39 BAB 4
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
4.1Spesifikasi Sistem
Untuk dapat mengimplementasikan server virtual di PT. Agiva Indonesia dengan baik, maka berikut ini dipaparkan spesifikasi dari hardware, software, dan prosedur penggunaan yang direkomendasikan agar dapat diimplementasikan dengan sebaik mungkin.
4.1.1Komputer
Pada penelitian yang dilakukan, komputer yang disarankan atau direkomendasikan untuk dipakai dalam mengimplementasikan server virtual sebagai spesifikasi minimum, sebagai berikut :
Prosesor : Dual Core, clock speed 2GHz
Memori : 2 GB
Available Storage : 2 GB
4.1.2Server
Server yang digunakan dalam penelitian memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Prosesor : Intel Xeon Processor E3-1200 V2
Memori : 16 GB
I/O slots : 1 PCIe x16 G2 slot DDR3 Disk Storage : 3.5” SATA 500GB
4.1.3 Software
Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. VMware vCenter v5.0
2. VMware vSphere Client
3. Microsoft Windows Server 2008
4. MySQL Community Server 5.5.28 (x86, 64 bit) 5. MySQL 5.5 Command Line Client
6. WAPT Pro 3.0
7. Hammerora 2.11 for Windows 64 bit
4.2Implementasi
4.2.1Konfigurasi Software 4.2.1.1VMware vSphere
1. Setelah login ke VMware vSphere Client, virtual machine dapat dibuat dengan mengklik kanan IP address kemudian memilih New Virtual Machine. Setelah itu akan tampil kotak dialog untuk memilih tipe konfigurasi yang diinginkan.
Gambar 4.1 Konfigurasi Virtual Machine
2. Selanjutnya adalah memberi nama pada virtual machine yang akan dibuat.
3. Selanjutnya vSphere Client akan menampilkan datastore yang tersedia. Virtual machine akan ditempatkan di local storage pada server.
Gambar 4.3 Pemilihan Storage
4. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sistem operasi yang akan berjalan di virtual machine. Sistem operasi yang dipilih adalah Windows Server 2008 R2.
Gambar 4.4 Pemilihan Sistem Operasi
5. Setiap virtual machine membutuhkan satu atau lebih network adapter. Oleh karena itu, diperlukan setting-an untuk menentukan jumlah dan tipe NIC yang akan digunakan. Ada 3 tipe NIC yang dapat dipilih, yaitu:
a. E1000 b. VMXNET 2 c. VMXNET 3
Gambar 4.5 Pemilihan NIC
6. Langkah yang terakhir adalah menentukan jumlah disk space yang akan dialokasikan dari datastore untuk virtual machine. Dari 406 GB yang tersedia, dialokasikan 40 GB untuk virtual disk. Selain itu, terdapat 3 pilihan provisioning type, yaitu: a. Thick Provision Lazy Zeroed: Space sepenuhnya
dialokasikan untuk virtual disk yang baru dan data yang sebelumnya akan dihapus.
b. Thick Provision Eager Zeroed: Space sepenuhnya dikosongkan dan dialokasikan untuk virtual disk yang baru. Beberapa aplikasi membutuhkan disk Eager Zeroed.
c. Thin Provision: Disk space tidak langsung dialokasikan ke disk. Pengalokasian akan dilakukan berdasarkan permintaan
dengan batas atas space menjadi size dari virtual disk tersebut.
7. Setelah melakukan semua pengaturan untuk membuat virtual machine, akan ditampilkan data yang telah dipilih.
Gambar 4.7 Final
4.2.1.2WAPT Pro
Sebelum memulai pengetesan menggunakan WAPT Pro, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan pengaturan pada skenario pengetesan. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Klik button New pada toolbar untuk membuat skenario baru. Setelah itu, akan tampil kotak dialog New Scenario Wizard yang berisi jenis tes yang dapat dipilih. Dalam penelitian ini, dipilih performance test untuk menguji performance dari server virtual.
Gambar 4.8 Pemilihan Jenis Tes
2. Setelah memilih jenis tes, selanjutnya menentukan jumlah user yang aktif selama pengetesan berjalan dan menentukan jumlah user pada setiap fase serta durasi pada fase tersebut.
