• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN

I H' CO

DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Surabaya, 19 Januari 2015

Nomor :J.Q.-

Lampiran : 1 (satu) eks. Buku Panduan RIK 2015

Sifat : SEGERA

Perihal : Riset Intervensi Kesehatan (RIK) Berbasis Budaya Call For Proposal RIK 2015

Yang terhormat,

1. Dekan Perguruan Tinggi 2. Pimpinan Lembaga Penelitian

3. Direktur Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes 4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota

Se-Indonesia

Mengingat peran penting dimensi budaya dalam menentukan status kesehatan masyarakat, memperkaya program dan intervensi kesehatan, maka kami mengundang para peneliti di instansi Saudara untuk mengusulkan proposal RIK berbasis budaya. Prioritas topik riset pada tahun 2015

1. Bidang : Kesehatan Ibu clan Anak, Gizi, Penyakit Menular (PM), Penyakit Tidak menular (PTM) dan Perilaku Hidup Bersih clan Sehat (PHBS).

2. Berbasis hasil Riset Etnografi Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2012 clan 2014, Riset Kesehatan Dasar 2007, 2010 serta 2013, atau riset kesehatan nasional Iainnya.

Syarat clan ketentuan' secara lengkap dapat dibaca pada Buku Panduan terlampir, dan dapat diakses melaui website kami

www.humaniorakesehatan.net www.pusat4.litbangkes.depkes.go.id

Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.

MUMM

Rwit

M . Kes.

f

196 991011001

Tembusan:

Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kantor: Ji. Indrapura 17 Surabaya 60176, Teip. Kepala (03 1)3522952, Opr. (031) 3528748, Fax. (03 1)3528749, (031) 3555901 ii. Percetakan Negara 23 A Jakarta Teip. (021) 4243314, Fax. (021) 42871604, Email: pusathumaniora@yahoo.co.id

(2)

RISET INTERVENSI KESEHATAN (RIK) 2015

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN

(3)

KATA PENGANTAR

Riset Intervensi Kesehatan (RIK) Berbasis Budaya Lokal tahun 2015 merupakan riset dalam rangka pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal sosial bagi upaya peningkatan kesehatan yang berbasis budaya atau kearifan lokal. Riset ini bertujuan untuk mengembangkan intervensi pada budaya kesehatan yang bersifat positif, hasil pengetahuan budaya/kearifan lokal untuk menunjang program-program Kementerian Kesehatan dengan mengikuti kaidah dan metode penelitian yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik-ilmiah.

Panduan Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya lokal tahun 2015 merupakan acuan untuk menyusun riset intervensi sehingga proposal dapat disusun sesuai kriteria yang telah disyaratkan. Riset Intervensi Kesehatan pada tahun 2015 ini difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan terkait KIA, gizi, penyakit menular, penyakit tidak menular dan/atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka memberdayakan kearifan lokal dan kekayaan intelektual lokal (pengetahuan tradisional) berbagai budaya di Indonesia. Penelitian akan dilaksanakan tahun 2015 dengan penanggungjawab adalah Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyusun pedoman Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya Lokal Tahun 2015. Melalui riset ini diharapkan dapat memacu peneliti untuk berpartisipasi membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan melalui pemanfaatan kekayaan budaya berupa pengetahuan lokal tradisional yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri.

Surabaya, Januari 2015

Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

(4)

DAFTAR ISI Halaman 1. Pendahuluan ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Umum ... 6 1.3. Tujuan Khusus ... 7 1.4. Manfaat ... 7 1.5. Arah ... 7 1.6. Sasaran ... 7 1.7. Luaran ... 8

2. Ruang Lingkup dan Sifat Riset ... 9

2.1. Ruang Lingkup ... 9

2.2. Sifat dan Jenis Riset ... 9

3. Pelaksana Riset Intervensi Kesehatan ... 10

3.1. Penanggung Jawab ... 10 3.2. Tim Teknis ... 10 3.3. Tim Pakar ... 10 3.4. Tim Peneliti ... 11 3.5. Peneliti Pendamping ... 11 3.6. Tenaga Administrasi ... 11 4. Pembiayaan ... 12 5. Jadual Kegiatan ... 13

6. Monitoring, Evaluasi, Penghargaan dan Sanksi ... 14

7. Format Proposal, Etik Penelitian, Mekanisme Seleksi dan Kriteria Penilaian ... 15

7.1. Format Proposal ... 15

7.2. Etik Penelitian ... 15

7.3. Mekanisme Seleksi dan Kriteria Seleksi ... 16

7.4. Kriteria Penilaian ... 16

8. Penutup ... 17

Daftar Pustaka ... 18

(5)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini permasalahan kesehatan di Indonesia masih banyak terjadi, diantaranya adalah masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi; masalah gizi khususnya gizi kurang, gizi buruk, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), stunting; penyakit menular (PM) yangbanyak menyebabkan kematian; penyakit tidak menular (PTM), dengan meningkatnya penyakit degeneratif; dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah di beberapa wilayah di Indonesia.

Terkait permasalahan KIA, Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2012 memberikan data bahwa AKI 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus (Sindonews.com, 2013; BPS dan tim, 2013). Berdasar kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDGs 2000) diharapkan tahun 2015 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 bahwa 95,4 persen dari kelahiran yang mendapat pemeriksaan kehamilan atau Ante Natal Care (ANC). Persentase pemeriksaan pertama (K1) dan ANC minimal 4 kali merupakan indikator ANC tanpa memperhatikan periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Selisih antara K1 dan ANC 4 kali menunjukkan adanya kehamilan yang tidak optimal mendapat pelayanan ANC. Indikator K1 ideal dan K4 yang merujuk pada frekuensi dan periode trimester saat dilakukan ANC menunjukkan adanya keberlangsungan pemeriksaan kesehatan semasa hamil. Setiap ibu hamil yang menerima ANC pada trimester 1 (K1 ideal) seharusnya mendapat pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari trimester 1 hingga trimester 3. Hal ini dapat dilihat dari indikator ANC K4. Cakupan K1 ideal secara nasional adalah 81,6 persen. Cakupan K4 secara nasional adalah 70,4 persen. Berdasarkan penjelasan di atas, selisih dari cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional memperlihatkan bahwa terdapat 12 persen dari ibu yang menerima K1 ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4) (Badan Litbangkes, 2013).

