• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

11 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Manajemen Risiko

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Risiko

Pengertian manajemen risiko dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 adalah :

“Serangkaian proses dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan ririko yang timbul dari kegiatan usaha bank.”

Pengertian manajemen risiko meurut ISO 31000:2009 adalah :

“Aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi dalam mengangani risiko.”

Pengertian lain mengenai manajmen risiko menurut Mamduh (2014:18) adalah : “Suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan.”

Manajemen risiko dapat membantu memastikan perusahaan untuk selalu melakukan kajian risiko secara menyeluruh atas setiap kegiatan yang telah ditetapkan guna melindungi dan mencapai kepentingan perusahaan. Selain itu, manajemen risiko dapat membantu perusahaan dalam mengenali dan mengelola risiko-risikonya dengan membangun sebuah sistem pengawasan dan pengelolaan, sehingga akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mencapai visi, misi, dan tujuan strategisnya.

(2)

2.1.1.2 Manfaat Manajemen Risiko

Manfaat manajemen risiko menurut Irfan Fahmi (2010:3) adalah :

1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.

2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.

3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi finansial.

4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum. 5. Dengan adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara detail maka

artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara berkelanjutan.

Manajemen risiko sangat berperan terhadap suatu perusahaan, dari mulai pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, hingga pengawasan seluruh proses aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan. Maka dari itu kelangsungan hidup perusahaan sangat berpengaruh oleh adanya peran manajemen risiko.

(3)

2.1.2 Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000

Manajemen risiko saat ini yang berlaku adalah berbasis COSO (2004) dan ISO 31000 (2009). The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission (COSO:2004) menyatakan bahwa ERM berhubungan dengan risiko

dan peluang yang berpotensi mempengaruhi nilai dan mendefinisikannya sebagai suatu proses yang dipengaruhi dalam penentuan strategi perusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin mempengaruhi perusahaan, serta memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai. Sedangkan Risk Management Principles and Guidelines (ISO 31000:2009) menjelaskan bahwa semua organisasi menghadapi ketidakpastian, dan dampak dari ketidakpastian yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi adalah risiko. Umtuk mengendalikan risiko ini, maka perlu dilakukan manajemen risiko sehingga risiko-risiko tersebut dapat diatasi dan dapat membantu perusahaan/organisasi dalam mencapai tujuannya.

ISO 31000:2009 berasal dari NZSA/Australia yang merupakan suatu standar terkait dengan manajemen risiko dan diadopsi oleh International Organizatiom of Standarization (ISO). Standar ini ditunjukkan untuk dapat

diterapkan dan disesuaikan untuk semua jenis organisasi dengan memberikan struktur dan pedoman yang berlaku generik terhadap semua operasi yang terkait dengan manajemen risiko. ISO 31000:2009, menyediakan prinsip-prinsip dan pedoman umum tentang manajemen risiko. Pembahasan mengenai risiko dimuat dalam pernyataan di klausul ISO 31000. Sebagai pedoman, standar, intruksi, dan tuntutan bagi sebuah organisasi, ISO 31000 berfungsi membangun pondasi dan

(4)

kerangka kerja bagi program manajemen risiko. Pondasi ini meliputi aturan, tujuan, dan komitmen untuk membangun program manajemen risiko yang komprehensif untuk mencegah risiko atau meminimalisirnya. Tujuan diciptakannya standarisasi ini adalah untuk menyediakan prinsip-prinsip dan acuan dari program manajemen risiko bagi organisasi. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai maka risiko yang muncul karena karena ketidakpastian darus dapat dikelola dengan baik.

2.1.2.1 Prinsip Manajemen Risiko ISO 31000

Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti 11 prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut merupakan penjabaran prinsip -prinsip Manajemen Risiko ISO 31000 :

1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)

Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan peningkatan, antara lain, kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan.

2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral part of organizational processes)

Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen

(5)

perubahan. Manajemen risiko bukanlah merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas - aktivitas utama dan proses dalam organisasi.

3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of decision making)

Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.

4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses uncertainty)

Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.

5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic, structured and timely).

Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten, dapat dibandingkan, serta andal.

6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best available information)

(6)

Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar. 7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)

Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi serta profil risikonya.

8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human and cultural factors into account)

Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihak-pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat pencapaian tujuan organisasi.

9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)

Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.

10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan (dynamic, iterative and responsive to change)

(7)

Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapi perubahan.

11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan organisasi (facilitates continual improvement and enhancement of the organization)

Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek lain dalam organisasi mereka.

2.1.2.2 Aplikasi Penerapan Manajemen Risiko ISO 31000 di Perbankan Setiap perusahaan dapat menggunakan Enterprise Risk Management bebrbasis ISO 31000 untuk menghadapi segala risiko, karena dengan menggunakan basis atau pendekatan tersebut, perusahaan dapat memahami segala risiko beradasrkan tingkat, besaran, dan komplesitas organisasi. Berdasarkan manajemen risiko berbasis ISO 31000 terdapat lima proses dalam penerapan manajemen risikonya. Sacar garis besar proses manajemen risiko tersebut yaitu Komunikasi dan Konsultasi (communication and consultation), Penetapan konteks (estabilishing the context), Penilaian risiko (risk assessment), Penanganan risiko (risk treatment), serta Pengawasan dan peninjauan (monitoring and review).

(8)

Pada industri perbankan di Indonesia pengelolaan risiko dianggap sangat penting, terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 5/8/PBI/2003 yang diubah atau diperbaharui oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum dan surat edaran Bank Indoesia No. 13/23/DPNP tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Perbankan merupakan salah satu bentuk organisasi atau sebuah kegiatan usaha yang terus mengalami perubahan dan peningkatan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, globalisasi dan integrasi pasar keuangan. Perubahan tersebut akan membuat kompleksitas kegiatan dari usaha perbankan semakin meningkat. Kompleksitas kegiatan usaha perbankan yang semakin meningkat akan mengakibatkan tantangan dan eksplosur risiko yang dihadapi juga semakin besar. Melihat perkembangan tantangan dan risiko dari usaha perbankan, maka diperlukan berbagai macam upaya untuk meminimalisir risiko tersebut (Susanto,2014). Mengacu pada peraturan tersebut, setiap industri perbankan memiliki suatu kerangka kerja manajemen risiko terintegrasi yang mencakup kebijakan bank dan pembagian tanggung jawab agar pengelolaan risiko berjalan secara efektif diseluruh aspek bank.

Proses manajemen risiko yang berlaku dalam industri perbankan yaitu : 1. Penilaian risiko (risk assesment)

Penilaian risiko terdiri dari :

a. Identifikasi risiko, yaitu mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.

(9)

b. Analisis risiko, yaitu menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi.

c. Evaluasi risiko, yaitu membandingkan analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan ditetapkan. Sehubungan dengan penerapan manajemen risiko yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penilaian risiko ini memuat adanya pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi serta adanya kebijakan, prosedur dan penetapan limit. 2. Penanganan Risiko (Risk Treatment)

Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan oleh organisasi, yaitu :

a. Menghindari risiko (risk avoidance), yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko.

b. Mitigasi risiko (risk reduction), yaitu mengambil langkah-langkah dalam mengurangi likelihood atau Impact dari risiko.

c. Transfer Risiko (risk sharing), yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain.

d. Menerima risiko (risk acceptance), yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan. Selain empat hal penanganan risiko tersebut, penanganan risiko tersebut, penanganan risiko juga harus memuat adanya proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko kredit sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.

(10)

3. Pengawasan dan Peninjaun (Monitoring and Review)

Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap proses manajemen risiko. Bank Indonesia menetapkan bahwa sistem pengendalian internal yang baik akan membantu meminimalisir terjadinya risiko. Aktivitas dalam pengendalian ini berupa :

a. Pembuatan kebijakan dan prosedur atas penanganan kredit bermasalah b. Pengamanan kekayaan organisasi

c. Delegasi wewenang dan pemisahan fungsi

d. Pengukuran kemajuan penerapan manajemen risiko

2.1.3 Kredit Perbankan 2.1.3.1 Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2014:112).

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 (pasal 21 ayat 11) tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 adalah :

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

(11)

dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyedia uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan. Kredit terjadi berdasarkan penerima kredit (debitur) sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula, dengan masalah sanksi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.

2.1.3.2 Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2014:136) sebelum kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penelitian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yangb benar dan sungguh-sungguh.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya setiap kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak umntuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C. Analisis 5C tersebut terdiri dari

(12)

Character (kepribadian), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Condition (kondisi), dan Collateral (jaminan) (Kasmir, 2014:136).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kredit dapat dilaksanakan dengan baik apabila ikut berkontribusi dari manajemen risiko yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Analisis 5C juga dapat dikatakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bank dan lembaga keuangan lainnya dalam pencapaian pemberian kredit, oleh sebab itu dikatakan bahwa ada hubungan antara pengelolaan risiko dengan pemberian kredit.

2.1.3.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Kasmir (2014:115) pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut : 1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu, keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. Selain itu, sangat penting bagi bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup besar.

(13)

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil.

Di samping memiliki tujuan pemberian suara fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit tersebut diantaranya :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3. Untuk meningkatkan daya guna barang

4. Meningkatkan peredaran barang 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

2.1.3.4 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian

(14)

kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C.

Menurut Kasmir (2014:136), penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut :

1. Character (Kepribadian/Watak)

Character merupakan sifat watak seseorang. Sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.

2. Capacity / Capability (Kemampuan)

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam

membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuan” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital (Modal)

Harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang akan digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri, dan berapa modal pinjaman.

(15)

4. Condition (Kondisi)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral (Jaminan)

Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secara mungkin.

2.1.4 Hubungan Manajemen Risiko dengan Pemberian Kredit

Tantangan bagi organisasi adalah mengelola risiko yang dimilikinya dalam kegiatan operasional sehari-hari dengan baik dan mengintergrasikan pengelolaan risiko tersebut dengan kegiatan organisasi. Organisasi yang dapat mengelola risikonya dengan baik maka dapat mengembangkan kegiatan usahanya menjadi lebih baik atau besar (Rany Malinda,2016).

Pengelolaan risiko merupakan suatu rangkaian aktivitas dari bagian manajemen risiko yang berfungsi untuk mngantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Jika suatu organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misalnya yaitu kerugian yang besar. Risiko dapat

(16)

dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya (Mamduh, 2009:11).

Pemberian kredit dapat berjalan dengan baik apabila pihak bank telah memenuhi penilaian pemberian kredit secara umum. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan kredit, dilakukan dengan analisis 5C dimana analisis 5C meliputi character, capacity, capital, condition, dan collateral (Kasmir, 2014:136-137).

Menurut Lisa Kartika Sari (2012:15) bahwa penerapan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia banyak memberikan manfaat dan keuntungan, karena akan sangat membantu untuk menghindari kerugian akibat berbagi risiko yang menimpa. Salah satu kerugian yang sering dialami oleh bank yaitu kredit yang macet. Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko sangat penting dilakukan mengingat implikasinya yang sangat besar bagi perbankan di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pemberian kredit yang baik, peran manajemen risiko dianggap penting. Dilihat dari analisis 5C dapat dikatakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu bank atau lembaga keuangan lainnya dalam pencapaian pemberian kredit. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara manajemen risiko dengan pemberian kredit guna meminimalisir terjadinya kredit macet.

(17)

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah rangkuman mengenai penelitian terdahulu yang dilaakukan sebelumnya oleh para peneliti terdahulu yang masih berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Berikut ini akan disajikan pada tabel 2.1 beberapa kesimpulan dari penelitian-penelitian terdahulu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Variabel dan

Dimensi yang diteliti Variabel Penelitian Sekarang 1. 1 . Tiurma Meilania (2014) Jurnal Penerapan ISO 31000 dalam Pengelolaan Risiko Pada Bank Perkreditan Rakyat (X) : Penerapan ISO 31000 Menggunakan 11 prinsip dalam ISO 31000 (Y) : Pengelolaan Risiko Adanya penentuan konteks, serta penilaian risiko yaitu identifikasi risiko, analisa dan evaluasi risiko, dan perlakuan risiko (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko ISO 31000 yang digunakan: Prinsip ISO 31000 (Y) : Pemberian Kredit Prinsip 5C menurut Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral Condition 2. 2 . Arum Dwisarah (2015) Skripsi Pengaruh Pengelolaan Risiko Terhadap Efektivitas Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pada PT. Bank Tabungan (X) : Pengelolaan Risiko Pendekatan COSO ERM (2004) (Y) : Efektivitas Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil Dan (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko ISO 31000 yang digunakan: Prinsip ISO 31000 (Y) : Pemberian Kredit Prinsip 5C menurut

(18)

Negara Menengah Penerapan Manajemen Risiko menurut PBI Nomor 5/21/DPNP Kredit UMKM Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral Condition 3. 3 . Rifangga C.T. Tengor, Sri Murni, Silcyljeova (2015) Jurnal Penerapan Manajemen Risiko Untuk Meminimalisir Risiko Kredit Macet Pada PT. Bank SulutGo (X) : Manajemen Risiko Melalui pendekatan peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/DPNP (Y) : Risiko Kredit Macet Analisis berdasarkan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy) Analisis berdasarkan prinsip 5P (Personality, Purpose, Party, Payment, Prospect, Profitability, Protection) (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko ISO 31000 yang digunakan: Prinsip ISO 31000 (Y) : Pemberian Kredit Prinsip 5C menurut Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral Condition 4. Rany Malinda (2016) Skripsi Pengaruh Manajemen Risiko Terhadap Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada PT. Bank Rakyat (X) : Manajemen Risiko Proses Manajemen Risiko ISO 31000 Manajemen Risiko 31000 yang digunakan : (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko ISO 31000 yang digunakan: Prinsip ISO 31000

(19)

Indonesia Penilaian risiko Penanganan risiko Pengawasan dan peninjauan (Y) : Pemberian Kredit Usaha Rakyat Penerapan Manajemen Risiko Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Kredit Macet dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat : Character Capacity Capital Collateral Condition of Economy (Y) : Pemberian Kredit Prinsip 5C menurut Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral Condition 5. Fadila Madina Azani (2017) Skripsi Pengaruh Manajemen Risiko Berbasisi COSO 2004 Terhadap Efektivitas Pemberian Kredit Pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bandung (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko COSO 2004 yang digunakan : Penilaian risiko Respon terhadap risiko Kegiatan pengendalian Pemantauan (Y) : Efektivitas Pemberian Kredit (X) : Manajemen Risiko Manajemen Risiko ISO 31000 yang digunakan: Prinsip ISO 31000 (Y) : Pemberian Kredit Prinsip 5C menurut Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral

(20)

Prinsip-prinsip pemberian kredit : penilaian analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition) Condition 2.3 Kerangka Pemikiran

Kredit bermasalah merupakan suatu pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan seperti penyimpangan yang dilakukan debitur maupun faktor ketidaksegajaan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur seperti kondisi ekonomi yang buruk. Keadaan seperti ini akan menimbulkan persoalan terhadap perkembangan kesehatan kredit bank serta terhadap nasabah pemberi kredit, karena itu bagaimanapun juga kredit ini harus segera diselelsaikan agar tidak menjadi meluas dan mengakibatkan kredit macet yang nantinya akan menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Kredit bermasalah berarti adanya suatu kesulitan yang memerlukan penyelesaian dimana menghilangkan permasalahan yang terjadi dan menghilangkan dampak akibat yang akan ditimbulkan karena kredit bermasalah ini. Dalam penyelesaian tentunya akan menghadapi berbagai hambatan meskipun kredit bermasalah harus segera diselesaikan agar kesehatan bank dapat segera pulih serta perkembangan kredit bermasalah tidak semakin meningkat dan nasabah pemberi kredit dana semakin percaya dan setia menjadi nasabah bank.

(21)

Dalam pengelolaan risiko kredit macet terhadap pemberian kredit, Bank Indonesia (BI) membuat peraturan mengenai Proses Manajemen Risiko Nomor 11/25/PBI/2009, yang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya Proses Manajemen Risiko Bank mencakup pendekatan pengukuran dan penilaian risiko, struktur limit beserta pedoman parameter pengelolaan risik, sistem pengendalian intern dan evaluasi atau kaji ulang manajemen. Hal ini bertujuan untuk mengantisispasi kerugian yang akan ditimbulkan kredit macet. Banyaknya penyaluran kredit mengakibatkan besar pula risiko yang mungkin terjadi bagi bank. Pengendalian risiko terhadap kredit macet sangatlah penting, bank harus mempunyai kemampuan untuk melakukan prinsip dasar pengelolaan risiko dalam pemberian kredit secara sehat harus menjalankan analisis 5C, menurut Kasmir (2014:136) analisis 5C terdiri dari (character, capacity, capital, condition, dan collateral).

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merancang skema pemikiran sebagai bentuk alur pemikiran pada gambar 2.1 sebagai berikut :

(22)

Bank

Tujuan Bank

Kegiatan Utama Bank : Menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan dana

Kredit Perbankan Manajemen Risiko

ISO 31000

Prinsip ISO 31000:2009, yaitu :

1. Manajemem risiko menciptakan nilai tambah

2. Manajemem risiko bagian integral proses dalam organisasi

3. Manajemem risiko bagian dari pengambilan keputusan

4. Manajemem risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian

5. Manajemem risiko bersifat sistematis, terstruktuk, dan tepat waktu

6. Manajemem risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia 7. Manajemem risiko dibuat sesuai

kebutuhan

8. Manajemem risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya

9. Manajemem risiko bersifat transparan dan inklusif

10. Manajemem risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan

11. Manajemem risikomemfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan organisasi

Pemberian Kredit

Prinsip 5C menurut Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009 Character Capacity Capital Collateral Condition HIPOTESIS

(23)

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka penelitian ini dapat digambarkan dengan paradigma penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan diatas, maha hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

Ho : Manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap pemberian kredit.

Ha : Manajemen risiko berpengaruh terhadap pemberian kredit.

Manajemen Risiko (X)

Pemberian Kredit (Y)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dari sini bisa disimpulkan bahwa kehadiran seorang pemain dalam dunia online membutuhkan jaringan dan komunitas agar bisa melakukan “simulasi” layaknya dunia nyata dengan

Tugas sehari-hari seorang Public Relations officer (PRO) adalah mengadakan kontak social dengan kelompok masyarakat tertentu, serta menjaga hubungan baik (community

(2000) ada tiga hasil penelitian breeding domba yang siap dipakai peternak. Hasil-hasil penelitian itu adalah: 1) bibit domba prolifik untuk meningkatkan produksi domba, 2)

Dari 30 Maret 2009 sampai 7 Juni 2009 dapat diamati terjadi perubahan yang signifikan: 1) Kawah di Pusat Semburan berbentuk elip dengan sumbu utara-selatan condong

memberikan inspirasi mereka untuk mencapai hal-hal yang luar biasa. Biasanya seseorang akan menerima dan melakukan perubahan jika diberikan tantangan-tantangan

Hasil pemodelan pada data konsumsi listrik Jawa-Bali tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa dari ketiga efek yang mungkin terjadi, hanya dua efek yang dapat ditangkap oleh

Peran Dinas Kehutanan dalam pengembangan hutan rakyat di Desa Lekopancing yaitu dengan memfasilitasi masyarakat melalui petugas teknis di lapangan yang mengajarkan para

Objek pada penelitian Hidayat (2008) bersumber pada media cetak yaitu surat kabar Jawa Pos,  sedangkan objek penelitian ini yaitu tuturan kru bus jurusan Solo-Semarang.  Alih