• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gita Hermi Setyawati 1 Rinel Fitlayeni 2 Firdaus 3. Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN SOLIDARITAS (STUDI KASUS: ETNIS JAWA, BATAK DAN MINANG

DI DESA SIPORA JAYA KECAMATAN SIPORA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI)

Gita Hermi Setyawati1Rinel Fitlayeni2Firdaus3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Sipora Jaya people are people who have multicultur that consist of some etnich, where each etnic has different culture value. Although, Sipora Jaya people have many land of etnics but in Sipora Jaya village the conflic. Never happend between them, in this reseacher will discuss about how the strategy of multicultural people in Sipora Jaya village on building and creating solidarity between people there. Theory that used is solidarity social theory according to Emile Durkheim. Research method that used is case study bay kualitative approach. The instrument date is direct interview and observaion. This research did by asking 25 informan, that consist of three different etnics, they one Java, Batak, and Minang that the information were cellected by ceveral questions. As the result of this research, it show several supporting factor. How people build the solidarity, they are 1). Individual factor, 2). Environment factor, 3). Religion, 4). Force factor. From thore factors, three is a strategy that used by people of Sipora Jaya to build the solidarity. It is a activity that it doing together to create a cooperation and organizations that it be on unity between them. Type of strategy that used to avaid conflic are : 1). Cooperaticn in group of people. 2). Trust each

other. 3). Respecting the norm in sacral environment. 4). Social acticity. 5). Work together.

Key Word: Strategy, Multicultural People, Solidarity.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2009 2Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(2)

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat kompleks. Keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah masyarakat multikultural. Multikultural berarti keaneka-ragaman budaya. Masyarakat multikultural berarti keadaan masyarakat yang di dalamnya terdapat keanekaragaman bahasa, agama, adat istiadat, dan pola-pola sebagai tatanan perilaku masyarakatnya (Setiadi dan Kolip, 2010:39).

Pada masyarakat multikultural dalam berhubungan antar kelompok biasanya sering terjadi konflik yang di karenakan satu tujuan antara mereka tidak tercapai. Masalah konflik yang terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan seperti halnya kasus konflik di Sambas Kalimantan Barat, di Poso, Ambon, dan di daerah-daerah lain di Indonesia (Klinken. 2007).

Selain hubungan antar kelompok masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik, masih ada lagi hubungan antar kelompok dalam masyarakat yang mampu membangun solidaritas antar masyarakatnya salah satunya yaitu di Sumatera Barat.

Daerah Sumatera Barat yang memiliki masyarakat yang beranekaragam kebudayaan antara lain seperti di daerah Pasaman, Pesisir, Jambi, Damas Raya dan daerah lainnya, salah satunya adalah

Kabupaten Kepulauan Mentawai tepatnya di Desa Sipora Jaya Kecamatan Sipora. Kehidupan masyarakatnya juga multikultral dengan total penduduk pada tahun 2013 sekitar 1.754 jiwa yang terdiri dari berbagai macam etnis.

Jumlah jiwa yang paling banyak di dominasi pada etnis Jawa yang mencapai 64% yaitu dengan total 1120 orang, Batak 14% dengan total 243 orang dan Minang 10,43% dengan total 183 orang, yang mana pada etnis tersebut yang akan di jadikan objek penelitian oleh peneliti.

Di Desa Sipora Jaya, selain berbeda etnis, terdapat pula beberapa agama yang dianut oleh masyarakatnya yaitu agama Islam 84% dengan total jumlah 1476 orang, Kristen Protestan 13% dengan total jumlah 218 orang

dan Khatolik 3% dengan total jumlah 60 orang.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “strategi masyarakat multikultural dalam membangun solidaritas (studi kasus: etnis Jawa, Batak dan Minang di Desa Sipora Jaya Kecamatan Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi masyarakat Desa Sipora Jaya Kecamatan Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai membangun solidaritas di dalam kehidupan bermasyarakat.

(3)

Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, seperti : Strategi, yang di artikan sebagai suatu upaya yang dilakukan seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Jadi strategi merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang menempati suatu wilayah tertentu yang hidup relatif lama yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Multikultural berarti keanekaragaman budaya. Masyarakat multikultural, di artikan sebagai masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan yang di dalamnya terdapat berbagai macam etnis, ras, agama, bahasa, asal daerah, dan lain sebagainya.

