• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kode Etik dalam Profesi Hukum

N/A
N/A
naiLa awing

Academic year: 2024

Membagikan "Kode Etik dalam Profesi Hukum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024

Materi 3

Kode Etik Profesi Hukum

A. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dari materi 3 adalah agar mahasiswa dapat memahami secara komprehensif pengertian, fungsi, dan peran kode etik dalam profesi hukum serta mampu menganalisis penerapan kode etik pada profesi advokat, hakim, jaksa, dan notaris di Indonesia. Mahasiswa diharapkan dapat mengevaluasi berbagai studi kasus pelanggaran kode etik dan memahami sanksi yang relevan, sehingga mereka dapat menginternalisasi pentingnya integritas dan profesionalisme dalam menjalankan profesi hukum di masa depan.

B. Uraian Materi

Pada pertemuan 3, tema yang akan dibahas adalah Kode Etik Profesi Hukum. Kode etik profesi hukum merupakan pedoman tertulis yang mengatur perilaku dan tanggung jawab para profesional hukum, seperti advokat, hakim, dan jaksa, dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini bertujuan untuk menjaga integritas, kejujuran, dan profesionalisme dalam sistem peradilan, serta melindungi kepentingan klien dan kepercayaan publik terhadap profesi hukum. Dalam pertemuan ini, mahasiswa akan mempelajari prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam berbagai kode etik, baik di tingkat nasional seperti Kode Etik Advokat Indonesia, maupun internasional, serta memahami konsekuensi hukum bagi pelanggaran terhadap kode etik tersebut. Melalui pemahaman ini, mahasiswa akan mampu mengidentifikasi kewajiban moral dan profesional yang harus dipegang teguh dalam praktik hukum sehari-hari.

Pengertian dan Fungsi Kode Etik Profesi Hukum

Pengertian Kode Etik Profesi Hukum Kode etik profesi hukum adalah sekumpulan aturan tertulis yang mengatur standar perilaku dan tanggung jawab profesional dalam profesi hukum.

Kode etik ini dirancang untuk memberikan pedoman bagi para profesional hukum, seperti pengacara, hakim, jaksa, notaris, dan petugas hukum lainnya dalam menjalankan tugasnya dengan integritas, keadilan, dan profesionalisme. Kode etik biasanya diadopsi oleh badan atau organisasi profesi yang mengatur anggotanya, seperti Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) di Indonesia, yang memiliki Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI), atau badan internasional seperti American Bar Association yang memiliki Model Rules of Professional Conduct.

Secara umum, kode etik profesi hukum menekankan pada beberapa nilai utama, seperti kejujuran, keadilan, kerahasiaan klien, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Dalam konteks ini, kode etik berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan, pelanggaran hak klien, atau perilaku tidak etis lainnya yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap profesi hukum dan sistem peradilan secara keseluruhan.

(2)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 Fungsi Kode Etik Profesi Hukum Kode etik dalam profesi hukum memiliki beberapa fungsi penting, yaitu:

1. Membentuk Standar Perilaku Profesional Kode etik berfungsi sebagai standar perilaku bagi para profesional hukum dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Standar ini mencakup kewajiban moral dan profesional yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi hukum, seperti kewajiban untuk berlaku jujur, adil, dan menjaga integritas dalam semua tindakan hukum yang diambil. Dengan demikian, kode etik memastikan bahwa para profesional hukum bekerja dengan standar kualitas yang tinggi, menjaga martabat profesi, dan melindungi hak-hak semua pihak yang terlibat dalam proses hukum.

2. Melindungi Kepentingan Klien Salah satu fungsi utama kode etik adalah untuk melindungi hak dan kepentingan klien. Profesional hukum wajib menjaga kerahasiaan informasi klien yang diberikan selama proses hukum dan memastikan bahwa mereka tidak menyalahgunakan informasi tersebut. Kode etik juga melarang konflik kepentingan, di mana seorang pengacara atau profesional hukum tidak boleh menangani kasus yang berpotensi merugikan klien karena adanya kepentingan pribadi atau hubungan dengan pihak lawan.

