• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI EKOLOGI LANSKAP DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI EKOLOGI LANSKAP DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI EKOLOGI LANSKAP

DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF

DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN

Disusun Oleh: Darmawan, S.Hut., M.I.L. NIP.19810727 201001 1 022 Pengendali Ekosistem Hutan Muda

DINAS KEHUTANAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TAHUN 2017

(2)

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu, setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang merupakan bagian dari alam. Alam pada hakikatnya merupakan guru bagi makhluk hidup, sehingga alam merupakan laboratorium yang sangat lengkap, namun manusia belum banyak menyadari dan memanfaatkan.

Salah satu laboratorium yang perlu di pelajari agar masih dapat dilihat untuk generasi yang akan datang yaitu lanskap pedesaan, karena lanskap pedesaan memiliki ciri khas tertentu yang tanpa disadari memiliki kearifan yang baik terhadap lingkungan sekitarnya. Namun keberadaan lanskap pedesaan pada saat ini dan masa yang akan datang memiliki ancaman yang sangat luar biasa terutama desakan dari pola pemukiman perkotaan dan desakan kebutuhan lahan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dan juga degradasi kualitas dan kuantitas lanskap perdesaan dapat dipengaruhi pula oleh lanskap perkotaan sehingga pengaruh kota dalam proses urbanisasi memberikan andil dalam penurunan lanskap perdesaan. Salah satu ancaman lanskap pedesaan pada saat ini yaitu program pemerintah yang akan membangun perumahanan nasional (Perumnas) untuk setiap daerah di Indonesia dan juga banyaknya pengembang perumahan yang mulai ekspansi ke desa. Dengan adanya permasalahan ini maka pola lanskap pedesaan apabila tidak bisa beradaptasi dengan keadaan sekarang maka akan tinggal kenangan, menuju pola lanskap pedesaan yang bergeser ke arah yang kaku dan homogen. Hal ini disebabkan oleh perubahan dalam tata guna lahan yang terus meningkat tidak hanya terjadi di daerah-daerah yang sebelumnya semi-intensif, seperti lahan pertanian, tetapi juga di daerah-daerah ekstensif dan perlindungan. Akan tetapi terdapat beberapa daerah pinggiran masih mencirikan fungsi lingkungan yang baik, terutama di daerah pedesaan perubahan-perubahan yang terjadi sebatas pada kebutuhan mereka sendiri (subsisten) seperti lanskap masyarakat baduy di Banten, masyarakat kampung naga di Garut dan lain-lain.

Oleh sebab itu sudah saat kita mulai memikirkan konsep lanskap perdesaan untuk dipelajari karena struktur lanskap perdesaan memiliki sifat kesinambungan lingkungan yang tercermin dalam pemenuhan aspek estetika, fungsional dan pelestarian lingkungan perdesaan adalah potensi yang layak untuk dikembangkan. Dan dengan keanekaragaman sumber daya hayati (biodiversity) yang cukup tinggi, lanskap perdesaan juga menyediakan sumber karbohidrat, mineral, vitamin dan protein, baik protein nabati maupun protein hewani. Selain itu

(3)

lanskap perdesaan juga menyediakan sumber plasma nutfah yang berkelanjutan (sustainable), yang diindikasikan dengan tanaman underexploited potensial dalam jumlah besar.

Berdasarkan hal diatas, lanskap perdesaan sangat memandang prinsip-prinsip ekologi, maka salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam mempelajari lanskap pedesaan adalah dengan menggunakan konsep ekologi, ekologi merupakan suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia dengan lingkungan dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapa mereka ada disitu. Ekologi juga salah satu ilmu yang mendasari lanskap (Irwan, 2014),

b. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan memberikan salah satu metode dalam mempertahankan lanskap pedesaan dengan menerapkan perencanaan ekologi lanskap perdesaan dalam pembangunan desa.

BAB II

PEMBAHASAN

Lanskap1 merupakan bagian luas dari suatu teritori (wilayah), homogen untuk beberapa

karakter yang dapat membedakan tipe‐tipe berdasarkan hubungan antar elemen‐elemen baik secara struktural maupun secara fungsional. Lanskap adalah Wajah dan karakter lahan/tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami atau keduanya, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta mahluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indra dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan (Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap Departermen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB). Salah satu ruang lingkup lanskap yaitu Ruralscape (lanskap perdesaan) yaitu pemandangan/lanskap di daerah pedesaan di mana lanskap alami dan lanskap pertanian dominan.

Lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap yang alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk permukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup dilingkungan ekologi yang sangat beragam. Pada umumnya, lanskap perdesaaan di Indonesia didominasi oleh ladang, sawah, kebun campuran, kebun buah dan

1 Lanskap adalah ruang yang terdapat di permukaan bumi yang terdiri dari sistem yang kompleks, terbentuk dari

aktivitas batuan, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia serta melalui fisiognominya membentuk suatu kesatuan yang dapat dikenal/diidentifikasi (Zonneveld, 1979 dalam Slide Mata Kuliah Perencanaan Tata Ruang Parikesit, Ph.D).

(4)

kumpulan ternak yang digembalakan pada berbagai ketinggian (Brscic, 2005 dalam Kuswendi, 2011). Lanskap tersebut akan tampak berbeda antara dataran tinggi dengan rendah. Pada dataran rendah, dominasi lahan persawahan dengan hamparan tanaman dataran rendah akan terlihat jelas dimana pemukiman penduduk akan berada di tengah-tengah lahan tersebut. Sedangkan pada dataran tinggi, bentukan lanskap akan didominasi oleh tegalan atau kebun campuran dan juga hutan dimana pola permukiman penduduk akan tersebar mengikuti letak kemiringan. Baik pada dataran rendah ataupun dataran tinggi, keduanya memiliki pemandangan yang indah sebagai kesatuan lanskap dengan segala kesatuan unsur-unsur pembentuk lanskap tersebut.

Agar lanskap perdesaan dapat bertahan dengan baik dan berkelanjutan maka sebuah perencanaan lanskap perdesaan harus mempertimbangkan aspek ekologi yang telah ada di suatu perdesaan, sehingga dapat memilah elemen-elemen (bercak, matrik dan koridor) lanskap perdesaan mana yang dipertahankan atau yang perlu dirubah agar menjadi lanskap perdesaan yang berkelanjutan tanpa mengurangi faktor produktivitas dari suatu desa. Oleh karena itu dengan mempertimbangkan ekologi dalam perencanaan lanskap perdesaan memberikan dampak positif untuk keberlanjutan lanskap karena mempunyai keterkaitan erat yaitu (1) sumberdaya (lingkungan) sebagai common

denominator; (2) ekologi membahas bagaimana fungsi dari sumberdaya (lingkungan); dan (3)

perencanaan fokus pada bagaimana sumberdaya (lingkungan) dapat dimanfaatkan secara baik (Slide Mata Kuliah Perencanaan Tata Ruang Parikesit, Ph.D).

Dalam ilmu ekologi lanskap, menjaga suatu heterogenitas lanskap (landscape heterogeneity) dapat membantu menjaga kestabilan baik bagi lingkungan maupun makhluk hidup. Forman dan Godron (1986) dalam Nurlaelih (2005) menyatakan bahwa lanskap alami dilihat sebagai matriks yang saling berhubungan yang dikelilingi oleh patch/bercak dan koridor yang rendah. Lanskap alami juga dianggap sebagai area dimana efek kehadiran manusia tidak berdampak signifikan pada keseluruhan lanskap. Adapun unsur-unsur lanskap yang harus diperhatikan dalam perencaan lanskap pedesaan dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini.

Sumber : Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap Departermen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.

(5)

Sedangkan menurut Page., et al (1998) dalam Amiuza dkk., (2012) karakteristik bentang alam suatu lingkungan dikaji dengan mengidentifikasi unsur unsurnya yang ada dalam suatu antara lain: (1) Sistem dan ciri alam (2) Organisasi keruangan (3) Penggunaan lahan (4)Tradisi budaya (5) Penataan kluster (6) Sirkulasi (7)Topografi (8) Vegetasi (9) Bangunan dan struktur (10) View dan vista (11) Fitur-fitur air buatan (12) Fitur-fitur berskala kecil (13) Kawasan arkeologis.

a. Perencanaan Lanskap Perdesaan dengan Pendekatan Ekologi (Transdisiplin ilmu)

Dalam Perencanaan lanskap perdesaan berbasis lahan yaitu pengorganisasian unsur pembentuk lanskap/tapak untuk mewujudkan lanskap yang berkelanjutan yaitu dengan minimum kerusakan dan gangguan lingkungan serta maksimum kenyamanan dan estetika lingkungan. Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 48 kawasan Pedesaan diarahkan untuk: (1) pemberdayaan masyarakat perdesaan, (2) pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya, (3) konservasi sumber daya alam, (4) pelestarian warisan budaya lokal; (5) pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan (6) penjagaan keseimbangan pembangunan. Dengan demikian diperlukan pendekatan perencanaan lanskap perdesaan secara holistik dan sistemik yaitu menggunakan lanskap sebagai unit kajian lintas disiplin ilmu memungkinkan analisis terintegrasi atas permasalahan lanskap yang kompleks mempelajari komponen biotik tidak semata-mata untuk perkembangan ilmu pengetahuan saja, untuk lebih jelas dapat dilihat Gambar 2. di bawah ini.

Dengan pendekatan secara holistik dan transdisiplin akan memberikan suatu perencanaan lanskap perdesaan yang berkelanjutan, lanskap perdesaan berkelanjutan pada umumnya menggambarkan suatu lanskap yang mendukung kualitas lingkungan dan pemeliharaan kehidupan alami. Lanskap yang dirancang dengan prinsip keberlanjutan dapat memberi keuntungan diantaranya keindahan, kerusakan lingkungan yang menurun, penggunaan yang efektif terhadap air, ketersediaan habitat satwa liar, penghematan dalam penggunaan energi dan tenaga kerja (Nurlaelih, 2005). Usaha untuk mencapai lanskap berkelanjutan dapat dilakukan dengan merancang sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip estetika, prinsip fungsional

Sumber : Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap Departermen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.

(6)

dan prinsip lingkungan. Prinsip estetika ditekankan kepada aksen, kontras, harmoni, repetisi dan kesatuan. Prinsip fungsional diarahkan kepada rancangan yang dapat digunakan dan menambah kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan prinsip lingkungan diarahkan pada perbaikan iklim mikro, peningkatan keragaman hayati, penurunan input sumberdaya dan input sumber daya yang terbuang dan pengefektifan daur ulang (Rodie dan Streich dalam Nurlaelih, 2005).

b. Tahapan Perencanaan Lanskap Perdesaan dengan Pendekatan Ekologi

Perencanaan lanskap perdesaan dengan pendekatan ekologi yang bersifat berkelanjut harus memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tahapan menurut penulis dengan pendekatan penelitian sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan. Penetapan tujuan penting dilakukan karena berkaitan dengan penetapan kriteria penilaian pada langkah selanjutnya.

2. Studi literatur dan survei lapang. Studi literatur dan survai lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut harus diperoleh dari narasumber yang kompeten (ahli dalam bidangnya). Jumlah narasumber perlu diperhatikan agar data yang terkumpul lebih akurat.

3. Analisis. Analisis dari data yang diperoleh dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif, dan spasial.

4. Evaluasi. Pada tahap evaluasi, dilakukan analisis komprehensif dan holistik dari semua data dan analisis yang dilakukan sebelumnya.

5. Pembuatan rekomendasi. Rekomendasi diusulkan berdasarkan hasil evaluasi sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Usulan rekomendasi dapat berupa kebijakan, strategi, program, aksi, site plan, atau model.

Selain dengan tahapan diatas, perencanaan lanskap perdesaan juga harus menerapkan manajemen adaptif dan partisipatif seperti pada Gambar 3. Di bawah ini

Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa dengan perencanaan lanskap perdesaan dengan ekologi lanskap dengan pendekatan manajemen adaptif akan selalu terjadi proses pembelajaran yang

(7)

terus menerus sepanjang waktu, sampai dihasilkan lanskap perdesaan yang berkelanjutan dengan metode partisipatif dan kaloboratif. Hal ini disebabkan bahwa setiap perencanaan yang berkaitan dengan suatu lingkungan akan ditemukan suatu masalah utama yaitu suatu ketidakkepastian (Uncertainty).

Setelah semua tahapan perencanaan lanskap perdesaan yang berkelanjutan secara adaptif sudah dipenuhi sampai pengeluaran rekomendasi maka tahapan berikutnya adalah melaksanakan rekomendasi tersebut seperti pada Gambar 4. Sebagai berikut.

c. Pemanfaatan Lanskap Perdesaan Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat. Untuk menjaga suatu lanskap perdesaan yang berkelanjutan bukan hanya memerlukan perencanaan yang baik tetapi juga membutuhkan nilai manfaat yang diterima oleh masyarakat lokal terutama ekonomi ataupun produktivitas yang meningkat dari lanskap yang telah direncanakan. Adapun beberapa pemanfaatan lanskap perdesaan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan nilai manfaat lanskap perdesaan sebagai berikut :

1. Agrowisata, wisata berbasis pertanian, rangkaian kegiatan pertanian dari budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata (Budiarjono, 2013).

2. Kampung berbasis lingkungan (ecovillage), mengandung pengertian sebagai suatu ekosistem dimana masyarakat perdesaan/kampung yang ada didalamnya berusaha mengintegrasikan kelestarian lingkungan sosial dengan cara hidup berdampak rendah untuk mencapai ini, mereka mengintegrasikan berbagai aspek disain ekologis,

permaculture (permanen agrokulture), bangunan ekologis, produksi hijau, energi

alternatif, bangunan masyarakat dan banyak lagi (GEN 2000 dalam Nurlaelih, 2005)

Gambar 4. Tahapan Pelaksanaan Perencanaan Lanskap Perdesaan dengan pendekatan ekologi berkelanjutan

Sumber : Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap Departermen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.

(8)

3. Ekowisata, ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partispasi penduduk lokal (World Conservation Union dalam Nugroho, 2014) seperti subak bali, kampung naga dan masyarakat baduy.

BAB III

PENUTUP

Dalam ilmu ekologi lanskap, menjaga suatu heterogenitas lanskap (landscape

heterogeneity) dapat membantu menjaga kestabilan baik lingkungan maupun makhluk hidup/kualitas

lingkungan dan hidup menjadi lebih baik dan menjamin keberkelanjutan lanskap pedesaan. Adapun proses perencanaan lanskap perdesaan menggunakan ekologi lanskap dengan pendekatan manajemen adaptif akan terjadi proses pembelajaran sepanjang waktu dengan menerapkan prinsip transdisiplin ilmu, partisapatif dan keberlanjutan (ekonomi, sosial dan lingkungan) dengan tahapan : (1) penetapan tujuan, (2) studi literatur dan survei lapangan, (3) analisis, (4) evaluasi, (5) rekomendasi, dan (6) pelaksanaan rekomendasi dengan tahapan (a) analisis tapak, (b) perencanaan lanskap, (c) desain lanskap, dan (d) dihasilkan lanskap perdesaan yang berkelanjutan (pemeliharaan dan pengelolaan lanskap; lanskap peservasi dan berkelanjutan; dan etika dan kebijakan lingkungan). Penerapan lanskap pedesaan yang berkelanjutan dapat dalam bentuk agrowisata, kampung berbasis lingkungan (ecovillage) dan ekowisata akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

DAFTAR PUSTAKA

Amiuza, Chairil Budiarto; Yusran, Yusfan A; W.Lisa Dwi; dan Martiningrum. 2012. Pragmatik Bentang Alam Pedesaan (Studi Kasus Dusun Bendosari, Kec. Pujon, Kab. Malang). Jurnal RUAS, Volume 10 N0 2, Desember 2012.

Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Arsitektur Lanskap Departermen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Budiarjono dan Wirdaningsih, Sitti. 2013. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan Kawasan Gunung Leutik Bogor. Jurnal Arsitektur Nalars Volume 12 No 2 Juli 2013

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2014. Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Kuswendi, Uut. 2011. Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage Di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang [Skripsi]. Bogor : Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

(9)

Nurlaelih, E.E. 2005. Aplikasi Konsep Desa Berkelanjutan (Ecovillage) dalam Pengelolaan Lanskap Perkampungan Tradisional. Studi Kasus Perkampungan Sunda di DAS Cianjur Jawa Barat. [Tesis]. Bogor : Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Slide Mata Kuliah Perencanaan Tata Ruang Kelas Bappenas oleh Parikseit, Ph.D Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik utama dalam pembuatan permen jelly adalah kekuatan gel pada produk yang dihasilkan sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi asam asetat yang terbaik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Perbandingan nilai SEE di atas maka dapat dilihat bahwa metode trend linier memiliki nilai SEE terkecil yaitu 415.079 kg, sedangkan trend kuadratis memiliki nilai

Makalah ini menjabarkan hasil analisis dan implementasi Elliptic Curve Cryptography, yaitu salah satu algoritma kriptografi kunci publik, dan aplikasinya pada

Yoyok Setia Raharjo (KUB Karang Ayem) JAWA TENGAH TEMANGGUNG PT MUTUAGUNG LESTARI KARANG AYEM An.. Dwi Agung (KUB Karang Ayem) JAWA TENGAH TEMANGGUNG PT MUTUAGUNG LESTARI KARANG

Perancangan Sistem Informasi Reservasi Penginapan pada Wisata Agro Gunung Mas Bogor yang dibuat untuk ditujukan dalam penyediaan informasi tentang data tamu, data

Masjid Salman ITB sebagai masjid kampus sekaligus sebagai pusat kegiatan keislaman yang kegiatannya mencerminkan keberagaman dari seluruh elemen masyarakat mulai

Berdasarkan pada hasil temuan penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat disimpulkan secara umum penelitian ini yaitu: penggunaan metode demonstrasi dapat