• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Konsep Motivasi Belajar 2.1.1.1Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu Isbandi (dalam Sofyan dan Uno 2004:5).

Siagian (2004:138), motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Menurut Mulyasa (2009:196), motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tertinggi. Dengan demikian, seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya, baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari luar.

Selanjutnya menurut Nawawi (2001:351), bahwa kata motivasi kata dasarnya adalah motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.

(2)

Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa “motivasi” adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut : (Sofyan dan Uno, 2004:17) a) Adanya hasrat dan keinginan.

b) Adanya dorongan dan kebutuhan. c) Adanya harapan dan cita-cita.

d) Penghargaan dan penghormatan atas diri. e) Adanya lingkungan yang baik.

f) Adanya kegiatan yang menarik.

Manusia dalam menjalankan kehidupan didorong untuk dapat melakukan sesuatu agar dapat memenuhi segala kebutuhan. Dorongan yang ada dalam diri manusia tersebut biasa disebut motivasi yang selalu berkaitan dengan masalah kebutuhan, ada beberapa jenis kebutuhan seperti yang dikemukakan Morgan yang ditulis kembali oleh Nasution (2008 : 78), dikatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai kebutuhan diantaranya :

1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas 2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain 3) Kebutuhan untuk hasil

(3)

Jadi dalam penelitian ini, motivasi belajar diartikan sebagai dorongan yang ada dan timbul dalam diri siswa untuk belajar atau meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ekonomi akuntansinya.

2.1.1.2Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Peranannya yang khas adalah menumbuhkan gairah, senang dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan semangat. Sebaliknya, seseorang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajarannya tersebut.

Untuk mengetahui apakah seorang siswa itu mempunyai motivasi dalam belajarnya, maka perlu mengetahui ciri-ciri dari pada motivasi. Menurut Makmun (2003:40) bahwa motivasi belajar dapat di identifikasi dari beberapa ciri atau indikator sebagai berikut :

a. Lama waktu yang digunakan untuk kegiatan belajar b. Frekuensi kegiatan belajar

c. Ketetapan dan kelekatan pada tujuan kegiatan

d. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menggapai kesulitan untuk mencapai tujuan

e. Pengorbanan (baik dari segi uang, tenaga, pikiran) untuk mencapai tujuan. f. Tingkat aspirasi (cita-cita, sasaran/target, idola) yang ingin dicapai. g. Kualifikasi prestasi yang dicapai dalam kegiatan.

(4)

h. Arah dan sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Selanjutnya menurut Sardiman (2006:83) mengemukakan bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

4) Mempunyai orientasi ke masa depan. 5) Lebih senang bekerja mandiri.

6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu

(5)

yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.

2.1.1.3Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat Dimyati dan Mudjiono (2006:84).

Dimyati dan Mudjiono (2006:85), Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (a) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (b) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. Sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil. (c) mengarahkan kegiatan belajar. (d) membesarkan semangat belajar. (e) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang bersinambungan.

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu

(6)

sebagai berikut: (a) membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (b) mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam ragam. (c) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (d) memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut.

2.1.1.4Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Menurut Yamin (2009:163) jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah :

a) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibat oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti dorongan dari orang lain dan sebagainya.

(7)

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut winkel (dalam Yamin 2009:85) diantaranya adalah (1) belajar demi memenuhi kewajiban, (2) belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan , (3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, (4) belajar demi meningkatkan gengsi, (5) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru, (6) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

b) Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme suatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi catatan, melengkapi literatur, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.

Selanjutnya, menurut Sofyan dan Uno (2004:16), mengemukakan bahwa motivasi intrinsik berisi : (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respon siswa, (4) kesempatan respon peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan motivasi ekstrinsikberisi:(1) penyesuaian tugas dengan minat, (2)

(8)

perencanaan yang penuh variasi, (3) respon siswa, (4) kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

2.1.1.5 Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006: 80) bahwa ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu:

1) Kebutuhan

Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sebagai ilustrasi, siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, padahal ia memiliki buku pelajaran yang lengkap.

2) Dorongan

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.

3) Tujuan

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan adanya unsur-unsur yang mempengaruhinya. Beberapa unsur-unsur tersebut menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:97), yaitu:

a) Cita-Cita Atau Aspirasi Siswa

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan untuk

(9)

mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.

b) Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam belajar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembiran akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran.

d) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

(10)

e) Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman belajar dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan.

f) Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut : (1) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (2) membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, (3) membina belajar tertib pergaulan, dan (4) membina belajar tertib di lingkungan sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain.

Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada kepentingan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar.

2.1.1.6 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decce dan Grawford (dalam Djamarah 2008:168-170) ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak

(11)

didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.

1. Menggairahkan Anak Didik

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari garu harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning dan metode sumbang saran (brain storming) memberikan kebebasan semacam ini. Untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.

2. Memberikan Harapan Realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memeberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik. Harapan yang diberikan tentu saja terjangkau dan dengan pertimbangan yang matang. Harapan yang tidak realistis adalah kebohongan dan itu yang tak disenangi oleh anak

(12)

didik. Jadi, jangan coba-coba menjual harapan munafik bila tidak ingin dirugikan anak didik.

3. Memberikan Insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebaginya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Bentuk-bentuk motivasi belajar sebagaimana diuraikan di depan merupakan motivasi ekstrinsik, di mana masalah hadiah dan pujian, dan memberi angka telah dibahas lebih mendalam. Insentif yang demikian diakui keampuhannya untuk membangkitkan motivasi secara signifikan.

4. Mengarahkan Anak Didik

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Dimana, guru dituntut untuk memberikan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya dan sebagainya harus diberikan teguran secara arif dan bijaksana.

2.1.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajas siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Metode mengajar guru, Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa

(13)

2) Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas

3) Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa 4) Latar belakang ekonomi dan sosial budaya siswa

Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah.

5) Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produkteknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja. 6) Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti matematika,

dan bahasa inggris

7) Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya.

2.1.2 Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar 2.1.2.1 Pengertian Keterampilan Guru Mengajar

Keterampilan mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik. Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.

(14)

Menurut Kamus Besar Indonesia (1990: 1447), bahwa keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan mengajar menurut Hamalik (2009: 43) adalah usaha mengorganisasikan lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Sejalan dengan itu Uzer (2011: 6) menjelaskan bahwa mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Berdasarakan kedua pengertian di atas, maka keterampilan mengajar dapat diartikan sebagai suatu kecakapan yang dimiliki oleh guru dalam membimbing dan mengorganisasi lingkungan dan bahan pengajaran, sehingga guru mampu menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien bagi siswa.

Keterampilan mengajar merupakanbagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Uzer (2011: 4) kompetensi merupakan suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun yang kuantitatif. Pengertian kompetensi yang dimaksud kemudian diperjelas dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen tentang pasal 1, ayat 10 yang menyebutkan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimilki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

(15)

Keterampilan mengajar merupakan suatu keterampilan yang harus dimilki dan dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dengan keterampilan mengajar yang baik, seorang guru dapat menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut Uzer (2011: 74-108) setidaknya terdapat delapan keterampilan dasar mengajar mengajar yang harus dimilki seorang guru, diantaranya:

1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set introduction and closer) 2. Keterampilan menjelaskan (eksplaning skills)

3. Keterampilan mengajar (questioning skills)

4. Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills) 5. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills) 6. Keterampilan membimbing diskusi

7. Keterampilan mengajar kelompok kecil 8. Keterampilan mengelola kelas.

Dari uraian 8 keterampilan guru mengajar diatas, peneliti hanya mengambil keterampilan menggunakan variasi untuk diteliti lebih lanjut. Keterampilan dalam menggunakan variasi meliputi 3 aspek yaitu; variasi gaya mengajar, variasi menggunakan media dan variasi interaksi.

2.1.2.3 Tujuan Variasi Mengajar

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 161) bahwa penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut:

(16)

1. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.

2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi. 3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.

4. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual. 5. Mendorong anak didik untuk belajar.

2.1.2.4 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Djamarah dan Zain (2006: 166) menjelaskan prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut:

a. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.

b. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.

c. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:

1. Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan tingkah laku siswa; 2. Umpan balik informasi tentang pengetahuan dn pelajaran.

(17)

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 167-171) bahwa komponen-komponen variasi mengajar dibagi ke dalam tiga kelompok besar sebagai berikut:

1. Variasi Gaya Mengajar

Bagi siswa, variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan anak didik, menarik, perhatian anak didik, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:

a. Variasi suara

Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada volume, dan kecepatan. Guru mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian dan seterusnya.

b. Variasi penekanan

Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal”; misalnya, “perhatikan baik-baik. Nah ini yang penting, ini adalah bagian yang sukar, dengan baik-baik!” Penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.

(18)

Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran kebagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, untuk mengubangya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap.

d. Kontak pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap setiap mata anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membentuk anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dandengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.

e. Gerakan anggota badan (Gesturing)

Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan.

f. Pindah posisi

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka kebagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting kedalam

(19)

perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan menjemukkan dan bila variasi dilakukan secara berlebihan dapat menganggu.

2. Variasi Media Dan Bahan Ajaran

Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimilki tiap anak didik misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis dipapan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap indra anak didik.

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media yaitu, media pandangan, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk belajar, mendorong berpikir dan meningkatkan kemampuan belajar. Komponen-komponen tersebut sebagai berikut: a. Variasi Media Pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar khusus untuk komunikasi.

