• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aktivitas Fisik Senam Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansi Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aktivitas Fisik Senam Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansi Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK

LOW

IMPACT

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA

HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

Oleh:

NI PUTU DESY TRISNASARI

NIM. 1102105006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

▸ Baca selengkapnya: materi aktivitas senam

(2)

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK

LOW

IMPACT

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA

HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

NI PUTU DESY TRISNASARI

NIM. 1102105006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)
(4)
(5)

Lampiran 2

Pernyataan Keaslian Tulisan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Putu Desy Trisnasari

NIM : 1102105006

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Study : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas Akhir saya ini , benar -benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran oran lain yang saya akui sebagai tulisan saya atau pikiran say a sendiri dan apabila dikemudian hari dapt dibuktikan proposal iniadalah hasil jiplana , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Januari 2015 Yang membuat pernyataan

(Ni Putu Desy Trisnasari)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Pengaruh Aktivas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Kelurahan Tonja.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K). M. Kes., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, sebagai ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

3. Ns. Desak Made Widyantari, M.Kep, Sp.Kep.MB, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan ini tepat waktu.

4. Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi, S.Kep sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan ini tepat waktu.

5. Kepada Lurah Tonja yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di lingkungan Kelurahan Tonja.

(7)

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari senpurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Januari 2015 Penulis

(8)

ABSTRAK

Trisnasari , Putu Desy,2015.Pengaruh Aktivitas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Lingkungan Kelurahan Tonja, Skripsi, Pogram Study Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pembimbing (1)Ns. Dsk.Md. Widyantari,M.Kep.Sp.Kep.MB.(2)Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi,S.Kep

Angka kejadian hipertensi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal tersebut berdampak pada peningkatan angka komplikasi akibat Hipertensi. Pencapaian penurunan kejadian hipertensi melalui terapi non farmkologis merupakan upaya untuk mencegah dan mengurangi kejadian hipertensi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas fisik senam aerobik low impact. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh latihan akivitas fisik senam aerobic low impact terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental menggunakan rancangan two group pretest-postest design. Teknik pengambilan sample yaitu non probability dengan teknik purvosive sampling, didapatkan 38 responden. Kelompok kontrol (n=19) dan perlakuan (n=19). Kelompok perlakuan melakukan latihan senam aerobic low impact 3 kali seminggu selama empat minggu dengan durasi 20 menit, dan kelompok kontrol tidak melakukan senam aerobik low impact. Berdasarkan hasil, menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sistolik (p=0,000) dan diastolik ( 0,021) yang bermakna pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol nilai sistolik (p=0,083) nilai diastolik (p=0,317) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah pretest dan posttest kelompok kontrol. Hasil analisis uji beda tekanan darah posttest kelompok kontrol dan perlakuan p=0,000 pada tekanan sistolik dan nilai p=0,027.Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah kelompok kontrol dan perlakuan.

(9)

Trisnasari , Putu Desy,2015. Effect of Physical Activity Low Impact Aerobic Gymnastics on Blood Pressure In Elderly Hypertension in Environmental Tonja village, Thesis, pogram Nursing Science., Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pembimbing (1)Ns. Dsk.Md. Widyantari,M.Kep.Sp.Kep.MB.(2)Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi,S.Kep

(10)

vii

2.4 Pengaruh Senam aerobic low Impact terhadap tekanan darah ... 37

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 42

3.3 Hipotesis ... 44

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 45

4.2 Kerangka Kerja ... 46

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian, dan Sampel... 47

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 49

(11)

vii

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO (2010) ... 15 Tabel 2 Definisi Operasional Variabel ... 43 Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Data Tekanan Darah

Pretest dan Post tset Kelompok Kontrol ... 57 Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Data Tekanan Darah

Pretest dan Post test Kelompok Perlakuan ... 57 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 61 Tabel 6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 61 Tabel 7 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Di

Lingkungan Kelurahan Tonja Tahun 2015 ... 62 Tabel 8 Distribusi Tekanan Darah Pretest dan Postest Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 63 Tabel 9 Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Sistolik Pretest dan

Postest Pada Kontrol di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 64 Tabel 10 Hasil Analisis Tekanan darah Diastolik Pretest dan

(13)

viii

Tonja ... 65 Tabel 11 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Sistolik

Pretest dan Postest Pada Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 66 Tabel 12 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Diastolik

Pretest dan Postest Pada Perlakuan di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 66 Tabel 13 Data Hasil Analisis Perbedaan Tekanan darah Siastolik Postest Pada Kelompok dan Perlakuan di Lingkungan

(14)

viii

(15)
(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep Pengaruh Aktivitas Fisik senam aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada

Lansia Hipertensi di Lingkungan Kelurahan Tonja ... 41 Gambar 2 Desain penelitian non randomized quasi experimental

– pre and post test design ... 45

Gambar 3 Kerangka Kerja Pengaruh Pengaruh Aktivitas Fisik senam aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Lingkungan Kelurahan

(17)

xi

DAFTAR SINGKATAN

BP : Blood Pressure

CRIPE : Continuous, Rhiythmical, Progresif dan Endurance

DNM : Denyut Nadi Maksimum

EDERF : Endhothelial Derive Relaxing Factor GTP : Guanosin Triphosphate (GTP)

JNC : Joint National Comitte

NO : Nitrit Oksida

Pernefri : Perhimpunan Nefrologi Indonesia

sGC : Solube Guanilate Cyclase

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 3 :Penjelasan Subjek Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Rancangan anggaran Biaya

Lampiran 6 : SOP pengukuran tekanan darah Lampiran 7 : SOP Pengukuran Nadi

Lampiran 8 : Prosedur Pelaksanaan Senam Aerobic Low Impact Lampiran 10 : Jadwal Pelatihan Senam Aerobic Low Impact

Lampiran 11 : Lembar observasi Lampiran 12 : Master tabel

Lampiran 13 : Analisis Univariat dan Bivariat Lampiran 14 : Uji Homogenitas

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tekanan darah merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi jika tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastol itu diatas 90 mmHg (Smeltzer & Bare 2005). Menurut Joint National Comitte (2012) semakin tinggi tekanan darah sistolik dan diastolik maka semakin besar resiko terkena stroke dan gagal jantung kongestif.

Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah diantaranya yaitu curah jantung, tahanan perifer (pembuluh darah halus), keturunan, hormone renin, angiotensin, aldosterone, peningkatan sistem saraf simpatis, faktor hemodinamik, dan gangguan kemampuan ginjal mengeluarkan natrium (Davey, 2005). Selain hal tersebut, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kejadian hipertensi diantaranya, stress psikososial, kegemukan, merokok, alcohol, asupan tinggi natrium dan kurangnya berolahraga (Soenardi, 2005).

(20)

2

hipertensi di Indonesia menurut Depkes RI (2007), yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga dan 65% merupakan orang yang telah berusia 55 tahun ke atas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukan bahwa kejadian hipertensi mencapai 31%.

Bali merupakan provinsi yang menempati peringkat ke empat di Indonesia dengan lansia terbanyak setelah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah lansia di Bali mencapai 3.907.400 orang pada tahun 2010, dan diperkirakan pada tahun 2015 jumlah lansia mencapai 4.152.800 orang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, penderita hipertensi pada lansia di Bali semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010 berjumlah 8.837 orang, pada tahun 2011 jumlahnya 17.779 orang, pada tahun 2012 jumlahnya 88.092 orang, dan pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi adalah 108. 295 orang.

(21)

3

jumlah lansia mengalami hipertensi. Lansia yang mengalami hipertensi merupakan lansia pensiunan PNS dan wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga yang aktivitas fisiknya tidak terlalu berat.