(6)

2

kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Masalah stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 persen pada tahun 2013. Tidak berubahnya prevalensi status gizi, terlihat dari kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5 persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013). Gizi lebih teridentifikasi semenjak usia balita sebesar 11,9 persen. Menurut indikator IMT >25 terlihat prevalensi obesitas pada laki-laki sebesar 19,7 persen dan perempuan 32,9 persen (Badan Litbangkes, 2007; 2013).

Terkait penyakit menular, berdasarkan data Riskesdas pemetaan penyakit menular menunjukkan penurunan angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun 2013. Terjadi juga kecenderungan yang meningkat untuk

period prevalence pneumonia semua umur dari 2,1 persen (2007) menjadi 2,7 persen

(2013). Prevalensi TB paru masih di posisi yang sama untuk tahun 2007 dan 2013 (0,4%). Terjadi peningkatan prevalensi hepatitis semua umur dari 0,6 persen tahun 2007 menjadi 1,2 persen tahun 2013 (Badan Litbangkes, 2007; 2013).

Terkait penyakit tidak menular, data Riskesdas menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah menunjukkan penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) terjadi peningkatan dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yangberdasarkan wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4 persen (2013) (Badan Litbangkes, 2007; 2013).

Terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Dalam Riskesdas 2013 indikator yang dapat digunakan untuk PHBS sesuai dengan kriteria PHBS yang ditetapkan oleh Pusat Promkes pada tahun 2011, yaitu mencakup delapan indikator individu (cuci tangan, BAB dengan jamban, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif, menimbang balita), dan dua indikator rumah tangga (sumber air bersih dan memberantas jentik

(7)

3

nyamuk) (Badan Litbangkes, 2007; 2013). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa setahun sebelum survei, 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Namun masih ada kesenjangan antara perdesaan (72,5%) dan perkotaan (91,4%). Tampaknya penduduk cukup banyak yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan. Terbukti hanya 55,4% persalinan terjadi di fasilitas kesehatan dan masih banyak yaitu 43,2% melahirkan di rumah. Dari jumlah ibu yang melahirkan di rumah 51,9% ditolong bidan dan masih ada 40,2% yang ditolong dukun bersalin (Riskesdas 2010).

Strategi pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun 2005-2025 antara lain menyebutkan tentang pemberdayaan masyarakat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah termasuk di dalamnya sosial dan budaya setempat.

Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Untuk itu potensi yang dimiliki masyarakat perlu digerakkan. Potensi tersebut antara lain adalah pengetahuan tradisional yang berakar dari budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada masyarakat dapat diartikan bahwa pembangunan kesehatan berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga dan masyarakat sesuai dengan keragaman sosial budaya, kebutuhan permasalahan serta potensi masyarakat (modal sosial) (Depkes RI, 2009).

Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang dihuni oleh ratusan suku dengan berbagai ragam budaya telah memberikan suatu kekhasan tersendiri. Wujud budaya dapat berupa: (1) sistem ide/gagasan/nilai/norma/peraturan; (2) sistem sosial yang berupa kompleks aktivitas tindakan berpola dalam masyarakat; (3) alat-alat/benda yang merupakan hasil karya manusia. Wujud budaya tersebut merefleksikan budaya dan identitas sosial masyarakatnya.

(8)

4

Perilaku masyarakat khususnya masyarakat tradisional tercermin dari perilaku mereka memanfaatkan kearifan lokal berupa pengetahuan tradisional dan keanekaragaman hayati di lingkungannya. Praktek budaya terkait kesehatan tersebut, sebagian diklaim oleh orang-orang dengan pengetahuan “modern” sebagai salah satu penyebab buruknya status kesehatan masyarakat setempat.

Pada Tahun 2012 dan 2014 Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbangkes Kemkes RI telah melaksanakan Riset Etnografi Budaya di beberapa wilayah di Indonesia, hasil temuannya diantaranya adalah bahwa beberapa kelompok masyarakat di Jawa masih mempunyai kebiasaan memberikan makanan pisang dilumat dengan nasi untuk diberikan kepada bayi usia dini (kurang 4 bulan) sehingga bayi mempunyai risiko terganggu saluran pencernaannya. Praktek kesehatan yang berkembang di masyarakat seringkali dipengaruhi sosial budaya yang ada di lingkungan sekitarnya. Sosial budaya tersebut bisa berdampak merugikan terhadap kondisi kesehatan, namun di satu sisi, cukup banyak pula pengetahuan tradisional yang kemudian dikembangkan masyarakat modern menjadi suatu pengetahuan yang bermanfaat bagi kesehatan (Badan Litbangkes, 2012). Riset di Kabupaten Asmat penyakit kusta dianggap sebagai penyakit kulit biasa sehingga tidak ada pengobatan yang dilakukan (Tumaji,dkk, 2014), budaya PHBS dan pengobatan sendiri mempengaruhi penyebaran penyakit Tuberkulosis di Kabupaten Boalemo (Ningsi,dkk, 2014), kepercayaan masyarakat setempat terkait penyakit TB yang berpengaruh pada keterlambatan pengobatan TB (Santi,dkk, 2014), perilaku budaya setempat terkait dengan kesehatan reproduksi pria yang berpengaruh pada kehidupan sosial dan kesehatan di Kabupaten Kaimana (Setia, dkk, 2014), masih berperannya dukun bayi pada pertolongan persalinan di Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Lebak, Kabupaten Mamuju Utara, Kabupaten Sorolangun (Mufida,dkk, 2014; Mara, dkk, 2014; Sri, dkk, 2014; Manggala, dkk, 2014), anggapan darah persalinan perempuan membuat kotor dan membawa bala di Kabupaten Boven Digul (Agung, dkk, 2014), penyakit yang diderita bayi dianggap sebagai penyakit akibat roh halus sehingga penanganannya juga secara tradisional (Syarifah,dkk, 2014).

Kekayaan budaya Indonesia dari berbagai etnis dan suku yang tersebar di seluruh Indonesia telah mewarnai upaya kesehatan. Upaya kesehatan baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, yang bersifat konvensional maupun tradisional dan komplementer, selalu ditekankan untuk mengutamakan keamanan dan efektifitas

(9)

5

yang tinggi dan diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, dimana di dalamnya termasuk pengobatan dan cara-cara tradisional yang terjamin keamanan dan khasiatnya (Badan Litbangkes, 2012).

