STRATEGI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
IMPLEMENTATION STRATEGI OF ADMINISTRATION REFORM IN THE GOVERNMENT OF YOGYAKARTA CITY
Oleh: Desi Yulianti, FIS UNY, desi_yulianti11@yahoo.com Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui strategi pelasksanaan reformasi birokrasi pemerintah Kota Yogyakarta dan mengetahui kendala dalam melaksanakan reformasi birokrasi. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ketua tim pengarah dan anggota tim penyelaras reformasi birokrasi. Instrumen penelitian adalah peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah Kota Yogyakarta terdiri dari tiga tahap. Pertama, perumusan strategi meliputi pengembangan visi dan misi, penetapan tujuan jangka panjang, identifikasi faktor kekuatan dan kelemahan dan penentuan strategi utama berupa manajemen perubahan. Kedua, penerapan strategi dengan melaksanakan quick win reformasi birokrasi, sosialisasi road map dan penetapan road map reformsasi birokrasi melalui keputusan Keputusan Pemerintah Kota Yogyakarta Yogyakarta nomor 406/KEP/2013. Ketiga, strategi evaluasi dengan menerapkan evaluasi internal dan eksternal melalui PMPRB online. Kendala dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yaitu Sulitnya mengubah mindset aparatur, kurangnya pegawai dan pegawai yang mengalami stres.
Kata kunci : reformasi birokrasi, strategi, kendala
Abstract
This research aims to determines the implementation strategies of administration reform in the government of Yogyakarta city and to determine the obstacles in carrying out the administration reform. The research design used is descriptive qualitative. The subject of the research was the Head of administration reform steering team, a staff of administration reform synchronizer team. Research instrument was the researcher. This research used interviews and documentation as the data. The result of the research show that the implementation strategy of administration reform in the government of Yogyakarta city has three steps. First, the formulation strategy includes developing the visision and mission, determining the goals, identifiying the strength and weaknesses of, and determining the strategy. Second, the strategy is applied by implementing the quick win administration reform. Socializing the road map, and determining the road map of administration reform through
Keputusan Pemerintah Kota Yogyakarta number 406/KEP/2013. Finally, the third evaluation strategy is by applying internal and external evaluation through the application of online PMPRB. The constraints of administration reform implementation is that there is difficulty in changing the apparatus mindset, there is a shortage of employees, and there are employees who are experiencing depression.
Key Word: administration reform, strategy, obtacles
PENDAHULUAN
Reformasi birokrasi di Indonesia telah berjalan sejak tahun 1998. Pada pelaksanaan reformasi tahap pertama, reformasi dibidang birokrasi tidak
mengalami perkembangan
dibandingkan dengan pelaksanaan reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Oleh sebab itu, pada tahun 2004 pemerintah menegaskan kembali pentingnya pelaksanaan reformasi birokrasi guna mewujudkan good gevernance.
Pada tahun 2010 setelah melakukan evaluasi terkait pelaksanaan reformasi birokrasi gelombang pertama pemerintah mengeluarkan Grand design Reformasi Birokrasi 2010-2025
melalui Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand design Reformasi Birokrasi 2010-2025 sebagai platform utama pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia.
Kemudian Grand design reformasi birokrasi tersebut dioperasionalkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melaui Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 tentang Road map Reformasi Birokrasi 2010-2014.
Dalam rangka mewujudkan tujuan reformasi birokrasi nasional, pemerintah menunjuk pilot project reformasi birokrasi. Kota Yogyakarta
menjadi salah satu kota pilot project reformasi birokrasi. Sebelum Kota Yogyakarta ditunjuk sebagai pilot project reformasi birokrasi oleh pemerintah pusat, Kota Yogyakarta telah melaksanakan reformasi birokrasi sejak tahun 1990-an. Sebagai salah satu kota yang menjadi pilot project reformasi birokrasi, Kota Yogyakarta dinilai telah berhasil melaksanakan reformasi birokrasi. Hal tersebut terlihat dari terciptanya pelayanan publik yang baik dengan diraihnya penghargaan Predikat Kepatuhan Terhadap Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman Republik Indonesia oleh dua belas instansi Pemerintah Kota Yogyakarta.
Strategi pelaksanaan reformasi birokrasi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan reformasi
birokrasi. Dalam proses pelaksanaan reformasi birokrasi terdapat beberapa instansi pilot project reformasi birokrasi yang mengalami ketertinggalan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Hal ini disebabkan karena kurang tepatnya strategi yang diterapkan daerah.
Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, tidak terlepas dari adanya permasalahan yang timbul sebagai konsekuensi dari pelaksanaan reformasi birokrasi. Salah satu permasalahan yang cukup menyita perhatian adalah adanya pegawai negeri sipil di lingkungan pemkot Yogyakarta yang tidak siap menerima perubahan yang terjadi sehingga mengalami stres.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti, mengapa ditengah keberhasilan pelaksanaan
reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta, muncul masalah yang cukup krusial. Apakah permasalahan tersebut timbul karena adanya strategi pelaksanaan yang kurang tepat ataukah memang karena SDM di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk mengikuti perubahan yang terjadi di dalam tubuh organisasinya.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Strategi pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta pasca diterbitkannya Peraturan Presiden nomor 81 tahun 2010 tentang Grand design Reformasi.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakasanakan di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta pada tanggal 10 November 2014 sampai dengan 05 Februari 2015.
Subjek Penelitian
Subjek utama dalam penelitian ini adalah ketua tim Pengarah yang merupakan tim induk reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta dan anggota tim penyelaras reformasi birokrasi.
Sumber dan Jenis Data
a. Sumber primer
Sumber primer dalam penelitian ini didapatkan melalui wawancara. b. Sumber sekunder
Sumber skunder data dalam penelitian ini berupa Peraturan perundangan terkait reformasi birokrasi dan Road map reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara 2. Dokumentasi
Teknik Pemeriksaan Keabsahan
Data
Untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti telah menggunakan teknik triangulasi sumber.
Teknik analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Proses analisis data terdiri dari empat alur kegiatan:
a. Pengumpulan data b. Reduksi data c. Penyajian data d. Menarik kesimpulan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa strategi pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kota
Yogyakarta terdiri dari tiga tahap yang pertama tahap perumusan strategi, penerapan strategi dan evaluasi strategi. Perumusan strategi menurut David Fred (2000:5) mencakup pengembangan visi dan misi perusahaan, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternative, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Agenda reformasi birokrasi telah tertuang di dalam misi pertama dan kedua reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta guna mewujudkan visi dan misi Kota Yogyakarta periode 2011-2016. Oleh sebab itu pada tahun 2010, pasca pemerintah pusat mengeluarkan grand
design reformasi birokrasi 2010-2015 Pemerintah Kota Yogyakarta berinisiatif untuk mengajukan diri menjadi pilot project reformasi birokrasi.
Tahap selanjutnya yaitu analisis SWOT. Hasila analisis SWOT Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu: 1. Kekuatan
1) Reformasi birokrasi di Kota Yogyakarta telah berjalan sebelum adanya grand design reformasi birokrasi
2) Pemerintah Kota Yogyakarta telah melaksanakan reformasi birokrasi sesuai dengan rancangan grand design reformasi birokrasi.
3) Pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki kompetensi yang mempuni sesuai dengan jabatan yang diembannya.
4) Kota Yogyakarta telah
mendapat berbagai
penghargaan terkait pelayanan publik dan atas kinerja pemerintah kota.
5) Adanya komitmen yang kuat dari seluruh Stakeholder di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk secra konsisten melaksanakan reformasi birokrasi.
b. Kelemahan
1) Kota Yogyakarta mengalami kekurangan pegawai
2) Adanya pegawai yang mengalami stress akibat kelebihan beban kerja
c. Peluang
1) Adanya dukungan dari DPRD Kota Yogyakarta terkait pelaksanaan reformasi birokrasi di Kota Yogyakarta
2) Adanya dukungan dari masyarkat terkait kebijakan-kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta
d. Ancaman
1) Adanya inkonsistensi dukungan dari masyarakat Kota Yogyakarta
2) Adanya kebijakan pelarangan penambahan pegawai bagi Pemerintah Daerah yang memiliki anggaran belanja pegawai lebih dari 50% APBD oleh Pemerintah Pusat.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta menerapkan pola SO yaitu memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk menutupi kelemahan dan tantangan yang ada.
Selanjutnya penetapan tujuan jangka panjang. Tujuan reformasi birokrasi Kota Yogyakarta yaitu
menciptakan birokrasi pemerintah profesional dengan karakteristik adabtif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih, bebas KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera
Strategi alternatif reformasi birokrasi Kota Yogyakarta merupakan tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi. Berdasarkan strategi alternatif, strategi utama reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta adalah manajemen perubahan. Setelah sebuah strategi ditetapkan, tahap selanjutnya menurut David Fred adalah penerapan strategi. Sebagai perubahan yang terencana manajemen perubahan menurut Kurt Lewin (dalam Wibowo, 2006:77) memiliki tiga model tahap pelaksanaan:
1. Unfreezing
Proses unfreezing berfungsi untuk menyiapkan ornag-orang yang akan terkena perubahan agar siap menerima
perubahan yang terjadi. Tahap unfreezing reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta adalah dengan diterapkannya quick win reformasi birokrasi berupa penyusunan standar operasional prosedur (SOP) seluruh kegiatan di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Dengan dirubahnya pola penyelenggaraan pemerintahan di lingkugnan Pemerintah Kota Yogyakarta, yang semula berdasarkan adat atau kebiasaan berubah menjadi berdasarkan SOP yang ada menjadikan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta lebih siap dalam menerima perubahan akibat adanya reformasi birokrasi. Apabila mereka masih dengan budaya kerja yang lama, dimana tidak ada standar kerja yang jelas yang menjadi ukuran kinerja mereka dan mereka
hanya bekerja berdasarakan adat kebiasan maka akan dapat dipastikan ketika terjadi reformasi mereka tidak dapat memenuhi tuntutan yang ada. 2. Changing atau Moving
Changing atau moving merupakan tahap dimana individu diberi informasi baru, model, ataupun cara baru. Proses Changing dalam manajemen perubahan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta terjadi melalui proses sosialiasi reformasi birokrasiyang dilakukan melalui rapat, workshop serta seminar mengenai reformasi birokrasi.
Dalam melakukan sebuah perubahan diperlukan agen perubahan untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah perubahan. Agen perubahan berfungsi membantu pegawai di lingkungan pemerintah Kota Yogyakarta untuk dapat memahami budaya kerja baru yang
diakibatkan adanya reformasi birokrasi. Agen perubahan reformasi birokrasi pemerintah Kota Yogyakarta terdiri adalah tim pengarah reformasi birokrasi, tim pelaksana reformasi birokrasi dan pegawai di lingkungan pemerintah Kota Yogyakarta yang telah mendapatkan pelatihan agen perubahan.
Aspek-aspek perubahan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta adalah delapan area perubahan reformasi birokrasi meliputi:
a. Organisasi b. Tatalaksana
c. Peraturan perundang-undangan d. Sumberdaya manusia aparatur e. Pengawasan
f. Akuntabilitas g. Pelayanan publik h. Pola pikir aparatur
3. Refreezing
Tahapan refreezing dilakukan untuk memelihara momentum suatu perubahan. Pasca diterimanya usulan road map reformasi birokrasi pemrintah Kota Yogyakarta oleh Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pemerintah Kota Yogyakarta segera menerbitkan regulasi terkait pelaksanaan reformasi birokrasi melalui Peraturan Walikota Nomor 72 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Road map reformasi birokrasi pemerintah Kota Yogyakarta kemudian ditetapkan melalui Keputusan Pemerintah Kota Yogyakarta Yogyakarta nomor 406/KEP/2013 tentang Penetapan Road map Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Yogyakarta.
Aturan hukum yang bersifat mengikat, akan mengikat seluruh pegawai dilingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk dapat mematuhinya. Sehingga konsistensi pelaksanaan reformasi birokrasi tetap terjaga.
Evalulasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Kota Yogyakarta berupa evaluasi eksternal dan evaluasi internal melalui penerapan sistem Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Untuk evaluasi internal, dilakukan penilaian mandiri pelaksnaaan reformasi birokrasi oleh asesor internal dalam hal ini adalah bagian organisasi sekretariat daerah Kota Yogyakarta. Sedangkan evaluasi eksternal dilakukan oleh Kementraian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi birokrasi sebagai asesor eksternal.
Berdasarkan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi secara online Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan nilai cukup tinggi dengan indeks reformasi birokrasi sebesar 273.28%.
Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah kota Yogyakarta telah berjalan dengan baik. Meski demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta tidak terlepas dari masalah yang menjadi kendala. Kendala yang pertama adalah sulitnya mengubah mindset aparatur agar dapat mencintai pekerjaan mereka sebagai pelayan masyarakat bukan mencintai jabatan mereka. Budaya birokrasi sebelumnya yang sarat akan praktik KKN dan tindakan indisipliner menyebabkan para pegawai negeri sipil (PNS) memiliki mindset bahwa sebagai PNS mereka memiliki kekuasaan yang
dapat mekera manfaatkan untuk memenuhi kepentingan pribadi mereka. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mengoptimalisasikan peran Walikota sebagai seorang agen perubahan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintahaan Kota Yogyakarta. Sebagai seorang agen perubahan, Walikota menjadikan dirinya sebagai teladan dengan berusaha tidak melakukan praktik korupsi dengan menerima hadiah ataupun imbalan dari pihak-pihak yang bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. Dengan demikian, diharapkan dapat merubah secara perlahan pola pikir pegawai dilingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Kendala berikutnya adalah kurangnya pegawai di lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta yang disebabkan adanya kebijakan pelarangan penerimaan pegawai bagi daerah yang memiliki anggaran belanja pegawai lebih dari 50% jumlah APBD. Jumlah anggaran belanja pegawai Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebesar 54% dari jumlah APBD hal tersebut mengakibatkan Kota Yogyakarta tidak dapat melakukan penambahan jumlah pegawai. Sedangkan dengan adanya Reformasi birokrasi tuntutan terhadap semakin meningkat. Akan tetapi tidak diimbangi oleh jumlah pegawai yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sehingga mengakibatkan pegawai yang ada mengalami kelebihan beban kerja. Akibatnya adanya pegawai yang mengalami stres akibat beban kerja yang berlebih. Stres yang dialami oleh pegawai tentu saja mengurangi kinerja pegawai dan
dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta membuat program bimbingan konseling bagi pegawai yang mengalami masalah akibat pekerjaan. Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta adalah dengan membentuk agen perubahan reformasi birokrasi. Dengan adanya agen perubahan reformasi birokrasi, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dialami oleh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melakukan perubahan untuk mencapai tujuan reformasi birokrasi.
Manajemen perubahan sebagai sebuah strategi pelaksanaan reformasi birokrasi telah berjalan dengan baik dan berhasil mengelola perubahan yang terjadi. Munculnya kendala dalam pelaksanaan reformasi birokrasi
bukan disebabkan oleh strategi yang tidak tepat, akan tetapi kendala-kendala tersebut merupakan konsekuensi akibat adanya perubahan dalam proses reformasi birokrasi.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai strategi pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan reformasi birokrasi Pemerintah Kota Yogyakarta telah berjalan dengan baik walau terdapat beberapa kendala yang menghalangi. Strategi pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah Kota Yogyakarta terdiri dari:
1. Perumusan strategi reformasi birokrasi yang meliputi pengembangan visi dan misi, penetapan tujuan jangka panjang,
identifikasi faktor kekuatan dan kelemahan dan penentuan strategi utama pelaksanaan reformasi birokrasi berupa manajemen perubahan.
2. Penerapan strategi, manajemen perubahan diterapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan melaksanakan quick win, melakukan sosialisasi road map reformasi birokrasi kepada seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Pembentukan agen perubahan. Penerbitan Peraturan Walikota Nomor 72 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dan kemudian menetapkan road map melalui keputusan Keputusan Pemerintah Kota Yogyakarta Yogyakarta no. 406/KEP/2013
tentang Penetapan Road map Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Yogyakarta.
3. Evaluasi strategi yang diterapkan oleh pemerintah Kota Yogyakarta menggunakan evaluasi internal dan evaluasi eksternal melalui penerapan sistem Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi (PMPRB) dengan menggunakan indikator hasil dan indikator pengungkit reformasi birokrasi.
Kendala yang dialami Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melaksanakan reformasi birokrasi yaitu:
1. Sulitnya mengubah mindset aparatur agar dapat mencintai pekerjaan mereka sebagai pelayan masyarakat bukan mencintai jabatan mereka.
lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta yang diakibatkan oleh adanya kebijakan pelarangan pengadaan pegawai bagi daerah yang mimiliki jumlah anggaran pegawai lebih dari 50% dari jumlah APBD.
3. Adanya pegawai yang mengalami stres akibat meningkatnya tuntutan pekerjaan sebagai konsekuensi adanya reformasi birokrasi dan hal tersebut tidak diimbangi dengan jumlah pegawai yang dimiliki Kota Yogyakarta sehingga pegawai yang ada mengalami kelebihan beban kerja.
Saran
1. Meningkatkan peran agen perubahan reformasi birokrasi untuk dapat meningkatkan integritas dan kinerja pegawai di lingkungan pemerintah Kota
Yogyakarta. Sehingga mereka dapat mengubah pola pikir mereka untuk tidak lagi mencintai jabatannya dan dapat mencintai pekerjaan mereka sebagai pelayan masyarakat.
2. Untuk mengatasi pegawai yang mengalami stress, dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas bimbingan konseling pegawai yang semula hanya dapat dilakukan dua kali dalam seminggu menjadi tiga kali atau bahkan setiap hari kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hadari Nawawi. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Riant Nugroho.2008. Publik Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Samodra Wibawa.2004. Reformasi Administrasi.Yogyakarta: Gava Media
Soesilo Zauhar. 2007. Reformasi Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Sondang P Siagian. 2011. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Bumi Aksara
Subarsono.2002. Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono.2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV
Sumber internet
Humas Kota Yogyakarta.” Dua Belas Instansi Pemkot Yogyakarta Mendapat Penghargaan Kepatuhan Standar Pelayanan Publik”. 08 Februari 2015. http://upik.jogjakota.go.id/in dex.php/home/selanjutnya/1 67
Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. “Status Pelaporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi”. 06 Februari 2015. http://pmprb.menpan.go.id/ Skripsi Rarasati Prakasitaningkrum.2014. Manajemen perubahan dalam penerapan e-proucurement di Pemerintah Kota Yogyakarta.UNY Kriswantoro.2013.Strategi pelaksanaan reformasi
birokrasi Sektor Pelayanan Publik di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.UNY
Publikasi Khusus dan Dokumen
Undang-undang republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 Tentang Rencana pembangunan jangka panjang nasional Tahun 2005 – 2025
Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Permenpan-RB nomor 20 tahun 2010 tentang Road map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan road map reformasi birokrasi kementrian/lembaga dan pemerintah daerah
Peraturan Pemerintah Kota Yogyakarta Yogyakarta Nomor 72 tahun 2012 tentang Pedoman Reformasi Birokrasi Di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta
Keputusan Pemerintah Kota Yogyakarta Yogyakarta Nomor 602/KEP/2007 tentang RAD Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Dalam Rangka Mewujudkan Tatakelola Pemerintah Yang Baik Kota Yogyakarta