• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan. Profil Informan. Nama : Jenis Kelamin : Umur : : Alamat : Pendidikan Terakhir: Nama Usaha : Pertanyaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan. Profil Informan. Nama : Jenis Kelamin : Umur : : Alamat : Pendidikan Terakhir: Nama Usaha : Pertanyaan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Daftar pertanyaan Profil Informan Nama : Jenis Kelamin : Umur : : Alamat : Pendidikan Terakhir: Nama Usaha : Pertanyaan

1. Sudah berapa tahun anda membuka usaha Burjo ?

2. Apakah usaha anda perorangan/milik sendiri atau kelompok

3. Kalau ada teman, kerabat atau tetangga yang sedang mengalami musibah atau sedang mempunyai hajatan biasanya bantuan apa yang anda berikan? Dan apa dasar anda memberikan bantuan? 4. Dalam setiap hubungan sosial yang anda bangun dengan orang lain apakah ada kepercayaan? 5. Dalam setiap kegiatan dari perkumpulan yang anda ikuti, apakah ada aturan-aturan yang harus

dipatuhi dan menjadi kewajiban anggota?Dan apakah anda juga mematuhinya?

6. Apakah ada sangsi jika seseorang itu tidak mematuhi aturan dan melaksanakan kewajiba. sesuai aturan tersebut?

7. Dalam setiap hubungan sosial atau interaksi dengan orang, apa saja prinsip atau aturan yang anda pegang dan sering dilakukan.?

8. Bersumber darimana?

9. Apakah semua pemilik Burjo semua berasal dari Kuningan? 10.Mengapa demikian?

11.Sebagai orang kuningan ajaran-ajaran atau filsofi/petuah apa saja yang anda pegang dan sering lakukan

12.Dalam mengatasi masalah anda selama berada di perantauan, biasanya anda berinisiatif melakukan tukar pikiran dengan teman-teman untuk mencari jalan keluarnya?

(2)

13.Jika anda mendengar teman atau kerabat atau tetangga anda sedang mengalami musibah atau sedang ada hajatan, yang terlintas di dalam benak anda tindakan apa yang akan pertama kali anda lakukan?

14.Untuk mencukupi kebutuhan permodalan, modal usaha berasal dari mana?

15.Untuk menambah permodalan strategi apa yang anda lakukan (memijam pada siapa)?

16.Bagaimana strategi anda supaya sirkulasi permodalan anda berjalan dengan lancar tampa ada hambatan?

17.Upaya apa yang anda lakukan untuk mencegah dan mengatasi terjadinya modal macet atau terkikis?

18.Bagaimana keparcayaan anda terhadap karyawan? 19.Bagaimana anda mendapoatkan karyawan/tenaga kerja?

20.Bagaimana dengan penetapan harga jualan anda apakah ada kesepakatan dengan pedagang Burjo lainya?

21.Bagaiman mekanisme menarik, memberikan kepuasan dan mempertahankan pelanggan anda? 22.Bagaimana anda memandang persaingan dalam suatu usah, dan bagaimana anda mengatasinya? 23.Apa keunikan yang ditonjolkan dari usaha Burjo ini di banding yang lakin?

Lampiran 2 Wawancara 1 Informan Kunci

(3)

Kang Abidin ( Pemilik Burjo Kemiri 1) Kang Dadang(Pemilik Burjo Domas)

