PROFESI
Kode Etik dan Pelanggaran GURU
J1B120059
ABERLINA GEA
Kode Etik
Kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah
dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh seorang profesional.
Tujuan Kode Etik
“Untuk
menjunjung tinggi martabat profesi”
“Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota”
“Untuk
meningkatkan pengabdian para anggota profesi”
“Untuk
meningkatkan mutu profesi”
“Untuk
meningkatkan mutu organisasi profesi”
“Meningkatkan
layanan di atas
keuntungan
pribadi”
Pelanggaran kode etik adalah terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota kelompok profesi dari kode etik
profesi di mata masyarakat.
Sanksi kode etik secara umum
Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Sanksi moral
Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan.
Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air,
pertama dalam Kongres ke XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres
PGRI ke XVI tahun 1989 juga di
Jakarta.
Sanksi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia yaitu sanksi moral dan sanksi
administratif/hukum. Secara khusus, sanksi pelanggaran kode etik profesi guru sebenarnya telah diatur dalam rumusan Kode Etik Guru Indonesia pada
Kongres PGRI ke-XIV tahun 1989
(sebelum direvisi), Pasal 7, 8, dan 9
Kasus 1 Guru SMAN 7 di Ternate yang pukul murid hingga tewas
Terdapat beberapa kode etik guru yang dilanggar oleh Fajrin selaku guru yang melakukan kekerasan, beberapa hal tersebut adalah:
Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila
Hal ini tidak mendidik muridnya dengan baik, dan tidak membentuk manusia pembangunan yang
berpancasila. Melalui jalan penyelesaian masalah yang dilaluinya, guru atas nama fajrin meninggalkan memori ajaran yang tidak baik, tidak hanya kepada saksi mata, tetapi juga terhadap siswa-siswa lainnya.
Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan
Dalam proses memperoleh informasi tidak dengan cara yang baik, sehingga prosesnya dalam melakukan
bimbingan dan pembinaan juga tidak dengan cara yang baik.
Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
Dengan adanya kejadian ini, tentu saja menciptakan hubungan yang tidak baik antara guru, orang tua korban, orang tua murid yang lain, serta masyarakat disekitar sekolah. Jangankan untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, kerukunan dalam kehidupan keseharian saja akan sulit dijaga.
Kasus 2 Guru SD di Kediri Pukul Siswanya Hingga Berdarah
Pelanggaran kode Etik Guru yang dilanggar oleh pelaku yaitu:
1. Pasal 3 ayat 1
Dalam kasus tersebut guru melakukan kekerasan fisik terhadap siswanya sehingga siswa tersebut mengalami mimisan, pada kasus ini guru telah melanggar
sumpahnya dengan tidak mematuhi nilai yang terkadung dalam kode etik guru Indonesia.
2. Pasal 6 ayat 1
Dalam kasus ini guru pelajaran matematika yang berinisial MJ telah berperilaku tidak professional dengan menunjukkan kekerasan pada siswanya.
3. Pasal 6 ayat 3
Menjelaskan tentang hubungan guru dengan sekolah. Dalam kasus ini, guru telah merusak reputasi sekolah dengan melakukan tindak kekerasan.
4.Pasal 6 ayat 4 point fDalam kasus ini tindak kekerasan yang dilakukan pelaku merupakan tindakan yang merendahkan profesi.
•Pasal 3 ayat 1
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Terimakasih
Please keep this slide for attribution