• Tidak ada hasil yang ditemukan

UKL UPL Bab 1&2 Embung Lagundi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UKL UPL Bab 1&2 Embung Lagundi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN A. Identitas Pemrakarsa

1. Nama : BWS Sulawesi IV

2. Alamat :

 Jalan : Jl. Balai Kota IV No 01  Kelurahan : Pondambea

 Kecamatan : Kadia

 Kota : Kendari

 Provinsi : Sulawesi Tenggara 3. Nomor Telepon : (0401) 3122818 4. Nomor Faksimile : (0401) 3122818

B. Penanggung Jawab Usaha atau Kegiatan : 1. Nama : Ririn Andono, ST, MT

2. Jabatan : PPK Program dan Perencanaan

2. Alamat :

 Jalan : Jl. Balai Kota IV No 01  Kelurahan : Pondambea

 Kecamatan : Kadia

 Kota : Kendari

 Provinsi : Sulawesi Tenggara 3. Nomor Telepon : (0401) 3122818 4. Nomor Faksimile : (0401) 3122818

(2)

RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN A. Nama Rencana Usaha atau Kegiatan

Nama rencana usaha dan atau kegiatan pembangunan Embung Lagundi dengan maksud mendukung peningkatan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pertanian tanaman pangan, khususnya padi sawah, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan perluasan areal tanam. Hal tersebut diatas sejalan dengan upaya peningkatan produksi tanaman pangan di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Irigasi Teknis perlu memilih lokasi yang benar-benar optimal untuk ditingkatkan agar memberikan manfaat yang maksimal sehingga bisa menjadi sumber peningkatan pembangunan irigasi.

B. Lokasi Rencana Usaha atau Kegiatan

Lokasi rencana usaha dan atau kegiatan pembangunan Embung Lagundi terletak di Desa Lagundi Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jarak ± 3 jam menggunakan kapal laut superjet dan 30 menit menggunakan pesawat udara dari Kota Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Embung Lagundi terletak di Pulau Buton, salah satu pulau dalam wilayah administratif Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi Rencana Embung Lagundi dapat dilihat pada gambar 2.1

(3)

C. Skala / besaran rencana usaha / kegiatan

Perencanaan embung mengacu pada literatur Pedoman Nomor: 04.00.139-HAB

tentang Kriteria Desain Embung Kecil yang dikeluarkan oleh Pusat Litbang Pengairan Badan Litbang Pekerjaan Umum DPU tahun 1994, Pedoman Nomor: A.R.46 tentang Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Untuk Pedesaan oleh DPU tahun 1995 dan literatur lain yang relevan dengan kriteria perencanaan embung atau bangunan pengairan lainnya dan ditunjang dengan analisis pekerjaan serta pekerjaan lapangan

Kegunaan embung sangat bergantung dari musim yang terjadi. Pada musim hujan embung dapat dipergunakan sebagai tampungan air. Tampungan ini akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air pada saat kekurangan, atau dapat juga sebagai stabilisator kebutuhan air. Dimusim kemarau bila catcment area masih baik dapat berfungsi sebagai pensuplai air yang relatif baik dan menguntungkan. Tetapi tidak jarang terjadi jika pada musim kering tiba, suatu embung sama sekali tidak dapat diharapkan airnya, dan kalau sudah demikian tak bisa lain areal dibiarkan kekeringan dan kebutuhan akan air tidak terpenuhi.

Dalam menentukan lokasi embung perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan pembangunan embung

2. Keadaan topografi, tempat embung merupakan cekungan yang cukup untuk menampung air, lebih disukai yang keadaan geologi tekniknya yang tidak lulus air sehingga kehilangan air sedikit

3. Keadaan hidrologi dan klimatologi

4. Rencana bahan timbunan yang tersedia di lokasi 5. Hubungan dengan bangunan-bangunan pelengkap

(4)

aman terhadap banjir, longsoran, gempa bumi dan angin topan

7. Semua instalasi harus dapat beroperasi dengan baik, sampai usia guna

8. Hasil galian tanah sedapat mungkin bisa dimanfaatkan untuk bahan urugan (bila embung dari urugan), pondasi embung dan tanah rendah

9. Lokasi dekat dengan desa yang memerlukan air sehingga jaringan distribusi tidak begitu panjang dan tidak banyak kehilangan energi 10. Lokasi dekat jalan atau mudah pencapaiannya

11. Adanya kesediaan masyarakat setempat untuk tidak menuntut ganti rugi tanaman dan tanah yang terkena pembangunan embung atau adanya jaminan Pemerintah Kabupaten dalam hal penyediaan lahan untuk bangunan embung dan jaringan air bakunya.