Riset Operasional Intervensi Kesehatan (ROI) 2012 telah menghasilkan intervensi penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada nilai lokal setempat. Misalnya budaya pijat bayi yang biasa dilakukan oleh dukun. Jika pijat dilakukan dengan teknik pijat yang aman dan oleh ibu sendiri, akan memiliki efek fisiologi, biokimia dan terjadi interaksi ibu dan bayi yang lebih positif (Lestari, 2012). Penelitian lain dilakukan oleh Sasmito, dkk (2012) dan Syarifah, dkk (2012) yang memaparkan bahwa bidang seni tari dan syair budaya setempat bisa dijadikan sebagai sarana penyuluhan bidang KIA yang efektif. Sedangkan pada penelitian Catur Adi, dkk (2012) dan Nurrachmawati, dkk (2012) memaparkan bahwa metode penyuluhan kesehatan bisa dilakukan melalui pendekatan aktor yang cukup berperan dalam komunitas tersebut seperti tokoh adat, orang tua, dan kyai.

Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2014 terkait intervensi gizi menunjukkan hasil bahwa bahan makanan spesifik lokal khas daerah setempat (kearifan lokal) bisa diolah sedemikian rupa untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak, disukai dan bisa dikembangkan lagi oleh masyarakat, serta memiliki potensi ekonomi masyarakat setempat (Murlan,dkk, 2014; Susilo,dkk, 2014; Intan,dkk, 2014; Yohanes,dkk, 2014; dan Wiralis,dkk, 2014). Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2014 terkait intervensi budaya KIA melalui media lagu daerah yang dimodifikasi, media kesenian drama lokal, pemberdayaan pemudi sebagai pendamping ASI, pemanfaatan makan bersama untuk mengeliminasi pantangan makanan bergizi pada ibu hamil, penguatan peran tokoh masyarakat lokal, pemantapan materi kesehatan ibu dalam pemanfaatan budaya menunggu kehamilan dan ratus pasca kelahiran (Lia,dkk, 2014; Rini,dkk, 2014; Ida Ayu,dkk, 2014; Nurhandini,dkk, 2014; Annis,dkk, 2014; Epti,dkk, 2014; dan Nancy,dkk, 2014).

Hasil riset tersebut diatas sudah menggambarkan bahwa banyak modal sosial yang dimiliki masyarakat dari berbagai suku yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan. Menurut Bank Dunia (2011) dalam Rocco & Suhrcke (2012), modal sosial bukan hanya sejumlah gabungan dari institusi dalam masyarakat namun merupakan

(10)

6

perekat yang mengikat keseluruhan tersebut yang dapat menghasilkan luaran sosial dan/atau ekonomi yang menguntungkan. Koordinasi akan muncul mengikuti keuntungan-keuntungan potensial yang ada, kemudian diikuti munculnya kepercayaan dalam interaksi sosial yang terwujud.

Ada 3 (tiga) mekanisme yang bisa dilihat dari peran modal sosial yang dapat menentukan kesehatan masyarakat, yaitu:

1. Meningkatkan akses masyarakat atas informasi kesehatan yang relevan. 2. Munculnya dukungan pelayanan kesehatan yang informal.

3. Mekanisme politik ekonomi, organisasi yang baik, dan kelompok masyarakat yang saling berhubungan, akan lebih efektif dalam menentukan kesepakatan bersama dalam promosi kesehatan.

Masalah kesehatan dan pengaruh sosial budaya masyarakat menjadi permasalahan yang memerlukan suatu pemecahan segera. Pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal sosial bagi upaya peningkatan kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut melalui suatu intervensi yang dapat diterima oleh masyarakat pelakunya. Oleh sebab itu, dukungan riset berupa intervensi berbasis budaya yang bernilai positif bagi kesehatan masih sangat diperlukan. Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2015 berfokus pada masalah kesehatan ibu dan anak, gizi, pemberantasan penyakit menular, pemberantasan penyakit tidak menular dan/atau peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kekayaan budaya Indonesia yang berdampak positif pada kesehatan dapat terus dikembangkan, dilestarikan dan dimanfaatkan secara lokal, regional dan nasional. Peran masyarakat perlu ditingkatkan dengan melihat permasalahan lokal serta potensi budaya lokal yang masih sangat banyak di masyarakat.

1.2. Tujuan Umum

Mengembangkan intervensi pada budaya kesehatan yang bersifat positif hasil pengetahuan budaya/kearifan lokal untuk menunjang program KIA, gizi, pemberantasan penyakit menular, (PM), pemberantasan penyakit tidak menular (PTM) dan/atau peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan berbasis budaya/kearifan lokal.

(11)

7

1.3. Tujuan Khusus

Memberikan kesempatan kepada peneliti kesehatan melaksanakan Riset Intervensi Kesehatan (RIK) berbasis budaya lokal dengan fokus pada upaya peningkatan kesehatan terkait KIA, gizi, penyakit menular, penyakit tidak menular dan/atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam rangka memberdayakan kearifan lokal dan kekayaan intelektual lokal (pengetahuan tradisional) berbagai budaya di Indonesia.

1.4. Manfaat

Diperolehnya berbagai bentuk intervensi kesehatan ibu dan anak berbasis budaya lokal yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas kesehatan terkait masalah KIA, gizi, penyakit menular, penyakit tidak menular dan/atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Indonesia.

1.4. Arah

Arah RIK berbasis budaya lokal tahun 2014 disesuaikan dengan MDG’s 2000 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014, serta kelayakan yang dapat dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut dan dengan memanfaatkan modal sosial, maka fokus intervensi RIK sebagai berikut:

1. Kesehatan ibu dan balita terkait budaya pertolongan persalinan. 2. Gizi masyarakat berbasis bahan makanan lokal.

3. Pemberantasan/ Pengendalian Penyakit Menular berbasis budaya lokal 4. Pemberantasan/ Pengendalian Penyakit Tidak Menular berbasis budaya lokal 5. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berbasis budaya lokal

1.5. Sasaran

Pedoman RIK berbasis budaya lokal tahun 2015 ditujukan kepada:

1. Peneliti dari institusi penelitian dan pengembangan dari dalam dan luar Badan Litbang Kesehatan.

2. Dosen/tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, Poltekkes Kemenkes atau institusi pendidikan kesehatan lainnya.

3. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajaran di bawahnya.

(12)

8

1.6. Luaran

Hasil atau luaran wajib RIK berbasis budaya lokal tahun 2015 adalah: 1. Laporan akhir dalam bentuk hardcopy dan softcopy (format pdf).

