• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kode Etik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kode Etik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

575

Kode Etik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Muhammad Jufni1, Syifa Saputra2, Azwir3

1*Program StudiManajemen Pendidikan Islam Institut Agama Islam Almuslim, Bireuen 2

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Al-Muslim, Bireuen

3Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dalam kajian ini untuk mengetahui kode etik dan profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan library research. Hasil kajian yang didapatkan adalah,

Pertama hakikat guru adalah orang yang berperan dalam usaha membentuk

manusia yang berpotensi dengan mengembangkam segala bakat yang ada pada murid. Guru juga harus mampu berperan aktif dalam mendidik murid dan bisa menempatkan kedudukannya sebagai tenaga pengajar. Kedua, kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan terbagi kepada empat bagian, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Ketiga, kode etik guru ialah memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Guru yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan latar belakang Pendidikan yang baik, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan dan jaminan perlindungan hukum. Bahkan, profesi yang disandang mempunyai kewenangan untuk mengatur yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Tantangan yang dihadapi oleh guru saat ini adalah perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, desentralisasi serta sentralisasi pendidikan.

Kata kunci: Guru, Kode Etik, Mutu Pendidikan PENDAHULUAN

Guru merupakan publik figur yang selalu menjadi pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan keteladanannya, namun keburukan murid cenderung diarahkan pada kegagalan guru membimbing dan membina murid. Guru sebagai seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik. Mempunyai kemampuan berkomunikasi dan bekerja bersama dengan orang lain (Daradjat, 1996). Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru perlu memahami dan mengikuti norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan murid, orang tua murid, kolega, dan atasannya (Wandi and Nurhafizah, 2019). Hal ini tercermin sebagai kode etik yang secara intrinsik mempunyai kesamaan konten yang berlaku secara umum. Jika terjadi pelanggaran terhadap kode etik maka akan mengurangi nilai dan kewibawaan identitas seorang guru (Syafaruddin, Pasha and Mahariah, 2017).

Seorang guru dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para muridnya. Tentunya di tuntut untuk memahami dan menguasai tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang terkait

(2)

576

dengan tugasnya. Terutama perilaku murid dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif dan efesien, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan (Iskandar, 2009). Peran guru tidak hanya sebagai penyampai materi untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi melakukan proses internalisasi nilai dan norma untuk membentuk karakater peserta didik (Hidayat and Haryati, 2019).

Pekerjaan seorang guru merupakan pekerjaan yang profesional. Sehingga pekerjaan tersebut memiliki kode etik. Kode etik inilah yang memberikan jawaban bagaimana seharusnya guru berinteraksi dengan siswa, rekan sejawat, orang tua siswa dan masyarakat. Dengan adanya kode etik, maka akan memedomani setiap tingkah laku seorang guru, sehingga penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus membaik (Nasution, 2017). Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi guru, berarti memerlukan berbagai macam keterampilan dasar (Wardani, 2012). Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, tetapi ada syarat yang harus dipenuhi salah satunya adalah inovasi pembelajaran, sehingga berdampak pada profesionalisme (Surnaya, Lubis and Halimah, 2017). Namun, kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang guru dalam menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan atau pun pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru. Itu semua disebabkan karena masih kurangnya implementasi kode etik guru terhadap kompetensi kepribadian. Hal itu dapat dilihat dari gejala-gejala masih ada guru yang belum menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan harmonis, masih ada guru yang kurang akrab dengan orang tua siswa maupun masyarakat sekitar, dan masih ada guru yang belum meningkatkan mutu profesinya (Wijayani, 2017).

METODOLOGI

Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan

library research. Sistem pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan berbagai bahan

bacaan, yang bersumber dari jurnal-jurnal, buku referensi, bahan ajar ataupun monograf. Tapi dalam kajian ini, penulis hanya membatasi pada jurnal-jurnal hasil penelitian dan buku referensi. Berdasarkan hasil kajian yang didapatkan, mencatat poin-poin penting dalam buku catatan yang telah penulis siapkan. Kemudian membandingkan antara hasil kajian dari jurnal maupun buku untuk diinterpretasikannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hakikat guru

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada murid karena guru merupakan sosok yang sangat diperlukan dalam menyukseskan tujuan pendidikan. “Itulah sebabnya setiap perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan, selalu bermuara pada guru” (Nurhayati, 2016; Thalib, 2017). Bedasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa betapa pentingnya peran seorang guru dalam menyukseskan pendidikan. Guru yang profesional adalah yang mampu menyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik (Supriadi, 2017). Oleh karena

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

577 itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional (Hia, Sumarni and Armiati, 2016), sesuai dengan perkembangan masyarakat saat ini (Aina, 2013).

Kehadiran dan peran guru dalam lingkungan pendidikan sangat diharapkan karena guru mampu menyelesaikan setiap problematika yang didapatkan di dunia pendidikan. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip dan tujuan profesi (Fattah, 2018). Guru sangat berperan penting dalam membantu perkembangan murid untuk mewujudkan tujuan hidupnya yang lebih baik (Nurkholisah, 2017). Selain itu seorang guru harus dapat membangun suasana yang menyenangkan di dalam kelas, sehingga dapat berperan sebagai orang tua di sekolah (Mulyasa, 2005).

