• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK

INDONESIA

JAKARTA

Nomor Sifat Lampiran Perihal B-1179|E|EJPtO7t2008 Biasa 1 (satu) eksemplar Pola Penanganan Perkara Tlndak Pidana lnformasi dan Transaksi Elektronik

Jakarta, 01

Juli2008

Kepada Yth :

PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di-SELURUH

INDONESIA

Sehubungan dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang lnformasidan Transaksi Elektronik (UU ITE),

oleh

Presiden

Rl

pada tanggal 21 April 2008, dimana

dalam

UU ITE tersebut

terdapat

beberapa hal baru yang diatur

secara khusus, bersama

ini

kami sampaikan petunjuk

teknis penanganan perkara tindak pidana di bidang lnformasi dan Transaksi Elektronik, sebagai berikut :

1.

Penerapan asas extra teritorial

Bahwa Undang-Undang dan Transaksi Elektronik

pada prinsipnya menganut asas extra teritorial, hal ini secara tegas tercantum dalam ketentuan Pasal

2

yang berbunyi: "Undang-Undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana

diatur dalam

Undang-Undang

ini,

baik yang berada diwilayah hukum lndonesia dan/atau di luarwilayah

hukum lndonesia

dan

merugikan kepentingan

lndonesia." Yang dimaksud dengan "merugikan kepentingan lndonesia" adalah meliputi tetapitidak terbatas pada merugikan kepentingan

ekonomi nasional, perlindungan data strategis,

harkat dan martabat bangsa, pertahanan dan keamanan negara, kedaulatan

negara,

warga

negara,

serta

badan hukum

lndonesia.

Berkenaan

dengan hal tersebut, maka terhadap

tersangka pelaku tindak pidana lnformasi dan Elektronik (Cyber Crime) yang dilakukan di luar negeri dapat disidangkan

di

lndonesia.

(2)

2.

Perluasan

alat bukti yang telah

ditetapkan dalam

KUHAP Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan (2) UU lTE, lnformasi Elektronik

dan

Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya telah ditetapkan sebagai alat bukti hukum yang sah,

yang

merupakan

perluasan dari alat

bukti

yang sah

sesuai dengan KUHAP.

Bahwa berkenaan dengan hal tersebut, lnformasi Elektronik dan Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya yang selama ini hanya merupakan barang buktidalam perkara tindak pidana,

pada pokoknya harus

memenuhi beberapa

kriterla

sebagai

berikut:

1)

lnformasi

dan/atau

Dokumen Elektronik tersebut dapat

dijadikan

alat

bukti

apabila

lnformasi dan/atau Dokumen Elektronik menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU lTE.

2)

Berkenaan

dengan

hal tersebut, sebelum lnformasi dan/ atau Dokumen Elektronik tersebut dijadikan alat bukti, harus dimintakan keterangan ahli dari Departemen Kominfo terlebih

dahulu

apakah

informasi dan/atau dokumen elektronik

tersebut

menggunakan

sistem

elektronik

sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam UU lTE.

3)

Bila keterangan ahliDepkominfo menyatakan bahwa lnformasi dan/atau Dokumen Elektronik tersebut menggunakan sistem elektronik sesuaidengan ketentuan UU lTE, maka lnformasi dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dapat dijadikan alat buktiyang setara dengan keterangan saksi,

ahliatau

surat.

4)

Apabila

keterangan

ahli

Depkominfo menyatakan bahwa

lnformasi dan/atau

Dokumen Elektronik

tersebut

tidak

menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan

UU lTE, maka

lnformasi dan/atau Dokumen Elektronik

tersebut tidak dapat dijadikan alat bukti, tetapi hanya menjadi barang bukti.

(3)

3. Penanganan barang bukti elektronik yang terkait dengan tindak pidana.

Bahwa penggeledahan

dan/atau

penyitaan

terhadap

sistem elektronik

yang terkait dengan

dugaan

tindak pidana

harus dilakukan atas ijin ketua pengadilan negerisetempat. Ketentuan tersebut secara tegas tercantum dalam Pasal

43

ayat (3) UU

ITE yang berbunyi: "penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem elektronik

yang

diduga

terkait

dengan dugaan tindak

pidana harus

dilakukan atas ijin ketua

pengadilan

negeri setempat."

Berkenaan dengan

haltersebut,

para Jaksa dalam melakukan penelitian terhadap

setiap

berkas perkara

yang

mempunyai barang bukti berupa sistem elektronik, misalnya dalam perkara HKl, Perbankan, Pajak, atau perkara lainnya, agar diteliti secara seksama apakah penggeledahan/penyitaan terhadap sistem elektronik tersebut telah mempunyai ijin dari ketua pengadilan negeri setempat terlebih dahulu atau tidak.

