak dapat diobati, apalagi oleh para dokter terkenal seperti Jisui, Rusui, Jivaka dan P’ien-ch’fieh.

Kedua, pikiran kita menjadi sakit di semua bagian. Dimulai dengan Tiga

Racun, Keserakahan, Kemarahan, dan Kebodohoan, penyakit dalam pikiran kita berjumlah sebanyak 84,000. Meskipun kedua jenis mahluk surgawi dan Tiga Petapa atau Enam Guru bukan Buddhisme di India, tidak akan dapat menyembuhkan mereka, demikian juga para ahli pengobatan yang terkenal dan bijaksana dari Negeri Kuno China seperti Shen-nung dan Kaisar Kuning.

(2)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

dangkal, dalam, berat dan ringan. 84.000 permasalahan didalam pikiran orang biasa yang berada dalam Enam Dunia Rendah dalam tingkatan kemajuan spiritualitas (Neraka, Kelaparan, Binatang, Kemarahan, Manusia dan Surga / Dewa) semuanya dapat disembuhkan dengan ajaran Hinayana, vinaya, dan para guru Sutra Agama, Hinayana” dan Sekte Hinayana seperti Kusha (Dharma Agung Rahasia), Jojitsu (Penyelesaian Kebenaran), dan Ritsu (Aturan). Bagaimanapun, ketika orang-orang Hinayana yang terbelenggu oleh ajaran Hinayana dan bermaksud melawan ajaran Mahayana Buddhisme atau mencoba untuk menjadi sama dengan negara-negara Mahayana, atau walaupun mereka tidak ingin melawan ajaran Mahayana Buddhisme, mereka (Hinayana Buddhis) dan negara mereka akan mendapatkan berbagai macam penyakit. Ketika mereka mencoba untuk menyembuhkan penyakit mental / pysikologis mereka dengan pengertian dari ajaran Hinayana Buddhisme, mereka hanya akan menambah permasalahan mereka sebagai akibat dari penyembuhan itu. Hanya para pelaksana sutra Mahayana yang dapat menyembuhkan mereka.

Demikian hal juga, ketika penganut berbagai sutra-sutra sementara Mahayana seperti Sutra Karangan Bunga (Kegon-kyo), Pembabaran Sutra Dalam dan Rahasia

(Gejimmitsu-kyo), Sutra Kebijaksanaan (Hannya-kyo), dan Sutra Buddha Matahari (Dainichi-Kyo) yang terpaku pada pendapat mereka, menganggap bahwa kepercayaan

mereka sama atau lebih unggul dari Saddharma Pundarika Sutra, dan ketika para penguasa menerima mereka tanpa melihat lebih jelas lagi siapa mereka, 84.000 penyakit mental / psykologis seperti ke Tiga Racun pun bermunculan. Semakin kuat mereka berusaha untuk menyembuhkan penyakit itu dengan segala pengertian dan pemahaman mereka atas sutra-sutra itu, maka permasalahannya menjadi semakin besar. Meskipun mereka berusaha menyembuhkan diri dengan Saddharma Pundarika Sutra, itu tidak akan berhasil. Ini bukan karena disebabkan Sutranya tidak baik tetapi lebih disebabkan oleh manusia yang mencoba mengunakannya.

Saddharma Pundarika Sutra terdiri dari dua bagian: Bagian Teori (Bagian Pertama) dan Bagian Pokok (Bagian Kedua). Perbedaaan diantara kedua bagian ini bagaikan air dan api atau surga dan bumi. Lebih besar lagi perbedaan antara sutra sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Saddharma Pundarika. Meskipun terdapat perbedaan antara Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Bagian Teori dari Saddharma Pundarika Sutra, juga terdapat beberapa persamaan diantara mereka. Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra membabarkan Delapan Ajaran (Empat Metode Ajaran dan Empat Doktrin), yang merupakan ajaran sempurna mempunyai kesamaan dengan apa yang dibabarkan dalam Bagian Teori. Konsep yang dibabarkan oleh Sang Buddha dalam Sutra Sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan Bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, tidaklah sepenuhya sama: Buddha dengan Badan yang lebih rendah, Badan Unggul, Badan Kebajikan dan Badan Dharma. Meskipun demikian itu semua masih membicarakan tentang Buddha yang sama, yang mencapai KeBuddhaan dibawah Pohon Bodhi di Buddhagaya pada umur 30 tahun.