Untuk menjamin fungsi dan keamanannya, maka bangunan embung mempunyai

beberapa bagian, yaitu :

1. Tubuh embung, berfungsi menutup lembah atau cekungan (depresi) sehingga air dapat tertahan di hulunya

2. Kolam embung, selain berfungsi untuk menampung air baik base flow atau air hujan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan air yang akan digunakan oleh rencana pemakai, juga berfungsi sebagai dead storage dan tampungan banjir.

3. Alat sadap, berfungsi mengeluarkan air kolam untuk beberapa keperluan baik air minum, air ternak dan kebutuhan air kebun/irigasi (jika memungkinkan).

4. Jaringan transmisi, berupa rangkaian pipa berfungsi membawa air dari kolam ke bak tandon air harian di atau dekat pemukiman secara gravitasi dan bertekanan, sehingga pemberian air tidak menerus/kontinyu

(5)

mengamankan tubuh embung atau dinding kolam terhadap peluapan.

Faktor-faktor yang penting adalah dalam pemilihan tipe/jenis embung antara lain adalah tujuan pembangunan, keadaan klimatologi, hidrologi, geologi dan topografi setempat, keadaan di daerah genangan, tersedianya bahan bangunan, hubungan dengan bangunan pelengkap dan pembantu, keperluan untuk operasi waduk, keadaan lingkungan setempat, biaya proyek dan gempa bumi.

Tubuh embung bertipe urungan (homogen dan majemuk) dapat dibangun pada fondasi tanah atau batu, sedangkan tipe pasangan batu atau beton hanya dapat dibangun pada fondasi batu. Disamping itu tipe pasangan batu atau beton karena mahal hanya disarankan bila lembah sempit (bentuk V) dimana kedua tebingnya curam dan terdiri dari material batu. Bilamana lembah panjang/lebar dan terdiri dari material batu maka tubuh embung akan lebih murah bilamana dipilih tipe komposit.

Beberapa tipe/jenis embung, yaitu : 1. Urugan Tanah Homogen

Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan homogen, dimana bahan urugan seluruhnya atau sebagian besar hanya menggunakan satu macam material saja yaitu lempung atau tanah berlempung, dengan harga permeabilitas (K) antara 10-4 - 10-6. Tubuh embung yang didesain dengan tipe ini harus memperhatikan kemiringan lereng dan muka garis preatik atau rembesan. Kemiringan lereng umumnya cukup landai terutama untuk menghindari terjadinya

(6)

stabilitas lereng hilir urungan pada kondisi rembesan langgeng.

2. Urugan Majemuk

Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan majemuk apabila tersedia material urugan lebih dari satu macam. Urugan terdiri dari urugan kedap air, urugan semi kedap air (transisi) dan urugan lulus air. Urugan kedap air atau inti kedap air umumnya dari lempung atau tanah berlempung, dan di tempatkan vertikal didesain dibagian tengah. Tanah bahan urugan inti harus mengandung lempung minimal 25% (perbandingan berat). Bagian inti tanah ini dilindungi dengan urugan semi kedap air di bagian hulu dan hilirnya. Sedangkan bagian paling luar terdiri dari urugan lulus air. Dengan susunan seperti itu koefisien kelulusan air dan gradasi material berubah secara bertahap, makin ke luar makin besar. Untuk mencegah terangkutnya butiran halus material urugan inti ke dalam urugan paling luar yang lulus air oleh aliran rembesan, maka urugan semi kedap air di hulu dan di hilir inti kedap air harus dapat berfungsi sebagai filter dan transisi. Apabila tanah bahan inti tidak dapat diperoleh di tempat, maka inti dapat dibuat dari bahan substitusi, misal beton atau semen tanah. Bila bahan substitusi dipakai maka inti menjadi relatif tipis, tebal minimal 0,60m, dan disebut dinding diafragma.

3. Pasangan Batu/Beton

Apabila fondasi tubuh embung terdiri dari satuan batu, maka tubuh embung dapat dibuat dari pasangan batu atau beton. Pada lembah yang sempit dan curam, berbentuk V, tubuh embung tipe ini umumnya didesain menjadi satu dengan bangunan pelimpah yang terbuat dari material yang sama. Agar keamanan terhadap stabilitas dapat terpenuhi maka tubuh embung didesain berbentuk gravity,

(7)

Tubuh embung bagian hilir didesain dengan kemiringan tidak lebih curam dari IH : IV dan tidak terlalu tinggi, hal ini karena pertimbangan kestabilan tubuh embung itu sendiri. Bangunan pelimpah yang menjadi satu dengan tubuh embung dapat berbentuk ogee, bulat atau ambang lebar dengan peredam energi kolam loncatan USBR atau lainnya.

4. Komposit

Tipe komposit dibangun pada fondasi yang terdiri dari satuan batu, dengan lembah yang cukup panjang. Bangunan pelimpah dibangun menjadi satu dengan tubuh embung. Bangunan pelimpah didesain sebagai pelimpah dari pasangan batu atau beton, sedang tubuh embung dibangun di kiri atau kanan pelimpah yang dapat didesain sebagai urugan homogen atau urugan majemuk. Yang perlu diperhatikan disini yaitu hubungan antara pelimpah dengan urugan tubuh embung, karena bagian kontak ini merupakan tempat yang kritis terhadap rembesan. Dibidang kontak antara pasangan batu/beton dengan urugan ini perlu diberi tanah lempung yang sangat plastik dan dipadatkan dalam keadaan basah.

Secara umum pondasi suatu embung harus memenuhi 3 (tiga) persyaratan terpenting

sebagai berikut:

1. Mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahan dasar dari tubuh embung dalam berbagai kondisi.

2. Mempunyai kemampuan penghambat aliran filltrasi yang memadai sesuai dengan fungsinya sebagai penahan air.

3. Mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala sufosi (piping) dan sembulan (boiling) yang disebabkan oleh aliran filtrrasi yang melalui lapisan-lapisan pondasi tersebut.

(8)

Volume total waduk terdiri dari volume waduk aktif (active storage), volume waduk tidak aktif (inactive storage) dan volume waduk mati (dead storage). Dalam pemilihan metode dalam penentuan volume total waduk akan dipertimbangkan data-data dan hasil analisis yang ada. Penentuaannya didasarkan 3 (tiga) faktor, yaitu berdasar data topografi (Vp), berdasar debit aliran masuk embung (Vb) dan berdasarkan kebutuhan (Vu).

Dari ketiga besaran tersebut di atas (Vu, Vb dan Vp) dipilih yang terkecil sebagai

volume/kapasitas tampung desain embung (Vd). Bila Vb atau Vp yang menentukan, maka kemampuan embung melayani berbagai keperluan akan berkurang yaitu tidak sebesar yang diperlukan (Vu), tetapi hal ini bisa dilakukan dengan cara mengoptimalkan potensi air (debit andalan) yang ada atau dengan sistem golongan dan rotasi. Dan untuk keperluan air baku penduduk tetap diprioritaskan, bahkan bila debit yang tersedia atau topografi yang ada tidak cukup untuk kebutuhan air baku

Berdasarkan beberapa pertimbangan seperti diuraikan di atas, maka untuk lokasi Embung Lagundi dan direncanakan embung tipe gravity dari pasangan batu kali. penduduk maka jumlah penduduk yang mendapat jatah air akan dibatasi atau dalam satu desa tersebut perlu dibuat lebih dari satu embung.

Dari hasil analisis hidrologi, bahwa besarnya tampungan desain dan tinggi efektif untuk embung tersebut (yang menentukan adalah tampungan topografi/Vp) dengan tinggi efektif 3,50 m.

Dan untuk perencanaan selanjutnya, tinggi efektif embung diambil 3,50 m. Sedangkan untuk pengambilan sumber air baku, kapasitas debit pengaliran pada pipa didasarkan pada potensi air pada bulan-bulan kering, yaitu sekitar 20 ltr/det.

(9)

Tinggi Embung merupakan perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu Embung. Makin tinggi embung makin besar pula volume waduk yang terbentuk, sehingga manfaat waduk akan bertambah, tetapi biaya pembangunan embung akan semakin besar. Dalam menentukan tinggi embung rencana akan mempertimbangkan kebutuhan tampungan air, dan keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Dengan demikian tinggi tubuh embung sebesar tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (= kapasitas tampung desain) ditambah tinggi tampungan banjir dan tinggi jagaan.

Hd = Hk + Hb + Hf dimana :

Hd = Tinggi tubuh embung desain (m)

Hk = Tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m) Hb = Tinggi tampungan banjir (m)

Hf = Tinggi jagaan (m).

Besarnya tinggi embung untuk lokasi embung lagundi seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :

Tabel 2.1 Tipe dan Tinggi Desain Embung Hd (m)

No Nama Embung Tipe Embung Efektif #) Tinggi (m)Banjir*) Hf Total 1 Lagundi Gravity dari Ps. batu kali 3,50 2.51 1.00 7.01

Sumber : Hasil Perhitungan

Keterangan :

*) tinggi banjir dibahas dalam perhitungan hidrolika pelimpah #) sudah termasuk dead store/tampungan sedimen

Berdasarkan formula perhitungan hidrolika dan perencanaan pelimpah pada Embung Lagundi seperti dijelaskan sebagai berikut :

(10)

Debit rencana (Q50) thn = 327.91 m3/dtk Lebar sungai rerata (Bo) = 55.00 m

Tinggi pelimpah (Hp) = 3,50 m

Tipe pelimpah = Overflow jenis ambang lebar Kemiringan hulu pelimpah = 1 : 0 (tegak)

Kemiringan hilir pelimpah = 1 : 1 (miring 450) Tinggi jagaan (Hf) diambil = 1,00 m

El. dasar kolam = + 29.29 m El. mercu/muka air normal= + 32.79 m El. muka air banjir = + 35.30 m El. tanggul/deckshear = + 36.30 m

Pelimpah yang dipakai pada studi ini adalah pelimpah overflow jenis ambang lebar. Bilamana pondasi berjenis batu sehingga tubuh embung dipilih dari tipe pasangan batu/beton atau komposit, maka pelimpah yang paling cocok adalah pelimpah bertipe overflow. Pelimpah jenis ini dibangun menyatu dengan tubuh embung dengan tipe pelimpah ambang lebar. Pelimpah tipe ini umumnya ditempatkan pada alur terdalam, sehingga aliran yang melalui pelimpah dapat dialirkan kembali pada alur di sebelah hilir yang ada. Tubuh pelimpah berupa gravity dengan mercu berambang lebar. Di hilir mercu, tubuh pelimpah dibuat dengan kemiringan minimal 1H : 1 V sebelum aliran masuk peredam energi. Ambang lebar pada mercu pelimpah dipilih agar supaya dapat dipakai untuk pejalan kaki (jika diperbolehkan) dan sekaligus lebih menstabilkan bangunan.

Pelimpah pada embung dengan tipe gravity dari pasangan batu kali, kemiringan hulu bagian pelimpah direncana dengan kemiringan 1 : 0 atau tegak dan kemiringan hilir minimal diambil 1 : 1 (miring 450),

(11)

atau kemiringan tanah timbunan sedapat mungkin mengikuti kondisi dari lapangan (existing) dan sedapat mungkin dibuat dengan kemiringan minimal 1 : 1, hal ini untuk pertimbangan stabilitas.

D. Garis Besar Komponen Rencana Usaha atau Kegiatan: 1. Kesesuaian kegiatan dengan Rencana Tata Ruang.

Rencana Tata Ruang Kabupaten Buton Utara berdasarkan PERDA No.51 Tahun 2012 RTRW Kabupaten Buton Utara, Rencana Kawasan Strategis dan Pola Ruang Peta RTRW Kabupaten Buton Utara Tahun 2012-2032 bahwa Lokasi Pembangunan Embung Lagundi merupakan Kawasan Strategis Ekonomi dan termasuk dalam Kawasan Budidaya, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

(12)

Gambar 2.1. Peta Lokasi Embung Lagundi Kabupaten Buton

Lokasi Embung Lagundi

(13)

KABUPATEN BUTON UTARA

(14)
(15)

KABUPATEN BUTON UTARA

2. Persetujuan prinsip atas rencana kegiatan

Persetujuan prinsip kegiatan rencana pembangunan Embung Lagundi bahwa secara prinsip telah disetujui oleh Bupati Buton Utara dan beberapa izin lainnya dari pihak yang berwenang. Bukti formal atas persetujuan prinsip tersebut terlampir.

3. Komponen rencana kegiatan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan.

a. Tahap Pra-Konstuksi

1). Penentuan Lokasi dan Trase Embung

Kegiatan ini meliputi identifikasi titik awal dan titik akhir proyek. pengukuran dan pemasangan patok khususnya untuk menentukan lengkung kapasitas Embung, serta survey untuk mendapatkan batas tanah/lahan yang akan digunakan untuk pembangunan Embung Lagundi.

2). Pembebasan Tanah

Kegiatan pembebasan tanah ada yang meliputi daerah genangan, site dan pelimpah, Untuk itu diperlukan adanya koordinasi dengan warga sekita embung lagundi yang tanahnya terkena pembangunan embung.

b. Tahap Konstruksi

1). Mobilisasi Alat Berat dan Material

Sebelum kegiatan pelaksanaan konstruksi dimulai, maka alat berat dan material yang dibutuhkan telah dimobilisasi sesuai dengan jadwal, kemudian ditempatkan di sekitar Kantor Proyek. untuk estimasi kebutuhan alat berat yang akan

(16)

Buldozer, backhoe, loader, dump truck dan roller.

Kegiatan mobilisasi alat berat ini sesungguhnya termasuk juga mobilisasi material/bahan (utama) proyek, meliputi pengadaan untuk material/bahan yang dibutuhkan dan pembuangan material yang tidak dibutuhkan.

2). Mobilisasi Tenaga Kerja

Kegiatan mobilisasi tenaga karja mencakup kegiatan penerimaan dan. Penyelesaian tenaga kerja baik yang berasal dari sekitar lokasi rencana kegiatan maupun darl luar lokasi rencana kegiatan. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan fisik pembangunan embung, terdiri dari beberapa unsur, yakni proyek/owner, supervisi dan pelaksanaan Tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus, sebanyak mungkin diambil dan tenaga kerja lokal yang tersedia di sekitar lokasi rencana kegiatan. jika tidak mencukupi baru tenaga kerja dari luar lokasi dimaksud. Adapun tenaga, Kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus (tenaga Kerja kasar) yang dibutuhkan diestimasikan sebanyak 15 orang dan unsur Supervisi/Konsultan dan 25 orang dan unsur Pelaksanaan Kontraktor.

3). Pembuatan / pengoprasian Base camp.

Kegiatan ini akan meliputi pembuatan base camp yang, direncanakan akan berlokasi disekitar proyek. Mengingat lingkungan Kegiatan ini relatif berskala kecil, diperkirakan tidak diperlukan base camp, gudang dan bengkel yang besar.

(17)

dengan kendaraan roda empat, dimana dari jalan raya menuju lokasi melalui jalan desa yang berupa jalan pengerasan.

5). Pekerjaan Galian Tanah

Komponen kegiatan ini akan terdiri pekerjaan galian tanah. Sedangkan pekerjaan galian tanah dimaksudkan untuk menyiapkan genangan untuk menyiapkkan genangan untuk pembangunan embung dan pelimpah. Tanah hasil kegiatan ini nanti akan dipilah dan yang sesuai dengan bahan timbunan akan digunakan sebagai bahan timbunan embung, sedangkan yang tidak terpakai akan di buang

6). Pembuatan Tubuh Embung dan Bangunan Pelengkap

Pelaksanaan konstruksi di rencanakan selama setahun yang meliputi pekerjaan persiapan (saluran pengelak), pembersihan lahan, penggalian tanah, penggalian pondasi, pembuatan bangunan pelimpah, pemadatan tubuh embung serta pekerjaan akhir. Peralatan utama yang dipergunakan dalam pekerjaan ini meliputi dump truck, bulldozer, backhoe dan roller.

c. Tahap Pasca-Konstruksi 1). Pengoprasian Embung

Kegiatan pengoperasian Embung mecakup kegiatan yang dilakukan setelah Embung pada saluran distribusi berfungsi atau dapat digunakan airnya oleh masyarakat

(18)

ini dilakukan guna mempertahankan kondisi embung dan saluran/irigasi distribusi agar tingkat penggunaannya tetap baik. Kegiatan diatas ini antara lain meliputi kontrol rutin terhadap adanya kerusakan saluran/irigasi distribusi dan perlengkapannya.

Gambar

Gambar 2.1. Peta Lokasi Embung Lagundi Kabupaten Buton
Gambar 2.2. Peta Kawasan Strategi RTRW Kabupaten Buton Utara

Referensi

Dokumen terkait

 Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) harga adalah sejumlah uang yang ditagih atas sebuah produk atau jasa, atau sejumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk

Bagi memastikan legasi institusi pendidikan di bawah payung YTP terus cemerlaang, kekal relevan, disanjung tinggi dan dipandang mulia, guru haruslah berusaha untuk meningkatkan

Dengan mempelajari mata kulah ini, mahasiswa mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil

adanya informasi yang jelas dalam pelaksanaan tugas dari Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan

Keanekaragaman Hayati, Konservasi Sumber Daya Air, Peningkatan Produktifitas Hutan, Pangan alternatif dari hutan, Energi alternatif dari hutan, Obat-obatan alternatif

Pertumbuhan bibit (tinggi tanaman dan diameter batang) umur 2-12 minggu pada media dari kulit kayu mangium yang disterilkan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENGARUH