BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1 1..11 LLAATTAAR R BBEELLAAKKAANNGGImpaksi feses (tertahannya feses) dapat di definisikan sebagai suatu Impaksi feses (tertahannya feses) dapat di definisikan sebagai suatu masa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan masa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rectum. Impaksi
rectum. Impaksi terjadi pada retensi yterjadi pada retensi yang lama dan ang lama dan akumulasi dari bahakumulasi dari bahan- an- bahan
bahan feses. feses. Pada Pada impaksi impaksi yang yang gawat gawat feses feses terkumpul terkumpul dan dan ada ada di di coloncolon sigmoid. Impaksi juga dapat dinilai dari pemeriksaan gigitan pada rectum. sigmoid. Impaksi juga dapat dinilai dari pemeriksaan gigitan pada rectum. Se
Selamlama a imimpapaksksi i mamasa sa yayang ng memengngereras as serserining g jujuga ga dadapapat t didipapalplpasasi.i. Penyebab impaksi itu dari kebiasaan ! yang jarang dan kontipasi Penyebab impaksi itu dari kebiasaan ! yang jarang dan kontipasi obat-obatan juga berperan pada saat impaksi.
obatan juga berperan pada saat impaksi.
Impaksi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, Impaksi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan "#-nya, bingung caranya buang air besar misalnya karena jijik dengan "#-nya, bingung caranya buang air besar sep
seperterti i sewasewaktu ktu nainaik k pespesawaawat t dan dan kenkendardaraan aan umumum um lailainnynnya. a. PenPenyeyebabbab impaksi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik impaksi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. isa juga karena faktor kelainan organ di saraf sentral atau saraf perifer. isa juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pel$is dan dapat disebabkan atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pel$is dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik.
faktor idiopatik kronik.
%encegah konstipasi atau impaksi secara umum ternyata tidaklah %encegah konstipasi atau impaksi secara umum ternyata tidaklah sulit. &agi-lagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat sulit. &agi-lagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. 'ika penderita yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. 'ika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena ompong, konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena ompong, haluskan sayur atau buah ter
haluskan sayur atau buah tersebut dengan blender.sebut dengan blender.
1
1..22 RRUUMMUUSSAAN MN MAASSAALLAAHH .
. !pa !pa yanyang dig dimaksumaksud imd impaksipaksi *.
*. !pa p!pa penyebenyebab terjaab terjadinydinya impaka impaksisi +.
+. agaimagaimana maana manifestasnifestasi klinii klinis dari ims dari impaksipaksi .
. agaiagaimana pmana patofisiatofisiolgi dolgi dari imari impaksipaksi
. agaimana penatalaksanaan baik medis maupun keperawatan dari impaksi
1.3 Tujuan khusus
. %engetahui apa yang dimaksud dengan impaksi.
*. %engetahui hal-hal apa saja yang menjadi penyebab dari impaksi. +. %engetahui manifestasi klinis dari impaksi.
. %engetahui patofisiologi dari impaksi.
. %engetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari impaksi.
1.4 Tujuan umum
%enjelaskan secara keseluruhan baik dari penyebab, penanganan, dan letak nyeri atau sakit dari impaksi.
BAB 2
TINJAUAN TERI
2.1 P!n"!#$%an
Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat di keluarkan. Pada kasus impaksi berat, masa dapat lebih jauh masuk ke dalam sigmoid. lien yang menderita kelemahan, kebingungan atau tidak sadar adalah klien yang paling beresiko mengalami impaksi. %ereka terlalu lemah atau tidak sadar akan
kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
/anda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari, walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi, apabila feses diare keluar secara mendadak dan kontinu, impaksi harus dicurigai. Porsi cairan di dalam feses yang terdapat lebih banyak di kolon meresap kesekitar masa yang mengalami impaksi, kehilangan nafsu makan atau anoreksia, distensi dan kram abdomen serta nyeri di rektum dapat menyertai kondisi impaksi. Perawat yang mencurigai adanya suatu impaksi, dapat dengan mantap melakukan pemeriksaan secara manual, yang dimasukkan kedalam rektum dan mempalpasi masa yang terimpaksi.
Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yang tidak normal. #airan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi. 0iare yang bersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. 1adirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit 2 klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi tegang dan bisa juga terjadi muntah.
2.2 P!n&!'a' Im(aks% )!ka*
Penyebab Impaksi fekal, yaitu3 Imobilitas berkepanjangan atau tingkat akti$itas, faktor gaya hidup, diet dan reaksi pengobatan. iasanya impaksi fekal ditemukan pada anak-anak, remaja dan lansia. Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar yang jarang dan konstipasi. 4bat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. arium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.
Pada orang yang lebih tua, faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi2 asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya akti$itas, melemahnya tonus otot.
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena rangsangan pada ner$us $agus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.
2.3 Man%+!s$as% k*%n%s
5ejala dan tanda impaksi fekal, yaitu3 ketidak mampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi, apabila feses diare keluar secara mendadak dan kontinu, klien merasa buang air besar tidak tuntas, laju denyut jantung meningkat, sembelit (kronis), perut merasa kembung, kram perut, sulit buang air besar, Inkontinesia urin, rasa sakit atau nyeri di bagian punggung bawah, kebocoran tinja.
2.4 Pa$,+%s%,*,"%
0efekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat !. esukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang
terlibat pada proses ! normal. 5angguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi atau impaksi.
0efekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. 6eses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. 7ntuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pel$is yang depersarafi oleh saraf pudendus. 4tak menerima rangsang keinginan untuk ! dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksas i sfingter dan otot ele$ator ani. aik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses !.
Patogenesis dari konstipasi ber$ariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. "alaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan
konstipasi.
Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk akti$itas motorik dari kolon. /entang waktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari + hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari -8 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon
sebelah kiri dan paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur akti$itas motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat berkurangnya iner$asi intrinsic karena degenerasi ple9us mienterikus. 0itemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus.
Indi$idu di atas usia :; tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada
reseptor opiate endogen di usus. 1al ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon. Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. 1al ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.
2.4.1 -
2./ P!na$a*aksaan
Pengobatan impaksi ini dapat dilakukan oleh berbagai metode diantaranya pengobatan secara medis yang dilakukan oleh dokter. Pengobatan oleh dokter tersebut, dilakukan dengan memeriksa pasien, melihat riwayat dan gejala, bahakan juga pemeriksaan lab jika diperlukan, ataupun juga pemberian injeksi dan resep sesuai indikasi yang dialami klien. Sedangkan pengobatan keperawatan dilakukan oleh perawat, dalam hal ini perawat bertugas memenuhi kebutuhan dasar dari penyakit pasien yang berguna untuk melengkapi proses kesembuhan pasien. Seperti, mengatur pola makan pasien, mengajarkan pola defekasi yang benar, serta
memberikan informasi tentang penyakitnya. erikut adalah cara pengobatannya3
2./.1 a#a (!n",'a$an s!0a#a m!%s
• /erapi obat gliserin atau laksatif untuk memperlancar defekasi atau
melunakkan feses.
/erapi obat dulcolacsup atau supositoria apabila proses defekasi tetap tidak lancar.
0an juga dapat menggunakan terapi obat polyethylene glicol ++; dengan penggunaan setiap hari ketika masih mengalami impaksi.
2./.2 a#a (!n",'a$an s!0a#a k!(!#aa$an
• erikan makanan berserat tinggi.
• !njurkan pasien untuk olahraga secara teratur untuk menguatkan
otot-otot abdomen.
• %emantau keadaan pasien nyeri pada abdomen atau secara
keseluruhan.
• %emberikan asupan cairan yang cukup pada pasien.
• %emberitahukan atau menganjurkan pasien untuk ! secara teratur
di pagi hari atau setelah makan.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 P!n"kaj%an
Perkuat adanya impaksi fekal dengan melakukan pemeriksaan digital, adanya mual, sakit kepala, nyeri abdomen, rasa tidak enak badan atau distensi abdomen. %enggunakan kebijaksanaan dan rasa hormat pada pasien ketika membicarakan tentang kebiasaan defekasi dan
mengumpulkan riwayat kesehatan, diantaranya3
. erapa lama terjadinya impaksi, pola eliminasi sekarang dan yang lalu, perkiraan pasien tentang eliminasi usus normal, gaya hidup dan perkerjaan.
*. >iwayat penggunaan laksatif.
+. /erapi obat terakhir, riwayat medis yang lalu.
. !danya hal-hal berikut ini 3 rasa penuh atau tekanan pada rectal, nyeri abdomen, mengejan saat defekasi, diare encer dan flatus
. >iwayat pola makan klien terhadap pemenuhan serat.
1al-hal yang perlu diperhatikan juga adalah3
• eluhan utama
eluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. %anifestasi klinis berupa ! yang tidak normal atau cair lebih banyak dari biasanya (&!? I!, 67!, 8=) 0imulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan $olume yang banyak, suhu badan meningkat, nyeri perut.