Dengan bertambahnya usia, lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. (Tambher dan Noorkasiani, 2009). Proses penuaan merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam mengadapi gangguan dari dalam maupun dari luar. (Tambayong, 2005). Hal ini menyebabkan lansia mudah mengalami gangguan kesehatan utamanya hipertensi.

(22)

4

dengan obat golongan diuretik, penghambat Andregenik seperti β –bloker, ACE Inhibitor, ARB, Antagonis kalsium dan Vasodilator (Divine, 2012). Penatalaksanaan non- farmakologis misalnya dengan menjalankan pola hidup sehat, mengurangi penggunaan garam, berhenti merokok, mengelola stress, istirahat yang cukup, dan melakukan olahraga yang tidak terlalu berat secara teratur ( Susilo & Wulandari, 2011).

Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mencegah hipertensi pada lansia yaitu dengan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik pada penderita hipertensi terutama bagi para lansia sangat bermanfaat, yaitu dengan meningkatkan denyut dan curah jantung yang mensirkulasi darah ke seluruh bagian tubuh (Gilang, 2007). Aktivitas fisik seperti senam aerobik low impact, merupakan salah satu aktivitas senam dengan gerakan ringan yang mampu meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik seperti senam aerobik terbukti dapat memperbaiki aliran darah, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan berat badan, dan menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg ( Pinzon dan Rizaldy, 2010).

(23)

5

factor (EDRF), yang merilekskan dan melebarkan pembuluh darah (Dede, 2005).

Latihan aerobik low impact yang dilakukan pada penderita hipertensi memiliki gerakan-gerakan yang bertujuan untuk menurunkan tekanan darah. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka aktivitas fisik senam aerobik harus memenuhi prinsip-prinsip latihan fisik yaitu CRIPE ( continuous, rhythmical, interval, progresif dan endurance), senam dilakukan terus menerus, bertahap diiringi dengan music, gerakan selang seling antara gerakan cepat dan lambat serta dilakukan selama 20-60 menit. (Harber dan Scott, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fitriana, 2010), mengenai “Pengaruh senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada usia Produktif Penderita Hipertensi Di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus

Kabupaten Semarang “ menunjukkan bahwa latian senam aerobik low impact

dengan frekuensi 3 kali per minggu merupakan latihan yang efektif untuk menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada tekanan darah sesudah diberikan senam aerobik low impact antara kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan p value 0,000 (<α=0,05).

(24)

6

dengan Hipertensi Grade Satu di perkumpulan Pedagang Marakas. Penelitian ini adalah quasi eksperiment yang menggunakan rancangan two group pretest-posttest design dengan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji t berpasangan, pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sistolik yang bermakna (p=0.00) sebelum latihan 148.17 mmHg dan sesudah latihan 142.55 mmHg, sedangkan pada kelompok control tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0.33) sebelum latihan 150.84 mmHg dan sesudah latihan 151.00 mmHg. Berdasarkan hasil uji t berpasangan diperoleh pada kelompok perlakuan ada perbedaan nilai rata-rata tekanan darah diastolic yang bermakna (p=0.00) sebelum latihan 93 mmHg dan sesudah 90.34 mmHg sedangkan pada kelompok control tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0.16) sebelum latihan 94.84 mmHg dan sesudah latihan 95.17 mmHg.

Sementara itu, Penelitian lain juga dilakukan oleh Arfani (2013) dengan judul “Pengaruh Latihan Aktivitas Fisik Senam Aerobik Low Impact Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Brebes. ”Penelitian ini adalah pre eksperiment yang menggunakan rancangan one group pretest-posttest design dengan tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi pada kelompok responden tekanan sistolik dan diastole mengalami penurunan.

(25)

7

(0.000 < 0.005). Hasil analisa tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh

latihan aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada

lansia penderita hipertensi.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh latihan aktivitas fisik senam aerobik low impact

(26)

8

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumusukan pertanyaan penelitian sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh aktivitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah lansia pada lansia dengan Hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja ?

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktifitas fisik senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan Hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan)

2. Mengidentifikasi tekanan darah pretest pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik low impact di lingkungan kelurahan Tonja

3. Mengidentifikasi tekanan darah posttest pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik

(27)

9

4. Menganalisis perbedaan tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik low impact di lingkungan kelurahan Tonja

5. Menganalisis perbedaan tekanan darah pretest dan posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi senam aerobik

low impact di lingkungan kelurahan Tonja

6. Mengananlisis perbedaan selisih tekanan darah antara kelompok kontrol dan perlakuan yang diberikan intervensi senam aerobik

low impact di lingkungan kelurahan Tonja.

1.4Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mengetahui informasi atau pengetahuan lebih lanjut tentang pengaruh senam aerobik low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja

2. Sebagai wacana untuk pengembangan penelitian lebih lanjut di bidang keperawatan gerontik khususnya pemberian senam aerobik

low impact terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di lingkungan kelurahan Tonja

(28)

10

1. Sebagai salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan oleh lansia dalam mengontrol tekanan darah sehinggadapat meningakatkan kualitas hidupnya.

2. Dapat digunakan oleh perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya dalam hal pelatihan senam aerobik low impact untuk menjaga tekanan darah para lanjut usia

3. Dapat dijadikan referensi untuk peningkatan dan pengembangan pelaksanaan senam aerobik low impact di kelurahan Tonja

(29)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini peneliti menuliskan mengenai teori-teori yang dapat mendukung argumentasi penulis. Tinjauan teori yang penulis tampilkan pada BAB ini meliputi hipertensi, latihan senam aerobik low impact serta pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi.

2.1Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg Guyton & Holl (2006). Menurut (Bryan wiliams, 2007 ) tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh darah. Lebih terperinci lagi dijelaskan bahwa tekanan darah (BP=Blood Pressure) dinyatakan dengan millimeter (mm) merkuri (Hg).

(30)

12

Tekanan darah tinggi atau disebut dengan Hipertensi merupakan kondisi yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua (Wahyunita dan Fitrah, 2010). Pengaturan tekanan darah pada hipertensi merupakan proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung (Syarifudin, 2006).

Jadi dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistole > 140 dan tekanan darah diastole > 90 mmhg yang dapat berubah-ubah sesuai dengan umur, aktivitas, elastisitas arteri tingkat strees pengendalian ginjal serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah.

2.1.2 Jenis Hipertensi

(31)

13

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi esensial ini merupakan jenis hipertensi idiopatik karena tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin, angiotensin, peningkatan Na dan Ca intraseluler (Santoso, 2009). Menurut Baradero, Mary (2008), faktor risiko hipertensi esensial meliputi : umur, riwayat keluarga, obesitas yang dikaitkan dengan peningkatan volume intravaskuler, aterosklerosis, merokok, kadar garam tinggi (natrium membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat), mengkonsumsi alkohol dan stress emosi yang merangsang system saraf simpatis.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

(32)

14

syndrome cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan ( Unjianti, 2010).

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

(33)

15

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO (2010).

Kategori

Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg)

Tensi optimal <120 <80 Tensi normal <130 <85

Tensi normal tinggi 130-139 85-89 Tingkat 1 : hipertensi

ringan 140-159 90-99

Subgroup : batas 140-149 90-94 Tingkat 2 :hipertensi

sedang 160-179 100-109

Tingkat 3 :hipertensi berat 180-209 110-119 Hipertensi sistolik isolasi >140 <90 Subgroup: batas 140-149 <90 Tingkat 4 : hipertensi

maligna >210 >120

2.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak factor ( Potter & Perry, 2005). Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

(34)

16

1) Merokok

Rokok memiliki kandungan 4.000 racun kimia yang berbahaya.

Adapun bahan utama dari rokok terdiri dari 2 zat, yaitu: nikotin

dan karbon monoksida (Manik, 2011). Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri. Kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatkan hormone epinefrin yang membuat penyempitan pada pembuluh darah arteri. Selain hal tersebut kandungan karbonmonoksida dalam rokok dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh sehingga dapat meningkatkan tekanan darah ( Marliani, Lily dan Tantan, 2007). 2) Alkohol

(35)

17

3) Kurang aktivitas olahraga

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal

tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada

setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi (Effendi Sianturi, 2004).

4) Obesitas

(36)

18

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Ellisa,2009).

5) Intake garam

Kadar garam tinggi (natrium) membuat retensi air yang dapat menyebabkan volume darah meningkat. Konsumsi garam berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal menyempit dan menahan aliran darah. Konsumsi garam per hari yang dianjurkan adalah sebesar 1500-2000 mg atau setara dengan satu sendok (Basha, 2008). Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Sugiharto, 2007).

6) Stress

(37)

19

dan curah jantung, sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik (Arieska Ann Soenarta, 2008).

b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi 1) Usia

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Setelah berumur > 45 tahun, dinding arteri akanmengalami penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar berkurang. Pada usia lanjut peningkatan tekanan darah terjadi akibat adanya penurunan elastisitas pembuluh darah peningkatan resistensi pembuluh darah perifer serta aktifitas simpatik (Anggraeni, 2009).

2) Jenis kelamin

(38)

20

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pada pria usia dewasa (Scanlon & Sanders, 2007). 3) Faktor Genetik

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) meningkatkan resiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Faktor genetik ini berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membranesel (Smletzer, 2004). Menurut Davinson bila kedua orang tua menderita hipertensi maka 45% anak akan menderita hipertensi dan bila salah satu orang tua yang menderita hipertensi maka sekitar 30% anak akan menderita hipertensi ( Depkes RI, 2006).

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

(39)

21

neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinepfrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. ( Smelzer et al,.2008).

Menurut (Corwin, 2009) hipertensi terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu curah jantung dan tahanan perifer, sistem renin-angiotensin serta sistem saraf simpatis. Curah jantung dan tahanan perifer dapat meningkatkan tekanan darah. Peningkatan curah jantung terjadi melalui dua cara yaitu peningkatan volume cairan atau preload

dan rangsangan saraf yang mempengaruhi kontraktilitas jantung. Curah jantung meningkat secara mendadak akibat adanya rangsang saraf adrenergik.

Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik (Lam Murni, 2011).

(40)

22

konsentrasi otot halus mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang dimediasi oleh angiotensin dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, Darkins, Morgan, dan Simpon, 2005). Perubahan struktur pembuluh darah meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah (Corwin, 2009). Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer (Anggie Hanifa, 2009).

2.1.6 Manifetasi klinis hipertensi

(41)

23

iskemik dengan tanda gejala paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan ketajaman penglihatan ( Rokhaeni, 2001). Menurut Corwin (2009), manifestasi klinis hipertensi terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun tahun, dan berupa sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina, cara berjalan yang tidak bagus Karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan akibat peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus serta edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam

jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Yugiantoro, 2006). Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi diantaranya stroke, infark miokard, gagal ginjal, enselopalopati, kejang.

a. Stroke

(42)

24

apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri pada otak mengalami arteriosclerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinaan terbentuknya aneurisma (Yugiantoro, 2006).

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark (Lam Murni, 2011).

c. Gagal ginjal

(43)

25

yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik ( Corwin, 2009).

d. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian (Lam Murni Sagala, 2011)

e. Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang baru lahir mungkin memiliki berat lahir kecil akibat fungsi placenta tidak adekuat , kemudian dapat dialami hipoksia dan asidosis jika ibu kejang selama atau sebelum proses persalinan ( Elisabeth J Corwin , 2009: 487-488).

2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi

(44)

26

yaitu terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis adalah pengobatan dengan menggunakan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang biasanya menggunkaan satu atau lebih obat. Pengobatan farmakologis yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah terdiri dari tujuh golongan, yaitu golongan diuretik (aceinhibitor, karbonik anhydrase, loop diuretic, tirazid, osmotic dan hemat kalium, beta blocker (acebutalol, metoprolol dsb), angiotensin converting enzyme ( captopril, dsb), angiotensin II receptor bloker (Iosartan, olmesartan), obat yang bekerja di system saraf pusat ( clonidin, metildopa) dan vasodilator ( fenolpopan , hidralazin, dan minoxidili) (Lili dan Tantan, 2007).

(45)

27

gula darah dan kolesterol, melakukan aktifitas fisik atau olahraga dan relaksasi. Salah satu aktifitas fisik atau olahraga untuk lansia adalah aktivitas aerobic low impact (Gilang, 2007)..

2.2 Lansia

2.2.1Pengertian Lansia

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, Pasal 1 ayat (2) ,(3), (4) dalam Nugroho (2008). Menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut Mickey (2006), menyatakan lansia merupakan kelompok usia 60 tahun keatas yang rentan terhadap kesehatan fisik dan mental. Penuaan pada lansia atau dikenal dengan

aging merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan penuruan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ dan fungsi sistem tubuh pada lansia bersifat alamiah atau fisiologis.

2.2.2 Perubahan Morfologis dan fungsi tubuh pada lansia

(46)

28

pembuluh darah. Selain itu bertambahnya usia sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri (Mickley, 2006). Menurut Santoso (2009), perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan fisik, dan psikologis.

1) Perubahan kondisi fisik

Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas atau kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, dan sering pusing (Santoso, 2009).

2) Perubahan Psikologis

(47)

29

mengakibatkan kekhawatiran atau kecemasan. Kemudian perasaan stress, depresi atau adanya sesuatu yang hilang dan perasaan berduka juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit demensia.

2.3 Senam Aerobik

2.3.1Pengertian Senam aerobic

Menurut Wicaksono (2011), senam aerobik adalah olahraga yang

dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat

dipenuhi tubuh. Latihan aerobik dimulai dengan pemanasan selama 5

menit kemudian diikuti dengan latihan pokok dengan mengukur

rmaksimum detak jantung dengan pencapaian 220 dikurangi usia yang

sedang berlatih per menit (DNM). Latihan ini dilakukan selama 20

menit, namun bila dilakukan setiap hari atau bila tidak ada waktu boleh

dilakukan 3x 30 menit per minggu (Mahalayati, 2010).

(48)

30

low impact merupakan senam yang gerakannya ringan, bisa dilakukan mulai dari usia anak-anak, dewasa bahkan lansia. Gerakannya ini berupa gerakan-gerakan kaki, seperti jalan di tempat, jalan maju mundur tepuk tangan, serta dikombinasikan dengan gerakan-gerakan tangan dan bahu, sehingga olahraga jenis ini cocok digunakan untuk orang yang menderita penyakit jantung maupun hipertensi (Sunanto, 2009).

2.3.2Manfaat Senam Aerobic low impact

Manfaat senam aerobic yaitu untuk menjaga kesehatan jantung dan stamina tubuh. Menurut Muhajir (2007), senam aerobik dapat meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, membakar lemak yang berlebihan di tubuh, mengencangkan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler seperti stroke. Selain itu latihan senam dapat menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok. Menurut Moh Gilang (2007), kegiatan senam aerobik dapat meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kelincahan daya tahan tubuh. Dengan melakukan aerobik selama 20 menit, maka energi akan meningkat sebesar 20%.

2.3.3Prinsip Senam Aerobic Low Impact

(49)

31

1) Intensitas Latihan

Intensitas latihan sangat diperlukan dalam mencapai target heart rate. Intensitas latihan yang baik berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimal. Rentang daerah ini lazim disebut sebagai training zone atau daerah latihan. Suatu latihan yang telah dilakukan seseorang dinilai telah memenuhi takaran yang baik apabila denyut latihannnya berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimalnya (Malahayati, 2010). Untuk mengetahui denyut nadi dalam satu menit, bisa memakai dua cara, cara pertama yaitu dengan menggunakan alat yang bernama pulse meter. Alat ini sangat terbatas dan hanya tersedia di laboratorium olahraga. Dengan memasukkan jari telunjuk selama 1 menit, maka secara otomatis hasil penghitungan denyut nadi langsung dapat diketahui. Cara kedua dengan cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi pada pergelangan tangan atau pada pangkal leher menggunakan jari telunjuk dan jari tengah (Moh Gilang, 2007).

2) Durasi

(50)

32

Latihan dengan tempo yang terlalu lama atau terlalu pendek akan memberikan hasil yang kurang efektif. Dalam senam aerobik total waktu latihan yang baik umumnya antara 20-60 menit dalam satu sesi latihan (Suharno, 2009).

3) Frekuensi

Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh seseorang. Frekuensi latihan untuk senam aerobik dilakukan 2-5 kali seminggu. Apabila frekuensi latihan lebih dari 5 kali maka dikhawatirkan tubuh tidak cukup beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan normal

sehingga dapat menimbulkan sakit atau over training. Untuk lansia

senam aerobik cukup dilakukan 3 kali selama seminggu

(Malahayati, 2010).

4) Intensitas

(51)

33

5) Time

Waktu atau lamanya latihan sebaiknya bertahap ditingkatkan antara 20-60 menit.

2.3.4Jenis-jenis senam aerobic

1) Low impact ( Benturan Ringan)

(52)

34

2) High Impact

Senam High Impacts (senam aerobik aliran gerakan keras). Jenis latihan ini sangat cocok bagi mereka yang telah memiliki seperangkat syarat-syarat kualitas dan teknik senam aerobik yang memadai. Latihan high atau lompatan-lompatan adalah jenis latihan yang bertujuan meningkatkan power dan meningkatkan kardiovaskular bagi pelakunya. Latihan ini adalah latihan yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi diiringi oleh musik yang berirama cepat ( Moh, Gilang, 2007).

3) Moderate Impact

Moderate impact merupakan perpaduan antara senam aerobik low impact dan senam aerobik high impact. Latihan moderate impact

merupakan latihan yang diperlakukan secara sistematis dan harmonis serta ritmis untuk meningkatkan endurance atau daya tahan secara keseluruhan. Senam aerobik moderate impact juga meningkatkan power bagi pelakunya, apabila dilakukan dalam waktu yang teratur (Malahayati, 2010).

2.3.5Kelebihan dan Kelemahan Senam aerobic low impact

(53)

35

hampir semua orang dapat melakukannya (Malahayati, 2010). Senam aerobik low impact juga mempunyai kekurangan antara lain adalah aerobik low impact tidaklah bebas sama sekali dari kemungkinan mengalami cidera. Hal ini terjadi karena mereka melakukan gerakan tangan yang berlebihan, untuk memberikan kompensasi pada gerakan kaki yang hanya sedikit, dan dapat pula terjadi cedera pada bahu (Moh Gilang, 2007).

2.3.6 Prosedur Latihan Senam Aerobik low impact

Prosedur latihan senam aerobik low impact terdiri dari pemanasan , kegiatan inti dan pendinginan.

a. Pemanasan

(54)

36

b. Kegiatan Inti

Fase latihan adalah fase utama dari sistematika latihan senam aerobik low impact yang berlangsung selama 20 menit. Dalam fase ini target latihan harus tercapai. Salah satu indikator latihan telah memenuhi target adalah dengan memprediksi bahwa latihan tersebut telah mencapai training zone (Malahayati, 2010). Training zone adalah daerah ideal denyut nadi dalam fase latihan. Rentang training zone adalah 60-90% dari denyut nadi maksimal seseorang (DNM) Denyut nadi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda, tergantung dari tingkat usia seseorang. Berikut adalah rumus mencari denyut nadi maksimal seseorang (DNM). Umumnya rumus ini digunakan untuk pengukuran denyut nadi). DNM=220-usia (Tahun) (Irwansyah, 2006).

c. Pendinginan

(55)

37

kegiatan aerobik ini bertujuan mengembalikan nadi yang cepat

karena latihan kembali menjadi normal. Pada fase ini gerakan

berangsur diturunkan kecepatannya selama 3-5 menit untuk mengembalikan ke denyut nadi normal (Giriwijoyo, 2007).

2.4 Pengaruh senam aerobic low impact terhadap penurunan tekanan darah

Melakukan aktivitas fisik seperti senam aerobik low impact mampu mendorong jantung bekerja secara optimal. Senam aerobik low impact

(56)

38

Olahraga senam aerobik low impact dapat meningkatkan jumlah darah yang dipompa setiap menitnya oleh jantung khususnya dari ventrikel kiri. Melalui peningkatan jumlah darah yang dipompa akan mengakibatkan jumlah oksigen yang beredar ke seluruh tubuh juga meningkat (Stanley, 2006). Jumlah darah yang dipompa jantung bergantung kepada jumlah darah vena yang kembali ke jantung. Jantung akan memompa darah bila ada darah vena yang kembali ke jantung. Selama beraktivitas senam aerobik

low impact, terjadi kontraksi otot, difusi oksigen karbonmonoksida di paru dan konstriksi vena, hal tersebut mengakibatkan peningkatan jumlah darah vena yang kembali ke jantung (Malahayati, 2010). Melakukan senam aerobik low impact akan memberikan keuntungan bagi tubuh terutama jantung dan paru. Otot jantung bertambah kuat, sehingga jantung dapat memompa darah lebih maksimal. Curah jantung meningkat sehingga dapat berdenyut lebih lambat. Disamping itu peningkatan suplai darah ke jantung semakin sempurna dengan berkembangnya pembuluh darah yang baru sehingga jantung mendapatkan lebih banyak zat makanan dan oksigen serta tidak mudah lelah.

(57)

39

intervensi yaitu 148-215 mmHg dan setelah intevensi turun menjadi 144-212 mmHg. Sedangkan tekanan diastole sebelum diberikan intervensi yaitu 80-93 mmHg turun menjadi 80-90 mmhg setelah diberikan intervensi. Dengan nilai p value adalah 0.000 . Data analisa tersebut dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan aktifitas fisik senam aerobik low impact

terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Lansia

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO (2010).

Referensi

Dokumen terkait

ergonomik dan aerobic low impact terhadap level tekanan darah sistole dan diastole pada lansia hipertensi, dan pengaruh paling efektif senam ergonomik. Disarankan

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa tekanan darah pada responden mengalami penurunan tekanan sistolik dan penurunan tekanan diastolik.Hasil penelitian ini sesuai

Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan study kasus de ngan judul “ Penerapan Senam Lansia Sebagai Latihan Fisik Untuk Menurunkan Tekanan Darah

Dari hasil penelitian pengaruh senam bugar lansia terhadap tekanan darah di simpulkan bahwa ,terjadi penurunan tekanan darah pada lansia yang melakukan aktivitas fisik senam

Hasil : Hasil perhitungan uji independent sampel t test diperoleh nilai signifikansi penurunan tekanan darah sistolik pada kedua kelompok (senam lansia dan senam aerobik

Program Studi Fisioterapi Universitas Binawan ix PENGARUH SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP PENINGKATAN KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG

i KARYA ILMIAH AKHIR NERS PENERAPAN SENAM HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK UNTUK MENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

xiii PENERAPAN SENAM HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK UNTUK MENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN I Sinta Purnama