3. Mendorong Akuntabilitas dan Transparansi Kode etik profesi hukum mendorong para praktisi untuk bertanggung jawab atas setiap tindakan mereka. Ini berarti bahwa setiap pelanggaran terhadap kode etik harus ditindaklanjuti dengan mekanisme disiplin yang telah diatur, seperti sanksi dari asosiasi profesi atau pencabutan izin praktik. Dengan akuntabilitas ini, kode etik membantu mencegah perilaku tidak etis, seperti suap, korupsi, atau manipulasi informasi dalam proses peradilan. Selain itu, kode etik juga memastikan transparansi dalam pengambilan keputusan hukum, sehingga keadilan dapat ditegakkan.

4. Menjaga Kepercayaan Publik terhadap Sistem Hukum Etika yang baik dalam profesi hukum sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan peradilan. Jika para profesional hukum bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika, masyarakat akan merasa bahwa proses hukum berjalan dengan adil dan tidak memihak.

Sebaliknya, jika para praktisi hukum melanggar kode etik, seperti terlibat dalam korupsi atau penyalahgunaan wewenang, hal ini dapat merusak kredibilitas institusi hukum dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap keadilan.

5. Memastikan Keadilan dan Integritas dalam Proses Hukum Kode etik berperan penting dalam menjaga keadilan dalam sistem hukum. Profesional hukum yang bertindak sesuai dengan kode etik akan berusaha keras untuk memberikan layanan yang adil dan tidak memihak, terlepas dari siapa yang menjadi klien atau pihak yang terlibat dalam perkara.

Dengan integritas ini, para praktisi hukum membantu memastikan bahwa keadilan ditegakkan, hak-hak individu dihormati, dan sistem hukum berjalan secara transparan dan efisien.

Kode etik profesi hukum adalah landasan penting dalam menjaga integritas dan kualitas profesi hukum. Dengan fungsi utamanya dalam membentuk standar perilaku profesional, melindungi kepentingan klien, dan menjaga kepercayaan publik, kode etik berfungsi sebagai pedoman moral dan profesional yang harus dipegang oleh setiap anggota profesi hukum. Penerapan kode etik yang kuat dan konsisten sangat penting untuk memastikan bahwa hukum dijalankan dengan adil, transparan, dan bertanggung jawab, sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih tertib dan adil.

(3)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024

Studi Kasus Pelanggaran Kode Etik dalam Profesi Hukum

Pengantar Pelanggaran kode etik dalam profesi hukum sering kali berdampak serius terhadap kepercayaan publik, integritas sistem peradilan, dan bahkan karier para profesional hukum itu sendiri. Studi kasus pelanggaran kode etik memberikan gambaran nyata tentang bagaimana perilaku yang tidak etis dapat menghancurkan reputasi profesi hukum dan merusak keadilan dalam praktik hukum. Pada sub ini, kita akan membahas beberapa contoh kasus pelanggaran kode etik di Indonesia dan internasional, serta konsekuensi dari pelanggaran tersebut. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap kode etik bagi setiap profesional hukum.

1. Studi Kasus: Pelanggaran Kode Etik oleh Advokat

Kasus: Advokat yang Menyalahgunakan Kerahasiaan Klien

Pada salah satu kasus pelanggaran kode etik di Indonesia, seorang advokat dituduh membocorkan informasi rahasia yang diberikan oleh kliennya selama proses hukum. Dalam kasus ini, advokat tersebut, yang mewakili klien dalam sengketa bisnis, mengungkapkan detail finansial dan strategi hukum kliennya kepada pihak lawan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Tindakan ini merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip kerahasiaan dalam Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI), yang dengan tegas mengharuskan advokat menjaga kerahasiaan setiap informasi yang diberikan oleh kliennya.

Penjelasan: Kerahasiaan klien adalah salah satu prinsip inti dalam kode etik profesi hukum.

Advokat bertanggung jawab untuk melindungi semua informasi yang diberikan kliennya dengan penuh integritas dan kepercayaan. Dalam kasus ini, pelanggaran kode etik oleh advokat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi kliennya dan menodai reputasi advokat tersebut di mata publik dan kolega. Sebagai konsekuensi, advokat tersebut dikenai sanksi oleh PERADI berupa pencabutan izin praktik selama beberapa tahun, serta denda administratif. Kasus ini menjadi pengingat penting bahwa pelanggaran terhadap prinsip kerahasiaan dapat berakibat fatal bagi karier seorang advokat.

2. Studi Kasus: Pelanggaran Kode Etik oleh Hakim

Kasus: Hakim yang Terlibat Suap dalam Perkara Korupsi

Kasus lain yang terkenal di Indonesia adalah kasus pelanggaran kode etik oleh seorang hakim yang terlibat dalam skandal suap terkait perkara korupsi. Dalam kasus ini, hakim tersebut menerima sejumlah uang dari salah satu pihak yang terlibat dalam kasus korupsi untuk memberikan putusan yang menguntungkan pihak tersebut. Kasus ini mencuat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan dan menemukan bukti transfer uang kepada hakim tersebut.

Penjelasan: Tindakan menerima suap melanggar prinsip-prinsip dasar kode etik profesi hukum yang menuntut para hakim untuk bersikap independen, tidak memihak, dan adil dalam menjalankan tugas mereka. Dalam hal ini, hakim telah melanggar kode etik yang mewajibkan para hakim untuk bertindak dengan integritas dan menjaga netralitas dalam menangani perkara.

(4)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 Pelanggaran tersebut tidak hanya merusak kepercayaan publik terhadap integritas sistem peradilan, tetapi juga mengancam keadilan dalam proses hukum itu sendiri. Hakim yang terlibat kemudian dipecat dari jabatannya, dijatuhi hukuman penjara, dan dilarang untuk kembali berpraktik sebagai hakim. Kasus ini menunjukkan bahwa pelanggaran kode etik oleh hakim dapat merusak kepercayaan publik terhadap pengadilan dan sistem hukum secara keseluruhan.

3. Studi Kasus: Pelanggaran Kode Etik oleh Pengacara Internasional

Kasus: Pengacara Internasional yang Melakukan Konflik Kepentingan

Di kancah internasional, sebuah firma hukum besar di Amerika Serikat pernah terlibat dalam skandal pelanggaran kode etik terkait konflik kepentingan. Firma tersebut mewakili dua klien besar yang memiliki kepentingan bertentangan dalam sebuah perkara sengketa paten. Tanpa sepengetahuan kedua kliennya, firma tersebut memberikan nasihat hukum kepada kedua belah pihak, yang pada akhirnya menimbulkan konflik kepentingan. Ketika masalah ini terungkap, salah satu klien tersebut menggugat firma hukum karena pelanggaran kode etik profesional.

Penjelasan: Kode etik profesi hukum secara tegas melarang konflik kepentingan, yang berarti bahwa seorang pengacara tidak boleh mewakili klien yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan tanpa persetujuan dari semua pihak yang terlibat. Dalam kasus ini, firma hukum gagal memberi tahu kliennya tentang potensi konflik kepentingan, yang melanggar prinsip transparansi dan keadilan dalam kode etik. Sebagai akibatnya, firma hukum tersebut harus membayar denda yang besar, dan beberapa pengacara yang terlibat dipecat dari firma tersebut.

Kasus ini menjadi contoh penting tentang betapa seriusnya dampak dari konflik kepentingan terhadap kepercayaan klien dan reputasi profesi hukum.

4. Studi Kasus: Pelanggaran Kode Etik oleh Jaksa

Kasus: Jaksa yang Menyalahgunakan Kekuasaan dalam Proses Penuntutan

Kasus pelanggaran kode etik lain terjadi di mana seorang jaksa di Indonesia dituduh menyalahgunakan kekuasaannya selama proses penuntutan. Jaksa tersebut diduga memanipulasi bukti dan sengaja menunda proses peradilan untuk memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki hubungan pribadi dengan jaksa tersebut. Tindakan ini melanggar prinsip keadilan dan integritas dalam kode etik profesi hukum.

Penjelasan: Manipulasi bukti dan penyalahgunaan kekuasaan dalam proses penuntutan adalah pelanggaran serius terhadap kode etik yang mewajibkan jaksa untuk bertindak dengan objektivitas, kejujuran, dan menjaga proses hukum yang adil. Pelanggaran ini tidak hanya merusak kredibilitas jaksa tersebut, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap sistem peradilan pidana secara keseluruhan. Dalam kasus ini, jaksa yang bersangkutan akhirnya diberhentikan dan diadili atas perbuatannya. Kasus ini menyoroti pentingnya integritas dan tanggung jawab moral dalam menjalankan tugas sebagai jaksa.

Studi kasus pelanggaran kode etik dalam profesi hukum menunjukkan betapa pentingnya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika dalam menjaga integritas, kepercayaan, dan

(5)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 profesionalisme dalam profesi hukum. Pelanggaran terhadap kode etik tidak hanya berdampak buruk bagi para pelaku, tetapi juga terhadap klien, institusi hukum, dan sistem keadilan secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat penting bagi para profesional hukum untuk memahami dan mematuhi kode etik sebagai panduan moral dan profesional dalam menjalankan tugas mereka.

Kode Etik Advokat, Hakim, Jaksa, dan Notaris di Indonesia

Kode etik merupakan seperangkat pedoman dan aturan yang mengatur standar perilaku dan tanggung jawab profesional bagi para pelaku profesi hukum, termasuk advokat, hakim, jaksa, dan notaris. Di Indonesia, masing-masing profesi ini memiliki kode etik yang disusun oleh badan atau asosiasi profesi yang mengatur anggotanya. Kode etik ini dirancang untuk menjaga integritas, keadilan, dan profesionalisme dalam praktik hukum, sekaligus melindungi hak-hak klien dan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Sub ini akan membahas kode etik untuk masing- masing profesi secara terperinci.

1. Kode Etik Advokat

Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI) Kode etik advokat di Indonesia diatur oleh Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI), yang disahkan oleh Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI).

Kode etik ini menjadi pedoman bagi para advokat dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam berhubungan dengan klien, pengadilan, rekan sejawat, dan masyarakat luas.

Prinsip-prinsip Utama dalam Kode Etik Advokat:

1. Kerahasiaan Klien: Advokat wajib menjaga kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari klien selama proses hukum, bahkan setelah perkara tersebut selesai. Pelanggaran terhadap kewajiban ini dapat menyebabkan sanksi serius, termasuk pencabutan izin praktik.

2. Independensi dan Objektivitas: Advokat harus bertindak independen dan tidak memihak dalam membela kepentingan kliennya. Advokat dilarang dipengaruhi oleh pihak luar, termasuk hakim atau aparat penegak hukum lainnya, dalam menangani kasus.

3. Tidak Berbenturan Kepentingan: Advokat tidak boleh menangani perkara yang menimbulkan benturan kepentingan. Jika ada potensi konflik kepentingan, advokat wajib memberitahukan kepada klien dan mundur dari perkara tersebut.

4. Kewajiban Menegakkan Keadilan: Advokat tidak hanya bertanggung jawab kepada kliennya, tetapi juga kepada masyarakat dan negara untuk menegakkan keadilan. Oleh karena itu, advokat harus menolak membela perkara yang tidak sesuai dengan hukum dan keadilan.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik: Pelanggaran kode etik advokat di Indonesia dapat dikenai sanksi mulai dari teguran, pemberhentian sementara, hingga pencabutan izin praktik. PERADI memiliki Dewan Kehormatan yang bertugas mengawasi dan menindaklanjuti pelanggaran kode etik advokat.

(6)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 2. Kode Etik Hakim

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) Hakim di Indonesia diatur oleh Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH), yang disusun oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Kode etik ini menegaskan prinsip-prinsip integritas, independensi, dan profesionalisme dalam menjalankan tugas peradilan.

Prinsip-prinsip Utama dalam Kode Etik Hakim:

1. Independensi: Hakim wajib bersikap independen, tidak terpengaruh oleh pihak luar seperti eksekutif, legislatif, atau pihak yang berkepentingan dalam perkara. Independensi ini penting untuk menjaga netralitas hakim dalam membuat keputusan.

2. Imparsialitas dan Tanpa Diskriminasi: Hakim harus bersikap imparsial dan tidak boleh memperlakukan pihak-pihak yang berperkara secara berbeda karena alasan ras, agama, jenis kelamin, atau status sosial. Putusan yang diambil harus berdasarkan hukum yang berlaku dan tidak memihak.

3. Integritas: Hakim diharuskan memiliki integritas yang tinggi dan tidak boleh menerima suap atau hadiah dalam bentuk apapun yang dapat mempengaruhi keputusan mereka.

4. Kerahasiaan Proses Hukum: Hakim dilarang membocorkan informasi terkait proses hukum yang sedang berjalan kepada pihak luar, kecuali dalam kasus yang diatur oleh undang-undang.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik: Pelanggaran kode etik oleh hakim dapat ditindaklanjuti oleh Mahkamah Agung atau Komisi Yudisial. Sanksi yang dikenakan bisa berupa teguran, penurunan pangkat, hingga pemberhentian dari jabatan hakim.

3. Kode Etik Jaksa

Kode Etik Jaksa (KEJ) Jaksa sebagai penegak hukum juga memiliki kode etik tersendiri yang diatur dalam Kode Etik Jaksa (KEJ). Kode ini mengatur perilaku jaksa baik dalam tugas penuntutan maupun dalam interaksi dengan aparat penegak hukum lainnya, termasuk pengadilan, advokat, dan kepolisian.

Prinsip-prinsip Utama dalam Kode Etik Jaksa:

1. Keadilan dan Objektivitas: Jaksa harus bersikap adil dan objektif dalam menuntut perkara. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh tekanan dari pihak manapun, baik dari pihak yang berkepentingan maupun dari atasan.

2. Integritas: Jaksa wajib memiliki integritas moral yang tinggi dan tidak boleh terlibat dalam tindakan korupsi, suap, atau kolusi. Integritas jaksa sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem penuntutan.

3. Profesionalisme: Jaksa harus menjalankan tugasnya dengan profesional dan efisien, serta selalu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Kewajiban jaksa adalah menegakkan hukum secara konsisten untuk mencapai keadilan.

4. Transparansi dan Akuntabilitas: Jaksa harus menjalankan tugasnya dengan transparan dan bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil. Mereka juga harus mampu

(7)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 mempertanggungjawabkan proses penuntutan yang dilakukan di hadapan publik dan pengadilan.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik: Pelanggaran kode etik oleh jaksa dapat dikenai sanksi oleh Kejaksaan Agung atau Komisi Kejaksaan, mulai dari teguran, penurunan jabatan, hingga pemecatan dari jabatan jaksa.

4. Kode Etik Notaris

Kode Etik Notaris Indonesia (KETNI) Notaris di Indonesia memiliki kode etik tersendiri yang diatur dalam Kode Etik Notaris Indonesia (KETNI), yang diawasi oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI). Kode ini mengatur perilaku dan tanggung jawab notaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat yang berwenang untuk membuat akta otentik dan dokumen hukum lainnya.

Prinsip-prinsip Utama dalam Kode Etik Notaris:

1. Independensi dan Tidak Memihak: Notaris wajib bersikap netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak dalam suatu akta yang dibuatnya. Mereka harus memberikan pelayanan yang setara kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi hukum.

2. Kerjasama dan Profesionalisme: Notaris harus menjaga profesionalisme dalam menjalankan tugas, serta bekerja sama dengan pihak lain seperti pengacara, bankir, atau pejabat pemerintah dengan tetap memegang teguh independensi profesinya.

3. Kerahasiaan: Notaris memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi yang diberikan oleh kliennya. Pelanggaran terhadap kerahasiaan ini dianggap sebagai pelanggaran serius dalam kode etik notaris.

4. Kepatuhan pada Peraturan: Notaris wajib mematuhi semua peraturan perundang- undangan yang berlaku dan tidak boleh membuat akta yang melanggar hukum. Mereka juga harus selalu memperbarui pengetahuan hukum mereka untuk memberikan layanan yang terbaik kepada klien.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik: Pelanggaran kode etik notaris dapat dikenai sanksi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) atau Ikatan Notaris Indonesia (INI). Sanksi dapat berupa teguran, skorsing, atau pencabutan izin sebagai notaris.

Kode etik advokat, hakim, jaksa, dan notaris di Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga profesionalisme dan integritas profesi hukum. Masing-masing kode etik memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan untuk memastikan bahwa para profesional hukum menjalankan tugas mereka dengan adil, transparan, dan bertanggung jawab, serta melindungi kepentingan klien dan masyarakat secara luas. Pelanggaran terhadap kode etik ini dapat mengakibatkan sanksi yang serius, termasuk pencabutan izin praktik, yang menunjukkan betapa pentingnya kepatuhan terhadap standar etika dalam profesi hukum.

(8)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024

C. Latihan Soal

Soal Pilihan Ganda

1. Apa yang menjadi fungsi utama dari kode etik dalam profesi hukum? a.

Memberikan panduan bagi profesional hukum dalam menjalankan tugas mereka b. Mengatur cara penyusunan undang-undang

c. Menghukum pihak yang kalah dalam suatu kasus

d. Mencegah advokat melakukan pekerjaan secara profesional

2. Salah satu prinsip utama dalam Kode Etik Advokat Indonesia adalah menjaga kerahasiaan klien. Hal ini berarti: a. Advokat tidak boleh memberikan informasi kepada media mengenai kasus klien

b. Advokat harus selalu mempublikasikan informasi yang terkait dengan kasus yang ditangani

c. Advokat boleh membagikan informasi klien jika diminta oleh keluarga klien d. Advokat bisa membocorkan informasi jika mendapat izin dari hakim

3. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) di Indonesia mewajibkan hakim untuk: a. Mendapatkan persetujuan dari pihak eksekutif dalam setiap keputusan

b. Menjadi independen dan imparsial dalam menangani perkara c. Menjadi bagian dari perwakilan parlemen dalam sidang d. Memihak pada pihak yang memberikan bukti lebih kuat

4. Sanksi yang bisa dijatuhkan kepada notaris jika melanggar kode etik profesinya adalah: a. Pemberhentian sementara atau pencabutan izin praktik

b. Denda yang diberikan oleh pengadilan

c. Penambahan jumlah kasus yang harus ditangani d. Pemberian penghargaan khusus

5. Kode Etik Jaksa (KEJ) mengatur bahwa jaksa harus bersikap: a. Memihak pada yang lebih kuat

b. Objektif dan adil dalam proses penuntutan c. Selalu bekerja sama dengan pihak eksekutif

d. Menjaga informasi klien agar tidak diketahui hakim Soal Esai

1. Jelaskan secara rinci pentingnya keberadaan kode etik dalam menjaga integritas profesi hukum. Berikan contoh penerapan kode etik dalam profesi advokat dan hakim di Indonesia.

2. Bandingkan kode etik advokat dan notaris dalam hal kewajiban menjaga kerahasiaan informasi. Apakah ada perbedaan signifikan dalam penerapan prinsip kerahasiaan di antara kedua profesi ini? Jelaskan alasan di balik penerapan tersebut.

Soal Kasus (Analisis)

1. Seorang advokat diketahui membocorkan informasi rahasia klien kepada pihak lawan dalam sebuah sengketa bisnis. Jelaskan pelanggaran yang terjadi dan konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi oleh advokat tersebut menurut Kode Etik Advokat Indonesia.

(9)

Muliadi Nur_KEPH, Fasya IAIN Manado@2024 2. Dalam sebuah perkara korupsi, seorang hakim menerima suap dari salah satu pihak yang terlibat. Tindakan ini diketahui publik dan diselidiki oleh Komisi Yudisial. Analisis pelanggaran yang dilakukan oleh hakim tersebut dan sanksi apa yang sesuai menurut Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH).

D. Daftar Rujukan

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

o Peraturan ini menjadi dasar hukum bagi profesi advokat di Indonesia dan mencakup prinsip-prinsip dasar mengenai kode etik advokat yang diatur lebih lanjut oleh Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI).

2. Kode Etik Advokat Indonesia (KEAI).

o Diterbitkan oleh Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI), Kode Etik Advokat Indonesia menjadi pedoman utama bagi advokat dalam menjalankan profesinya, meliputi kewajiban menjaga kerahasiaan klien dan sikap independen advokat.

3. Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor

02/PB/MA/IX/2012 dan Nomor 02/PB/ KY/09/2012 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH).

o Kode etik ini mengatur prinsip-prinsip utama yang harus dipatuhi oleh hakim di Indonesia, termasuk imparsialitas, integritas, dan independensi dalam menjalankan tugasnya.

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

o UU ini mencakup aturan mengenai penegak hukum, termasuk jaksa, serta menekankan profesionalisme dan integritas yang menjadi landasan etika kerja jaksa.

5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Etik Jaksa.

o Dokumen ini mengatur tentang standar perilaku jaksa dalam menjalankan tugas penuntutan, termasuk prinsip-prinsip keadilan, objektivitas, dan akuntabilitas.

6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014).

o UU ini memberikan landasan bagi kode etik notaris, terutama dalam hal independensi, profesionalisme, dan kewajiban menjaga kerahasiaan informasi.

7. Kode Etik Notaris Indonesia (KETNI).

o Diterbitkan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI), Kode Etik Notaris ini mengatur standar perilaku notaris dalam menjalankan tugasnya dan melindungi hak-hak pihak yang berkepentingan.

8. Cahyono, P., & Iskandar, M. (2020). Etika Profesi Hukum di Indonesia:

Implementasi dan Tantangan. Jakarta: Kencana.

o Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang penerapan kode etik dalam profesi hukum di Indonesia, termasuk kasus-kasus pelanggaran kode etik.

9. Syafrudin, A. (2018). Kode Etik Profesi Hukum di Indonesia: Advokat, Hakim, Jaksa, dan Notaris. Bandung: PT. Alumni.

o Buku ini menguraikan secara rinci tentang kode etik yang berlaku untuk berbagai profesi hukum di Indonesia, lengkap dengan contoh kasus pelanggaran dan sanksi.

10.Laporan Tahunan Komisi Yudisial (2022).

o Laporan ini berisi pengawasan terhadap perilaku hakim dan pelaksanaan kode etik hakim di Indonesia, termasuk data pelanggaran dan penegakan sanksi terhadap hakim.

Referensi

Dokumen terkait

Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh

Implementasi penegakan Kode Etik Advokat Indonesia terhadap perilaku advokat yang melanggar kode etik belum berjalan secara maksimal karena beberapa hal, antara lain

Fungsi Kode Etik Kepolisian dalam Mencegah Penyalahgunaan Profesi Demi Terselenggaranya Penegakan Hukum Pidana...50. Arti Penting Kode Etik Profesi

Materi muatan mata kuliah etika profesi hukum berisi tentang pengertian dan definisi etika, etika profesi yang dimiliki oleh profesi hukum : Polisi, Jaksa, advokat, hakim, dan

Apabila ada pengaduan dari masyarakat terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik maupun pelanggaran Undang-Undang jabatan Notaris, maka MPD

Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pertama: Bahwa Proses penyelesaian terhadap Advokat yang melakukan pelanggaran kode etik, melalui pengaduan terhadap

KODE ETIK PROFESI SARJANA TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI Untuk lebih menghayati Kode Etik Profesi Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia dalam operasionalisasi

Pembahasan Tinjauan Kode Etik Profesi dan Profesionalisme Polri dalam Penegakan Hukum Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia POLRI Kode etik profesi Kepolisian