Sekarang, mengenai perbedaan antara Bagian Pokok dan Bagian Teori yaitu; Buddha pembabar adalah Buddha Abadi yang telah mencapai KeBuddhaa pada Masa Lampau yang Abadi, dengan Buddha dalam sejarah yang mencapai KeBuddhaanNya dalam hidup ini di Buddhagaya. Perbedaaan diantara kedua bagian ini sangat jelas, bagaikan antara seorang laki-laki umur 100 tahun dan seorang bayi. Tidak hanya mengenai Buddha Pembabar saja tetapi juga para murid-muridnya juga berbeda bagaikan air dan api. Beberapa hal lainnya sepeti Tanah Buddha antara “Empat Tanah” yang dibabarkan dalam bagian Teori dan “Tanah Cahaya Abadi dan Suci” dalam bagian Pokok! Perbedaaan ini sangat sulit dilukiskan. Mereka yang mencampurkan kedua hal itu, Bagian Teori dan Pokok, adalah seperti orang yang tidak dapat membedakan antara api dan air.

Sang Buddha telah membuat perbedaan yang jelas diantara kedua bagian itu, tetapi sejak lebih dari 2.000 tahun sejak KemoksaanNya, tidak seorangpun di India,

(3)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

China, Jepang dan seluruh dunia (Jambudvipa) dapat dengan jelas membedakannya. Hanya T'ien-t'ai di China dan Dengyo di Jepang sedikit melihat perbedaaan diantara mereka, tetapi mereka tidak menjelaskan secara jelas Bunga Teratai Tendai (T'ien-t'ai) hukum, ajaran yang penting diantara bagian Pokok dan Teori. Betapapun, sekiranya Maha Guru T'ien-t'ai dan Dengyo mengetahui hal ini dalam pikiran, mereka tidak dapat menjelaskannya dengan jelas karena: (1) Waktunya belum tiba, (2) Kemampuan orang-orang untuk memahaminya belum matang, dan (3) Mereka tidak dipercayakan oleh Sang Buddha untuk membabarkan ajaran ini.

Sekarang, kita sudah memasuki Masa Akhir Dharma, waktu ketika Maha Bodhisattva Muncul Dari Bumi seperti Bodhisattva Visistakaritra akan menyebarluaskan ajaran dari Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra. Masa Akhir Dharma, adalah waktunya bagi ajaran Bagian Pokok tersebarluaskan. Sekalipun, jika orang-orang yang percaya kepada Buddhisme Hinayana, Semi Mahayana, atau Bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, mereka menyebarkan ajaran ini tanpa sedikit kesalahanpun juga, hal itu tidak ada gunanya sama sekali. Ini sama seperti sebuat obat musim semi tidak ada gunanya di musim gugur. Sekalipun jika dapat digunakan di musim gugur, efektifitasnya tidak terlalu berguna di musim semi dan panas. Berapa banyak manfaat yang mereka dapatkan ketika mereka, Hinayana dan Semi Mahayana Buddhisme dan para penganut Bagian Teori, akan menjadi bingung dengan perbedaan antara Hinayana dan Mahayana Buddhisme atau Sementara dan Sesungguhnya. Lebih lagi, para penguasa pada masa lampau telah menaruh kepercayaan kepada ajaran tersebut, membangun kuil untuk mereka dan menyumbang setiap bagian tanah pertanian, ini tidak hanya, tidak dapat dimaafkan tetapi juga menghancurkan dasar dari kepercayaan mereka untuk melalaikan ajaran mereka. Oleh karena itu, mereka sangat marah terhadap mereka yang mengkritik sutra mereka, dan mereka memfitnah Dharma Sejati dan menghukum pelaksana dari Saddharma Pundarika Sutra

Penguasa Jepang mempunyai berbagai macam alasan untuk mempercayai para pendusta dan menghukum pelaksana Dharma Sejati. Mereka berpihak kepada mayoritas, dan tidak mampu merubah Dharma itu yang telah dianut oleh penguasa masa lalu, kebodohan mereka sendiri, dan mereka menghina pelaksana Dharma Sejati. Sebagai hasilnya, para pelindung Dharma seperti Raja Surga Brahma, Indra, Matahari dan Bulan, dan Empat Raja Langit, menghukum negara ini, menyebabkan munculnya Tiga Bencana dan Tujuh Malapetaka, yang mengerikan, yang belum pernah dilihat sebelumnya. Inilah kenapa wabah penyakit menyebar tahun lalu, tahun ini, dan jaman Shoka (1257-59).

Pertanyaan: Kamu mengatakan bahwa wabah penyakit menyebar di Jepang karena negara ini menghukum pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, sehingga para dewa pelindung meninggalkan negara ini. Jika begitu, kenapa tidak hanya mereka yang tidak percaya kepada Saddharma Pundarika Sutra saja tetapi murid-muridMu juga menderita atau bahkan meninggal karena bencana ini ?

Jawab: Pertanyaanmu sangat rasional dan menarik, tetapi kita tidak bisa hanya melihat satu sisi saja. Kebajikan dan Kejahatan, sejak awal selalu bertentangan namun tidak dapat dipisahkan.

Melihat dari cara pandangan demikian, kita melihat bahwa ajaran sutra sementara sebelum Saddharma Pundarika Sutra dan dasar dari sekte Buddhis, menyatakan bahwa Bodhisattva yang berada pada tingkatan kedua dari peringkat tertinggi (togaku: setara dengan Penerangan) mempunyai kebajikan tanpa keburukan. Bagaimanapun, berdasarkan doktrin “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” yang didasarkan pada Saddharma Pundarika Sutra, bahwa setiap pikiran kita dilengkapi dengan kebajikan dan keburukan. Meskipun Bodhisattva dari tingkatan tertinggi (myogaku: Penerangan Indah) mempunyai iblis / keburukan dalam pikiran. Dharma Sejati yang secara alami terdapat dalam pikiran kita muncul sebagai dewa

(4)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

pelindung Saddharma Pundarika Sutra seperti Raja Surga Brahma dan Indra, sedangkan kebodohan pokok yang secara alami ada dalam pikiran kita menjadi Raja Iblis Surga Ke-Enam.

Dewa Kebajikan tidak menyukai manusia iblis, dan para iblis membenci manusia kebajikan. Pada Masa Akhir Dharma, iblis secara alami menguasai setiap bagian tanah dan batu atau rumput dan semak. Dewa kebajikan, yang melindungi para pelaksana Dharma Sejati sangat sedikit dan orang suci dan bijaksana sangat sulit ditemui. Oleh karena itu, sungguh rasional bahwa lebih banyak orang-orang yang bukan murid-murid Nichiren seperti para Buddhis Tanah Suci, para guru Shingon, Zen dan para bhiksu Ritsu yang jatuh sakit dan mati karena serangan wabah penyakit. Bagaimanapun, aku tidak tahu mengapa, tetapi lebih sedikit murid-muridKu dibanding dari sekte lain yang menderita sakit dan mati. Aku ingin tahu jika mungkin ini karena para pengikut yang sedikit jumlahnya atau karena mempunyai hati kepercayaan yang kuat.

Pertanyaan: Apakah terdapat suatu keadaan yang sama dimasa lampau, dimana wabah penyakit tersebarluas seperti hari ini di Jepang?

Jawab : Sepanjang masa pemerintahan Kaisar Sujin, penguasa kesepuluh, jika dihitung dari Kaisar Jimmu; sejenis wabah penyakit menyebar dan menyebabkan lebih dari separuh populasi menderita sakit dan mati karenanya. Kaisar untuk pertama kalinya meminta setiap propinsi agar memuja kepada Dewa Amaterasu, dan bencana itu dapat diatasi. Kemudian, Dia disebut Kaisar Sujin (Memuja Dewa). Kejadian ini terjadi sebelum Buddhisme diperkenalkan ke Jepang. Tiga Kekaisaran, ke-30, 31, 32, mengalami kematian karena cacar dan wabah penyakit. Berdoa kepada para dewa tidak dapat membantu pada waktu itu.

Pada masa lalu, pada masa pemerintahan ke-30, Kaisar Kimmei, Negara Korea Paekche mengirimkan kepada penguasa Jepang, tidak hanya sutra-sutra Buddhis, vinaya dan bhiksu juga sebuah rupang tembaga Buddha Sakyamuni. Soga Iname dan kelompoknya mendesak agar memuja Sang Buddha, tetapi pihak kerajaan seperti Mononobe Okoshi dan orang-orangnya menolak untuk memuja Sang Buddha, karena akan menyebab para dewa-dewi Jepang marah dan akan menghancurkan negara.

Sedangkan Kaisar tidak mampu melihat dengan jernih tentang hal ini, Tiga Bencana dan Tujuh Malapetaka yang pada masa lalu melanda, pun terjadi dan menyebabkan banyak orang yang mati karena wabah penyakit. Memanfaatkan situasi ini, Mononobe dan kelompoknya menyarankan agar kaisar “menghancurkan rupang Buddha itu untuk mendapatkan kebahagiaan,” dan mereka tidak hanya menjadi anti para bhiksu-bhiksuni Buddhis, tetapi juga membakar rupang tembaga Buddha Sakyamuni itu dalam kobaran api. Kuil Buddha yang dibangun oleh Soga Iname juga dibakar habis. Segera setelah itu, gerakan anti Buddhis yang dipimpin oleh Mononobe Okoshi, dengan kaisar berada disampingnya memusnahkan Buddhisme. Pemimpin Buddhis, Iname, juga meninggal karena sakit.

Sesudah itu, Buddhisme mulai bangkit kembali dibawah perlindungan dari Soga Umako dan seorang putri kerajaan (seorang keponakan Umako, yang kemudian menjadi Kaisar Suiko). Ketika wabah penyakit kembali tersebar, gerakan anti Buddhis yang dipimpin oleh Mononobe Moriya menyatakan: "Tiga Kaisar telah meninggal ketika mereka memuja Sang Buddha. Ayah saya juga, mati karena penyakit. Kamu perlu tahu bahwa Pangeran Shotoku, Soga Umako, dan mereka yang mendukung Buddhisme adalah musuh dari orangtuaku. Mereka adalah musuh masyarakat." Beberapa ribu orang termasuk Pangeran Anahobe dan Putri Yasube membentuk sebuah kelompok, tidak hanya untuk menghancurkan kuil-kuil Buddhis dan rupang, tetapi juga terlibat dalam perang sipil. Pada akhirnya Moriya kehilangan hidupnya. Setelah 35 tahun sejak Buddhisme diperkenalkan ke Jepang, Tiga Bencana dan Tujuh Malapetak datang silih berganti setiap tahunnya. Ketika Mononobe Moriya terbunuh oleh Soga Umako dan Dewa Shinto telah dikalahkan oleh para Buddha, bencana dan malapetaka tiba-tiba

(5)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

berhenti.

Tiga Bencana dan Tujuh Malapetaka yang terjadi setelah periode itu kebanyakan disebabkan oleh kebingungan antara ajaran sebenarnya dan palsu dari Buddhisme. Kemudian bencana dan malapateka ini hanya melanda sedikit orang, beberapa propinsi, beberapa tempat, mereka yang telah melawan kebenaran, memfitnah Dharma Sejati atau beberapa hal mengenai itu. Bagaimanapun, Tiga Bencana dan Tujah Malapetaka sejak 30 tahun ini, sama sekali tidak disebabkan oleh kegusaran dan kekacauan tetapi semata-mata karena seluruh orang di Jepang membenci Nichiren.

Oleh karena itu, orang-orang disetiap propinsi, negeri, daerah dan perdesaan membawa perasaan kemarahan yang belum pernah didengar pada masa lalu dan mereka menganiaya diriKu, Nichiren. Ini adalah untuk pertama kalinya bagi orang biasa, yang belum memadamkan ilusi dalam pikiran dan keinginan, dan masih membawa kebodohan yang melekat. Ketika orang-orang bodoh berdoa kepada dewa, para Buddha, dan Saddharma Pundarika Sutra untuk perlindungan, bencana yang mereka alami akan semakin bertambah. Lima Aksara dari Dharma Agung, inti dari Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra, dapat berhadapan dengan bencana dan malapetaka jika seandainya seseorang menaruh hati kepercayaan kepadanya, tetapi inilah alasan kenapa Sang Buddha secara khusus mempercayakannya kepada pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Analisa terakhir, oleh karena itu, bencana dan malapetaka yang terjadi sejak periode Shoka (1257-59) tidak akan pernah berhenti sebelum kebenaran diungkapkan dan kepalsuan dari Dharma Buddha dihancurkan dalam diskusi umum di masyarakat.

Sepuluh Objek, Sepuluh tingkatan meditasi dibabarkan dalam Maka Shikan dari Maha Guru T'ien-t'ai belum pernah dilaksanakan sejak itu. Pada masa Maha Guru Miao-le dan Dengyo, sedikit orang yang melaksanakan hal itu. Karenanya tidak ada seorangpun yang melawan mereka.

Maka Shikan mengatakan bahwa "Tiga Rintangan dan Empat Iblis” akan

menganggu para pelaksana Buddhisme, tetapi mereka tidak akan membuat rintangan bagi yang melaksanakan sutra sementara. Mereka (Tiga Rintangan dan Empat Iblis) itu sedang terjadi pada diriKu, Nichiren, pelaksana Saddharma Pundarika Sutra, satu persatu terjadi, dan “Tiga Rintangan dan Empat Iblis” ini jauh lebih kuat dibandingkan pada waktu Maha Guru T'ien-t'ai dan Dengyo.

Terdapat dua cara meditasi dalam ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran”. Pertama adalah cara “Teori”, dan kedua adalah cara “Nyata”. Maha Guru T'ien-t'ai dan Dengyo melaksanakan yang pertama. Saya, Nichiren, sekarang melaksanakan yang kedua. Itu sebabnya metode pelaksanaanKu adalah yang terunggul, kesulitan menimpa diriKu begitu kerasnya. Apa yang Maha Guru T'ien-t'ai dan Dengyo sebarluaskan didasarkan pada ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” yang dibabarkan dalam bagian Teori Saddharma Pundarika Sutra, sedangkan apa yang Saya, Nichiren, sebarluaskan “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran” adalah didasarkan pada Bagian Pokok Saddharma Pundarika Sutra. Perbedaan diantara keduanya adalah sama seperti perbedaan antara surga dan bumi. Ingatlah hal ini, terutama pada saat hidup akan berakhir. Miliki hati kepercayaan yang mendalam dalam Saddharma Pundarika Sutra dan teruslah menyebut O’daimoku, yang merupakan cara meditasi yang benar, yang didasarkan “Nyata” ajaran “3.000 keberadaan terkandung dalam sekejap pikiran.”

Dengan hormat,

Tanggal 26 bulan enam Nichiren (tanda tangan)

(6)

PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA www.pbnshi.or.id

Email: DPN@pbnshi.or.id

percayakan kepada Shijo Kingo untuk mengantarkan kesini. Tolong beritahukan kepada setiap orang bahwa Aku telah menerima sumbangan yang didasarkan pada catatan yang dibuat oleh Shijo Kingo. Artikel yang diberikan oleh Tuan Ota, telah diterima sesuai dengan catatan dari Tuan Toki. Mengenai aspek lain dalam surat ini, Aku telah menuliskan untuk Shijo Kingo, jadi kamu dapat meminjam dan membacanya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari aspek pengelolaan Saung Angklung Ujdo telah mampu menunjukan pada masyarakat luas bahwa potensi budaya lokal dapat dikembangkan dalam suatu program wisata seni dan budaya

Terpeliharanya jalan yang sudah dibangun Meningkatnya kelancaran lalulintas Meningkatnya Kelancaran Lalu Lintas √ 45 >. Pengaspalan Jalan Bontoparang-

Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar pada tanggal akuisisi atas seluruh aset

Data penampilan reproduksi didapatkan dari data reproduksi sapi Bali betina yang dipelihara secara intensif di BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul) Desa Pulukan,

Secara konvensional penyelesaian sengketa biasanya dilakukan melalui proses litigasi atau penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Dalam keadaan ini maka kedudukan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi siklus hidup kemasan botol PET pada produk minuman teh mencakup analisis inventori dari sisi kebutuhan bahan baku, kebutuhan

Makalah dengan judul “ Timer atau Counter 0 dan 1 ” menjelaskan tentang Timer /Counter sebagai suatu peripheral yang tertanam didalam microcontroller