Bila belum memperoleh ijin atau ijin diberikan setelah dilakukan penggeledahan/penyitaan,

maka

penggeledahan/penyitaan tersebut

tidak sah dan tidak dapat diajukan

ke

pengadilan, sehingga harus diberi petunjuk untuk melakukan penggeledahan/ penyitaan sesuai dengan UU ITE tersebut.

Proses dan prosedur penangkapan dan penahanan terhadap

tersangka

yang diduga

melakukan

tindak pidana

lTE. Menindak lanjuti ketentuan Pasal

43

ayat (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi :

1)

Dalam hal penyidik (Polri maupun PPNS) mulai melakukan

penyidikan, penyidik menyampaikan

pemberitahuan

dimulainya penyidikan kepada Penuntut Umum, dan pada

saat yang bersamaan, Kepala

Kejaksaan Tinggi/Negeri setempat, menerbitkan Surat Penunjukan Jaksa Penuntut Umum untuk mengikuti perkembangan penyidikan perkara tindak pidana ITE (P-16).

(4)

2)

3)

4)

5)

6)

Sesudah P-16 diterbitkan, Jaksa Penuntut

Umum yang

ditunjuk segera

melakukan koordinasi

dengan

pe ryidik, khususnya mengenaidata awal penanganan perkara tindak pidana lnformasi dan Transaksi Elektronik, sebagai bahan

pertimbangan perlu tidaknya dilakukan

penangkapan/

penahanan.

Dalam hal penyidik (Polri/PPNS) mengajukan permintaan

penetapan ketua pengadilan negeri untuk

melakukan

penangkapan/penahanan,

untuk

menghindari

adanya kekeliruan penangkapan/penahanan (enor in persona), maka

permintaan

tersebut baru bisa diproses apabila

telah

dilampirkan dengan

persyaratan

antara

lain:

a.

Surat Perintah Penyidikan;

b.

Laporan

Polisi/

Kejadian

/

Pengaduan;

c.

Resume yang dilampirkan

Setelah persyaratan tersebut di atas dipenuhi, Jaksa Penuntut Umum melakukan penelitian apakah terdapat cukup bukti

awalyang

menunjukkan bahwa orang yang akan ditangkap

dan atau

ditahan

tersebut

merupakan pelaku dari tindak pidana ITE yang sedang disidik, dan untuk itu Jaksa Penuntut Umum

dapat

mengundang penyidik

untuk

menjelaskan. Apabila berdasarkan hasil penelitian, belum terdapat bukti

awal yang menunjukkan

bahwa

orang tersebut

sebagai pelaku, maka untuk mencegah terjadinya error in persona, agar disampaikan kepada penyidik untuk melengkapi alat bukti yang dapat memperkuat sangkaan terhadap pelaku. Apabila berdasarkan hasil penelitian, ditemukan cukup alasan untuk melakukan penangkapan dan penahanan terhadap tersangka, maka Kepala Kejaksaan Tinggi/Negeri selaku

Jaksa Penuntut

Umum menyampaikan

surat

permintaan

penetapan Ketua

Pengadilan

Negeri

Setempat, dengan mempergunakan formulir terlampir.

(5)

7)

Setelah penetapan ketua pengadilan negeriditerima, agar penetapan tersebut diberitahukan kepada penyidik, dan

berdasarkan penetapan

tersebut, maka

penyidik

menerbitkan surat perintah penahanan terhadap tersangka

sesuai

dengan ketentuan

Hukum

Acara

Pidana

yang

berlaku,

dan

menyampaikan tembusan surat

perintah tersebut kepada Kepala Kejaksaan Tinggi/Negeri terkait untuk diteruskan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang mengeluarkan penetapan.

8)

Dalam hal penahanan terhadap tersangka diperpanjang oleh Penuntut Umum, maka surat perpanjangan penahanan

yang dikeluarkan oleh Jaksa Penuntut Umum

agar

ditembuskan kepada

ketua

pengadilan

negeri.

9)

Perpanjangan penahanan terhadap tersangka tindak pidana ITE yang dikeluarkan

oleh

Jaksa Penuntut Umum, agar

diberikan selama dua puluh hari,

dan

apabila

penuntut umum memandang

masih perlu dilakukan

penahanan, maka dapat diperpanjang kembali selama dua puluh hari.

10)

Permintaan perpanjangan penahanan tahap penyidikan yang diajukan dengan menggunakan Pasal

29

KUHAP, agar diajukan oleh penyidik kepada ketua pengadilan negeri melalui penuntut umum, dengan prosedur sebagai-mana tersebut di atas.

11)

Perintah penahanan

tahap

penuntutan pada prinsipnya

dapat

diterbitkan dan

ditandatangani

oleh

Kejaksaan Tinggi/Negeri selaku Jaksa Penuntut Umum tanpa perlu

meminta penetapan ketua pengadilan terlebih

dahulu.

12)

Bahwa perkara

tindak

pidana informasi

dan

transaksi elektronik (cyber

cime)

sesuai dengan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: SE-003/A/JN0912007 tanggal 27 September

(6)

oleh karena itu dalam penanganan perkara tersebut agar berpedoman kepada

lnstruksi

Jaksa

Agung Rl

N

tmor

:

INS-004/JA/311994 tanggat

g

Maret 1994 dan Surat JAM

PIDUM

Nomor:

R-16/E/311994 tanggat 11

Maret

1994 perihal pengendalian perkara penting tindak pidana umum. Bersama surat edaran ini terlampir formulir permintaan penetapan penangkapan dan penahanan kepada Ketua pengadilan Negeri dan formulir perpanjangan penahanan, untuk dijadikan pedoman dalam

pengajuan

permintaan penetapan penangkapan

dan

penahanan

serta

pemberian perpanjangan penahanan

dalam

perkara tindak pidana informasi dan transaksi elektronik.

Kepada para Kepala Kejaksaan Tinggiagar meneruskan petunjuk

teknis ini

kepada Para Kepala Kejaksaan Negeri, Kepala

cabang

Kejaksaan Negeri,

dan

para Jaksa yang ada

di

wilayah

hukum Kejaksaan Tinggi masing-masing.

Demikian

agar

maklum

dan

dilaksanakan dengan

sebaik_

baiknya.

.

JAKSAAGUNG

MUDA TINDAK PIDANA UMUM

ABDUL

HAKIM RITONGA

Tembusan :

1.

Yth. JaksaAgung R.t;

2.

Yth. Wakil Jaksa Agung R.t; 3.

4. 5.

(1

&2

sebagailaporan) Yth. Para Jaksa Agung Muda;

Yth. Para Kepala Pusat; Arsip.

(7)

KEJAKSAAN TINGGI

/

NEGERI ...

Nomor

:

Sifat

:

Lampiran

:

Perihal

:

Permintaan Penetapan Ketua PN untuk Melakukan Penangkapan dan Penahanan Terhadap Tersangka

T-2a

Jakarta,0l

Juli

2008

Kepada Yth :

Ketua

Pengadilan

Negeri

di-1.

Dalam Perkara Tindak Pidana ITE Membaca:

a.

Pemberitahuan dimulainya penyidikan perkara tindak pidana informasi dan transaksi elektronik dari penyidik Mabes Polri / Polda / Polwil/

Polres

.../ Penyidik

Pegawai Negeri

Sipil

Departemen

KOMINFOR;

b.

Resume/Hasil Penyidikan perkara tindak pidana informasi dan transaksi elektronik atas nama tersangka

yang disangka melanggar

Pasal

jo

Pasal

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik;

c.

Surat perintah

penangkapan

dari penyidik

Mabes Polri

/

Polda

/ Polwil/

Polres

... I

PPNS DEPKOMINFO; Berdasarkan hasil penyidikan telah ditemukan bukti permulaan yang cukup telah

terjaditindak

pidana informasi dan transaksi

elektronik

...

yang diduga keras dilakukan oleh

tersangka

...

melanggar

pasal

... jo

pasal

Undang-Undang

Nomor

11 Tahun 2008 tentang lnformasi dan Transaksi Elektronik.

Untuk kepentingan penyidikan perkara tindak pidana informasi

dan transaksi elektronik yang diduga keras dilakukan

oleh tersangka tersebut diatas, dan dikhawatirkan tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan

atau

mengulangi

tindak

pidana

maka perlu

dilakukan

penangkapan

dan

penahanan

terhadap

tersangka.

Mengingat ketentuan Pasal

43

ayat

(1)dan

ayat (6) UU Nomor

11 Tahun 2008,

jo

Pasal 17, Pasal

20

ayat (1), Pasal

21

ayat

(1), (2),

dan

ayat (4)

huruf

a,

dan

Pasal

22

KUHAP.

2.

3.

(8)

MEMINTA

1.

Agar

Ketua Pengadilan Negeri

Igryta

p!?1

u ntu.k mem beri kan pe.rsetuju an penan gkapan dan

atau penahanan terhadap tersangka :

1)

Nama lengkap Tempat lahir

Umur / tanggal lahir Jenis Kelamin Kebangsaan Tempat tinggal Agama Pekerjaan

2)

Nama lengkap Tempat lahir

Umur / tanggal lahir Jenis Kelamin Kebangsaan Tempat tinggal Agama

Pekerjaan

peQpgai pertimbangan, bersa.ma ini

dilampirkan

Resume nasil penytotKan yang bersangkutan.

An.

KEPALA KEJAKSAAN

ASPIDUM

/

KASI PIDUM

/

KACABJARI

Selaku Penuntut

Umum,

Pangkat

/

Nrp

1.

Yth. JAM PIDUM

/

KAJATI/ KAJARI

2.

Yth. Penyidik

3.

Ars

i p.

Ttd.

(9)

KEJAKSAAN

TINGGYNEGERI...

"Untuk

Keadilan"

Membaca

:

1-T-3a SURAT PERPANJANGAN PENAHANAN

Nomor:

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

/

NEGERI

Surat

permintaan perpanjangan penahanan terhadap tersangka

dari penyidik

...

Nomor:

Tanggal

2.

Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

Nomor:

...

.. tanggal

tentang ijin

penangkapan

dan

penahanan

terhadap

tersangka

...yang diduga keras

melakukan

tindak pidana informasi dan

transaksi

elektronik,

melanggar

Pasal

...

jo

Pasal

....

UU Nomor 11 Tahun 2008;

3.

4.

-

t-Surat perintah penahanan dari penyidik

Resume/hasil penyidikan pekara tindak pidana informasi dan transaksi elektronik atas nama tersangka

Bahwa

tersangka

...

diduga keras telah melakukan tindak pidana di bidang informasi dan transaksi elektronik, melanggar Pasal

jo

Pasal

...

UU Nomor

11 Tahun 2008.

Bahwa

untuk

kepentingan pemeriksaan tingkat

penyidikan yang belum selesai, dipandang perlu untuk

mem perpanja ng penahanan terhadap tersang ka tersebut.

Pasal

43 avat (6)

UU Nomor 11 Tahun 2008

jo

Pasal

14

huruf

c,

Pasal

21,

Pasal

24

ayat

(2)

KUHAP.

Menimbang

(10)

MEMPERPANJANG Penahanan atas nama tersangka :

Nama

lengkap

:

Tempat

lahir

:

Umur / tanggal

lahir

:

Jenis

Kelamin

:

Kebangsaan

:

Tempat

tinggal

:

Agama

:

Pekerjaan

:

Selama 20 (dua puluh) hari, terhitung

mulaitanggal

... s/d

tanggal

di Rumah Tahanan Negara Dikeluarkan

di

:

Pada

tanggal

:

An.

KEPALA

KEJAKSAAN

ASPIDUM

/

KASI PIDUM

/

KACABJARI

Selaku Penuntut

Umum,

Pangkat

/

Nrp

Tembusan:

1.

Yth. JAM PIDUM / KAJATI/ KAJARI

2.

Ars

i p.

Referensi

Dokumen terkait

Mengakhiri sambutan ini, saya selaku Kepala Negara mengajak Saudara semua, umat Islam di Indonesia, bahkan seluruh rakyat Indonesia, untuk bersama-sama mengatasi persoalan yang

Dari hasil estimasi responden KPR Konvensional menunjukan bahwa harga berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah yang berarti bahwa semakin baik nilai harga,

kemungkinan anak berpikir logis. Sedangkan kelemahannya adalah tidak semua peserta didik terlibat dalam melakukan percobaan. Berdasarkan uraian- uraian di atas, maka penulis

Dalam hal pencapaian suatu tujuan pengembangan obyek wisata Taman Margasatwa Semarang di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya,

Perlakuan daun gambir untuk mendapatkan tanin meliputi pengeringan, penghalusann (blender), pengayakan, pengekstrakan dengan sokletasi sehingga diperoleh rendemen gambir.

linguistic programming) ini dapat merubah pola pikir siswa dengan kata-kata yang baik dan positif, contohnya siswa berangapan bahwa pelajaran matematika itu pelajaran

(Lanjutan). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa luas areal yang efektif sebagai habitat bagi rusa sambar di kawasan TBMK adalah 6.900,1 ha dengan penutupan lahan berupa

[r]