(20)

Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai, untuk itu diantaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi suara, rekaman musik, rekaman drama, dan wawancara, yang semuanya itu dapat memilki relevansi dengan pelajaran.

c. Variasi Media Taktil

Dalam hal ini akan melibatkan anak didik pada kegiatan penyusunan atau pembuatan model, dapat disebut sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contoh, dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa jaman majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam untuk bidang studi ekonomi.

3. Variasi Interaksi

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memilki rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu;

a. Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru. b. Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, dimana

guru berbicara kepada anak didik.

Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui pengajuan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi atau diskusi.

(21)

2.1.3 Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Optimaslisasi proses kegiatan belajar mengajar memerlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan kognitif siswa. Penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar merupakan sesuatu yang mutlak dan harus diperhatikan. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi , maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.

Keterampilan guru dalam menggunakan variasi dalam proses belajar mengajar meliputi tiga aspek, yaitu variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media atau bahan pengajaran dan variasi dalam interkasi antara guru dan siswa. Apabila ketiga aspek tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Panigoro (2011) mengenai pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa, hasil penelitian yang diperoleh adalah berdasarkan hasil analisis data, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa. Dengan persamaan regresi Ŷ = 49,87 + 0,14x, kompetensi guru yang dilaksanakan secara efektif mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dinyatakan dengan persamaan regresi yang menunjukan nilai Fhitung sebesar 4,86 lebih besar dari

(22)

Ftabel (0,05)(5,24) = 2,62, selanjutnya dalam perhitungan koefisien determinasi menunjukan 𝑟2 = 0,6724%, yang berarti bahwa sebesar 67,24%. Varibilitas mengenai

motivasi belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru yang diterapkan, sedangkan sisanya 32,76% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini hasilnya menunjukan bahwa hipotesis H1yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diterima dalam penelitian ini.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Panigoro (2011), dengan pengujian hipotesis dalam persamaan regresi Ŷ = 49,87 + 0,14x, dan koefisien determinasi menunjukan r2 = 0,6724%, yang berarti bahwa sebesar 67,24%. Sedangkan Penelitian sekarang yang dilakukan oleh Umar (2012), dengan pengujian hipotesis dalam persamaan regresi Ŷ = 29,61 + 0,43X, dan koefisien determinasi menunjukan r2 = 0,1296%, yang berarti bahwa sebesar 12,96%.

Penelitian Terdahulu diatas memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Kaitannya terletak pada variabel Y yakni Motivasi belajar siswa, dalam artian bahwa motivasi belajar siswa merupakan variabel yang dipengaruhi. Adapun perbedaannya terdapat pada variabel X (motivasi belajar siswa), dimana Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru, sedangkan penelitian sekarang motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kreativitas mengajar guru sebagai variabel Y.

(23)

2.3Kerangka Pemikiran.

Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar yang bertugas menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Guru terampil sebaiknya melakukan berbagai upaya untuk peningkatan motivasi belajar siswa, hal tersebut merupakan tanggung jawab semua guru dalam memperoleh kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan hal di atas seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengajar seperti: keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan memberi variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan menjelaskan.

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan sangatlah penting. Berhasil dengan tidaknya pembelajaran, sangatlah ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengajar. Denga demikian, guru dituntut agar memiliki keterampilan dalam menggunakan variasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar. selanjutnya diskemakan sebagai berikut:

(24)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut; Keterampilan Guru Dalam Menggunakan Variasi Mengajar Berpengaruh Signifikan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Kelas XI IPS, SMA Negeri I Bongomeme Kabupaten Gorontalo

Variasi Mengajar

Motivasi Belajar Siswa

1. Kebutuhan 2. dorongan 3. Tujuan

(Dimiyati dan Mudjiono2006:80) 1. Variasi Suara

2. Penekanan 3. Pemberian Waktu 4. Kontak Pandang

5. Gerakan Anggota Badan 6. Pinda Posisi

Gambar

Gambar 1.1  Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana landasan konseptual pengembangan Stasiun Tanjung Karang di Lampung dengan desain ikonik fungsional yang terintegrasi dengan moda transportasi umum darat lainnya

PERANAN DAN PEMANFAATAN MODAL SOSIA DALAM PENGEMBANGAN KLASTER STUDI PADA KLASTER COR LOGAM CEPER-KLATEN JAWA TENGAH..

Pada tugas akhir ini telah dilakukan perbandingan performansi TCP yang menggunakan satu jalur dan MPTCP yang menggunakan beberapa jalur dengan melakukan

Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi,

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan

Sama seperti yang diungkapkan oleh Petty dan Cacciopo (2003: 199) dalam teorinya Elaboration Likelihood Models bahwa untuk menuju proses komunikasi yang efektif dan menghasilkan

Adakah hubungan kepercayaan diri dalam proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan scientific terhadap hasil belajar kimia pada materi pokok ikatan kimia siswa

Aset dan kewajiban operasi adalah pos yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha perusahaan, dan meliputi kas, piutang usaha, persediaan, beban dibayar dimuka, asset pajak