2. Rekomendasi dalam bentuk Policy paper, dalam bentuk hardcopy dan softcopy (format pdf).

3. Naskah publikasi ilmiah hasil riset dalam bentuk hardcopy dan softcopy (format pdf). 4. Film tentang riset secara keseluruhan dalam bentuk VCD beserta narasi film

(hardcopy dan sofcopy).

5. Produk intervensi, dapat berupa: buku panduan, buku petunjuk, leaflet, pamflet, VCD, CD, brosur, buku saku, poster, dsb.

6. Data kuantitatif yang sudah dibersihkan dan atau transkrip untuk data kualitatif. 7. Laporan pertanggungjawaban keuangan.

(13)

9

2. RUANG LINGKUP DAN SIFAT RISET

5.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan tahun 2015 meliputi riset kesehatan berbasis budaya lokal, berupa intervensi yang memberi dampak terhadap program GIKIA, penanggulangan PM dan PTM, serta upaya PHBS masyarakat. Area riset mencakup pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal sosial serta pemanfaatan kearifan lokal/pengetahuan tradisional setempat.

Pada Riset Intervensi Kesehatan (RIK) 2015 ini, diutamakan inovasi intervensi yang mampu memberikan pemecahan permasalahan kesehatan yang telah dipetakan dalam Riset Etnografi Kesehatan (REK) pada periode tahun 2012 dan 2014 melalui intervensi berbasis budaya lokal. Inovasi tidak selalu harus diberikan di daerah di mana permasalahan telah dipetakan melalui REK, namun bisa diadopsi untuk daerah lain yang mempunyai latar belakang budaya atau etnis yang serupa. Lebih jelasnya, laporan hasil REK 2012 dan 2014 dapat diakses di alamat:

www.humaniorakesehatan.net, dan www.pusat4.litbang.depkes.go.id

Ruang Lingkup riset adalah :

a. Intervensi terhadap hasil temuan REK 2012 dan 2014. b. Intervensi lanjutan ROI 2012 dan RIK 2014.

c. Inovasi intervensi kesehatan berbasis budaya/kearifan lokal yang baru dan merupakan ide orisinal peneliti.

5.2. Sifat dan Jenis Riset

Kegiatan riset bersifat orisinal, bukan merupakan pengulangan yang telah dipublikasikan di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan riset tidak sedang diusulkan atau pernah dibiayai oleh sumber dana yang lain.

Jenis riset yang diperkenankan dalam kegiatan RIK merupakan riset intervensi yang dilaksanakan di masyarakat.

(14)

10

3. PELAKSANA RISET INTERVENSI KESEHATAN

3.1. Penanggung Jawab

Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

3.2. Tim Teknis

Tim Teknis merupakan tim yang dibentuk dengan susunan terdiri dari seorang koordinator, anggota dan administrasi yang berasal dari Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM) dan ditunjuk oleh Kepala PHKKPM.

Tim Teknis bertugas dalam hal manajemen dan teknis pelaksanaan RIK, mulai penyusunan buku panduan hingga laporan akhir RIK, yang meliputi:

1. Melakukan seleksi awal proposal.

2. Menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan RIK mulai seleksi proposal, pembuatan protokol, pelaksanaan kegiatan riset, pelaksanaan supervisi, pelaksanaan pembimbingan oleh Tim Pakar, pembuatan laporan akhir dan luaran riset.

3.3. Tim Pakar

Tim Pakar merupakan tim yang dibentuk dengan susunan ketua dan anggota terdiri dari para Profesor Riset dari Badan Litbangkes, Profesor dari Perguruan Tinggi, Ketua/anggota Komisi Ilmiah Badan Litbangkes, Ketua/angggota Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM), dan para pakar dari Pusat lain di Badan Litbangkes dan Universitas.. Tim ini bertugas antara lain:

1. Melakukan seleksi proposal.

2. Memberikan bimbingan dan konsultasi pembuatan protokol.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi serta supervisi ke lapangan saat pelaksanaan riset. Supervisi pelaksanaan riset meliputi:

a. Kesesuaian antara protokol dengan pelaksanaannya, pencapaian tujuan dan identifikasi kendala atau masalah.

b. Kemajuan pelaksanaan riset. c. Pemeriksaan logbook.

d. Memberikan masukan perbaikan atau asistensi teknis riset.

(15)

11

4. Melakukan bimbingan pembuatan laporan serta luaran riset.

3.4. Tim Peneliti

1. Tim peneliti berjumlah maksimal 3 (tiga) orang, terdiri dari yaitu: 1 (satu) orang Ketua Pelaksana dan maksimal 2 (dua) orang anggota peneliti.

2. Setiap peneliti harus menandatangani pernyataan: keaslian proposal riset, tidak ada duplikasi pendanaan, dan kesanggupan melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan. Formulir pernyataan disertakan dalam proposal yang diusulkan.

3. Ketua Pelaksana berpendidikan minimal S1 dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan riset termasuk administrasi riset dan keuangan. Anggota peneliti membantu dan bertanggung jawab sesuai tugas yang diberikan oleh Ketua Pelaksana.

4. Ketua Pelaksana wajib mengikuti kegiatan pendampingan penyusunan protokol riset sebanyak 1 (satu) kali, serta penyusunan laporan sebanyak 2 (dua) kali.

5. Tim peneliti wajib melampirkan ijin tertulis dari atasan.

3.5. Peneliti Pendamping

Setiap tim peneliti yang telah diterima untuk dibiayai, akan diberikan 1 (satu) orang Peneliti Pendamping untuk membantu pelaksanaan riset. Peneliti Pendamping adalah peneliti dari Badan Litbangkes yang ditentukan oleh PHKKPM. Peneliti Pendamping berperan sebagai anggota peneliti dari Badan Litbangkes yang akan membantu dan terlibat dalam keseluruhan proses pelaksanaan riset.

3.6. Tenaga Administrasi

Setiap tim peneliti yang telah diterima untuk dibiayai, akan diberikan 1 (satu) orang Tenaga Administrasi untuk membantu dan mengontrol pertanggungjawaban administrasi riset dan keuangan. Tenaga administrasi berasal dan akan ditunjuk oleh PHKKPM.

(16)

12

4. PEMBIAYAAN

Pembiayaan RIK berbasis budaya lokal tahun 2015 adalah:

1. Alokasi dana maksimal Rp. 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta rupiah) untuk setiap proposal. Proposal yang akan dibiayai sebanyak 20 (dua puluh)

proposal yang memenuhi kriteria seleksi. Rencana Anggaran Belanja riset

disesuaikan dengan kegiatan riset yang sewajarnya dengan mengikuti Satuan Biaya Umum (SBU) 2015 dari Kementerian Keuangan.