Solidaritas, menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antar individu dan atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emosional bersama.

JENIS DATA DAN METODE

Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Maret 2012 s/d Agustus 2013. Tempat penelitian ini, di Desa Sipora Jaya Kecamatan Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha untuk memecahkan masalah dan mencari jawaban

atau pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kondisi real di lapangan. Tipe penelitian ini adalah Studi Kasus, yang berusaha untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial seperti individu, kelompok, lembaga dan masyarakat (Suryabata. 2011:80).

Alasan peneliti menggunakan tipe penelitian ini karena ingin mendeskripsikan strategi masyarakat multikutural dalam membangun solidaritas.

Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang informan, yang terdiri dari tiga kategori etnis, yaitu etnis Jawa, Batak, dan Minang.

Jenis data yang di gunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi, yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis dari model Milles dan Heberman.

1. Kondisi Keberagaman Antar Etnis Jawa, Batak dan Minang

Keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya seperti perbedaan suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya. Salah satunya, di banyak negara bahasa merupakan identitas

(4)

bangsa, dan bahasa juga menjadi lambang identitas suatu kelompok etnis.

Di Desa Sipora Jaya yang mereka masyarakatnya saling menghargai bahasa dari etnis-etnis lain, bahkan di antara mereka berkomunikasi dengan menggunakan satu bahasa dari kedua etnis tersebut misalnya bahasa Minang, selain itu juga mereka menggunakan bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari.

Meskipun masyarakatnya meng-gunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan berinteraksi tetapi di antara mereka masih tetap menggunakan bahasa asli daerah masing-masing. Namun demikian perbedaan bahasa tersebut tidak menjadi penghalang bagi masyarakatnya untuk berkomunikasi.

2. Faktor Pendorong Masyarakat Membangun Solidaritas

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang banyak yang bersatu dengan cara tertentu oleh karena adanya hasrat-hasrat kemasyarakatan yang sama atau bersama. Faktor yang mendorong manusia untuk bermasyarakat adalah karena adanya hasrat untuk bersosial, hasrat untuk bergaul, dan hasrat untuk bersatu.

Menurut Durkheim (Johnson, 1990:181) setiap masyarakat manusianya memerlukan solidaritas. Dimana solidaritas sosial menunjukkan pada suatu keadaan

hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Hal tersebut, yang menyebabkan masyarakat pada konteks ini mereka membangun solidaritas. Dari hasil penelitian, di temukan faktor pendorong masyarakat membangun solidaritas, yaitu :

1). Faktor individu, mereka membangun solidaritas antar mayarakatnya dengan cara saling membantu dan bekerjasama dalam hal kegiatan apapun. Mereka berprilaku dengan kesadaran mereka sendiri.

2). Faktor lingkungan, ini di pengaruhi oleh dua hal yaitu lingkungan fisik yang disebabkan karena faktor alam yang di dominasi terhadap ruang ekonomi melalui sektor perdagangan dan lingkungan masyarakat, berkaitan dengan pembentukan pola prilaku masyarakat. Seperi ikut membantu dan menolong orang sakit, orang meninggal, orang pesta pernikahan dan lainnya.

3). Faktor agama, dimana antara manusia dan agama merupakan satu totalitas yang tidak bisa di pisahkan, peran agama untuk menyatukan anggota masyarakat, seperti dalam hal acara-acara pernikahan, atau acara ritual keagamaan. Mereka tidak ada saling mengusik bahkan mereka saling mendukung.

(5)

4). Faktor karena paksaan, bukan berarti paksaan dalam kata kekerasan melainkan paksaan guna untuk tenggang rasa dan menghargai yang lainnya. Hal ini dapat di lihat dalam hal bergotong royong, apabila salah satu di antara anggotanya tidak ikut serta maka ia akan di denda dengan cara memberikan sumbangan berupa makanan, atau snack untuk yang bekerja tersebut. 3. Strategi Masyarakat dalam

Membangun Solidaritas

Desa Sipora Jaya merupakan salah satu masyarakat multikultural yang terintegrasi dengan baik. Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sipora Jaya di tunjukkan dengan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan seperti Kepala Desa ada tokoh-tokoh masyarakat yang tidak hanya di percayakan kepada etnis Jawa saja namun juga di percayakan kepada etnis lain demi tercapainya tujuan berama.

Kepemimpinan yang di percayakan kepada seluruh etnis ini menjadikan Desa tersebut sebagai desa yang terintegrasi dimana hal tersebut akan terjadi apabila terjalin kerjasama yang baik dengan adanya kegiatan yaitu kegiatan gotong royong secara teratur yang dilakukan bersama dan kegiatan lainnya misalnya memperingati hari-hari besar seperti hari Nasional, 17 Agustus, ulang Tahun Kabupaten maupun hari-hari besar keagamaan.

Setiap kegiatan dilakukan musyawarah bersama yang di hadiri oleh perwakilan dari pengurus penyelenggara seperti perwakilan dari ketua pemuda setempat, perwakilan Desa, Camat, ketua ulama agama dan lain sebagainya, baik berasal dari etnis manapun. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi diskriminasi dan akan menjalin kerukunan antar etnis yang ada di Desa Sipora Jaya.

4. Bentuk-bentuk Srategi Masyarakat Multikultual yang ada di Desa Sipora Jaya

Dalam melakukan suatu hubungan atar masyarakat yang memiliki keberagaman budaya atau multikultural seperti di Desa Sipora Jaya, mereka masyarakatnya harus mampu membangun solidaritas antar masyarakatnya dengan berbagai strategi yang di gunakan.

Bentuk strategi yang di gunakan oleh masyarakat di Desa Sipora Jaya untuk membangun solidaritas adalah dengan cara : 1. Kerjasama dalam suatu kelompok

masyarakat

Dalam membangun solidaritas mereka memiliki suatu kegiatan bersama melalui dukungan bersama. Seperti saling menolong dalam segala hal. Baik menolong dalam hal membantu orang mendirikan rumah, menolong orang sakit dan lain sebagainya. Sikap saling menolong yang dimiliki oleh beragam etnis di Desa ini,

(6)

merupakan sikap keseharian yang memang sudah ada dalam diri masing-masing etnis tanpa paksaan dari siapa pun.

Selain bentuk kerjasama diatas, strategi yang dilakukan oleh masyarakat tersebut dalam membangun solidaritas yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam hal apapun. Misalnya berpartisipasi dalam membuat acara 17 Agustus dengan di dukung oleh semua masyarakatnya yang di perlihatkan dari antusias mereka dalam memberikan sumbangan untuk memeriahkan acara tersebut atas kesadaran dan keiklasan dari diri masing-masing individunya.

2. Saling Percaya

Menurut Tilaar (2007) kepercayaan menentukan kelanjutan hidup suatu manusia atau kelompok masyarakat. Tanpa adanya saling percaya akan timbul saling mencurigai satu dengan yang lainnya dan berarti bubarnya suatu kelompok. Untuk membentuk suatu kelompok masyarakat yang solid, maka perlu di tekankan sikap saling percaya terhadap kelompok antar masyarakat.

Untuk membangun rasa saling percaya memang tidak mudah untuk melakukannya, perlu adanya sikap saling menghargai, tenggang rasa atau toleransi yang tinggi. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di Desa Sipora Jaya, yang masih menjunjung tinggi rasa kepercayan terhadap agama maupun etnis

lain. Mereka tidak pernah memiliki rasa saling mencurigai antar sesama masyarakatnya. Karena mereka saling menyadari bahwa mereka hidup sebagai perantau yang memiliki satu tujuan yang sama dan mereka menganggap bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

3. Menghargai dan Menghormati Nilai-nilai dalam kelompok

Nilai yang sangat di junjung tinggi di Desa Sipora ini yaitu kita saling memahami perbedaan dan mendahulukan persamaan dan persatuan diatas segalanya yang merupakan bentuk dari rasa menghargai dan menghormati. Nilai-nilai yang di bangun bersama di sini dapat berupa saling menjunjung tinggi adat istiadat dari masing-masing etnis misalnya di sini adat Jawa dan Minang.

Nilai adat istiadat tersebut di wujudkan dalam proses perkawinan antar kedua etnis. Perkawinan terhadap kedua kelompok etnis yang berbeda akan melahirkan perpaduan dua kebudayan yang dapat membawa masyarakatnya mencapai pada taraf hidup rukun, dengan adanya kejadian perkawinan tersebut akan menjadikan di antara masyarakatnya semakin solid karena mereka menjadi satu keluarga meski dalam konteks adat yang berbeda.

(7)

4. Kegiatan Sosial

Sebagai makhluk sosial tentunya kita hidup dengan saling berdampingan dan saling membutuhkan, makanya kita hidup dengan membentuk suatu organisasi yang memiliki tanggung jawab bersama. Organisasi tersebut dapat berupa orpem (oganisasi pemuda), karang taruna, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan organisasi-organisasi masyarakat setempat seperti membentuk kelompok Yasinan.

Kerjasama untuk saling membantu, saling menghargai dan membentuk suatu perkumpulan merupakan pokok persoalan yang paling penting dalam masyarakat yang membangun solidaritas. Dengan di adakannya suatu organisasi di dalam suatu masyarakat maka akan membentuk kesolidan yang sangat kuat karena mereka memiliki kegiatan dan tanggung jawab bersama yang harus dipikul bersama karena mereka memiliki tujuan bersama.

5. Gotong Royong

Dalam kehidupan di Desa Sipora Jaya ada beberapa kegiatan sosial yang dilakukan dengan bergotong royong dan saling membantu apabila ada warga yang sedang mengadakan kegiatan seperti ada acara pernikahan, acara sunatan, ada orang meninggal dan lain-lainnya, tidak hanya itu gotong royong juga dilakukan apabila ada acara-acara tertentu seperti acara ulang tahun

Kabupaten atau acara 17 Agustus, apabila desa mengadakan acara perayaan di hari tersebut, untuk menggerakkan acara tersebut adalah kerjasama dan gotong royong dari masyarakat sehingga acara tersebut berjalan lancar.

Selain itu, di Desa Sipora Jaya dalam kegiatan sosial biasanya mengadakan gotong royong dalam hal kegiatan kebersihan lingkungan selain itu juga kalau ada acara dari kecamatan atau PKK, kita bekerja secara bersama-sama. Hal ini dilakukan guna menjaga perpaduan baik etnis maupun agama yang ada.

KESIMPULAN

Faktor pendorong masyarakat membangun solidaritas, yaitu : 1). Faktor individu, 2). Faktor lingkungan, 3). Faktor agama, 4). Faktor karena paksaan. Dari faktor-faktor tersebut ada suatu strategi yang dilakukaan oleh masyarakat Desa Sipora Jaya dalam membangun solidaritas yaitu dengan cara melakukan suatu kegiatan bersama dan membentuk satu lembaga atau organisasi-organisasi sebagai alat pemersatu antar masyarakatnya. Bentuk strategi yang di gunakan dalam menghindari konflik yaitu dengan cara : 1). Adanya kerjasama dalam suatu kelompok masyarakat. 2). Adanya sikap saling percaya. 3). Menghargai dan menghormati nilai-nilai dalam kelompok

(8)

masyarakat. 4). Diadakannya kegiatan Sosial dan 5). Gotong royong.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Doyle Paul, 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Klinken, Gerry Van. 2007. Perang Kota Kecil.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2010.

Pengantar Sosiologi. Bandung : Kencana.

Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers.

Tilaar. 2007. Mengindonesia, Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Akhlak adalah perbuatan dan prilaku yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Definisi akhlak berbeda dengan definisi moral dan etika. Dalam perkembangan selanjutnya,

 Elemen Utama Kawasan yang akan dikembangkan, misal : Koridor (jalan, sungai dll), Ruang Terbuka (Open space, RTH dll), Persimpangan (Intersection) dll sesuai

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Teknik analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan hasil bahwa semakin tinggi tingkat EPS dan ROI, maka semakin tinggi pula return saham

Perubahan yang terjadi di desa Pancur tidak sesuai harapan, banyak masyarakat yang tidak mau mencoba untuk membudidayakan jamur Tiram, dan ada sebagian manyarakat

Harvested area, production and average of wetland paddy production by village in Nanggulan Subdistrict 2008 Nama Desa Villages Luas Panen Harvested area (Ha) Produksi

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi