i PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS KUALITAS SATU KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA
INTENSIF
SKRIPSI
LILI ANDRIANI SALMAN I 111 10 275
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
ii PENGARUH JENIS KELAMIN TERHADAP BAGIAN KARKAS KUALITAS SATU KAMBING KACANG YANG DIPELIHARA SECARA
INTENSIF
Oleh:
LILI ANDRIANI SALMAN I 111 10 275
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014 SKRIPSI
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Lili Andriani Salman NIM : I 111 10 275
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sepenuhnya.
Makassar, Juni 2014 TTD
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif
Nama : Lili Andriani Salman No. Pokok : I 111 10 275
Program Studi : Produksi Ternak Jurusan : Produksi Ternak Fakultas : Peternakan
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh: Pembimbing Utama
Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc NIP. 19450805 196901 1 001
Pembimbing Anggota
Prof. Dr. Ir. H. Sjamsuddin Garantjang, M.Sc I NIP. 19510707 197602 1 001
Dekan Fakultas Peternakan
Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc NIP. 19520923 197903 1 002
Ketua Jurusan Produksi Ternak
Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc NIP. 19641231 198903 1 025
v
ABSTRAK
Lili Andriani Salman (I 111 10 275), Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif. Dibawah bimbingan Basit Wello Sebagai Pembimbing Utama dan Syamsuddin Garantjang Sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing kacang dipelihara secara intensif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini menggunakan analisis T-test Independent Sample, dengan 4 ekor Kambing Kacang Jantan dan 4 ekor Kambing Kacang Betina. Data yang diperoleh berasal dari catatan setelah pemotongan kambing yang dicatat setiap pemotongan sesuai dengan variable yang diukur, yaitu selama tiga hari pemotongan. Parameter yang diukur meliputi bobot potong, berat karkas, persentase karkas, berat leg, persentase leg, berat loin dan persentase loin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian karkas kualitas satu kambing Kacang jantan dan Betina yang dipelihara secara intensif tidak berpengaruh nyata (P > 0.05).
vi
ABSTRACK
Lili Andriani Salman (I 111 10 275) Effect of Sex Part Of The Kacang Goats Carcass Quality intensively reared. Under Basit Wello as main supervisor and Syamsuddin Garantjang as co-supervisor.
This research aimed to knowing how the influence of sex on the part of the carcass quality of intensively reared Kacang goat. This research is done in the Laboratory of the Faculty Cattle Ranch and Working Hasanuddin University, Makassar. This research using analysis of the Independent Sample T-test, with 4 samples males Goats and 4 females Kacang goats. The data derived from records after slaughter the recorded every slaughter goats according to the measured variable, is during the three days of cutting. The parameters measured include slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, leg weight, percentage of leg, loin weight and percentage of loin. The results showed that the part of the carcass quality of male and female Kacang goats intensively reared not significant (P> 0:05).
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul ” Pengaruh Jenis Kelamin Tehadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang Yang Dipelihara Secara Intensif”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menghantur ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dengan penuh rasa hormat kepada:
1. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Prof. Dr. Ir. H. Basit Wello, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Garantjang, M.Sc selaku Pembimbing Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Pada kedua orang tua, ayahanda Salman dan ibunda Fatmawati tercinta, dan saudaraku Sri Jayanti SE, Ahmad Saiful SH, Muhammad Yusuf Muharram serta keluarga besarku yang terus mendidik dan mendukung baik materil maupun moril, dan atas segala limpahan doa, kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan tanpa henti kepada penulis.
viii 3. Prof. Dr. Ir. Hj. Sahari Banong, MS dan Hasbi, S.Pt, M.Si selaku Penasehat Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya selama penulis duduk dibangku perkuliahan dan senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis.
4. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M. Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, dan Bapak wakil Dekan I, II, III, yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc dan Bapak Dr. M. Ihsan A. Dagong, S.Pt. M.Si serta Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Sahari Banong, MS sebagai pembahas yang telah memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.
7. Semua Dosen-Dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah memberi ilmunya kepada penulis.
8. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sepenelitian Dyan Anjanna Putri, Samsu Alam Rab, Nurmiati , Linda Rahman, Winda Lestari Kahar, serta Kanda Muh. Ichsan yang telah mencurahkan segenap tenaga dan perhatiannya, sekali lagi terima kasih banyak yang sebesar-besarnya.
9. kepada sahabat-sahabatku yang terbaik Ayhu Kharismawati, Harianti, Rudi Dharmawan, Inna Think, Uchi, Tenri, Weni, Ceceng, Rahmi dan
ix Nurmiati dan terkhusus Angkatan 2010 “L10N” yang telah menjadi keluarga kecilku selama ini.
10.Kepada Saudaraku Exact 6 Fitrah, Nhuni, Dhinul, Ewink, Ilho, Djelani, Wahyu, Bemo, Memet dll yang namanya belum saya sebutkan yang telah memberikan semengat dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11.Penulis juga tidak lupa menghanturkan banyak terima kasih kepada Aldes Alwanto Tandi yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan telah membantu selama penelitian serta selalu memberikan semangat kepada penulis.
12.Kepada Teman Matador dan Situasi 2010 serta kakanda Merpati 09, Bakteri 08, Rumput 07, Colagen 06 dan Lebah 05 yang selama ini memberikan support kepada penulis dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri penulis sendiri. Amin.
Makassar, Juni 2014
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
PENDAHULUAN ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Kambing Kacang Secara Umum ... 3
B. Pakan ... 4
C. Pertumbuhan Pada Kambing Secara Umum ... 5
D. Karkas ... 7
E. Sistem Pemeliharaan Intensif ... 10
METODE PENELITIAN ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Materi Penelitian dan Bahan Penelitian ... 12
Peubah yang Diukur ... 12
Prosedur Penelitian ... 13
Analisis Data ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif ... 17
xi
Berat Leg ... 19
Berat Loin ... 20
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 22
Saran ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
LAMPIRAN ... 26
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Komposisi Bahan Pakan Konsentrat yang Digunakan ... 14 2. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat ... 14 3. Rata-rata Bobot Potong, Berat Karkas, Berat Leg, dan Berat Loin
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Kambing Kacang Betina ... 4 2. Kambing Kacang Jantan ... 4 3. Karkas Kambing... 15
1
PENDAHULUAN
Permintaan produk peternakan khususnya daging di Indonesia akhir-akhir ini semakin meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor dalam bentuk ternak hidup. Ternak kambing merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik dalam menyuplai kebutuhan tersebut. Adapun ternak kambing yang dapat menyuplai kebutuhan tersebut yaitu kambing Kacang. Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas.
Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan persentase karkas yang dihasilkan. Karkas kambing adalah bagian tubuh dari kambing sehat yang telah disembelih secara halal telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus ke bawah, organ reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih, adapun yang dimaksud karkas kualitas satu yaitu leg dan loin. Sementara produktivitas tersebut tidak terlepas dari penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor keturunan (genetik) dan faktor lingkungan yang terdiri dari pakan, pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit.
Faktor genetik yaitu jenis kelamin juga salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap jaringan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan maupun persentase karkas ternak serta jenis kelamin menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan. Pada umur yang sama ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat dibandingkan ternak betina. Hal ini menyebabkan bobot hidup ternak jantan lebih
2 berat dibandingkan bobot hidup ternak betina. Pemeliharaan secara intensif adalah kambing yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk meningkatkan berat badan sehingga berat karkas juga meningkat dan kesehatan kambing yang maksimal. Atas dasar pemikiran ini, maka akan dilakukan penelitian ini untuk melihat pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu yang dipelihara secara intensif.
Karkas merupakan bagian dari ternak yang telah dipisahkan dari kepala, jeroan dan kaki bagian bawah yaitu tarsi-metatarsi dan carpi metacarpi. Persentase dan pertambahan karkas ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, bangsa dan salah satunya adalah jenis kelamin. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing kacang dipelihara secara intensif. Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan menjadi bahan acuan bagi peternak, untuk melihat bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang dipelihara secara intensif sehingga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi kambing Kacang sebagai penghasil daging dan upaya peningkatan produktivitasnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Kacang Secara Umum
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing Kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa litter sizenya adalah 2 ekor (Setiadi, 2003). Kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg, dengan tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ± 7,38 cm (Setiadi dkk, 1997). Kambing ini memiliki tanduk baik jantan maupun betina, secara umum warna tubuhnya adalah gelap dan coklat.
Menurut Davendra dan Burn (1994), kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia. Kambing Kacang mampu beradaptasi baik dengan lingkungan tempat hidup. Kambing Kacang biasa digunakan sebagai penghasil daging. Kambing Kacang memiliki kulit yang relatif tipis dengan bulu kasar. Kambing Kacang berwarna hitam, terkadang terdapat bercak-bercak putih. Tanduk berbentuk pedang, melengkung ke atas dan ke belakang yang tumbuh dengan baik pada jantan dan betina. Telinga berbentuk pendek dan tegak. Leher pendek dan punggung melengkung sedikit yang berukuran lebih tinggi daripada bahu.
4 Tinggi gumba kambing Kacang jantan sekitar 60-65 cm dan betina 56 cm. Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot sekitar 25 dan 20 kg. Kambing Kacang lambat mencapai dewasa kelamin. Betina beranak pertama kali pada umur 12-13 bulan (Davendra dan Burn, 1994).
Gambar 1: Kambing Kacang Betina Gambar 2 : Kambing Kacang Jantan
Pakan
Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan, sedangkam pengertian pangan (food) digunakan untuk manusia. Berkaitan dengan pakan, maka dihadapkan pada masalahas-masalah: kuantitatif, kualitatif, kontinuitas, dan keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya (Sutardi, 1980). Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi.
5 a. Hijauan
Hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral. Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi (Murtidjo, 1993).
b. Konsentrat
Menurut Tillman dkk (1983) bahwa konsentrat adalah bahan pakan ternak yang mengandung serat kasar kurang dari 18 persen banyak mengandung BETN (karbohidrat yang mudah dicerna), termasuk golongan biji-bijian dan sisa hasil penggilingan, umbi-umbian dan bahan berasal dari hewan.
Pertumbuhan Pada Kambing Secara Umum
Secara sederhana Butterfield (1988) mendefenisikan pertumbuhan sebagai terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Perubahan ukuran meliputi perubuhan bobot hidup, bentuk dimensi linier dan komposisi tubuh termasuk pula perubahan pada komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ dalam serta komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu (Edey, 1983).
Pertumbuhan adalah bertambahnya bobot hingga ukuran dewasa tercapai atau lebih spesifik pertumbuhan dapat dijelaskan dengan bertambahnya produksi
6 unit biokimia baru oleh pembagian sel, pembesaran sel. Perkembangan menunjukkan kordinasi berbagai proses hingga kematangan (kedewasaan) tercapai seperti diferensiasi selular dan perubahan bentuk tubuh. Pertumbuhan pada umumnya dinyatakan dengan mengukur kenaikan bobot hidup yang mudah dilakukan dan biasanya dinyatakan sebagai pertambahan bobot hidup harian atau Average Daily Gain (ADG) (Tillman dkk, 1984)
Pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal pubertas dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai (Tillman dkk, 1984). Tumbuh kembang dipengaruhi oleh factor genetic, pakan, jenis kelamin, hormon, lingkungan dan manajemen (Judge et al., 1989). Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan kambing sebelum lepas sapih adalah genotip, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak per kelahiran, umur induk, jenis kelamin anak dan umur sapih (Edey, 1983).
Hormon yang berperan dalam pertumbuhan ternak jantan yaitu hormon androgen yang dihasilkan ternak jantan dan hormon estrogen yang dihasilakan oleh ternak betina. Menurut Soeparno (2005) bahwa hormon kelamin jantan ini mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan di bandingkan ternak betina, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan. Estrogen adalah homon yang dihasilkan oleh ovarium, plasenta dan kortek adrenal. Estrogen juga termasuk hormon katabolik yang antara lain menekan dan menghambat resorpsi tulang.
Menurut Turner dan Bagnara (1976) bahwa perbedaan pertambahan bobot badan dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon.
7 Hormon tersebut adalah somatotropin (STH) yang memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida; triodothyopina.
Karkas
Menurut Owen et al, (1991) yang dimaksud dengan karkas adalah bagian tubuh ternak hasil pemotongan setelah dipisahkan dari kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari carpus dan tarsus, kulit, darah, saluran pencernaan, saluran urine, jantung, paru-paru, limpa, hati, tenggorokan dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuh, sedangkan organ ginjal sering dimasukkan sebagai karkas. Menurut Soeparno (1994) karkas adalah bagian tubuh ternak setelah pemotongan dikurangi kepala, darah, organ–organ internal, kaki dari carpus dan tarsus ke bawah serta kulit dan ekor. Seekor ternak potong dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi apabila produksi karkas yang dihasilkan juga tinggi. Dengan demikian, karkas dapat digunakan sebagai tolok ukur produktivitas ternak potong, karena karkas merupakan bagian dari hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Umumnya penjualan daging didasarkan kepada berat karkas (daging dan tulang) dan belum didasarkan pada tingkat (grade) bagian-bagian dari karkas sebagai yang telah dilakukan di Negara-negara maju. Menurut Romans dan Ziegler (1974) potongan komersial karkas dari kambing dibagi menjadi delapan bagian yaitu leg, loin, rack, shoulder, neck, shank, breast, dan flank adapun bagian karkas kualitas satu yaitu bagian leg
8 dan loin sedangkan bagian karkas kualitas dua yaitu rack, shoulder, neck, shank, breast, dan flank.
Pemotongan menjadi leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paru belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir dan flank, loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank (Soeparno, 2005).
Menurut Berg dan Butterfield (1976), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak dan antara lain adalah bangsa, jenis kelamin, umur dan bobot potong disamping faktor nutrisi. Bangsa yang memiliki bobot potong yang besar menghasilkan karkas yang besar. Soeparno (1994) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong dihasilkan sehingga diharapkan bagian daging menjadi lebih besar. Pada bobot tubuh dan karkas yang sama ternak jantan mengandung lebih banyak daging dan tulang serta lebih sedikit lemak dibandingkan ternak berjenis kelamin betina (Colomer et al., 1992). Hal ini disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak jantan dan ternak betina (Soeparno, 1994).
Menurut Hasnudi (2005), komponen utama karkas terdiri atas jaringan otot (daging) tulang dan lemak yang imbangan ketiga komponen tersebut menentukan kualitas karkas, proporsi komponen karkas dan potongan karkas yang dikehendaki oleh konsumen adalah karkas atau potongan karkas yang terdiri atas proporsi daging tanpa lemak (lean) yang tinggi, tulang yang rendah dan lemak yang optimal. Komposisi karkas akan berubah dengan bertambahnya bobot karkas,
9 peningkatn bobot karkas akan diikuti oleh pertambahan persentase lemak dan penurunan persentase daging serta tulang (Forrest et al., 1975).
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap performa produksi ternak, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh terhadap jaringan tubuh yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan maupun persentase karkas ternak. Perbedaan pertambahan bobot badan dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut adalah somototropin (STH) yang memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida, triodothyopida. Thyroxin meningkatkan laju metabolik dalam tubuh, glikogen meningkatkan glukosa darah, stimulasi katabolisme protein dan lemak, androgen untuk meningkatkan perilaku kelamin jantan, estrogen berpengaruh terhadap perilaku jenis kelamin betina, glukokortikoid dapat menstimulasi sintesa karbohidrat, pemecahan protein laktogen, menstimulasi aktivitas hormon pertumbuhan dari hipofisa (Turner et al., 1976). Adapun menurut Kay dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan hewan betina.
Ditambahkan Parakkasi (1999) yaitu perbedaan tingkat pertumbuhan dan bobot dewasa antara jantan dan betina memberi petunjuk bahwa hormon kelamin memegang peranan penting untuk merangsang pertumbuhan ruminansia. Dalam peningkatan tingkat pertumbuhan kambing, estrogen meningkatkan konsentrasi 2 hormon protein yaitu insulin dan hormon pertumbuhan. Estrogen menangkap
10 hipothalamus/pituatary yang selanjutnya meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, kelenjar pituatary bagian anterior, meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan. Selanjutnya hormon pertumbuhan meningkatkan rata-rata pertambahann bobot badan, efisiensi penggunaan makanan, pertambahan protein dan kadar insulin dan glukosa dalam plasma tetapi menurunkan pertumbuhan jaringan lemak (Parakkasi, 1999).
Menurut Short (1980), hormon kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak sekaligus memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas. Rismaniah dkk (1989) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi produksi ternak terutama kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi dan oleh produk akhir dari proses fermentasi rumen dan mikroorganisme rumen itu sendiri, jumlah makanan dan mutu makanan yang baik tidak dapat merubah tubuh ternak secara genetis bertumbuh kecil, tetapi pemberian makanan dalam jumlah yang rendah tidak akan mampu memberikan pertambahan bobot badan dan pertumbuhan karkas secara optimal sesuai dengan potensi genetik yang ada pada masing-masing ternak seperti kecepatan tumbuh, persentase karkas yang tinggi, hanya mungkin dapat terealisasi apabila ternak tersebut dapat memperoleh makanan yang cukup.
Sistem Pemeliharaan Intensif
Pemeliharaan secara intensif adalah kambing yang dipelihara dalam kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi yang optimal untuk meningkatkan berat badan dan kesehatan kambing yang
11 maksimal. Produktivitas kambing yang dipelihara secara intensif dapat ditunjang dengan pemberian pakan hijauan maupun konsentrat yang baik dengan komposisi yang sesuai, penanggulangan penyakit, penanganan pasca panen dan pemasaran serta jenis bangsa kambing dan umurnya (Syafrial dkk, 2003).
Sistem pemeliharaan intensif menuntut perhatian penuh dan memerlukan pengadaan hijauan pakan terus menerus tanpa penggembalaan. Kandang ternak dipisahkan menurut jenis kelamin dan umur ternak. Perawatan rutin yang dilakukan meliputi : 1) pembersihan kandang, 2) pengumpulan kotoran dan 3) penyediaan pakan hijauan, pakan tambahan dan air minum. Perawatan insidental meliputi: 1) pemotongan kuku kambing, 2) kastrasi atau pengebirian, 3) pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat, 4) pemberian tanda pengenal, 5) pemotongan tanduk dan 6) vaksinasi (Mulyono dan Sarwono, 2008). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994).
12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 - Maret 2014, bertempat di Laboratorium Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.
Materi Penelitian dan Bahan Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kambing Kacang sebanyak 8 ekor terdiri dari, 4 ekor jantan dan 4 ekor betina dengan kisaran umur 8 bulan – 1 tahun berasal dari Kabupaten Jeneponto.
Bahan yang digunakan adalah air, hijauan (daun gamal, daun jawa, dan lamtoro), tepung ikan, jagung giling, bungkil kelapa, dedak, mineral, urea, dan obat-obatan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang individu, tempat pakan, tempat minum, parang, timbangan digital, skop, ember, pita, catter, gergaji besi, pisau, dan meja pemotongan.
Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah bobot potong, berat karkas, persentase karkas serta berat dan persentase karkas kualitas satu, yaitu leg dan loin dengan rumus sebagai berikut :
13 1. Rumus : x 100 %
2. Rumus : x 100 % 3. Rumus : x 100 %
Prosedur Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian ternak kambing terlebih dahulu dilakukan pembiasaan selama 1 minggu berturut – turut, dikarenakan ternak kambing berasal dari Kabupaten Jeneponto yang pemeliharaan sebelumnya dilakukan secara tradisional dan pakan yang diberikan berbeda dengan pakan yang diberikan pada saat penelitian, dan setelah itu baru dilakukan perlakuan. Tujuan dari pembiasaan adalah:
1. Untuk membiasakan ternak dengan keadaan lingkungan yang baru.
2. Untuk membiasakan ternak dengan pakan yang baru (pakan yang diberikan pada waktu penelitian).
3. Untuk menghilangkan pengaruh pakan sebelumnya.
Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00 WITA diberikan pakan konsentrat, pada siang jam 13.00 WITA diberi pakan hijauan dan sore jam 16.00 WITA diberikan lagi hijauan. Pakan konsentrat yang terdiri dari dedak, bungkil kelapa, jagung giling, tepung ikan, garam dan mineral dicampur terlebih dahulu dan ditimbang sebanyak 3% dari berat badan ternak kambing kemudian diberikan pada ternak. Sedangkan untuk pemberian hijauan terdiri dari campuran hijauan kayu jawa, gamal (Gliricidia maculata) dan lamtoro (Leucaena
14 leucochepala), air minum diberikan secara adlibitum. Komposisi bahan pakan konsentrat yang digunakan disajikan pada Tabel 1, analisis proksimat bahan pakan konsentrat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan konsentrat yang digunakan.
Bahan Pakan Persentase (%)
Dedak 35 Jagung giling 36 Bungkil Kelapa 15 Tepung Ikan 10 Mineral 2,5 Urea 1,0
Laboratorium Ternak Potong Unit Pemeliharaan Kambing Tabel 2. Analisis Proksimat Bahan Pakan Konsentrat *)
Kandungan Gizi Persentase (%)
Air 14,49 PK 26,72 Lemak Kasar 4,99 Serat Kasar 18,51 BETN 38,76 Abu 11,02
* Hasil Analisis Kimia Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar, 2013
Pada akhir bulan Maret dilakukan penyembelihan dan pemotongan. Proses pemotongan terjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Penimbangan bobot hidup ternak
2. Dilakukan pemotongan kepala, darah dan kaki dipisahkan.
3. Setelah itu pembedahan perut (jeroan dipisahkan), kemudian didapatkan karkas segar.
4. Penimbangan bobot karkas.
5. Pemotongan menjadi leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas bagian belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir dan flank,
15 loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada karkas bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank. Pembagian karkas dapat terliahatpadaGambar3(Soeparno,2005):
6. Kemudian dari masing-masing bagian potongan ditimbang.
Gambar 3. Karkas Kambing
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji banding, yaitu uji t (t-test Independent sample) (Sudjana, 2002) , dengan perlakuan perbedaan jenis
16 kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif, dengan microsoft office excel dan rumus yang digunakan yaitu:
√
( ) ( )
Keterangan :
t = Parameter yang diukur
X1 = Rata-rata perlakuan kambing Kacang Betina
X2 = Rata-rata Perlakuan kambing Kacang Jantan
S2 = Simpangan baku rataan
s1 = Simpangan baku kambing Kacang betina
s2 = Simpangan baku kambing Kacang jantan
n1 = Jumlah kambing Kacang betina
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif
Produktivitas kambing dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan persentase karkas yang dihasilkan. Karkas merupakan bagian dari ternak yang telah dipisahkan dari kepala, jeroan dan kaki bagian bawah yaitu tarsi-metatarsi dan carpi metacarpi, adapun yang dimaksud karkas kualitas satu yaitu leg dan loin. Berikut ini hasil penelitian terhadap rata-rata penimbangan bobot potong, berat karkas, persentase karkas, berat leg, persentase leg, berat loin dan persentase loin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-Rata Bobot Potong, Berat Karkas, Persentase Karkas, Berat Leg, Persentase Leg, Berat Loin dan Persentase Loin Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif.
No. Parameter Jantan Betina
1. Bobot Potong (g) 13792,5±1425,72 11792,5±1367,34 2. Berat Karkas (g) 5593,5±380,07 4565,5±878,27 3. Karkas (%) 40,66±1,67 38,47±3,11 4. Leg (g) 701±38,96 583±108,06 5. Leg (%) 12,55±0,82 12,53±0,28 6. Loin (g) 210±18,92 159,75±54,63 7. Loin (%) 3,75±0,32 3,43±0,56 Berat Karkas
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata berat karkas kambing kacang jantan sekitar 5593,5±380,07 g dan betina 4565,5±878,27 g adapun persentase karkas yaitu jantan sekitar 40,66±1,67 % dan betina 38,47±3,11 %. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas kambing Kacang. Hal ini disebabkan
18 karena hormon kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum mempengaruhi berat karkas kambing Kacang. Hal ini berarti bahwa hormon kelamin yang berperan dalam pertumbuhan belum berfungsi secara maksimal. Dimana telah diketahui apabila hormon kelamin jantan dapat berfungsi maka ternak jantan lebih berat dari betina.
Menurut Short (1980), hormon kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas. Hormon yang paling menonjol pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan ternak adalah hormon estrogen dan testosteron. Hormon estrogen dapat menghambat pertumbuhan tulang, sehingga ternak betina memilki kerangka tubuh yang lebih kecil dibanding kerangka ternak jantan, akan tetapi hormon estrogen dapat memacu pertumbuhan lemak tubuh, karena itu ternak betina akan menimbun lemak dalam tubuhnya lebih banyak dibanding ternak jantan. Sebaliknya hormon testosteron dapat memacu pertumbuhan tulang dan menekan pertumbuhan lemak tubuh.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata bobot potong kambing kacang jantan sekitar. 13,62±1,14 g betina dengan rataan 11,79±1,36 g. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap bobot potong kambing Kacang. Hal ini disebabkan karena hormon kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum berfungsi secara maksimal sehingga tidak mempengaruhi bobot potong kambing Kacang.
Kay dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar
19 dibandingkan dengan hewan betina. Soeparno (1994) menyatakan bahwa semakin tinggi bobot potong atau bobot hidup dihasilkan maka diharapkan semakin besar pula bagian daging dihasilkan. Pada bobot potong dan karkas yang sama ternak jantan mengandung lebih banyak daging dan tulang serta lebih sedikit lemak dibandingkan ternak berjenis kelamin betina (Colomer et al., 1992). Hal ini disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak jantan dan ternak betina (Soeparno, 1994).
Berat Leg
Soeparno (2005) menyatakan pemotongan menjadi leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas bagian belakang dengan loin antara lumbo sacral terakhir dan flank. Dilihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata berat leg kambing kacang jantan sekitar 701±38,96 g dan betina 583±108,06 g adapun persentase karkas leg yaitu jantan sekitar 12,559±0,825 % dan betina 12,538±0,289 %. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap berat leg dan persentase leg kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Hal ini karena hormon kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum berfungsi secara maksimal terhadap berat leg dan persentase leg dimana hormon kelamin berfungsi baik setelah dewasa kelamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Davendra et al., (1982) menyatakan bahwa umur dewasa kelamin pada kambing jantan yaitu 6-8 bulan sedangkan umur dewasa kelamin pada kambing betina berkisar antara 8-12 bulan.
20 Menurut Short (1980) bahwa hormon kelamin memberikan pengaruh yang menonjol terhadap pertambahan bobot badan ternak yang sekaligus memberikan perbedaan bobot dan persentase karkas. Gali et al (1972) menyatakan bahwa leg merupakan bagian dari bagian komersil karkas kambing. Potongan leg ini mewakili bagian tubuh dari keseluruhan ternak kambing ditinjau dari segi karakteristik karkas yang meliputi persentase daging, tulang dan lemak, sehingga karakteristik potongan leg ini dapat digunakan untuk mewakili karakteristik karkas kambing secara keseluruhan.
Berat Loin
Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank (Soeparno, 2005). Dilihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata berat loin kambing Kacang jantan sekitar 210±18,92 g dan betina 159,75±54,63 g adapun persentase karkas loin yaitu jantan sekitar 3,759±0,329 % dan betina 3,433±0,561 %. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap berat loin dan persentase loin kambing Kacang yang dipelihara secara intensif. Hal ini disebabkan karena hormone kelamin yang terdapat pada kedua ternak belum berfungsi secara maksimal terhadap berat loin dan persentase loin. Dimana telah diketahui bahwa jika hormon kelamin jantan berfungsi maka persentase karkas ternak jantan lebih tinggi dari betina. Kay dan Housseman (1975) menyatakan bahwa hormon
21 androgen pada hewan jantan dapat merangsang pertumbuhan sehingga hewan jantan lebih besar dibandingkan dengan hewan betina.
Turner dan Bagnara (1976) Hormon terhadap produktivitas ternak terutama hormon-hormon kelamin yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan bobot karkas yang dihasilkan. Persentase karkas yang lebih tinggi pada ternak betina dibanding ternak jantan disebabkan oleh adanya perbedaan hormon. Hormon yang paling menonjol pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan ternak adalah hormon estrogen dan testosteron. Hormon estrogen dapat menghambat pertumbuhan tulang, sehingga ternak betina memilki kerangka tubuh yang lebih kecil dibanding kerangka ternak jantan, akan tetapi hormon estrogen dapat memacu pertumbuhan lemak tubuh, karena itu ternak betina akan menimbun lemak dalam tubuhnya lebih tinggi dibanding ternak jantan. Sebaliknya hormon testosteron dapat memacu pertumbuhan tulang dan menekan pertumbuhan lemak tubuh. Testosteron merupakan hormon steroid dari ternak jantan yang mempunyai kemampuan anabolisme protein (Rudiono, 2006).
22
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di simpulkan bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif pada umur muda tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Saran
Sebaiknya dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jenis kelamin terhadap bagian karkas kualitas satu kambing Kacang yang dipelihara secara intensif dengan umur telah mencapai masa pertumbuhan dan jumlah ternak lebih banyak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Berg, R.T. and R. M. Butterfield. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press. Sydney.
Butterfield, R.M. 1988. New Concepts of Sheep Growth. The Departement of Veterinary Anatomi. University of Sidney. Sidney.
Colomer, R., F. A. H. Kirton, G. J. K., Mercerand D. M., Duganzich, 1992. Carcass composition of new zealand saanen goats slaughtered at different weights. Small. Ruminant. Res. 7:161 – 173.
Davendra, C. and Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropic. Intermediate Tropic Series. Toppan. Singapore.
Davendra, C. dan Burn. 1994. Produksi kambing di daerah tropik. Diterjemahkan oleh IDK Harya Putra. Institut Teknologi Bandung. P. 32:117- 122.
Edey, T. N. 1983. Lactation Growth and Body Composition. In: Edey T.N. ed. Tropical Sheep and Goat Production. Pp. 83-110. AUIDP. Canberra
Forrest, C. J., E. D., Aberle, H.B., Hedrick, M. D. Judge and R.A., Merkel. 1975. Principle of Meat Science. 4thEd W. H. Freeman and Co. San Francisco. 4127.
Gali, E. S. E., Ghanem, Y. S., and A. M. S. Ghanem 1972. A cooperative study of same carcass characteristic of Sudan desert sheep and goat. Anim. Prod. 14:351-357
Hasnudi. 2005. Kajian tumbuh kembang karkas dan komponennya serta penampilan domba sungei putih dan lokal Sumatera yang menggunakan pakan limbah kelapa sawit. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Judge, M. D., Martin, T. G., and Outhouse, J. B. 1989. Prediction of carcass composition of ewe and wether lambs from carcass weight and measurement. J. Anim. Sci. 25:9
Kay, M., and R. Housseman. 1975. The Influence of Sex on Meat Production. In Meat. Edited by Cook DJ, Lawrrie RA. London. Butterworth.
Mulyono, S., dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta
24 Murtidjo, B. A., 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius,
Yogyakarta.
Owen, J. E., C. A. Philbrooks and N. S. D. Jones. 1991. Studies on the meat production characteristics of Bostwana goat and sheep. carcass tissue composition on distribution. Meat. Sci. 2: 59–74.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta. Hal 371-374.
Rismaniah,I.,Amsar,SoebadidanPriyono,1989.StudiKarkas MurniKambing Lokal. Prosiding Penelitian Ruminansia Kecil. Ciawi. Bogor.
Romans, R.J., and P. T., Ziegler. 1974. The Meat We Eat. 7thEd. The Interstate Printer and Publisher, Inc. Danville Illinois.
Rudiono, D. 2006. Pengaruh Hormon Testosteron dan Umur terhadap Karakteristik Karkas Kambing Kacang Betina. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Lampung.
Setiadi, B. D., Priyanto dan M. Martawijaya. 1997. Komparatif Morfologik Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Setiadi, B. 2003. Alternatif konsep pembibitan dan Pengembangan Usaha Ternak Kambing. Makalah Sarasehan “Potensi Ternak Kambing dan Propek Agribisnis Peternakan", 9 September 2003 di Bengkulu.
Short, R.V., 1980. The Hormonal Control of Growth at Puberty.int.l.j Lawrence (ed.) Growth in Animal. Butterworth. London. P:25 – 45.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soeparno .2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Depertemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Syafrial, Z., A. Yusri, dan E. Susilawati. 2003. Sistem usaha tani penggemukan ternak Ruminansia. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
25 Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S. Lebdosoekojo. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusuma, dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Turner, C. D., and J. T. Bagnara, 1976. General Endocrinology. 6thEd. W. B. Sauders Company. Philadelphia.
26 Lampiran 1. Data Berat Bagian Karkas Kualitas Satu Ternak Kambing
Kacang Jantan yang Dipelihara Saecara Intensif Jantan Parameter Kj 001 Kj 002 Kj 003 Kj 004 Bobot Potong (g) 12630 12740 14130 15670 Berat Karkas (g) Leg (g) Loin (g) 5218 652 184 5320 728 223 5859 686 225 5977 737 208
Lampiran 2. Data Berat Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang Betina yang Dipelihara Secara Intensif.
Betina Parameter Kb 001 Kb 002 Kb 003 Kb 004 Bobot Potong (g) 13550 10210 11720 11690 Berat Karkas (g) Leg (g) Loin (g) 5704 728 235 3610 477 105 4684 601 143 4264 528 156
Lampiran 3. Data Persentase Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang Jantan yang Dipelihara Secara Intensif.
Jantan (%) Parameter Kj 001 Kj 002 Kj 003 Kj 004 Karkas (%) Leg (%) 41,314 12,514 41,758 13,684 41,464 11,708 38,142 12,330 Loin (%) 3,526 4,191 3,840 3,480
Lampiran 4. Data Persentase Bagian Karkas Kualitas Satu Kambing Kacang Betina yang Dipelihara Secara Intensif.
Betina (%) Parameter Kb 001 Kb 002 Kb 003 Kb 004 Karkas (%) Leg (%) 42,095 12,727 35,357 12,213 39,965 12,830 36,475 12,382 Loin (%) 4,119 2,908 3,052 3,658
27 Lampiran 5. Bobot Potong Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif. Bobot Potong Jantan Betina 12630 13550 12740 10210 14130 11720 15670 11690 Jantan Betina Mean 13792,5 Mean 11792,5
Standard Error 712,8624809 Standard Error 683,6711563
Median 13435 Median 11705
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 1425,724962 Standard Deviation 1367,342313
Sample Variance 2032691,667 Sample Variance 1869625
Kurtosis -1,00186869 Kurtosis 1,578837101 Skewness 0,901688346 Skewness 0,381798474 Range 3040 Range 3340 Minimum 12630 Minimum 10210 Maximum 15670 Maximum 13550 Sum 55170 Sum 47170 Count 4 Count 4 Confidence
Level(95,0%) 2268,646568 Confidence Level(95,0%) 2175,746745
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 13792,5 11792,5
Variance 2032691,667 1869625
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 6 t Stat 2,024877418 P(T<=t) one-tail 0,054647547 t Critical one-tail 1,943180274 P(T<=t) two-tail 0,089295093 t Critical two-tail 2,446911846
28 Lampiran 6. Berat Karkas Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif. Berat Karkas Jantan Betina 5320 5704 5859 3610 5977 4684 5218 4264 Jantan Betina Mean 5593,5 Mean 4565,5
Standard Error 190,0361808 Standard Error 439,1380762
Median 5589,5 Median 4474
Mode #N/A Mode #N/A
Standard
Deviation 380,0723615 Standard Deviation 878,2761525
Sample Variance 144455 Sample Variance 771369
Kurtosis -5,181450344 Kurtosis 0,629068964 Skewness 0,020804558 Skewness 0,568392775 Range 759 Range 2094 Minimum 5218 Minimum 3610 Maximum 5977 Maximum 5704 Sum 22374 Sum 18262 Count 4 Count 4 Confidence Level(95,0%) 604,7799413 Confidence Level(95,0%) 1397,533348
29 t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 5593,5 4565,5
Variance 144455 771369
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4 t Stat 2,148409678 P(T<=t) one-tail 0,059078303 t Critical one-tail 2,131846782 P(T<=t) two-tail 0,098156605 t Critical two-tail 2,776445105
Lampiran 7. Berat Leg Kambing Kacang Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif.
Berat Leg Jantan Betina 728 726 686 477 737 601 653 528
30
Jantan betina
Mean 701 Mean 583
Standard Error 19,48075974 Standard Error 54,03239769
Median 707 Median 564,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 38,96151948 Standard Deviation 108,0647954
Sample Variance 1518 Sample Variance 11678
Kurtosis -2,549430549 Kurtosis 0,032835223 Skewness -0,536862944 Skewness 0,830782924 Range 84 Range 249 Minimum 653 Minimum 477 Maximum 737 Maximum 726 Sum 2804 Sum 2332 Count 4 Count 4 Confidence Level(95,0%) 61,99647185 Confidence Level(95,0%) 171,9552044
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan betina
Mean 701 583
Variance 1518 11678
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4 t Stat 2,054427641 P(T<=t) one-tail 0,054570178 t Critical one-tail 2,131846782 P(T<=t) two-tail 0,109140356 t Critical two-tail 2,776445105
31 Lampiran 8. Berat Loin Kambing Kacang Kambing Kacang yang
Dipelihara Secara Intensif. Berat Loin Jantan Betina 223 235 225 105 208 143 184 156 Jantan Betina Mean 210 Mean 159,75
Standard Error 9,460443964 Standard Error 27,31719544
Median 215,5 Median 149,5
Mode #N/A Mode #N/A
Standard
Deviation 18,92088793 Standard Deviation 54,63439088
Sample
Variance 358 Sample Variance 2984,916667
Kurtosis 0,445101589 Kurtosis 1,887267473 Skewness -1,182223327 Skewness 1,051592423 Range 41 Range 130 Minimum 184 Minimum 105 Maximum 225 Maximum 235 Sum 840 Sum 639 Count 4 Count 4 Confidence Level(95,0%) 30,10735494 Confidence Level(95,0%) 86,93550769
32 t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 210 159,75
Variance 358 2984,916667
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4 t Stat 1,738214172 P(T<=t) one-tail 0,078582883 t Critical one-tail 2,131846782 P(T<=t) two-tail 0,157165767 t Critical two-tail 2,776445105
Lampiran 9. Persentase Karkas Kambing Kacang Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif.
Persentase Karkas Jantan Betina 41,314 42,095 41,758 35,357 41,464 39,965 38,142 36,475 Jantan Betina Mean 40,6695 Mean 38,473
Standard Error 0,847530678 Standard Error 1,555806543
Median 41,389 Median 38,22
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 1,695061356 Standard Deviation 3,111613086
Sample Variance 2,873233 Sample Variance 9,682136
Kurtosis 3,775272752 Kurtosis -3,285271479 Skewness -1,928339084 Skewness 0,278978345 Range 3,616 Range 6,738 Minimum 38,142 Minimum 35,357 Maximum 41,758 Maximum 42,095 Sum 162,678 Sum 153,892 Count 4 Count 4 Confidence
33
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 40,6695 38,473
Variance 2,873233 9,682136
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5 t Stat 1,239785243 P(T<=t) one-tail 0,135033146 t Critical one-tail 2,015048372 P(T<=t) two-tail 0,270066292 t Critical two-tail 2,570581835
Lampiran 10. Persentase Bagian Leg Kambing Kacang Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Intensif.
Persentase Leg Jantan Betina 13% 12,73% 13,68% 12,21% 11,71% 12,83% 12,33% 12,38%
34
Jantan Betina
Mean 12,559 Mean 12,538
Standard Error 0,412744069 Standard Error 0,144610396
Median 12,422 Median 12,5545
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,825488138 Standard Deviation 0,289220792
Sample Variance 0,681430667 Sample Variance 0,083648667
Kurtosis 1,783286231 Kurtosis -3,831793316 Skewness 0,942713686 Skewness -0,178459383 Range 1,976 Range 0,617 Minimum 11,708 Minimum 12,213 Maximum 13,684 Maximum 12,83 Sum 50,236 Sum 50,152 Count 4 Count 4
Confidence Level(95,0%) 1,313535838 Confidence Level(95,0%) 0,460214821
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
jantan 0,12727
Mean 0,12559 0,12475
Variance 6,81431E-05 1,01659E-05
Observations 4 3
Hypothesized Mean Difference 0
Df 4 t Stat 0,185868003 P(T<=t) one-tail 0,530796645 t Critical one-tail 2,131846782 P(T<=t) two-tail 0,86159329 t Critical two-tail 2,776445105
35 Lampiran 11. Persentase Bagian Loin Kambing Kacang Kambing Kacang
yang Dipelihara Secara Intensif. Persentase Loin Jantan Betina 3,53% 4,12% 4,19% 2,91% 3,84% 3,05% 3,48% 3,66% Jantan Betina Mean 3,75925 Mean 3,433
Standard Error 0,164649818 Standard Error 0,280962928
Median 3,683 Median 3,355
Mode #N/A Mode #N/A
Standard Deviation 0,329299636 Standard Deviation 0,561925855
Sample Variance 0,10843825 Sample Variance 0,315760667
Kurtosis -1,074918263 Kurtosis -2,668023463 Skewness 0,868921353 Skewness 0,48858009 Range 0,711 Range 1,216 Minimum 3,48 Minimum 2,903 Maximum 4,191 Maximum 4,119 Sum 15,037 Sum 13,732 Count 4 Count 4
36
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Jantan Betina
Mean 0,0375925 0,0343425
Variance 1,08438E-05 3,14E-05
Observations 4 4
Hypothesized Mean Difference 0
Df 5 t Stat 1,000072789 P(T<=t) one-tail 0,181592744 t Critical one-tail 2,015048372 P(T<=t) two-tail 0,363185488 t Critical two-tail 2,570581835
37
FOTO - FOTO KEGIATAN
Pemotongan Kambing Kacang
Pemisahan Non Karkas Kambing Kacang
Pembagian Karkas
38 Penimbangan Karkas
39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Lili Andriani Salman, lahir di Pinrang 10 Oktober 1992. Anak dari pasangan Salman dan Fatmawati. Memulai sekolah dasarnya tahun 1998 di SDN 285 Pinrang. Kemudian pada tahun 2004 melanjutkan ke SMPN 5 Pinrang, lalu melanjutkan ke SMAN 1 Pinrang tahun 2007 dan berhasil menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010, lalu pada tahun yang sama beliau melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi atau Universitas, dan akhirnya lulus di Universitas Hasanuddin fakultas Peternakan Jurusan Produksi Ternak dan menjalankan pendidikiannya sampai sekarang.