2. Jangka waktu efektif riset maksimal 10 (sepuluh) bulan. 3. Komponen pembiayaan terdiri dari:

a. Belanja honor, dengan total tidak melebihi 5% dari anggaran yang diusulkan.

b. Persiapan lapangan (belanja bahan, perjalanan, belanja non operasional), tidak melebihi 40% dari anggaran yang diusulkan.

c. Pengumpulan data (belanja bahan, perjalanan, belanja non operasional), tidak melebihi 45% dari anggaran yang diusulkan.

d. Penyusunan luaran dan laporan (belanja bahan), tidak melebihi 10% dari anggaran yang diusulkan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Lampiran Rincian Rencana Anggaran.

Pembiayaan yang TIDAK DIPERBOLEHKAN adalah:

1. Belanja di luar 4 komponen yang telah ditetapkan, misalnya belanja sewa, belanja jasa untuk pemeriksaan.

2. Belanja honor lebih dari 10 bulan. 3. Belanja pembelian alat.

(17)

13

5. JADUAL KEGIATAN

Jadual kegiatan RIK GIKIA, PM, PTM, PHBS tahun 2015:

Kegiatan Waktu

Penyebaran informasi Januari 2015

Batas akhir penerimaan proposal di Sekretariat RIK 21 Pebruari 2015 (cap pos) Seleksi proposal

Tahap 1 (Tim Teknis) Minggu III dan IV Pebruari 2015 Tahap 2 (Tim Pakar) Minggu I Maret 2015

Perbaikan proposal/pendampingan Maret 2015 Finalisasi protokol riset dan konsinyasi etik April 2015 Pengajuan persetujuan etik penelitian April 2015

Pelaksanaan riset April – Oktober 2015 Supervisi pelaksanaan riset Mei – Oktober 2015 Konsinyasi penyusunan Laporan Akhir, Naskah Publikasi

Ilmiah dan Policy Paper Nopember 2015 Penyerahan laporan dan seluruh luaran Nopember 2015 Diseminasi hasil akhir RIK Desember 2015

Situs RIK www.pusat4.litbang.depkes.go.id akan memuat pengumuman dan berita yang terkait dalam proses kegiatan RIK ini. Untuk itu setiap peneliti yang mengirimkan proposal dianjurkan untuk mengunjungi situs tersebut secara teratur dan berkala.

(18)

14

6. MONITORING, EVALUASI, PENGHARGAAN DAN SANKSI

Akan dilakukan monitoring dan evaluasi oleh Tim Pakar dan Tim Teknis. Supervisi di tempat pelaksanaan riset akan diatur tersendiri oleh Tim Teknis. Pada waktu monitoring dan seminar hasil riset akan dilakukan evaluasi laporan kemajuan riset (teknis dan administrasi), dan pengisian log book.

Peneliti yang menunjukkan kinerja yang baik dan berprestasi akan diundang dalam simposium Badan Litbangkes tahun 2015.

Peneliti yang tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati akan dihentikan pembiayaan riset dan diwajibkan mengganti biaya yang telah dikeluarkan. Ketua Pelaksana tidak diperkenankan untuk mengajukan RIK berikutnya.

(19)

15

7. FORMAT PROPOSAL, ETIK PENELITIAN, MEKANISME SELEKSI DAN KRITERIA PENILAIAN

7.1. Format Proposal

Isi proposal terdiri dari: judul, daftar isi, ringkasan penelitian, latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, pertimbangan ijin penelitian, pertimbangan etik penelitian, daftar kepustakaan, susunan tim peneliti, jadual kegiatan penelitian, rincian rencana anggaran. Proposal disusun menggunakan format sebagaimana terlampir atau diunduh dari situs RIK 2014

www.pusat4.litbang.depkes.go.id.

Proposal diketik dengan tipe huruf Arial 11 pt, spasi 1,5 dan ukuran kertas A4. Proposal dijilid sebanyak 3 (tiga) rangkap dan dikirim ke alamat:

Sekretariat Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya Lokal 2015 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat Badan Litbangkes Kemenkes RI Jalan Indrapura 17 Surabaya 60176

Telp. 031 3528748; Fax. 031 3528749

Proposal dalam bentuk softcopy dikirim ke alamat email sekretariat:

pushum_rikus@yahoo.com.

Proposal softcopy diterima sekretariat selambat-lambatnya hari Sabtu tanggal 21 Pebruari 2015 jam 24.00 WIB. Proposal hardcopy dikirim ke sekretariat 21 Pebruari 2015 (cap pos).

7.2. Etik Penelitian

Protokol yang mengikutsertakan manusia sebagai obyek penelitian perlu mengajukan persetujuan etik penelitian (Ethical clearance) kepada Komisi Etik (KE) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Pengajuan persetujuan etik penelitian dilakukan melalui sekretariat RIK dengan surat pengantar dari PHKKPM. Pelaksanaan pengumpulan data diijinkan bila sudah menerima surat persetujuan etik penelitian dari KE Badan Litbangkes Kemenkes RI.

(20)

16

7.3. Mekanisme Seleksi dan Kriteria Seleksi

Setiap proposal akan diseleksi oleh Tim Teknis dan Tim Pakar berdasarkan prinsip objektivitas dan bersifat kompetitif. Tugas Tim Teknis adalah menyeleksi proposal pada tahap awal. Tugas Tim Pakar adalah menilai dan menyeleksi proposal, serta membina peneliti untuk perbaikan proposal, protokol hingga laporan akhir dan luaran riset. Keputusan Tim Pakar bersifat final dan mengikat.

Tahap proses seleksi untuk proposal RIK adalah:

1. Rapat Tim Teknis merupakan seleksi awal proposal untuk menjaring proposal yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup RIK, memenuhi persyaratan substansi dan kelayakan biaya.

2. Proposal yang lolos seleksi awal akan dilanjutkan seleksi oleh Tim Pakar. Seleksi dilakukan berdasarkan kriteria dan bobot yang telah ditentukan. Penilaian dalam seleksi akan menghasilkan dua kategori proposal: (a) diusulkan untuk dibiayai, atau (b) tidak dibiayai.

3. Proposal yang diusulkan untuk dibiayai merupakan proposal yang sudah diperbaiki berdasarkan masukan dari Tim Pakar. Perbaikan proposal disertai dengan pengantar isi perbaikan (ditulis bagian kalimat yang diperbaiki, halaman, dan dicetak tebal).

4. Peneliti akan diundang pada seminar proposal untuk memaparkan proposal riset dan mendapat pembinaan dari Tim Pakar untuk dilanjutkan menjadi protokol riset.

5. Protokol selanjutnya diserahkan kepada Tim Teknis untuk diproses pengurusan etik penelitian.

7.4. Kriteria Penilaian

Lingkup seleksi proposal lengkap dilakukan untuk menyeleksi proposal dari aspek substansi dan aspek kelayakan biaya. Dari aspek substansi, kriteria seleksi adalah: 1. Orisinalitas

2. Kontribusi terhadap program GIKIA (Gizi dan KIA), PM, PTM dan PHBS Kementerian Kesehatan RI

3. Peluang adopsi (penerimaan) dan keberlanjutan pemakaian oleh pengguna 4. Penulisan dan ketepatan metodologi

(21)

17

8. PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pengajuan proposal dan pelaksanaan RIK berbasis budaya lokal tahun 2015 bagi semua pihak khususnya yang berminat dalam penelitian bidang humaniora kesehatan. Calon peserta diharapkan mendapat informasi yang jelas dari buku panduan sehingga dapat berpartisipasi dalam RIK dan mengajukan proposal sesuai persyaratan yang telah ditetapkan.

Seluruh hasil luaran RIK harus diserahkan kepada sekretariat RIK berbasis budaya lokal tahun 2015 dan seluruhnya menjadi hak milik Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Publikasi lain bersumber dari data penelitian, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk paten yang mungkin dihasilkan dari riset, akan diatur tersendiri.

Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:

1. Dra. Ristrini, MKes HP: 081330673252, 081918118502 2. Dr. M. Setyo Pramono, SSi, MSi HP: 081330695133

3. Dra. Herti Maryani, MKes HP: 08123199390 4. Lusi Kristiana, SSi, Apt., MKes HP: 088803117569 5. Weny Lestari, SSos., MSi HP: 08123157097 6. dr. Lulut Kusumawati, Sp.PK HP. 08123020396

(22)

18

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa, 2005. “Kesehatan dalam Perspektif Ilmu Sosial Budaya” dalam Masalah

Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial Budaya. Yogyakarta: Kepel Press.

Annis Catur, dkk. 2012. “Penguatan Modal Sosial Buppa Babbu Guru ban Rato dalam Peningkatan Kualitas Diet Ibu Hamil Etnis Madura di Bangkalan Jawa Timur”.

Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes

dan FKM Unair Surabaya.

Annis Catur, dkk. 2014. Pengembangan Intervensi Penguatan "Modal Sosial Buppa Bappu ban Ratto" Dalam Peningkatan Kualitas Diet Ibu Hamil Etnis Madura di Daratan Pulau Madura. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan FKM Unair Surabaya

Badan Litbangkes RI, 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Litbangkes Kemkes RI.

Badan Litbangkes RI, 2014. Laporan Penelitian Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu

dan Anak. Badan Litbangkes Kemkes RI.

Badan Litbangkes RI, 2012. Laporan Penelitian Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu

dan Anak. Badan Litbangkes Kemkes RI.

Badan Pusat Statistika, 2007. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Badan Pusat Statistika, Macro International, Bappenas.

Badan Pusat Statistika, 2010. Sensus Penduduk Indonesia 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistika.

BPS dan Tim, 2012. “Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik”. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2012.

Depkes RI, 2008. Modul Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI.

Epti, dkk, 2014. Pemanfaatan Budaya Merunggu Pada Ibu Bersalin Suku Serawai Dalam Promosi Pertolongan Persalinan, IMD dan ASI Ekslusif di Desa Puguk Kabupaten Seluma. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan dan Poltekkes Kemenkes

Bengkulu.

Ida Ayu, dkk, 2014. Pemberdayaan Sekaa Teruni Dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Menyusui di wilayah Puskesmas Klungkung Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes

(23)

19

Intan, dkk, 2014. Optimalisasi Penerimaan Ulat Sagu (Rhinchophorus Ferruginenus) Dalam Meningkatkan Kualitas Makanan Anak Balita Suku Tolaki Dengan

Pendekatan Potensi Budaya Makan Setempat”. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Kemenkes RI, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-1014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Lestari, Ade Febriana., et al, 2012. “Budaya Pijat Bayi Aman (Safe Baby Massage) Berbasis Keluarga Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Bayi Di Sleman Yogjakarta”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes dan Rumah Sakit Akademik UGM.

Lia, dkk, 2014. Efektifitas Seni Budaya Tarling Cirebon Sebagai Media Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil di Kabupaten Cirebom Jawa Barat. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Mariyah, Emiliana, dkk, 2005. “Hambatan Budaya dalam Interakasi Bidan – Ibu Hamil; Studi Ketaatan untuk Meningkatkan Suplemen dan Status Besi di Puskesmas Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah” dalam Masalah Kesehatan dalam

Kajian Ilmu Sosial Budaya. Yogyakarta: Kepel Press.

Murlan, dkk, 2014. Optimasasi Pemanfaatan Sisa Produk Virgin Coconut Oil (Blondo) pada makanan lokal untuk Perbaikan Gizi Balita di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan STIK Avicenna Kendari.

Nancy, dkk, 2014. Pemberdayaan Budaya Bakera "Sebagai Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI Ekslusif di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Humaniora

Badan Litbangkes dan dan Poltekkes Kemenkes Manado.

Nurhandini, dkk, 2014. Budaya Begibung Sebagai Upaya Penurunan Kurang energy Kronis (KEK) pada Kehamilan di Kabupaten Lombok. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Dinas Kesehatan Lombok Tengah NTB.

Ratna, Nyoman Kutha, 2010. Metodologi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rini, dkk, 2014. Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil terhadap Kesehatan Maternal Melalui Media Kesenian "Dulmuluk" di Kabupaten Ogan Ikir Sumatera Selatan. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan FKM Universitas Sriwijaya Palembang.

Rocco L, Suhrcke M., 2012. Is social capital good for health? A European perspective. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.

(24)

20

Sasmito, dkk, 2012. “Tari Memengan Sebagai Media Penyampai Pesan Posyandu Pada Ibu dan Anak di Banyuwangi Jawa Timur”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya

Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Politeknik Kesehatan Malang.