3. Langkah selanjutnya adalah menentukan durasi tes berjalan. Ada dua kriteria dalam penyelesaian tes, yaitu run time test dan jumlah user session yang dieksekusi sebelum tes berakhir.
Gambar 4.10 Durasi Tes
4. Setelah itu adalah menentukan jumlah kolom dalam tabel report (fase tes). Tes dibagi menjadi fase-fase dengan jumlah yang sesuai dengan jumlah kolom yang ditentukan.
Gambar 4.11 Penentuan Jumlah Tes
5. Setelah semua variabel di-setting, langkah selanjutnya adalah memilih check button dan meng-klik button Finish untuk memulai pengetesan.
6. Untuk menjalankan tes, diperlukan user profile untuk menyamai beban kerja yang nyata pada server yang akan diuji. User profile dapat dibuat dengan mengklik button Rec pada toolbar. Setelah itu akan muncul kotak dialog Recording Options. Selain membuat user profile, terdapat dua pilihan browser yang dapat dipilih dalam melakukan recording, yaitu Internet Explorer atau browser eksternal. Dalam penelitian ini digunakan browser eksternal, yaitu Mozilla Firefox.
Recording dapat dilakukan dengan mengetik alamat URL pada address bar. Setelah recording selesai dilakukan, klik button Stop Rec dan tampilannya sebagai berikut.
Gambar 4.14 Proses Recording
4.2.1.3MySQL Community Server
Cara menggunakan MySQL 5.5 Command Line Client:
1. Jalankan Command Line Client (.exe).
2. Pada saat Command Line aktif, masukkan password yang telah diatur untuk MySQL server.
3. Jika berhasil login, user sudah mampu menggunakan MySQL server dengan meng-input bahasa command yang dikenal oleh command line ini. Bahasa command yang dipakai cukup familiar oleh database user karena bahasanya mirip dengan bahasa SQL dan bahasa DB2.
Berikut adalah contoh command yang sering dipakai :
a. use tpcc (mengganti database active menjadi ke database tpcc) b. show tables (melihat isi tabel yang ada pada database active) c. select * from customer (melihat isi tabel customer di database
active)
d. delete from customer (menghapus isi tabel customer di database active)
e. drop database tpcc (menghapus database tpcc dari MySQL server)
4.2.1.4Hammerora
1. Berikut adalah tampilan awal dari Hammerora, secara default tes yang dijalankan adalah untuk program Oracle.
Gambar 4.16 Tampilan Awal Hammerora
2. Pilih menu MySQL pada menu bar di bagian kiri, kemudian akan muncul menu pop up. Pilih MySQL dan TPC-C, lalu klik OK.
Gambar 4.17 Setting MySQL
3. Setelah langkah ke-2 selesai, maka active database test yang awalnya Oracle akan berganti menjadi MySQL
4. Expand menu TPC-C, kemudian expand lagi menu Schema Build dan pilih menu Options, maka akan muncul MySQL TPC-C Build Options. Berikut adalah penjelasan mengenai option yang ada di dalam menu tersebut :
a. MySQL Host merupakan alamat host yang dipakai untuk MySQL Server, misalnya localhost.
b. MySQL Port merupakan port yang dipakai untuk MySQL Server.
c. MySQL User merupakan username yang di-set oleh user pada MySQL Server.
d. MySQL User Password merupakan password yang di-set oleh user pada MySQL Server.
e. MySQL Database merupakan merupakan nama database yang akan di-generate oleh Hammerora untuk menyimpan data hasil query.
f. Transaction Storage Engine merupakan transaction storage engine yang akan dipakai.
g. Number of Warehouses merupakan jumlah warehouse yang akan dipakai.
h. Virtual Users to Build merupakan jumlah virtual user yang akan dipakai.
Gambar 4.19 Pengaturan MySQL TPC-C
5. Expand menu Driver Script, pilih menu Options, maka akan muncul MySQL TPC-C Driver Options, berikut adalah penjelasan mengenai option yang muncul :
a. MySQL Host, MySQL Port, MySQL User, MySQL User Password, dan MySQL Database akan secara otomatis terisi sesuai dengan yang telah dimasukkan pada proses 4 (Schema Build Options)
b. TPC-C Driver Script pilih Timed Test Driver Script c. Klik OK
Gambar 4.20 Pengaturan MySQL TPC-C Driver
6. Klik menu Load, jika berhasil maka akan muncul tampilan sebagai berikut :
7. Setelah driver script di-load, expand menu Virtual User dan pilih menu Options. Setelah menu pop up options muncul, maka pengaturan yang harus diubah adalah :
a. Virtual Users : Jumlah virtual user yang akan dipakai dalam proses tes.
b. User Delay : jeda waktu (delay) antara virtual user pertama dengan user berikutnya.
c. Repeat Delay : jeda waktu perulangan yang digunakan antara virtual user pertama dengan user berikutnya.
d. Iterations : Jumlah iterasi yang akan dilakukan. Hal ini berkaitan dengan jumlah transaksi yang dites, jika 1000 transaksi yang dites dan iterasi 2 kali maka jumlah transaksi yang dilakukan adalah 2000 transaksi pada akhirnya.
e. Jika ingin memunculkan output dari tes dan disimpan ke sebuah log file, centang Show Output dan Log Output to Temp.
Gambar 4.22 Pengaturan Virtual User
8. Setelah mengatur virtual user, expand menu Transactions dan pilih menu Options.
Berikut adalah penjelasan setting-an pada menu pop up options : a. MySQL Host, MySQL Port, MySQL User, MySQL User
Password : Merupakan field yang otomatis terisi sesuai dengan konfigurasi sebelumnya.
b. Refresh Rate : Merupakan waktu yang digunakan sebagai jeda antara proses transaksi satu dengan transaksi lainnya.
Gambar 4.23 Pengaturan Transactions
9. Setelah selesai mengatur setting-an, selanjutnya klik pada menu Build untuk menjalankan tes.
10. Berikut adalah tampilan pada Virtual User Output setelah tes dilakukan. Pada saat pembuatan database ini, klik ikon pensil untuk melihat hasil transaksi yang dihitung berdasarkan jumlah data warehouse dan virtual user yang dipilih pada saat pembuatan Schema Build Options.
Gambar 4.25 Tampilan Virtual User Output
11. Tampilan ini adalah tampilan Transaction Counter. Tampilan ini dapat dilihat jika ikon pensil (Transaction Counter) telah diaktifkan. Pada tampilan ini dapat dicatat nilai tpm (transaction per minute) yang dihasilkan oleh tes ini.
Gambar 4.26 Tampilan Transaction Counter
4.2.2Uji Coba
4.2.2.1Web Stress Tool 4.2.2.1.1Server Virtual
Berikut ini adalah hasil uji coba yang dilakukan pada server virtual. Hasil tersebut adalah jumlah session, page, dan hit yang successful dan failed, serta response time yang dapat dilihat dalam bentuk tabel dan grafik.
Tabel 4.1 Summary Server Virtual
Gambar 4.27 Overall Performance Server Virtual
4.2.2.1.2Server Fisik
Berikut ini adalah hasil uji coba yang dilakukan pada server fisik, dimana parameter hasilnya sama dengan server virtual.
Tabel 4.2 Summary Server Fisik
Gambar 4.29 Overall Performance Server Fisik Test execution parameters:
Test status: finished
Test started at: 12/24/2012 12:45:18 AM Scenario name:
Test run comment:
Test executed by: Administrator (WIN-2J81GMTCOS5) Test executed on: localhost
Gambar 4.30 Average Response Time Server Fisik
4.2.2.2Database Stress Tool 4.2.2.2.1Server Virtual
Tabel 4.3 Nilai Tpm Server Virtual ( RAM 4GB )
Jumlah Warehouse Jumlah Virtual User Hasil (tpm) 10 1 329809 10 2 311052 10 3 329200 10 4 265794 10 5 279008 10 6 233820 10 7 233296 10 8 222508 10 9 201716 10 10 124094
Gambar 4.31 Grafik Nilai Tpm Server Virtual
4.2.2.2.2Server Fisik
Tabel 4.4 Nilai Tpm Server Fisik ( RAM 16GB )
Jumlah Warehouse Jumlah Virtual User Hasil (tpm) 10 1 509220 10 2 459402 10 3 468588 10 4 352912 10 5 292032 10 6 280077 10 7 263987 10 8 240298 10 9 252102 10 10 201201
Gambar 4.32 Grafik Nilai Tpm Server Fisik
4.3Analisis
4.3.1Web Stress
Berdasarkan data yang didapat dari hasil uji coba dan berdasarkan jenis tes yang dipilih, yaitu performance test, maka ada dua aspek yang dapat dinilai sebagai alat ukur dari performance test yang dilakukan, yaitu speed dan stability.
a. Speed
Untuk mengukur speed, data hasil tes yang dapat dipakai adalah average response time.
Pada data Tabel 4.1 Summary Server Virtual dan Tabel 4.2 Summary Server Fisik, hasil average response time (with page elements) dari tes server fisik adalah 0.0002(0.002) dan dari tes server virtual adalah 0.0003(0.003). Perbedaan response time tersebut adalah 0.0001 second. Hasil ini didapat dengan menyamakan jumlah page yang diakses lewat tes, baik di server fisik maupun virtual, yaitu sebanyak 38 page sehingga jika dilihat dari faktor speed, server fisik masih lebih unggul dibandingkan dengan server virtual. Tetapi perbedaan tersebut tidak
terlalu signifikan dan dapat dikatakan speed dari server virtual cukup baik untuk menandingi speed server fisik.
b. Stability
Faktor stability diukur dari rasio antara successful hits dan failed hits, successful sessions dan failed sessions, serta successful pages dan failed pages pada tes server fisik dan server virtual.
Tabel 4.5 Perbandingan Stability Server Fisik dan Virtual Faktor Stability Server Fisik Server Virtual
Successful hits 9915 16074 Failed hits 3681 8287 Successful pages 2523 4154 Failed pages 0 0 Successful sessions 57 105 Failed sessions 0 0
Dari data pada tabel diatas, rasio successful dan failed hits pada server fisik adalah 3:1 sedangkan pada server virtual adalah 2:1. Jumlah successful hits, successful pages, dan successful sessions pada server virtual mencapai angka yang lebih besar daripada server fisik, namun failed hits pada server virtual juga lebih tinggi dari server fisik. Hal ini mengakibatkan rasio hits pada server virtual tidak sebaik server fisik. Dalam hal ini, server fisik sedikit lebih unggul dibandingkan server virtual.
Dari grafik pada Gambar 4.27 Overall Performance Server Virtual dan Gambar 4.29 Overall Performance Server Fisik, ada tiga komponen yang dinilai, yaitu active users, pages per second, hits per second. Pada server fisik, perubahan posisi pages per second mengalami peningkatan dan penurunan namun secara keseluruhan posisi ini cenderung naik ke nilai 20. Tetapi nilai pages per second pada server fisik pada akhirnya tidak mencapai 20 yang berarti pada setiap second-nya tidak semua virtual user mengakses page baru. Pada perubahan posisi hits per second secara umum cenderung naik ke nilai 60.
Sedangkan pada server virtual, perubahan posisi pages per second naik dari 0 mendekati 40. Hal ini berarti pada server virtual, setiap virtual user mengakses 1-2 pages per second. Perubahan hits per second pada server virtual pun mengalami kenaikan dari 0 menuju ke 140.
Perubahan hits per second pada server virtual maupun fisik sangat erat kaitannya dengan perubahan pages per second, jika pada kondisi pages per second mengalami penurunan, maka hits per second pun akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Maka, perbandingan antara pages per second dan hits per second adalah berbanding lurus.
4.3.2Database Stress
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 Nilai Tpm Server Virtual dan Tabel 4.4 Nilai Tpm Server Fisik, didapatkan grafik perbandingan nilai tpm sebagai berikut.
Gambar 4.33 Perbandingan Nilai Tpm Server Virtual dan Fisik
Pada grafik diatas, jumlah data warehouse yang digunakan dalam pengetesan adalah 10, sedangkan jumlah virtual user meningkat dari 1 sampai 10. Jumlah virtual user tidak bisa melebihi jumlah data warehouse. Sebagai contoh, tes diatas menggunakan 10 data warehouse, maka jumlah maksimum virtual user yang dapat melakukan hit ke server adalah sebanyak 10. Jika menginginkan jumlah virtual user yang lebih banyak, maka jumlah data warehouse juga harus ditingkatkan.
Selain performance, faktor lain yang harus dilihat dari suatu server adalah bagaimana kemampuan server tersebut mengolah data dan ketahanannya terhadap request user ke server. Hal yang dimaksud adalah workload server, dimana dalam tes ini workload server diukur dari jumlah tpm (transaction per minute) yang dihasilkan berdasarkan kenaikan virtual user-nya dan server yang baik adalah server yang mempunyai workload yang tinggi dan masih mempunyai performance yang bagus. Jika nilai tpm semakin tinggi, berarti server tersebut berada dalam workload yang tinggi.
Pada percobaan yang dilakukan, dihasilkan grafik dengan kurva yang tidak stabil, baik itu kurva tpm server fisik maupun server virtual. Karena kurva yang tidak stabil, maka untuk perbandingan yang lebih akurat mengenai workload di server fisik ataupun virtual yang lebih tinggi, diambil nilai rata-rata tpm dari kedua kurva, yaitu sebagai berikut :
Nilai rata-rata tpm kurva server fisik : 331982 Nilai rata-rata tpm kurva server virtual : 253030
Dari kedua nilai rata-rata tpm tersebut, dapat dilihat bahwa server fisik mempunyai nilai rata-rata tpm yang lebih tinggi sehingga dalam kondisi ini server fisik mengalami workload yang lebih tinggi dibandingkan server virtual.
Namun, walaupun server fisik mempunyai nilai rata-rata tpm yang cukup tinggi, tetapi nilai rata-rata tpm pada server virtual tidak terlalu jauh dari server fisik sehingga server virtual masih relevan untuk diimplementasikan.
4.3.3Analisis Biaya
Berikut adalah daftar biaya yang dikeluarkan oleh Agiva Education untuk pembelian dan pengoperasian server fisik (keadaan Januari 2013) :
Server :
Dell PowerEdge R210 ii : USD 1,949 atau Rp. 18.846.830 Listrik :
Per Bulan :
0,25 kWh * 24 jam/hari * 30 hari * Rp. 1.048; = Rp. 188.640
(biaya listrik hanya untuk pengoperasian server tidak terhitung dengan biaya pendingin ruangan)
Total (server dan biaya listrik per bulan): Rp. 19.035.470
Total biaya diatas adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk sebuah server fisik yang hanya bisa menjalankan sebuah service server saja.
Sedangkan biaya yang akan dikeluarkan jika perusahaan menjalankan server virtual :
Server :
Dell PowerEdge R210 ii : USD 1,949 atau Rp. 18.846.830 Listrik :
Per Bulan :
0,25 kWh * 24 jam/hari * 30 hari * Rp. 1.048; = Rp. 188.640
(biaya listrik hanya untuk pengoperasian server tidak terhitung dengan biaya pendingin ruangan)
License VMware :
VMware vSphere Enterprise :
USD 2,875 atau Rp. 27.801.250 1 year support & subscription (Production) :
USD 719 atau Rp. 6.952.730
Total (biaya server fisik dan pengimplementasian server virtual): Rp. 53.789.450
Dari 2 hasil total biaya diatas dapat dilihat bahwa untuk pengimplementasian server virtual Agiva Education mengeluarkan biaya sebesar Rp. 53.789.450 yang mempunyai selisih biaya Rp. 34.753.980 dengan total biaya server fisiknya.
Tabel 4.6 Perbandingan Biaya Server Fisik dan Server Virtual
Biaya Jumlah Server Total
1 2 3
Fisik 19.035.470 19.035.470 19.035.470 57.106.410 Fisik + Virtual 53.789.450 - - 53.789.450
Namun pengeluaran biaya tambahan tersebut masih menguntungkan bagi sisi perusahaan, Agiva Education sekarang telah menjalankan sekitar 3 service server (Ubuntu Server, Windows Server 2008, dan Windows Server 2003 for VMware View Server). Dari segi biaya server dan listrik pun tidak mengalami penambahan walaupun server yang dijalankan lebih dari satu yang berarti Agiva Education telah melakukan optimalisasi sumber daya server dan listrik. Hal inilah yang membuat virtualisasi menjadi pilihan yang tepat sebagai solusi permasalahan server yang terjadi.