Interview dilakukan pada tanggal 22 Juli 2015 di jam kerja Burjo yaitu Burjo milik Abidin di Kemiri 1 bersama dengan karyawannya dan juga Burjo Kang Dadang di Domas. Saya uda lama boleh dibilang saya yang paling pertama buka Burjo setelah itu di susul sama Om Item uda ada sekitar 10 tahun lebih, start awalnya itu tahun 2000-an, dulu atau saya bawa sodara, dari sana untuk bantu-bantu di sini, yah modal awal saya dulu sekitar 50 lah itu uda sama isinya semua, modal juga bukan modal sendiri di bantu ama uang sodara di kampung. Mau gimana lagi kalau tidak buka usaha mau makan apa, orang tua juga pas pasan, malu juga kalau Cuma dikampung apalagi uda punya isteri yang semakin beban nambah, makan inisiatif buka Burjo, awalnya sih belajar dari teman-teman pendahulu, yang buka dijakarta. Berbekal dari itu saya juga coba-coba buka di salatiga, karena waktu itu saya rasa daerah Jogja uda lumayan banyak, makanya pilih salatiga. Waktu itu saya berangkat dari kampung ada 8 orang itu sodara semua, ada yang sodara dari isteri, tapi kita terbagi sebagian di Jogja sebagian di Salatiga.

Saya buka awal itu lumayan laris, karena kebetulan saya buka di belakang kampus persis jadi otomatis pelanggan yang paling banyal itu anak-anak mahasiswa. Yah alhamdulilah mungkin saya buka cuma setahun uda agak berkembang yah artinya selalu habis jualan kita, dulu kan saya jualannya sangat dibatasi kayak bubur kacang ijo kan pasti dipertimbangkan habis apa gak yah, tapi ternayata selalu habis. Jadinya tidak begitu berpikir modal yan keluar karena pendapatanya selalu ada. Kami pedagang burjo itu memang bersepakat bikin warung burjo tu sederhana, tapi pelanggan nyaman. Bukan hanya warungnya soal harga juga kita harus selalu sama dalam memberi standar harga.

Saya belanja mingguan jadi kalau seminggu gak habis kan jangka waktu kadarluwarsa barang dagangan kan tidak cepat jadi kerugian modal bisa antisipasi. Trus jumlah barang yang di beli harus di target dengan melihat aktivitas pelanggan sehari-hari, kalau misalkan hari libur yang mending beli barangnya sedikit saja karena dapat dipastikan pelangganya tidak terlalu banyak, apalagi tempat saya lingkungan kampus Saya awalnya membuka warung Burjo awalnya karena beberapa keluarga saya sebelumnya memang membuka warung Burjo juga, boleh dikatakan saya

(4)

hanya melanjutkan usaha keluarga, Cuma dalam hal modal saya pakai modal sendiri ada sih pinjaman Cuma dari keluarga sendiri, kalau pinjam ke BANK nanggung karena buka usaha Burjo modal tidak terlalu banyak jadi mending kalau mau pinjam yah sesama keluarga saja. Di sini mah santai aja, anak-anak juga kalau uda akrab kita tidak pernah membatasi mau masuk di tempat kerja kami mutar musik atau apa yang penting tidak menganggu pas jam istrahat aja dengan menganggu tetangga aja kita biarkan saja. Paling juga mereka yang udah kita kenal yang sering kesini. Kita juga Kalau pedagang Burjo di manapun pasti semua pemiliknya dan karyawanya semua orang dari Kuningan semua, emang uda turuntemurun seperti itu, dan sudah dari dulu seperti itu. Selama saya buka usaha Burjo belum pernah menukan orang yang di luar dari kuningan yang bekerja maupun jadi pemiliknya, yah mungkin ada sih warung-warung yang meniru tapi kan tetap aja berbeda karena kalau kami bikin harga itu harus semua seragam Kalau Burjo orang-orangnya pasti dari kuningan semua, kita kan sistimnya kalau cari karyawan kan cuma dari mulut ke mulut aja, kita prinsipnya misalkan saya punya Burjo trus ada keluarga saya nganggur dan kebetulan mau kerja yah pasti gak cari orang lain, kecuali kalau keluarga uda gak ada yang baru cari orang-orang lain itupun paling teman. Kita mah kalau buka usaha apalagi Burjo di rantau, yang memang orang-orangnya semua dari Kuningan uda jadi keluarga, yah ibaratnya sebelum kita minta tolong ke orang lain kan bisa ke teman satu daerah dulu, apalagi kan usaha kita semua sama. Kekompakan juga si dalam membangun usaha itu harus ada, apalagi kita diperantauan kalau sesama kita aja gak kompak yah gimana, kalau di Salatiga Burjonya memang tidak sebanyak di Jogja, tapi kan juga tempat-tempat yang strategis jualan di Salatiga kan juga sempit jadi Burjonya tidak begitu banyak, paling kita kan ngejarnya wilayah-wilaya yang ramai misalkan lingkungan kampus pabrik, kantoran, alasannya kan biasanya orang-orang kerja kan punya waktu yang tidak begitu lama jadi pasti nyarinya warung-warung yang penyajiannya cepat. Cuma kalau di Burjo yah menunya memang sebagian besar instan semua kayak indo mie kopi, bubur kacang ijo, jadi orang begitu pesan prosesnya cepat.

Wawancara 2

(5)

Saya asli Kuningan tetangga sama kang Dadang yang burjonya di domas itu, saya sudah di Salatiga sejak 2007 dulunya sih sempat jadi karyawan dulu di Burjo setelah itu saya kemudian pelan-pelan akhirnya bisa juga mendirikan Burjo. Yah intinya sabar aja dan jujur dalam bekerja insyaallah kedepanya baik. Sekarang saya sudah punya 2 Burjo di Sumopuro dengan yang di kartini, tapi saya kebanyakan di Sumopuro, kalau di Kartini aku suruh sodara yang kelola, bagi hasil aja. Ia kebanyakan ma burjo seperti itu kalau uda berkembang yah paling karyawan sendiri yang di minta untuk jaga, sudah saling percaya, juga kan satu daerah juga. Dulu saya pas kesini tu Cuma bawa modal jalan doang kan pikirannya cuma mau jadi karyawan, saya sudah pernah kerja di Jogja juga sih. Waktu mau bangun Burjo sempat si minjam ke keluarga trus di tambain teman juga yah alhamdulilah bisa dirikan Burjo.

Di kampung juga gak ada kerjaan susah nyari kerja apalagi Cuma lulusan SD mana ada kerjaan mau nerimah selain usaha sendiri, sebagian besar pedagang Burjo tu gak ada yang kuliah mentok SMA, SMP, justru yang jadi pemilik Burjo kebanyakan cuma lulusan SD doang. Kalau soal larisnya jualan sih kita sabar aja postif aja bakal ada yang beli, kalau di tanya cara kita menarik pelanggan sebetulnya tidak ada tips khusus sih, intinya ramah senyum sabar disiplin kerja itu aja yang kami punya. Kalau di Burjo memang terkesan agak bebas sih yang artinya tidak kayak di warung-warung lain banyak aturan, kalau di sini ma anak-anak yang uda akrab dengan yang jual kadang bikin kopi sendiri, ambil rokok sendiri. Sebenarnya ada sih rasa takut yah namanya manusia Cuma bagi saya kalau mereka mau curang atau gimana kan yang merasa tidak enak kan mereka, yah intinya positif aja.Kadang juga anak-anak ngecas HP di sini, nitip motor jadi kita seakan sudah sangat akrab. Jadi kalau di tanya caranya seperti apa menarik pelanggan yah itu tadi, modal saling percaya ramah senyum ke pelanggan intinya bagaimana mereka nyamana itu aja.

Wawancara 3

Kang Agus (Pemilik Burjo Kemiri 1 dan Kalimangka)

Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Agustus di Burjo kemiri 1, dalam penuturan kang Agus sebgaia berikut; saya sudah buka burjo sejak tahun 2006 saya merintis bareng isteri, jadi modal usahnya pun ada dari keluarga isteri dari keluarga saya juga. Saya memualai dari nol begitu merantau memang targetnya memang mau buka Burjo, dulu rencananya mau di Jogja tapi

(6)

teman-teman nyurunya lebih baik di Salatiga yah uda saya coba, ternyata benar di sini lebih enak lingkunganya makanya sampai sekarang masi di sini. Untuk sekarang ini saya sudah memiliki 2 Burjo satu di kemiri satunya di kalimangka, kalau yang sini saya sama isteri yang kelola kalau yang kalimangka itu sodara sama teman dari kampung. Pendapatanya yah lumayanlah intinya jarang rugilah, targetnya selalu kesampaian. Soal larisnya jualan kita yah di sabar-sabari aja ada yang beli yah alhamdulilah kalau lagi sepi yah mungkin memang waktunya sepi, intinya kalau buka usaha jangan banyak ngeluh. Kalau pedagang Burjo kalau sistemkerjanya semua sama aja sih, harga jugalan jg sama cara pelayanan jg hampir sama kelola keuangan juga hampir sama memang kita di harus kompak, ini dilakukan supaya tidak ada kecemburuan.

Wawancara 4

Tabel Daftar Informan/Pemilik Burjo dan Karyawan

No Nama Usia Pendidikaan Pekerjaan

1 Abidin 49 SMP Pemilik Burjo

2 Om Item 31 SMP Pemilik Burjo

3 Tatang 28 SMP Pemilik Burjo

4 Ardi 26 SD Pemilik Burjo

5 Galang 47 SMP Pemilik Burjo

6 Wawan 26 SMP Pemilik Burjo

7 Agus 35 SD Pemilik Burjo

8 Ungkus 40 SD Pemilik Burjo

9 Imam 31 SD Pemilik Burjo

(7)

12 Iwan 24 SMA Pemilik Burjo

14 Ipin 32 SMA Pemilik Burjo

15 Sahaim 34 SD Pemilik Burjo

16 Wanto 28 SMA Pemilik Burjo

17 Cecep 27 SMP Karyawan Burjo

18 Acep 23 SD Karyawan Burjo

19 Maman Herliman 27 SD Karyawan Burjo

20 Udin 24 STM Karyawan Burjo

21 Yayan Heryanto 19 SMA Karyawan Burjo

22 Robeth 20 SMP Karyawan Burjo

23 Neneng Hismawanty 23 SMP Karyawan Burjo

24 Arif 30 SD Karyawan Burjo

Tabel Informan Pembeli

No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan

1 Vita 23 SMA Mahasiswa

2 Ricky 27 SMA Mahasiswa

3 B.Tri 52 S1 Ibu Rumah Tangga

4 Alwin 28 SMA Mahasiswa

5 Budi 27 SMA Mahasiswa

6 Adi 24 SMA Mahasiswa

(8)
(9)

Gambar

Tabel Daftar Informan/Pemilik Burjo dan Karyawan
Tabel Informan Pembeli

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf e Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006

Hal tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan BUMN dan faktor-faktor ekternal, antara lain krisis keuangan global yang belum mengalami

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2010 dan 16 Tahun 2011 tentang

Awalnya mereka melihat, kemudian mereka akan mulai meniru apa yang diperbuat, mengikuti kebiasaan tersebut sperti ketika lania melakukan kegiatan posyandu lansia

Tujuan dari pembahsan tesis ini adalah untuk mengkaji pengadaan tanah bagi PT PLN dalam kaitannya dengan kepentingan umum, untuk mengkaji peraturan mengenai pengadaan tanah

Setiap peserta wajib menunggu penampilan/pemanggilan peserta berdasarkan dengan nomor yang sudah diperoleh dari Panitia dan diakai tanda pengenal e3. Peserta yang berhalangan

Dengan menggunakan tegangan 220V untuk 110V spec untuk 4 jam atau berhenti selama power on dan pahala jika damageable (kualitas tertinggi dari ISO) - Keamanan tes destruktif,

Untuk kontrol positif digunakan diazepam dan bahan yang diuji adalah ekstrak biji seledri dengan dosis 10M, 2 OM, dan 4 OM yang diberikan peroral (T=O), dilanjutkan fenobarbital