Sindonews.com, 26 September 2013. Data SDKI 2012, angka kematian ibu melonjak. http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-2012-angka-kematian-ibu-melonjak. Diakses 19 Oktober 2013

Syarifah, dkk, 2012. “Syair dalam Tarian Maena Sebagai Wahana Penyampaian Pesan untuk Meningkatkan Pengetahuan kesehatan Reproduksi Remaja pada Masyarakat Nias Barat”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

Susilo, dkk, 2014. Keberkelanjutan Pemberian Makanan Tradisional Opa-opak dengan Pengayaan Ikan Ekor Kuning dan Serbuk Daun Kelor sebagai Alternatif Selingan Untuk Ibu hamil KEK di Kabupaten Lombok Utara, NTB. (Tahap1). Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes NTB.

Wiralis, dkk, 2014. Budaya Makan Tetehe Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Menu Keluarga pada Suku Bajo Relokasi Pulau Bokori. , Di Konawe. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Kendari.

Yohannes, dkk, 2014. Optimalisasi Budaya Makan Tempe Generasi Dua Untuk Meningkatkan Asupan Gizi Ibu Hamil dan Anak Balita di Kota Malang. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Malang.

(25)

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERNYATAAN

Pernyataan Tim Peneliti

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

- menjamin usulan riset ini asli dan belum pernah dilakukan oleh pihak lain - usulan ini tidak ada duplikasi pendanaan dari sumber dana lainnya

- bersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan riset apabila usulan riset ini disetujui untuk dibiayai

- bersedia mengikuti seluruh proses kegiatan riset sampai selesai

- menyerahkan data, laporan dan luaran riset ke Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan bila di kemudian hari terbukti tidak sesuai, maka kami bersedia mengembalikan dana yang telah dipergunakan kepada pemerintah.

Ketua Pelaksana Tanda tangan Tanggal

Peneliti Pertama Tanda tangan Tanggal

(26)

LAMPIRAN 2

IJIN ATASAN TIM PENELITI

Dengan ini kami memberikan ijin kepada:

Nama : Jabatan : Bagian :

Untuk mengikuti Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2015 dengan judul:

... ...

Kami bersedia memberikan waktu dan dukungan yang diperlukan untuk pelaksanaan riset oleh staf kami tersebut.

Tanggal Nama Institusi

Tanda tangan dan Cap

(27)

LAMPIRAN 3

LEMBAR DATA TIM PENELITI

1. Ketua Pelaksana

Identitas

Nama Gelar

Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi

Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya 1. 2. Kualifikasi Akademik Tahun Institusi Gelar Tahun Institusi Gelar Dst 2. Peneliti Pertama Identitas Nama Gelar

Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi FOTO BERWARNA Uk. 4x6 FOTO BERWARNA Uk. 4x6

(28)

Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya 1. 2. Kualifikasi Akademik Tahun Institusi Gelar Tahun Institusi Gelar Dst 3. Peneliti Kedua Identitas Nama Gelar

Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi

Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya 1. 2. Kualifikasi Akademik Tahun Institusi Gelar Tahun Institusi Gelar Dst FOTO BERWARNA Uk. 4x6

(29)

LAMPIRAN 4

PUBLIKASI ILMIAH PENELITI 1. Ketua Pelaksana

Berisi publikasi yang relevan, maksimal 2 lembar

2. Peneliti Pertama

Berisi publikasi yang relevan, maksimal 2 lembar

3. Peneliti Kedua

(30)

LAMPIRAN 5

FORMAT PROPOSAL RISET INTERVENSI KESEHATAN

1. Judul

Mencerminkan topik dan tujuan riset. Singkat, jelas, maksimal 20 kata. Bila perlu menggunakan sub judul.

2. Daftar Isi 3. Ringkasan

Uraian singkat latar belakang, masalah yang akan diteliti, metode, tempat dan waktu riset serta informasi/data yang akan dihasilkan. Maksimal 1 halaman.

4. Latar Belakang

Justifikasi, rumusan masalah.

5. Tujuan

Terdiri dari tujuan umum dan khusus.

6. Manfaat

Hasil riset dapat dimanfaatkan baik oleh pemangku kebijakan, masyarakat umum, atau pelaksana program.

7. Metode

Berisi rancangan, lokasi dan waktu, populasi/sampel/informan, cara pengumpulan data, batasan operasional, pengawasan kualitas data, manajemen dan analisis data.

8. Pertimbangan Ijin

Ijin dari pemerintah terkait (Kemendagri, Pemprov, Pemkot/kab) dan lokasi tempat riset dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.

9. Pertimbangan Etik

Riset yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek riset harus mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik yang diperoleh sebelum pelaksanaan riset. Informed

Consent diperoleh dari subyek setelah mendapatkan penjelasan riset.

10. Daftar Kepustakaan

Metode Harvard.

11. Susunan Tim Peneliti

Disusun dalam bentuk tabel.

No. Nama Peneliti Kedudukan Keahlian Uraian Tugas

1 Ketua Pelaksana 2 Peneliti 1

(31)

12. Jadual Kegiatan

Dalam bentuk tabel seperti contoh berikut:

Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penyusunan proposal

2 Perbaikan proposal 3 Finalisasi protokol

4 Pengajuan persetujuan etik 5 Pengajuan persetujuan ijin 6 Pelaksanaan riset

7 Penyusunan laporan 8 Diseminasi hasil laporan 9 Pengumpulan laporan

*)Format Jadual Kegiatan hanya contoh, kegiatan dan waktu bisa berbeda sesuai proposal yang disetujui

13. Rincian Rencana Anggaran

Disusun berdasarkan jenis pengeluaran, seperti contoh berikut ini.

RINCIAN ANGGARAN BIAYA (RAB) Judul Riset: ...

Ketua Pelaksana: ...

No Komponen Pembiayaan Satuan Biaya Total

1. BELANJA HONOR Maksimal 5 % dari

total anggaran

Ketua Pelaksana Peneliti Pertama Peneliti kedua

2. PERSIAPAN LAPANGAN Maksimal 40 % dari

total anggaran Belanja Bahan

ATK dan Fotocopy

Belanja Perjalanan Belanja barang non operasional (BNO)

Pengurusan ijin etik Pengurusan ijin riset

3. PENGUMPULAN DATA Maksimal 45 % dari

total anggaran Belanja Bahan

ATK dan Fotocopy

Belanja Perjalanan BNO

Bahan kontak responden Pembuatan film kegiatan Pembuatan

poster/leaflet/modul intervensi

Konsumsi pertemuan

4. PENYUSUNAN LUARAN DAN LAPORAN Maksimal 10 % dari

total anggaran Belanja Bahan

Penggandaan Laporan dan output riset

Total Rp. ... 100%

*)Format RAB hanya contoh, komponen pembiayaan dan besarnya anggaran sesuai dengan kegiatan dalam proposal yang telah disetujui

(32)

LAMPIRAN 6

TIM PELAKSANA RISET INTERVENSI KESEHATAN 2015

Pembina : Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI

Penanggung Jawab : Kepala Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Ketua Pelaksana : dr. Tri Juni Angkasawati, MSc Koordinator RIK : Dra. Ristrini, MKes

Tim Teknis : Dra. Herti Maryani, MKes

Dr. M. Setyo Pramono, SSi, MSi Lusi Kristiana, SSi, Apt., MKes Weny Lestari, SSos., MSi dr. Lulut Kusumawati, Sp.PK Administrasi : Sri Ngastuti

Dra. Siti Luksitasari Hendra Tri Widodo, SKom

(33)

No Komponen Pembiayaan Satuan Biaya Jumlah (Rp) Total (Rp)

1 Belanja Honor (521213) 6.000.000

Ketua Pelaksana OB 1 or x 6 bulan x 400,000 2.400.000

Peneliti 1 OB 1 or x 6 bulan x 300,000 1.800.000

Peneliti 2 OB 1 or x 6 bulan x 300,000 1.800.000

2 Belanja Bahan (521211) 12.700.000

ATK/ Foto Copy PT 1 PT x 1,000,000 1.000.000

Bahan komputer PT 1 PT x 2.000,000 2.000.000

Konsumsi Rapat OK 4 or x 10 kl x 30,000 1.200.000

Cetak Kuesioner 1 PT l PT x 3.500.000 3.500.000

Modul Pelatihan 1 PT 100 exp x 50,000 5.000.000

3 Belanja Perjalanan (524111)

3.a Persiapan Penelitian 91.250.000

Uang harian peneliti OH 3 or x 4 kl x 430,000 5.160.000

Transport survey pendahuluan OK 3 or x 4 kl x 250,000 3.000.000

Uang harian peneliti litbang OH 1 or x 3 hr x 430,000 1.290.000

Transport peneliti litbang OK 1 or x 1 kali x 1,500,000 1.500.000

Penginapan peneliti litbang OH 1 or x 2 hr x 350.000 700.000

3.b Pengumpulan Data Pengumpulan data pertama

- Pertemuan Kelas Ibu (3 hari x 8 kelas)

Transport Responden OT 70 or x 3hr x 10,000 2.100.000

Uang harian (Ketua Peneliti) OH 1 or x 12 hr x 430,000 5.160.000

Uang harian (anggota peneliti) OH 2 or x 6 hr x 430,000 5.160.000

Uang harian (Peneliti Litbang) OH 1 or x 7 hr x 430,000 3.010.000

Uang harian fasilitator kelas ibu OH 2 or x 12 hr x 430,000 10.320.000

Transport OT 2 or x 12 hr x 250,000 6.000.000

Transport peneliti litbang OT 2 OT x1. 540,000 1.080.000

Penginapan peneliti litbang OH 1 or x 6 hr x 350,000 2.100.000

Transport kader OK 5or x 1 kl x 8 klsx 30,000 1.200.000

- Pengumpulan data kedua

Transport Responden OH 80 or x 1 hr x 10,000 800.000

Uang harian (peneliti dan fasilitator) OH 5 or x 4 hr x 430,000 8.600.000

Transport OH 5 or x 4 hr x 250,000 5.000.000

3.c Pengumpulan data ketiga

Uang harian (peneliti dan fasilitator) OH 8 or x 5 hr x 430,000 17.200.000

Uang harian (Peneliti Litbang) OH 1 or x 6 hr x 430,000 2.580.000

Uang harian undangan OH 3 or x 1 kl x 430,000 1.290.000

Transport OH 5 hr x 250,000 1.250.000

Transport peneliti litbang OT 2 OT x 1.500,000 3.000.000

Penginapan peneliti litbang OH 1 or x 5 hr x 350,000 1.750.000

Transport Kepala Puskesmas OT 1 or x 10kl x 100,000 1.000.000

Transport Bidan Koordinator OT 1 or x 10 kl x 100,000 1.000.000

4 Belanja Non Operasional lainnya (521219) 15.050.000

Pesiapan

Etical Clearence PT 1 PT x 500,000 500.000

FGD OH 10 org x 50,000 500.000

Bahan kontak Rsponden Bumil OK 20 or x 50,000 1.000.000

Konsumsi responden ibu balita OK 3 kl x 80 or x 20,000 4.800.000

Pengolahan Data 1 PT 1 Lit x 1 kl x 1.000.000 1.000.000

Penggandaan CD 1 PK 1 Lit x 50 buah x 15.000 750.000

Penggandaan Laporan 1 PK 1 Lit x 50 eks x 50.000 2.500.000

Dokumentasi / Film Vidio PT 1 PT x 4.000.000 4.000.000

125.000.000

Ketua Pelaksana

( )

NIP.

RENCANA ANGGARAN BIAYA

RISET INTERVENSI KESEHATAN (RIK) TAHUN 2015

JUDUL PENELITIAN ...

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan, jagung manis yang terkontaminasi A.flavus pada suhu ruang dan suhu rendah selama penyimpanan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Bupati Cilacap tentang Penetapan Informasi yang

menyatakan bahwa pada pasien-pasien dengan pemeriksaan USG yang menunjukkan hasil negatif dan memiliki kadar D-Dimer yang normal, pemeriksaan USG ulangan ataupun pemeriksaan

Adalah suatu metoda yang digunakan untuk pengguna agar dapat memanggil suatu fungsi yang ada pada suatu aplikasi biasanya secara visual. Melalui menu biasanya pengguna dapat

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Daftar Transaksi Harian Belanja Daerah ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bertanggung jawab penuh atas kebenaran

Sistem terdiri dari 3 proses utama, yaitu Encoding QR Code (Proses 1) dilakukan oleh Dosen untuk men-generate gambar QR Code yamg diperoleh dari data kode Dosen dan

( Empat Puluh Tujuh Juta Tiga Ratus Dua Puluh Enam Ribu Lima Ratus Rupiah ).. Indikator Tolok Ukur Kinerja

Guna mengetahui upaya yang dilakukan penyidik Polres Grobogan dalam mengatasihambatan proses penyidikan tindak pidana pencurian dengan pemberatan.. Umumnya tindak