Tanggung jawab guru merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang guru terhadap tugas yang telah dimilikinya. Tanggung jawab moral, tanggungjawab dalam bidang pendidikan sekolah, tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatan dan tanggungjawab dalam bidang ke ilmuan (Hamalik, 2002). Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 20 tentang tugas guru (Rohman and Lamsuri, 2009), diantaranya:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d. Menjujung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Profesional

Profesionalisme merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus” (Rapono, 2018). Untuk mecapai keahlian tersebut, seorang guru harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Hia, Sumarni and Armiati, 2016). Guru yang profesional akan mengedepankan mutu dan kualitas layanannya serta memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat dan memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapannya. Mampu meneladani tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak (Barnawi & Arifin, 2012; Suhelayanti et al., 2020).

Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Marwan et al., 2020; Suhelayanti et al., 2020). Etika sangat mempengaruhi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Etika mempengaruhi karakter manusia karena berperan membantu manusia untuk memutuskan apa yang dilakukan dan apa yang harus di hindari. Senala aspek kehidupan manusia akan di warnai oleh etika yang dimilikinya. Undang-Undang merupakan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

(4)

578

Di dalam undang-undang Nomor 14 tahun 2015 terdapat aturan yang menjelaskan tentang kode etik guru. Profesional guru dan nilai-nilai agama yang harus dimiliki oleh setiap guru, karena menjadi salah satu syarat utama mewujudkan pendidikan yang bermutu. Etika profesi guru yang baik mampu merumuskan dan melakasanakan cara mengajar yang baik dan pelaksanaannya sesuai dengan perilaku yang baik (Islammilyardi and Sopiansah, 2019). Kode etik guru dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 41 adalah:

1. Guru dapat membantu organisasi profesi yang bersifat independen.

2. Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berfungsi untuk memajukan profesi, menigkatkan profesi kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

3. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

4. Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan sesuai dengan peraturadn perundang- undangan.

5. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Dapat dipahami bahwa kode etik yang harus diterapkan oleh seorang guru yaitu membantu organisasi profesi, memajukan profesi, menigkatkan profesi kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat, wajib menjadi anggota organisasi profesi. Lanjutan pasal 42 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa, organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: (a) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru. (b) Memberikan bantuan hukum kepada guru. (c) Memberikan perlindungan profesi guru. (d) Melanjutkan pembinaan dan pengembangan profesi guru. (e) Memajukan pendidikan nasional.

Kode Etik Guru

Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, jadi kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan” (Sagala, 2007; Nata, 2012). Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru dilihat dari segi kesusilaan. Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan santun dan keadaban. Sehingga kode berhubungan dengan aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak (Romlah, 2016). Setiap guru di tekankan untuk self dicilpline serta menyesuaikan diri dengan adat istiadat setempat secara fleksibel (Ramayulis, 2002; Abdul Mujib and Jusuf Mudzakkir, 2007). Untuk mengimplementasikan etika-etika yang harus dimiliki oleh pendidik, maka seorang pendidik harus mampu mematuhi semua aturan atau norma-norma yang telah diberlakukan dalam kode etik.

PENUTUP

Hakikat guru adalah orang yang berperan dalam usaha membentuk manusia yang berpotensi dengan mengembangkam segala bakat yang ada pada murid. Guru juga harus mampu berperan aktif dalam mendidik murid dan bisa menempatkan kedudukannya sebagai tenaga pengajar. Kompetensi guru dalam meningkatkan mutu pendidikan terbagi

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juli 2020 eISSN 2657- 0998

579 kepada empat bagian, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Kode etik guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 ialah memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan. Memiliki kompetensi yang diperlukan. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dan Jaminan perlindungan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, A. M. and Jusuf Mudzakkir, J. M. (2007) Ilmu pendidikan islam. Kencana Prenada Media Group.

Aina, M. (2013) „Efektivitas Pemanfaatan Multimedia Interaktif Pembelajaran IPA-Biologi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pria dan Wanita SMP 9 Kota Jambi [Effectiveness of the Utilization of Interactive Multimedia Learning Science-Biology in Improving Student Mot‟, Prosiding Semirata FMIPA Universitas

Lampung, pp. 125–130. Available at:

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/viewFile/3155/2195. Barnawi & Arifin, M. (2012) Etika dan profesi kependidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Daradjat, Z. (1996) Metodologi pengajaran agama Islam. Bumi Aksara: Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam ….

Fattah, A. (2018) „Peningkatan Pedagogis Guru Berbasis Keterampilan Dasar Mengajar di MI Nurul Karim NW Kebon Ayu Gerung Lombok Barat‟, Tronasformasi, 14(1), pp. 13–26.

Hamalik, O. (2002) Pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi. Bumi Aksara. Hia, Y. D., Sumarni and Armiati (2016) „Pelatihan Metode Pembelajaran Inovatif untuk

Meningkatkan Pofesionalisme Guru SMA‟, Jurnal Pelangi, 8(2), pp. 243–249. Hidayat, A. G. and Haryati, T. (2019) „Peran Guru Profesional dalam Membina Karakter

Religius Peserta Didik Berbasis Nilai Kearifan Lokal (Maja Labo Dahu) Sekolah Dasar Negeri Sila Di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima‟, Jurnal Pendidikan Ips, 9(1), pp. 15–28. doi: 10.37630/jpi.v9i1.169.

Iskandar, M. (2009) „Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru‟. Ciputat: Gaung Persada Press.

Islammilyardi, A. P. and Sopiansah, V. A. (2019) „Implementasi etika Profesi Guru Dengan Konsep Pendidikan KH. Hasyim Asy`ari‟, Jurnal Kajian Pendidikan

Ekonomi dan Ilmu Ekonomi, III(1).

Marwan et al. (2020) Manajemen Kinerja Dan Budaya Organisasi: Suatu Tinjauan

Teoritis. 1st edn, Journal of Chemical Information and Modeling. 1st edn. Edited

by A. Riki. Medan: Yayasan Kita Menulis. Available at: kitamenulis.id.

Mulyasa, E. (2005) „Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan‟, Bandung: Remaja Rosdakarya, pp. 24–29.

(6)

580

Nasution, H. F. (2017) „Urgensi Profesionalisme Guru di Pendidikan Sekolah Dasar‟,

AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), p. 1. doi: 10.29240/jpd.v1i1.218.

Nata, H. A. (2012) Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

Indonesia. Kencana.

Nurhayati, E. (2016) Psikologi pendidikan inovatif. Pustaka Pelaiar.

Nurkholisah (2017) „Implementasi Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Paska Sertifikasi Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Binjai‟, Analytica Islamica, 6(2). Ramayulis (2002) Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.

Rapono, M. (2018) „Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di MTS Swasta Nurul Huda Medan‟, Al-Burhaniy, 3(1), pp. 1–34.

Rohman, A. and Lamsuri, M. (2009) Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. LaksBang Mediatama bekerja sama dengan Kantor Advokat" Hufron & Hans Simaela". Romlah (2016) Manajemen pendidikan islam. Harakindo Publishing.

Sagala, S. (2007) Manajemen strategik dalam peningkatan mutu pendidikan, Bandung:

Alfabeta.

Suhelayanti et al. (2020) Manajemen Pendidikan. 1st edn. Edited by T. Limbong. Medan: Yayasan Kita Menulis. Available at: kitamenulis.id.

Supriadi, D. (2017) „Implementasi Manajemen Inovasi dan Kreatifitas Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran‟, Indonesian Journal of Education Management

and Administration review.

Surnaya, M., Lubis, S. A. and Halimah, S. (2017) „Kontribusi Inovasi Pembelajaran Guru PAI Dan Efektifitas Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Swasta Harapan 3 Kec. Deli Tua Kab. Deli Serdang‟, Edu-Religia, 1(2).

Syafaruddin, Pasha, N. and Mahariah (2017) Ilmu Pendidikan Islam (Melejitkan Potensi

Budaya Umat). VII. Edited by E. Susanti. Jakarta Selatan: Hijri Pustaka Utama.

Thalib, S. B. (2017) Psikologi pendidikan berbasis analisis empiris aplikatif. Prenada Media.

Wandi, N. and Nurhafizah, N. (2019) „Etika Profesi Guru Pendidikan Anak Usia Dini‟,

Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2).

Wardani, I. G. A. K. (2012) „Mengembangkan Profesionalisme Pendidik Guru (Kajian Konseptual Dan Operasional)‟, Jurnal Pendidikan, 13(1), pp. 32–44. doi: 10.33830/jp.v13i1.357.2012.

Wijayani, D. (2017) „Pengaruh Kepemimpinan kepala Sekolah dan Etika Profesi Guru Terhadap Kompetensi Profesional Guru untuk Mewujudkan Mutu Pembelajaran‟,

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta

Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi

Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta

(c) Guru senantiasa menerima kritik yang membangun dari orang tua / masyarakat dengan dada lapang. Sebagai guru selain terbuka menerima kritik dari orang lain, juga

Estimasi sederhana mengisyaratkan bahwa usaha menaikkan rasio murid-guru di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama melalui penambahan murid sampai dengan 5

Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al-‘Alim wal Muta’allim, etika seorang murid terhadap gurunya dibagi menjadi 12 etika yaitu: memilih figur pendidik; mencari guru yang berkompeten;

Kasus 1 Guru SMAN 7 di Ternate yang pukul murid hingga tewas Terdapat beberapa kode etik guru yang dilanggar oleh Fajrin selaku guru yang melakukan kekerasan, beberapa hal tersebut

Peran Kode Etik Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Pak Setelah memahami bahwa kode etik merupakan tata aturan yang harus dimiliki oleh seorang guru PAK dan merupakan sebuah