3.1.1 P!n"kaj%an +%s%k
• Inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk dan
komponen.
• !uskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakternya.
• Perhatikan distensi abdomen.
• Inspeksi area perianal terhadap hemoroid,fisura,dan iritasi kulit.
3.2 D%a"n,sa K!(!#aa$an
Impaksi fekal yang berhubungan dengan defekasi tidak teratur.
urang pengetahuan tentang praktis pemeliharaan kesehatan untuk mencegah konstipasi atau impaksi.
3.3 In$!#!ns%
. Impaksi fekal berhubungan dengan defekasi tidak teratur
- /ujuan3 Pasien dapat defekasi dengan teratur atau setiap hari.
- riteria hasil3 @ 0efekasi dapat dilakukan 9 sehari
@ onsistensi feses lembut
@ Aliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan.
N,. In$!#!ns% man%#%5 Ras%,na* /entukan pola defekasi pada klien
dan latih klien menjalankannya.
• 7ntuk mengembalikan
keteraturan pola defekasi klien.
!tur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan.
erikan cakupan nutrisi berserat tinggi.
erikan cairan jika tidak kontra indikasi *-+ literBhari
• 7ntuk memfasilitasi
refleks defekasi.
• ?utrisi serat tinggi
untuk melancarkan eliminasi fekal.
• #airan yang cukup
dapat memperlancar prosesnya defekasi.
• olaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat laksatif atau gliserin sesuai indikasi.
4bat laksatif atau gliserin dapat melunakan feses.
*. urang pengetahuan tentang praktis pemeliharaan kesehatan untuk mencegah konstipasi atau impaksi
- /ujuan3 Pasien dapat mengerti pemeliharaan kesehatan untuk mencegah konstipasi atau impaksi
- riteria hasil3 @ /idak terjadi impaksi atau konstipasi
@ %empertahankan pola defekasi secara teratur
@ Pola makan dengan tinggi serat
N,. In$!#!ns% man%#%5 Ras%,na*
Penjelasan penyakit terhadap pasien. Pengetahuan dan penjelasan yang cukup tehadap penyakit pasien dapat merangsang pasien lebih
/awarkan makanan porsi besar ketika nafsu makan tinggi pada pasien.
!njurkan pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan.
!njurkan pasien untuk berolahraga secara teratur.
menjaga drinya dari penyakit yang
dialami.
Pemberian porsi yang besar dapat menjaga
keadekuatan nutrisi yang masuk
#airan yang banyak dapat melunakkan dan melancarkan eliminasi feses. 4lahraga secara teratur dapat merngsang gerak peristaltik. *
BAB 4
PENUTUP
4.1 K!s%m(u*an
Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat di keluarkan. Pada kasus impaksi berat, masa dapat lebih jauh masuk ke dalam sigmoid. lien yang menderita kelemahan, kebingungan atau tidak sadar adalah klien yang paling beresiko mengalami impaksi. %ereka terlalu lemah atau tidak sadar akan
kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
Penyebab Impaksi fekal, yaitu3 Imobilitas berkepanjangan atau tingkat akti$itas, faktor gaya hidup, diet dan reaksi pengobatan. iasanya impaksi fekal ditemukan pada anak-anak, remaja dan lansia. Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar yang jarang dan konstipasi. 4bat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. arium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.
Pengobatan yang dilakukan untuk impaksi fekal antara lain pemberian gliserin atau laksatif untuk melunakkan feses, makanan tinggi serat, asupan cairan yang cukup dan teraturnya berolahraga untuk merangsang gerak peristaltik pada usus.
4.2 Sa#an
Setelah membaca dan memahami isi makalah di harapkan pembaca bisa memahami asuhan keperawatan terhadap penderita impaksi, serta bagaimana aplikasi asuhan keperawatan tersebut dalam proses
keperawatan.
0engan adanya makalah ini maka perawat akan lebih memahami untuk merawat pasien khususnya penderita impaksi. Selain itu, perawat juga akan lebih mengetahui manifestasi klinis dari penderita impkasi,
sehingga perawat tidak binggung untuk memberikan tindakan yang diberikan.
4leh karena itu, seorang perawat harus lebih memahami dan mengerti terlebih dahulu tentang impkasi, manifestasi klinis impaksi, penyebabnya serta penatalaksanaannya guna memperlancar proses asuhan
keperawatan.