• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama Negara yang siarannya ditujukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama Negara yang siarannya ditujukan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Profil Radio Republik Indonesia

RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama Negara yang siarannya ditujukan untuk kepentingan bangsa dan Negara. RRI terletak di Jalan Merdeka Barat no.4-5 jakarta pusat. RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional.

Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman, Jalan Menteng Dalam Jakarta, menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.

Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI. Butir Tri Prasetya yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada penyiar RRI pada era Reformasi untuk menjadikan

(2)

RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

Besarnya tugas dan fungsi RRI yang diberikan oleh negara melalui UU no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, PP 11 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta PP 12 tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran Asing. Dengan kekuatan 67 stasiun penyiaran termasuk Siaran Luar Negeri dan 5 (lima) satuan kerja (satker) lainnya yaitu Pusat Pemberitaan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbangdiklat) Satuan Pengawasan Intern, serta diperkuat 16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di Luar negeri RRI memiliki 61 (enampuluh satu) programa 1, 61 programa 2, 61 programa 3, 14 programa 4 dan 7 studio produksi maka RRI setara dengan 205 stasiun radio.

b. Visi dan Misi RRI a. VISI LPP RRI:

Menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan karakter bangsa, berkelas dunia.

b. Misi LPP RRI

1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/kode etik penyiaran.

2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karaktek bangsa.

(3)

3. Menyelenggarakan program siaran berperspektif gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.

4. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI. 5. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan

politik negara dan citra positif bangsa.

6. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.

7. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumberdaya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik.

8. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efisien dengan sistem manajemen sumber daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik ( good corporate governance).

9. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

10. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.

(4)

c. Struktur Organisasi LPP RRI

Gambar 4. Struktur Organisasi LPP RRI

Gambar 4. Struktur Organisasi LPP RRI

d. Badan Hukum Instansi

Peraturan Pemerintah Republik Indonensia No.12 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) terdiri 11 Bab, 47 Pasal, 12 Bagian, 102 Ayat. Ditetapkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Maret 2005 oleh Presiden RI, Dr.H. Susilo Bambang Yudoyono dan Menteri Hukum dan HAM, Dr.Hamid Awaludin. DIREKSI  DEWAN PENGAWAS DIREKTUR UTAMA  DIREKTUR  PROGRA M   DAN  PRODUKSI DIREKTUR  TEKNOLO GI DAN  MEDIA  BARU  DIREKTUR  LAYANAN  DAN  PENGENB ANGAN  USAHA DIREKTUR  KEUANGAN  DIREKTUR  SDM DAN  UMUM  KAPUSLITBA NGDIKLAT KEPALA  PUSAT  KEPALA SPI Struktur Organisasi Lembaga Penyiaran 

(5)

e. Variasi Siaran

RRI didaerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program, dengan segmennya masing-masing yaitu:

1. PRO 1, sebagai siaran Pusat Pemberdayaan Masyarakat yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan.

2. PRO 2, sebagai siaran Pusat Kreativitas Anak Muda yang melayani masyarakat muda di perkotaan, dan

3. PRO 3, merupakan siaran dari Jakarta sebagai siaran Jaringan Berita Nasional yang menyajikan berita dan informasi (News Channel) selama 24 jam yang dipancarluaskan/ direlay oleh Setiap Stasiun RRI daerah kepada masyarakat luas di seluruh wilayah Indonesia.

Sedangkan untuk cabang utama atau RRI pusat yang berkedudukan di Jakarta terdapat 4 programa dan siaran manca negara yaitu :

1. PRO 1 siaran Pusat Pemberdayaan Masyarakat untuk pen dengar di Propinsi DKI Jakarta Usia Dewasa (Siaran Khusus Informasi, Pendidikan, Hiburan & Budaya),

2. PRO 2 siaran Pusat Kreativitas Anak Muda untuk segment pendengar remaja dan pemuda di Jakarta (Siaran Khusus Musik,Informasi & Gaya Hidup)

3. PRO 3 siaran Jaringan Berita Nasional, 4. PRO 4 siaran Pusat Kebudayaan Indonesia.

5. Channel V atau Suara Indonesia (Voice of Indonesia) sebagai Siaran Luar Negeri.

(6)

2. Deskripsi Data Penelitian

a. Perkembangan Perubahan RRI

Usia RRI hampir sama tuanya dengan umur NKRI, umur RRI dan NKRI hanya berbeda 24 hari. Suatu usia sebuah organisasi RRI yang telah cukup lanjut seiring dengan perjalanan sejarah dan dinamika negerinya. Dalam kurun waktu selama itu jugalah RRI ikut serta dalam pasang surutnya negeri ini tanpa pernah absen dan selalu menyertai panggilan tugas sejarahnya dari masa ke masa sejak masa menegakkan kemerdekaan NKRI, mempertahankankan kedaulatan NKRI, dan mengarungi masa Orde Lama (Orla) masa pemerintahan Presiden Soekarno, RRI juga senantiasa menemani perjalanan Orde Baru (Orba) dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, dan masa Reformasi ,masa yang merupakan masa kebangkitan RRI, dan hingga saat ini RRI senantiasa mengudara sebagai sarana penyampaian berita dan penyebar luasan informasi yang mendidik dan berkualitas.

(7)

Gambar 5. Skema Perubahan RRI

Berdasarkan skema diatas ada 4 tahap perubahan status RRI sebelum menjadi LPP, 4 tahap tersebut adalah :

a) Radio perjuangan

Radio Hoso Kyoku adalah radio militer jepang yang mengudara dengan aktif pada masa perjuangan, radio ini adalah cikal bakal dari RRI. Pada masa kemerdekaan radio ini mengambil peran penting dalam kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai media yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh wilayah Indonesia dan bahkan keseluruh dunia melalu siaran radio yang siarkan secara diam-diam. Sebelum kemerdekaan siaran radio ini telah banyak memberikan pesan-pesan dan kode rahasia dari pemimpin bangsa yang disiarkasn secara sembunyi-sembuyi, maka dari itu tercetuslah RRI sebagai radio untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. b) Radio Republik Indonesia

(Sebelum Kemerdekaan) Radio Perjuangan

(1945 – 1968) Radio Republik Indonesia

(1968 – 1998)

RRI masa Pemerintahan Presiden Soeharto

(1998-2000)

(8)

Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan pada tanggal 11 September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman Jalan Menteng Dalam Jakarta menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI yang berbunyi :

1) Kita harus menyelamatkan segala alat siaran radio dari siapapun juga yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menhancurkan negara kita dan membela alat itu dengan segala jiwa raga dalam keadaan bagaimanapun juga.

2) Kita harus mengemudikan siaran RRI sebagai alat perjuangan dan alat revolusi seluruh bangsa indonesia, dengan jiwa kebangsaan yang murni , hati yang bersih dan jujur serta budi yang penuh kecintaan dan kesetiaan kepada tanah air dan bangsa.

3) Kita harus berdiri diatas segala aliran dan keyakinan partai atau golongan, dengan mengutamakan persatuan bangsa dan keselamatan Negara, serta berpegang pada jiwa proklamasi 17 agustus 1945.

c) RRI masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1968 – 1998)

Radio Republik Indonesia berstatus sebagai Perusahaan Jawatan yang berada di bawal kementrian penerangan dan didalam Dirjen Radio Televisi (RTF). Pada masa ini RRI dijadika radio pemerintah atau biasa disebut dengan “ Corong Pemerintah “.

(9)

Status sebagai corong pemerintah membuat RRI beralih fungsi dari yang semula dicita-citakan yaitu netral dan berdiri diatas semua golongan, pada masa ini RRI hanya menyiarkan hal-hal positif dari pemerintah. Bukan hanya sebagai corong pemerintah, bahkan menjadi corong partai Golkar, yang notabennya adalah partai penguasa pada masa ini. Sistem komunikasi yang otoritarian atau sitem komunikasi topdown yang tidak memiliki ruang rakyat. Semua hal mengenai penyiaran sudah di atur, tidak ada kritik mapun dialog interaktif, RRI hanya sebagai alat penyampai dari pemerintah ke seluruh masyarakat Indonesia.

d) RRI Masa Reformasi 1998-2000

Pada masa reformasi Departeman Penerangan dibubarkan, maka RRI mencari solusi akan status mereka yang beradaa di bawah Depatemen Penerangan. Semangat Tri Prasetya pun berkobar kembali dimana butir yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran / keyakinan partai atau golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada broadcaster RRI pada era reformasi untuk menjadikan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Dengan terbitnya UU No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran dan peraturan pemerintah No.11 Tahun 2005 tanggal 18 Maret 2005 tentang penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Publik serta Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2005 tanggal 18 maret 2005 tentang penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Publik, maka RRI secara keseluruhan berubah status menjadi LPP terhitung mulai tanggal 18 Maret 2005.

(10)

b. Identifikasi Perubahan

Sebagai media penyiaran pertama yang dimiliki oleh Indonesia, RRI memiliki peran penting untuk membantu pemerintah dalam menyebarluaskan berita bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana pada era Soekarno RRI berperan sebagai penyebar berita kemerdekaan. Pada tahap perkembangannya kemudian RRI menjadi media yang diintervensi penuh oleh pemerintah, terutama pada era Soeharto. Perubahan RRI sebagai corong pemerintah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) dimulai pada pasca reformasi, dimana transparansi informasi menjadi penting bagi masyarakat. Direktur Utama menyatakan sebagai berikut:

“Kalau tadinya RRI hanya menyuarakan hal-hal yang positif bagi pemerintah, sebagai LPP RRI mempunyai banyak tugas, melayanai tidak hanya pemerintah, tapi juga Yudikatif, Legislative dan masyarakat secara umum. RRI tetap melayani pemerintah tapi

bukan sebagai corong pemerintah” (wawancara 24 Desember)

LPP merupakan badan hukum yang didirikan oleh Negara bersifat independen, netral, tidak komersial yang sepenuhnya melayani masyarakat Bangsa dan Negara. Siarannya harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat di tanah air. Sebagai salah satu lembaga milik Negara, RRI kemudian mulai merintis bahwa keberadaan RRI ini bukan untuk kepentingan pemerintah yang berkuasa saja, akan tetapi kepada masyarakatlah RRI harus memberikan pelayanan ekstranya. Beberapa faktor yang mendukung perubahan RRI adalah sebagai berikut:

1. Tututan Reformasi, reformasi di Indonesia menandakan beralihnya sistem pemerintahan di Indonesia yang semua otoriter menjadi demokrasi. Sistem pemerintahan yang berubah membuat pemerintah kehilangan hak istimewanya untuk menyetir RRI.

2. Tuntutan perubahan internal (dorongan dari dalam diri RRI), selain tutuntan reformasi, tutuntutan internal RRI yang menjadi motor penggerak paling berpengaruh dalam perubahan status RRI. Para pemimpin RRI menyedari pergeseran peran RRI yng semua

(11)

didirikan sesuai dengan Tri Prastya, malah menjadi sarana yang dikuasai oleh satu golongan.

3. Tuntutan eksternal, yaitu para akademisi yang menjadi penggerak RRI sebagai LPP. Para akademisi ini mengadakan kajian-kajian supaya RRI berubah. Melakukan kerjasama dengan IFES, mengadakan seminar di berbagai kota untuk pengenalan LPP. Tidak lagi menjadi corong pemerintah merupakan faktor utama bagi RRI untuk berubah menjadi LPP. Dengan menggunakan masyarakat sebagai orientasi utama bagi pelayanan yang diberikan oleh RRI. Hal ini sesuai dengan yang pernyataan Direktur Program dan Produksi yaitu sebagai berikut.

“Karena menjadi radio pemerintah sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah, jadi dari situlah awalnya mengapa RRI berubah. Perubahan RRI berasal dari dalam tubuh RRI sendiri. Dimana kami mau berubah, kami mau maju dan melayani masyarakat” (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013).

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa tuntutan dari pihak internal maupun eksternal ialah perubahan RRI untuk menjadi milik Negara. Adanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk membenahi peran dan fungsi RRI sebagaimana seharusnya, yaitu menjadi sebuah radio yang tidak hanya dimiliki atau melayani Pemerintah, melaikan menjadi hak milik Negara dimana dapat disimpulkan bahwa didalam sebuah Negara mengandung banyak aspek termasuk masyarakat secara umum.

Adapun tahapan perubahan bermula dari kembalinya Semangat Tri Prasetya dari RRI stasiun Yogyakarta, yang kemudian dibawa ke RRI pusat untuk dikaji secara lebih rinci, ternyata setelah mensosialisasikan pemikiran-pemikiran kepada RRI pusat, ternyata RRI pusat juga memiliki pemikiran yang sama mengenai perubahan status RRI. Pergerakan perubahan RRI semakin kuat dimana RRI pusat terus melakukan pertemuan pertemuan, sedangkan di

(12)

Yogyakarta segala bentuk aspirasi dituangkan dalam bentuk proposal. Pada akhirnya diputuskan bahwa seminar akan dilakukan di Yogyakarta dan dipimpin oleh bapak Beni Kusbani yang saat itu menjabat sebagai Direktur Penyiaran, dimana tim yang di Jakarta beserta Direktur utama yang saat itu adalah bapak Suryanta Saleh, ikut bergabung ke Yogyakarta. Tidak hanya itu seminar ini juga melibatkan RRI di seluruh wilayah Jawa, Bali dan Madura, untuk merumuskan kearah mana RRI akan di bawa. Direktur utama menyatakan sebagai berikut :

“Jadi awalnya Yogyakarta mengusulkan ke pusat untuk mengadakan kajian-kajian semacam seminar secara terus menerus untuk me re-visioning, bagaimana visi RRI kedepannya, RRI mau kemana? Hal ini dilakukan sampai 5 kali. Disitulah kemudian terumuslah rekomendasi bahwa RRI itu memilih menjadi Lembaga Penyiaran Publik. (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013)”

Setelah mengadakan kajian yang berulang kali maka diputuskan bahwa RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP) yang bersifat bersifat independen, netral, tidak komersil. Keputusan ini adalah keputusan bersama baik internal RRI maupun pihak eksternal, RRI menjadi independen, netral dan berdiri diatas semua golongan, hal ini membuat RRI menyandang status LPP adalah status yang diusulkan oleh DPR, melihat tujuan perubahan yang telah dirumuskan RRI dan para pakar. Dengan menyandang status sebagai LPP maka siaran RRI harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat di tanah air. Jika semula RRI hanya menyuarakan hal-hal yang positif bagi pemerintah maka sebagai LPP RRI mempunyai banyak tugas, melayanai seluruh aspek Negara, tidak hanya pemerintah tapi juga Yudikatif, Legislative dan masyarakat secara umum. RRI menegaskan kembali, bahwa RRI akan tetap melayani pemerintah tapi bukan sebagai corong pemerintah.

Gerakan perubahan terus berlanjut ketingkat eksternal, Sosialisasi mengenai perubahan status RRI yang akan berubah menjadi LPP dilakuakan dengan cara melibatkan pihak akademisi, hal ini dilakukan untuk mengadakan kajian-kajian terhadap RRI yang memilih berubah sebagai

(13)

LPP, untuk menampung aspirasi dan pandangan berbagai pihak mengenai hal-hal apa saja yang dibutuhkan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Gerakan ini secara otomatis menimbulkan tuntutan eksternal kepada RRI untuk berubah dan memperkuat keputusan RRI sebagai LPP. Direktur utama menyatakan sebagai berikut :

“ Pada awalnya perubahan tersebut, RRI meyelenggarakan kegiatan bekerjasama dengan UGM, dengan pembicara Amir Effendi Siregar, Roy Suryo, beberapa dosen sosiologi UGM, pakar-pakar hukum, LSM dan lain lain untuk memberi masukan ke RRI Yang akan memilih sebagai LPP. (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013) ”.

Setelah medapatkan masukan dari berbagai aspek, baik dari kalangan akademisi, pakar hukum dan dari bidang komunikasi, RRI memantapkan langkahnya untuk bergerak ke DPR, staf ahli presiden dan berbagai lini utuk memperjuangkan status RRI sebagai LPP dan dilindungi oleh Udang-undang (UU). Berasal dari semangat RRI dan berbekal dukungan dari masyarakat, lalu DPR mngakomodir perubahan tersebut. Direktur Program dan Produksi mengatakan :

“ Perubahan sendiri berasal dari semangat dari sebagian RRI. Ketika RRI mau berubah kebetulan masyarakat sipil juga mau berubah, masyarakat sipil yang bergerak dibidang penyiaran berfikir sama bahwa RRI itu menjadi LPP harusnya memang netral ” (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013)

Pada saat itu bukan hanya RRI melainkan MMPI (masyarakat pers dan penyiaran) sepakat untuk mendukung perubahan undang-undang. Demokratisasi media penyiaran diantaranya ditandai oleh perubahan undang-undang penyiaran yang lama menjadi yang baru. Direktur Utama menyatakan sebagai berikut ;

“ RRI masuk ke Uundang-undang itu tidaklah mudah karena tanpa masuk ke Undang-undang, RRI akan bubar, dasarnya apa kok Negara memberi tugas kepada RRI? Kan harus ada UU. Karena itu kita memiliki tim kecil yang dipimpin oleh bapak Beny Kusbani, hanya pak beny, pak Kabul, dan ibu Niken bergerilia ke DPR (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013)”.

Pegerakan memperjuangkan status RRI sebagai LLP tidak terhenti sampai disitu, pergerkan juga terjadi dengan cara memberi masukan terus menerus tentang LPP ke Pansus yang

(14)

diteruskan ke Komisi 1 tentang pentingnya perlindungan hukum akan status LPP yang diusulkan oleh RRI. Setelah melakukan banyak penjelasan dan lobi-lobi secara terus menerus maka ahirnya terbitlah Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran Publik. Direktur utama menyatakan :

“Jadi saat itu RRI memberikan masukan terus menerus tentang LPP ke pansus yang dipimpin oleh pak Paulus dan wakilnya Joko Susilo, beliau ini lah yang meperjuangkan RRI menjadi LPP dan masuk UU. Luar biasa perjuangan untuk masuk ke UU, banyak yang menentang, tetapi karena banyak lobi dan menjelaskan ke lembaga komisi 1, tentang pentingya RRI masuk UU, maka akhirnya masuklah RRI dalam UU.(hasil wawancara tanggal 24 desember 2013) ”.

Orientasi pemikiran yang berkiblat pada kepentingan publik menjadi dasar pijakan RRI menata organisasi dan manajemennya dengan mengubah paradigma yang berorientasi pada pemerintah kepada paradigma yang berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu, Undang-Undang (UU) Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran telah menjadikan RRI berubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral dan tidak bersifat komersial yang tugasnya memberikan pelayanan siaran informasi, pelestarian budaya, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol sosial dan menjaga citra positif bangsa di dunia Internasional. Dengan target yang sesuai dengan visi RRI dimana target yang ingin dicapai adalah menjadi radio berjaringan terluas, pembangun karakter bangsa dan berkelas dunia.

RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik secara manajemen dikelola diabawah pengawasan pemerintah melalui kendali undang-undang dan peraturan pemerintahan lainnya. Selain itu RRI juga menggunakan angaran negara dalam menjalankan operasional mereka sehari-hari, sehingga selalu diawasi secara pengelolaan dan penggunaan anggaran oleh pemerintah, karena menggunakan anggaran negara dan dipertanggung jawabkan kepada rakyat.

Konsep penyiaran RRI yang sebelum menjadi LPP lebih banyak prosentasenya pada produk tergolong “broadcasting”, namun sejak tahun 2005 menjadi lebih cenderung bervariatif

(15)

karena RRI juga mampu membuat program siarannya dalam kategori “narrow-casting” seperti program siaran pendidikan untuk memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation building) dan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan perubahan status RRI sebagai LPP adalah menjadi lembaga penyiaran milik negara yang siarannya untuk kepentingan bangsa dan Negara serta untuk melayani publik, lebih mengutamakan pada kepentingan publik bukan hanya pada kepentingan Pemerintah seperti ketika RRI menjadi unit pelaksana teknis Departemen Penerangan yang menjadikan RRI corongnya Pemerintah. Sekarang RRI menjadi LPP yang bertanggung jawab mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia dari siapapun yang ingin menghancurkannya.

c. Strategi Perubahan

Perubahan RRI dari lembaga penyiaran milik pemerintah menjadi LPP memiliki dampak besar bagi berjalannya organisasi. Strategi perubahan yang diusung oleh RRI dilandasi idiil Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2005 tentang lembaga penyiaran publik dan Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 2005 tentang LPP RRI. Secara teknis operasional RRI senantiasa melakukan perubahan-perubahan menyesuaikan masyarakat dalam bidang informasi, hiburan, berita dan siaran budaya serta siaran-siaran keagamaan. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/kode etik penyiaran. Dalam menjalani statusnya sebagai LPP , RRI memiliki strategi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Strategi dalam menyesuaikan diri dengan perubahan tentunya memikirkan faktor-faktor penghambat dan pendorong organisasi, faktor-faktor-faktor-faktor tersebut adalah :

(16)

1. Kekuatan (strength)

Kekuatan (strength) menurut Pearce dan Robinson (2009 : 201) merupakan sumberdaya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yangdilayaninya RRI sebagai organisasi yang memiliki tugas pokok dalam hal penyampaian informasi dalam bidang media massa memiliki kekuatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki yaitu dalam hal ini adalah sebagai LPP, kekuatannya antara lain adalah :

a) Memiliki visi dan misi, serta fungsi yang jelas untuk mewujudkan peningkatan pelayanan dan sebagai perwujudan sebagai LPP yang independen, netral dan tidak komersial.

b) RRI adalah aset Negara yang paling strategis, RRI telah menjadi LPP milik NKRI dengan nama Radio Republik Indonesia sejak tahun 1945 di Jakarta. RRI merupakan salah satu asset terbesar Negara, seperti yang tertulis dalam suara publik yang diterbitkan RRI pada edisi agustus 2013, hingga tahun 2013 aset infrastruktur RRI mencapai Rp. 5 trilyun lebih di seluruh Indonesia.

c) Sebagai media Penjaga NKRI, telah menjadi salah satu pilar pendukung kemerdekaan melalui siaran pembacaan naskah proklamasi oleh Presiden Soekarno dan siaran-siaran kenegaraan khususnya pidato presiden yang menggemakan nasionalisme, keutuhan NKRI sekaligus ruang publik yang terbuka bagi masyarakat untuk menyalurkan ekspresi mereka.

d) Media pelayanan terluas, RRI merupakan radio dengan saluran terbanyak dan terkaya, melayani publik di 85 persen kawasan Indonesia, dikelolah 7600

(17)

lebih SDM dari seluruh Indonesia, tersebar di 72 studio siaran RRI dari Sabang sampai Merauke.

e) Bela Negara seperti TNI dan Polri, berperan strategis memangku fungsi kenegaraan melalui “ bela Negara ” melalui siaran Informasi sebagai “ senjata “ pada perbatasan NKRI dangan membangun studio produksi siaran di 16 kawasan perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Timur, Thailand, Singapura dan Filipina sejak tahun 2009 dan terus membangun studio perbatasan hingga melayani semua NKRI. Menjaga stabilitas keamanan, politik hukum, HAM dan budaya. Menciptakan lingkungan, aman dan humoris.

f) Proteksi budaya lokal nusantara, berperan strategis memangku fungsi kenegaraan merawat dan melestarikan budaya nusantara melalui siaran-siaran diprograma 4 (channel IV) yang 100 persen berisi siaran budaya lokal tanpa tendensi komersial. Menjadi penghubung antara neraga-rakyat, sumber inspirasi dan aspirasi Indonesia.

g) Cek and Balances, RRI adalah media yang memangku fungsi sosial-kenegaraan, sebagai institusi media publik yang menjalankan fungsi chek and balances antara pemerintah dengan publik melalui siaran informasi yang aktual, tajam, berimbang, interaktif pada progama 3 (channel III) yang berjaringan nasional dan berisi 100 persen berita tentang Indonesia.

h) Diplomat Indonesia, berperan Strategis memangku fungsi kenegaraan seperti kementerian luar negeri melalui saluran khusus siaran luar negeri : Voice of Indonesia sejak tahun 1945 dengan nama Voice of Free Indonesia.

(18)

Menyiarkan Indonesia keseluruh dunia dengan membangun citra positif diluar negeri menggunakan 8 bahasa dunia, dan 24 jam perhari.

i) Dipilih langsung DPR. Pimpinan tertinggi RRI, yaitu Dewan Pengawas sejak tahun 2005 dipilih dan langsung melalui fit and proper test secara terbuka oleh DPR/Komisi I sebagaimana lembaga Negara lain seperti Komisi Penyiaran (KPI) dan Komisi Informasi (KIP). Keanggotann Dewan Pengawas dan dewan Direksi mengakomodasi pewakilan publik yang memiliki kompetensi.

j) Independen dan Netral, Pasal 14 UU 32/2002 : RRI adalah badan hukum yang didirikan Negara, bersifat independen , nertal, dan tidak komersial yang dimiliki individu dan rentan intervensi pemilik modal.

Selama ini lingkungan internal yang dimiliki RRI yang berupa kekuatan dapat mendukung dan membawa RRI dalam melaksanakan perubahannya, ada banyak sekali terobosan dan dapat dilakukan RRI. Selain ada kekuatan tentunya RRI juga memiliki kelemahan, kelemahan RRI adalah SDM RRI.

2. Kelemahan (weakness)

Adapun kelemahan (weakness) menurut Pearce dan Robinson (2009 : 201) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Sebagai lembaga penyiaran, RRI juga memiliki kelemahan internal yang dapat pula mempengaruhi dan menghambat jalan tujuan yang hendak dicapai dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, adapun kelemahan yang dimiliki RRI adalah kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM)

(19)

yang dimiliki RRI belum dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. SDM merupakan hal yang paling penting yang dimiliki oleh sebuah lembaga penyiaran, memiliki sumberdaya yang berkualitas merupakan asset yang sangat berharga menujang jalannya keberhasilan dalam implementasi strategi yang akan dilakukan oleh RRI. Namun hingga saat ini RRI sebagai lembaga penyiaran sebagai pelaksana strategi mengalami kelemahan dalam kualitas SDM yang dimiliki.

Sesuai dengan hasil dari wawancara, Direktur Program dan Produksi yang megakui bahwasanya pegawai RRI sejak dahulu kala sudah biasa dibimbing oleh pemerintah, mengingat RRI cukup lama menjadi corong pemerintah yang mengikuti apa kata pemerintah, hal ini membuat sebagian SDM dalam tubuh RRI menjadi kurang kreatif dan inisiatif. Oleh karena itu sampai dengan saat ini RRI masih selalu memperbaiki kualitas SDM mereka dengan mengadakan pelatihan dengan menyelenggarakan pelatihan penyiaran, pemasaran, pemberitaan dan ketatausahaan baik di dalam maupun di luar negeri dan hal ini dilakukan RRI secara terus menerus.

Kualitas adalah kunci yang menetukan kapabilitas organisasi dalam menjalankan tugas pokoknya. Kurangnya kualitas dapat sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kerja karena apabila kualitas SDM pegawai kurang maka kinerja juga tidak dapat maksimal. Namun selama ini kualitas dan kapabilitas dari SDM di RRI masih kurang. Dalam melakukan analisis strategi menggunakan analisis SWOT tidak hanya lingkungan internal yang di analisis melainkan lingkunagn eksternal juga merupakan hal yang sangat penting. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang ada diluar sebuah organisasi. Lingkungan tersebut dapat berupa peluang dan ancaman dari pihak luar yang dapat berpengaruh terhadap strategi penyesuaian diri dengan perubahan, dimana lingkungan ekaternal terdiri dari :

(20)

a. Peluang (opporutunities)

Peluang (opporutunities) menurut Pearce dan Robinson (2009 : 201) merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perubahaan. peluang yang dimiliki RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik ialah dari segi financial aau dari segi permodalan dimana RRI menggunakan APBN ditingkat nasional dan APBD ditingkat Lokal.

Hal ini adalah efek dari RRI sebagai lembaga publik yang tidak komersial atau yang tidak mengambil keuntungan. Hal ini merupakan keuntungan terbesar RRI dimana RRI tidak perlu repot-repot menikirkan bagaimana tentang keuangan mereka, namun hal ini justru tanggung jawab terberat RRI, mengingat APBN dan APBD adalah uang yang berasal dari rakyat, maka dari situ RRI haruslah benar-benar melayani masyarakat secara umum dengan meningkatkan kualitas secara berkala. b. Ancaman (threats)

Ancaman (threats) menurut Pearce dan Robinson (2009 : 201) merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan. Ancaman yang dimiliki oleh sebuah organisasi apabila tidak diatasi dengan serius dapat mengancam kelangsungan kinerja organisasi tersebut. Adapun ancaman yang dimiliki oleh RRI adalah, RRI saat ini memiliki pendengar yang cukup sedikit jika dibandingkan dengan radio swasta, dapat dianggap bahwa RRI kurang menarik bagi pendengar, hal ini memang tidak berpengaruh banyak terhadap keuangan RRI, namun akan menjadi sia-sia jika suatu hal yang sangat bagus dan dirasa bermanfaat tetapi tidak terlalu dihiraukan oleh masyarakat. Mengingat RRI menggunakan APBN dan APBD. Hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan RRI, sejalan dengan penyataan Direktur Utama RRI

(21)

yang menyatakan bahwa RRI adalah radio berkualitas tinggi yang tidak begitu saja berubah mengikuti pasar. RRI adalah radio yang menjaga harkat dan martabat NKRI, jadi tidak selayaknya Radio Negara yang disiarkan samapai ke manca Negara mengikuti selera pasar yang berubah-ubah, misalnya hanya mengingikan lagu-lagu saja, atau hanya titip salam terus-menerus.

Selain itu ancaman terbaru adalah bahwa pada tahun 2014 ini RRI direncanakan akan berada dibawah keminfo. Hal ini seperti mengingatkan kita pada RRI sebelum menjadi LPP dimana pada saat itu RRI berstatus PERJAN yang berada dibawah kemetrian penerangan, yang ruang geraknya dibatasi dan masih ada campur tanggan pemerintah.

Setelah kita pahami bersama faktor-faktor yang mencakup dalam pembahasan analisis SWOT, maka bisa dipahami bahwa analisis SWOT menjadi pisau yang tajam sebagai alat ukur kinerja RRI menentukan strategi atau membuat kebijakan dalam pencapaian visi, selain itu analisa SWOT dapat menjawab pertanyaan secara komprehensif tentang kebijakan sebuah organisasi melakukan perubahan. Dari analosa SWOT mengenai RRI mengenai strategi perubahan, maka strategi perubahan yang dipakai RRI untuk menyesuaikan diri dengan perubahan adalah ; perubahan konten, perubahan peran dan perbaikan SDM.

d. Implementasi Perubahan

Implementasi adalah perwujud nyataan dari strategi yang telah dibuat sebelumnya, adapun perubahan secara real yang dilakukan RRI terlebih dahulu adalah merombak tugas RRI yang semula hanya sebagai penyambung dari pemerintah, kini RRI memiliki tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, Kontrol pelekat sosial, serta melestarikan

(22)

budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah NKRI Indonesia. Implementasi perubahan lainnya yang dapat dilihat secara lebih jelas dan rinci antara lain adalah:

1. Perubahan Konten

Perubahan terhadap status RRI sangat berpengaruh terhadap konten siaran, saat ini RRI terfokus pada pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau seluruh wilayah NKRI. (PP.12/2005. Ps. 4). Tugas LPP RRI dalam melayani seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah NKRI tidak bisa dilayani dengan satu programa saja, oleh karena itu RRI menyelenggarakan siaran dengan 4 programa :

1. Pro 1 Pusat siaran pemberdayaan masyarakat 2. Pro 2 Pusat siaran kreatifitas anak muda

3. Pro 3 Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor berita radio 4. Pro 4 Pusat siaran budaya dan pendidikan.

Selain 4 programa dengan segmen masing-masing RRI juga memiliki siaran siaran untuk memenuhi tuntutan informasi yang berkelas dunia, yaitu :

1. VOI Citra & Martabat bangsa didunia internasional siaran setiap hari dengan 8 bahasa asing.

2. Studio Produksi LN Jembatan informasi Indonesia – LN dan LN – Indonesia.

RRI sekarang telah menempatkan korespondennya di Amerika, Australia, Mesir, Hongkong, Malaysia serta menjalin kerjasama dengan Lembaga Penyiaran Tingkat Dunia seperti SRI (Radio Siaran Swedia), VOA, ABC, VoV. RRI juga senantiasa terlibat dalam kegiatan

(23)

kepenyiaran ditingkat dunia bahkan RRI kerap mendapat penghargaan. Salah satu diantaranya adalah penghargaan Green Radio, ABU Prize, dan penghargaan-penghargaan lainnya.

RRI juga melakukan terobosan teknologi digital yaitu RRI Play, RRI play adalah aplikasi bisa didengarkan melalui handphone, aplikasi ini dapat menyiarkan seluruh siaran RRI diberbagai daerah maupun pusat. Tidak berhenti disitu RRI juga memiliki radio picture (radio bergambar), dimana pendengar dapat melihat suasana didalam ruangan siaran dengan cara streaming melalui internet. Selain radio picture, RRI juga memiliki audio streaming, dimana bisa di didengarkan dengan cara mengakses web RRI, terobosan-terobosan semacam inilah yang membuat RRI media utama di Republik Indonesia yang berkelas dunia.

2. Perubahan Peran RRI

RRI adalah pembangun karakter, integritas dan martabat bangsa. Dengan adanya program-program yang telah disediakan oleh RRI, bisa dikatakan bahwa RRI adalah satu-satunya radio yang sangat perduli dengan kemajuan NKRI. RRI juga mempertahankan budaya bangsa dengan tetap setia untuk menawarkan siaran budaya serta pendidikan yang merupakan modal untuk membentuk karakter bangsa. Salah satu fungsi RRI sebagai LPP adalah merefleksikan keberagaman yang ada di Indonesia, suku, agama, ras, antar golongan diberi ruang yang sama secara proporsional. Sebagai cerminan identitas bangsa, itulah kenapa RRI memiliki siaran keroncong, wayang, acara-acara kebuayaan dan tradisional.Cerminan inilah yang membedakan dengan siaran yang disediakan dengan radio-radio yang dimiliki oleh Negara-negara lain dan RRI harus menjaga hal tersebut sebagai indentitas nasional. Selain membentuk karakter dalam bangsa Indonesia, RRI juga sangat berperan dalam menjaga citra bangsa didunia luar, maka dari itu RRI merupakan sebagai Flag Career (pembawa bendera RI). Direktur Utama menyatakan :

(24)

“RRI selalu mengadakan Perbaikan-perbaikan, sebagai corong Negara. Tugas RRI adalah memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, pelestarian budaya, menjaga

citra bangsa di dunia internasional, dari itu makan RRI sebagai LPP juga berfungsi sebagai Flag Career (pembawa bendera RI) sebagai flag career maka RRI mempunyai siaran yang memiliki 8 bahasa hingga saat ini. Pada tanggal 8 september yang lalu, RRI mendirikan perwakilan RRI diluar negri ada 5 Kuala Lumpur, Jepang,

Hongkong, Mesir, Australia ” (Hasil wawancara tanggal 24 Desember 2013). Dari pernyataan yang diberikan oleh ibu Direktur Utama RRI dapat disimpulkan bahwa RRI selalu berusaha dengan keras untuk memperbaiki diri secara terus-menerus untuk mencapai visi dan misi yang diharapkan sebagai LPP. Perubahan peran RRI sebagai LPP juga banyak mengalami perubahan .Perubahan peran RRI adalah sebagai berikut :

1. Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat : RRI menyelenggarakan siaran pemberdayaan masyarakat di semua lapisan masyarakat melalui siaran pedesaan, nelayan, wanita, anak-anak, siaran lingkungan hidup, kewirausahaan, teknologi tepat guna, kerajinan, perdagangan, pertanian, koperasi, industri kecil.

2. Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa : Seluruh RRI wajib menyelenggarakan siaran seni dan budaya daerah seluruh indonesia secara konsisten dan tidak pernah berhenti seperti siaran ketoprak,wayang orang, wayang golek, madihin, saluang dan budaya minang lainnya, budaya bugis, dan budaya daerah-daerah lainnya.

3. Peran RRI sebagai pelestari lingkungan : RRI menyelenggarakan siaran Green Radio untuk penanaman kembali dan Re Use, Reduce dan Recycling dengan berbagai format dan variasi bentuk acara.

4. Peran RRI sebagai media pendidikan : RRI menyelenggarakan siaran pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Mahasiswa. RRI menyelenggarakan Pekan Kreatif dengan mengadakan lomba kreatif remaja seperti lomba cipta lagu, lomba

(25)

cipta design , lomba IT, lomba band indie, bintang radio, pekan tilawatil quran. Disamping itu juga menyelenggarakan siaran pendidikan social masyarakat, seperti siaran wanita, siaran pedesaan, siaran KB.

5. Peran RRI sebagai Media Diplomasi : RRI menyelenggarakan siaran radio diplomasi melalui siaran luar negeri untuk membangun citra positif bangsa didunia internasional bekerjasama dengan kedutaan dan radio luar negeri dengan siaran yang bersifat reciprocal . kerjasama siaran dengan ABC , NHK, RTM, RTB, KBS, RTH, SR, BBC, Radio Jedah, Radio Turki, RCI, DW.

6. Peran RRI sebagai media terdepan tanggap bencana : RRI menyelenggarakan siaran langsung dari tenda darurat melalui Radio Based Disaster Management. Setiap ada bencana dalam waktu tidak lebih dari 24 jam RRI harus sudah melaporkan, kemudian diikuti program Pelipur Lara korban bencana dan trauma healing dengan mendirikan studio darurat.

7. Peran RRI dalam menghubungkan tenaga kerja di Luar Negeri : RRI menyelenggarakan siaran rutin dan terkoneksi dengan 7 negara yaitu Hongkong, Malaysia, Brunei Darusalam, Jepang, Taiwan, Korea dan Arab Saudi untuk mendekatkan TKI dengan kampung halaman. Pendengar RRI di luar negeri khususnya TKI berjumlah puluhan ribu orang yang mendengar melalui audio streaming. Dalam rangka mewujudkan peran second track diplomacy menyelenggarakan acara Diplomatik Forum. Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Indonesia di Luar negeri khususnya tenaga kerja Indonesia antara lain diselenggarakan acara bilik sastra yang diperlombakan dan 2

(26)

pemenang dihadirkan oleh SLN untuk menghadiri acara upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana negara dan sidang DPR dan DPD di Senayan.

8. Peran RRI sebagai media hiburan : RRI menyelenggarakan siaran hiburan berupa siaran musik dan kata, pagelaran musik klasik yaitu orkes symphony Jakarta dan orkes symphony yang dimiliki RRI daerah. Pagelaran kesenian dan budaya, lawak, Quiz.

9. Peran RRI dalam sabuk pengaman informasi ( Safety belt information ) : selama tahun 2009 s.d 2010 RRI telah mendirikan studio di wilayah perbatasan dan daerah terpencil atau blankspot yaitu : Entikong, Batam, Nunukan, Putusibaou, Malinau, Atambua, Ampana, Boven Digoel, Kaimana, Skow, Oksibil, Takengon, Sabang dan Sampang. Siaran melalui studio-studio produksi ini ditujukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan memberikan akses informasi yang berimbang bagi masyarakat di daerah perbatasan maupun di daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat menerima siaran RRI atau balnkspot.

Untuk merealisasikan berbagai peran dari RRI, maka RRI mulai merubahnya dengan mengubah pola komunikasi dengan masyarakat, jika semula pola komunikasi hanya satu arah, kini RRI mebuka hubungan dengan masyarakat. Pendekatan langsung ke berbagai lapisan masyarakat atau pendekatan langsung ke komunitas tertentu, komunitas budaya misalnya. Perubahan pola ini dilakukan RRI sebagai sarana untuk membuka ruang publik dan utuk menampung bakat dan kreatifitas. Dengan hal ini citra RRI sebagai corong pemerintah dirasa akan pudar seiring berjalannya waktu.

(27)

Sebagai sumber informasi terpercaya sesuai dengan prinsip Lembaga Penyiaran Publik, dalam menyelenggaran siaran RRI berpedoman pada nilai-nilai standar penyiaran :

1. Siaran bersifat independent dan netral 2. Siaran harus memihak pada kebenaran 3. Siaran memberi pemahaman

4. Siaran mengurangi ketidak pastian

5. Siaran berpedoman pada pancasila, UUD 1945 dan kebenaran, serta peraturan yang lainnya.

6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia, siaran harus menjaga persatuan, kesatuan dan Kedaulatan NKRI.

e. Perbaikan SDM

Perubahan yang dilakukan RRI merupaka perubahan yang sangat besar, dimana perubahan internal juga sangat diperlukan. Dalam menyesuaikan dengan perubahan RRI melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia dari internal RRI sendiri dengan cara internasional, yaitu bekerjasama dengan radio swedia utuk mengadakan pelatihan. Pelatiahan terhadap internal RRI dimaksudkan untuk merubah pola pikir dan memaksimalkan kinerja SDM dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang mereka alami. Pelatihan ini sangat efektif jika meranah kebelakan , ketika RRI menjadi corong pemerintah. Corong pemerintah dengan kata lain RRI dituntut untuk menuruti kenginan pemerintah, hal ini yang meyebabkan banyak internal RRI yang terbiasa untuk disuapi, sedangkan perubahan status menjadi LPP berarti menuntut internal RRI untuk lebih kreatif. upaya yang dilakukan dan tak pernah berhenti secara terus menerus dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan penyiaran, pemasaran, pemberitaan dan ketatausahaan baik di dalam maupun di luar negeri.

(28)

f. Kendala Dalam Management Of Change a) Kendala Internal

Melakukan sebuah perubahan merupakan tantangan terbesar yang harus dilalui oleh RRI, mengingat RRI telah melalui berbagai masa sebagai radio yang dimanjakan oleh pemerintah. Perubahan yang ingin dilakukan RRI dari radio sebagai corong pemerintah menjadi radio yang melayani kepentingan publik tentunya membutuhkan kerja keras, karena perubahan ini tidak hanya bersifat merubah lembaga tetapi juga merubah kultur kerja. Perubahan pada kultur kerja ini lebih mengarah pada perubahan kultur orang-orang yang bekerja dibawah RRI, jika selama menjadi corong pemerintah para pegawai RRI dimanjakan oleh pemerintah maka perubahan menuntut para pegawai di RRI menjadi lebih kritis sebagai Lembaga Penyiaran Publik dengan mengutamakan kepentingan publik.

Masalah yang kemudian timbul adalah dibagian Sumber Daya Manusia dari internal RRI sendiri dimana perubahan secara iternal dianggap belum mampu menggerakan semua orang RRI untuk punya mindset atau pikiran yang sama tentang perubahan itu, hal ini juga agak sulit dikarena bertahun-tahun RRI sudah terbiasa dengan aturan dan dikte dari pemerintah, hal ini membuat RRI tidak perlu untuk kritis. Dengan perubahan yang terjadi mebuat pergolakan dimana tuntutan untuk kritis dan memahami kebutuhan Negara. Direktur Program dan Produksi menyatakan sebagai berikut :

“Waktu awal berubah RRI belum mampu menggerakan semua orang RRI untuk punya pikiran yang sama tentang perubahan itu, karena lama dan bertahun-tahun sudah enak, ga pernah kritis, dibimbing, tinggal nurutin pemerintah, nah sekarang di tuntut untuk kritis dan aktif (hasil wawancara tanggal 24 desember 2013)”.

Disinilah kendala internal mulai muncul yaitu bagaimana merubah kultur kerja para pegawai RRI, sehingga RRI dapat menjadi lembaga yang mengedepankan kepentingan publik.

(29)

Selain itu dari sisi manajemen RRI mengalami beberapa masalah dengan terjadinya pembengkakan biaya operasional, hal ini terlihat pada tahun 2002 RRI memiliki karyawan mencapai 8335 yang tersebar di 56 Cabang, yang tentunya menjadi beban bagi APBN, padahal dengan karyawan yang sebanyak itu belum tentu efektif, ditambah lagi pemeliharaan aset, sedangkan pada era reformasi yang melahirkan konsep desentralisasi dan otonomi daerah menjadi masalah baru bagi RRI dengan tidak mampu bersinergisnya RRI ditingkat pusat dan daerah karena berbeda kepentingan dan orientasi. Menurut Kepala sub.Bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta, mengatakan :

“Dalam tubuh RRI sudah terjadi pembengkakan, banyak sekali bagian yang kurang efektif dalam mengembangkan RRI. Selain itu pula, pembayaran gaji pegawai yang sangat besar, serta kultur kerja pegawai RRI rata-rata masih membawa warisan masa Soeharto, dimana bekerja hanya mengikuti job desk yang sudah ada dan tidak

mengembangkan lebih luas lagi” (hasil wawancara tanggal 17 desember 2013). Sebagai stasiun radio nasional milik negara RRI tentunya diharapkan mampu memberikan pendidikan politik yang lebih bagi rakyat dalam era demokrasi saat ini, karena wacana yang muncul dipublik akan semakin cepat dengan adanya komunikasi publik radio. Hal ini merupakan medium yang paling ideal dalam kondisi kritis dengan fleksibilitasnya yang mampu mengudara dengan biaya relatif murah, komunikasi yang dialogis, imajinatif dan memiliki mobilitas yang cukup tinggi.

b) Eksternal

Secara eksternal persaingan dengan media komersil, yang saat ini menjadi konsumsi terlaris yang menjangkau seluruh kalangan masyarakat, membuat RRI harus bekerja ekstra untuk tetap mengibarkan semangat “sekali mengudara tetap mengudara“. Kepala sub bagian SDM RRI stasiun Yogyakarta menyatakan :

“Radio Swasta merupakan mitra RRI, bukan pesaing, RRI dan Swasta harus saling melengkapi, Sampai saat ini Pemerintah masih mengharapakn RRI berada dibawah

(30)

naungan pemerintah, wacana pada tahun 2014 RRI berada di bawah naungan keminfo, UU yang baru RRI bukan LPP tapi di bawah Keminfo, ini merupakan ancaman juga bagi RRI”. (hasil wawancara tanggal 17 desember 2013).

Media swasta memalui sudut pandangan dari RRI bukanlah saingan dan bukan juga sebagai musuh, melaikan sebagai patner dalam memberikan informasi, pedidikan maupun hiburan kepada masyarakat, hal ini dikarenakan RRI tidak begitu memperdulikan ratting. Akan tetapi mengingat bahwa pendanaan RRI adalah berasal dari APBN dan APBD maka hal ini menjadi masalah, meskipun tidak terlalu berpengaruh dalam jalannya perubahan.

Kekhawatiran akan kembalinya RRI ini membawa dampak bagi semangat perubahan RRI menjadi LPP, dengan perubahan RRI dibawah naungan keminfo tentu saja RRI akan balik menjadi corong pemerintah lagi, dengan menyiarkan berita-berita yang di kontrol oleh pemerintah. Dengan dilandasi semangat TRI Prasetya RRI maka seluruh angkasawan/angkasawati RRI siap beradaptasi dengan berbagai perubahan. Secara Operasional Siaran perubahan ini tidak menjadi hambatan karena semua kegiatan penyiarannya dan pelayanannya kepada publik merujuk pada Rencana Induk yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas RRI dan diterjemahkan landasan Operasionalnya melalui Peraturan Direksi.

B. Pembahasan

Dalam tahapan Management of Change digambarkan bahwa pada awalnya organisasi harus mempu mengidentifikasikan perubahan yang terjadi, setelah itu membuat perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan perencanaan strategis yang dianalisis menggunakan analisa SWOT yang kemudian perencanaan strategis yang ada dimplementasikan oleh organisasi , setelah itu organisasi harus melakukan evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan

(31)

perbaikan selanjutnya. Maka Management of Change pada RRI sejak berubah menjadi LPP adalah sebagai berikut:

1. Analisis Perubahan

Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk meningkatkan efektifitas organisasinya. Winardi (2005: 2) menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan beralihnya sesuatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya.

RRI adalah lembaga yang mengalami perubahan, perubahan tersebut adalah peralihan dari Perusahaan Jawatan menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang merupakan salah satu badan hukum yang didirikan oleh negara dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 tahun 2005, dan berkedudukan langsung di bawah Presiden Republik Indonesia, dengan begitu dapat disimpulkan pula bahwa RRI bertanggung jawab langsung kepada Presiden atas segala aktivitasnya.

Lembaga Penyiaran Publik jika dilihat dari segi penamaan, maka dapat dianalisi jika RRI merupakan suatu lembaga yang bergerak dalam bidang penyiaran, untuk melayani publik, yaitu pemerintahan dan masyarakat secara umum, melayani pemerintah bukan berarti disetir pemerintah. Perubahan peran RRI ini sangat mencolok, melihat citra RRI sebagai corong pemerintah yang berada dibawah kekuasaan pemerintah, kini RRI menjadi Lembaga Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial. Perubahan dalam tubuh RRI tidak hanya sebutan atau statusnya saja yang berubah namun RRI mencoba untuk membuktikan kepada masyarakat luas akan kualitas yang mereka suguhkan dengan mengubah dan menambahkan berbagai konten dan mengubah pola hubungan dengan masyarakat. Tidak berhenti sampai disitu,

(32)

RRI juga memperbaiki Internal dalam tubuh RRI untuk memiliki hasil yang optimal, dengan cara pelatihan yang diadakan secara terus-menerus untuk memperkuat SDM RRI, dimana dapat disimpulkan jika SDM berkualitas maka hasil yang diperoleh juga pasti akan berkualitas, hal ini dilakukan RRI mengingat salah satu visi mereka adalah menjadikan siaran RRI berkelas internasional.

Pencapaian yang dicapai saat ini, bukanlah hal yang mudah untuk diraih, RRI memperjuangkan hal tersebut. RRI memperjuangkan status LPP yang saat ini mereka sandang dengan upaya dan kerja keras yang luar biasa. Dimulai dengan semangat Tri Prasetya yang kembali berkibar dikalangan internal RRI, lalu mengadakan kajian-kajian dan seminar-seminar untuk mendapatkan masukan dan kritikan dari pihak akademisi, badan hukum, LSM dan pakar-pakar intelektual, hal ini dilakukan agar RRI bisa berubah dan berkembang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh publik, dibutuhkan bukan diinginkan. Setelah melakukan berbagaimacam pendekatan ke eksternal dan memantapkan diri, barulah RRI bergerak maju ke DPR/ Komisi I intuk memperjuangkan status RRI. Pendekatan dan lobi terus dilakuka oleh RRI mengenai pentingnya mereka berubah status. Pada ahirnya dengan perjuangan yang ekstra keras, maka di sahkan RRI dalam undang-undang sebagai LPP. Dengan disahkan undang-undang tersebut, makan RRI telah menyandang predikat baru sebagai lembaga yang independen, netral dan tidak komersil.

Lembaga Penyiaran Publik, RRI saat ini memiliki landasan idiilnya adalah Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2005 tentang lembaga penyiaran publik dan Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. Secara teknis operasional RRI senantiasa melakukan perubahan-perubahan menyesuaikan masyarakat dalam bidang informasi, hiburan,

(33)

berita dan siaran budaya serta siaran-siaran keagamaan. Dari beberapa landasan ini yang kemudian RRI berani melakukan terobosan untuk melakukan perubahan.

Perubahan RRI menjadi LPP pada dasarnya mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, pakar hukum, pakar komunikasi dan teknologi, sehingga tidak terjadi permasalahan yang begitu mencolok dalam menjalani perubahan. Dengan dilandasi semangat TRI Prasetya RRI maka seluruh angkasawan/angkasawati yang telah dipersiapkan RRI, harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan RRI. Secara Operasional Siaran perubahan status RRI yang menjadi LPP, tidak menjadi hambatan yang dapat menghentikan langkah RRI, karena semua kegiatan penyiarannya dan pelayanannya kepada publik merujuk pada Rencana Induk yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengawas RRI dan diterjemahkan landasan Operasionalnya melalui Peraturan Direksi.

2. Analisis Visi dan Misi

Sebelum membahas terkait Management of Change yang telah dilakukan RRI maka akan dianalisis mengenai Visi dan Misi organisasi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonensia No.12 Tahun 2005 RRI merupakan Lembaga Penyiaran Publik, yang bergerak dalam bidang informasi yang bersifat independen, netral dan tidak komersial. RRI dipimpin oleh Direktur Utama yang tergabung dalam Dewan Direksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Pengawas. Tugas pokok dari RRI sendiri adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan, yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsauntuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran radio yang menjangkau seluruh wilayah NKRI. Misi yang dimiliki yaitu diwujudkan dengan cara sebagai berikut :

(34)

1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/kode etik penyiaran.

2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karaktek bangsa.

3. Menyelenggarakan program siaran berperspektif gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.

4. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI.

5. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

6. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.

7. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumberdaya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik.

8. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efisien dengan sistem manajemen sumber daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik ( good corporate governance).

(35)

9. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

10. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai.

RRI sebagai LPP Indonesia telah memiliki visi, misi dalam menjalankan fungsinya sesuai dengan yang dijabarkan diatas. Visi dan misi yang ditetapkan oleh RRI menunjukan satu arah atau tujuan yang ingin dicapai secara jelas. Visi RRI adalah menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan karakter bangsa, berkelas dunia, dapat memberi makna bahwa RRI berupaya untuk menjadi salah satu media massa dalam bidang penyiaran yang memiliki jaringan terluas hingga mencapai pelosok negeri, sehingga informasi yang diberikan dapat sampai keseluruh masyarakat Indonesia bahkan diluar negeri, karena RRI memiliki siaran yang juga dapat didengarkan diluar negeri. RRI adalah radio yang berusaha untuk membangun karater bangsa, hal ini diwujudkan lewat siaran RRI yang berisi informasi pendidikan, siaran kebudayaan dan hiburan yang sehat. Dari visi tersebut kemudian dirumuskan misi yang akan dituju agar terwujud peningkatan pelayanan, dan merupakan upaya yang dilakukan oleh RRI untuk mewujudkan visi yang menjadi tujuan besar organisasi yang ingin dicapai.

RRI sebagai lembaga penyiaran mempunyai fungsi dalam menyebar luaskan informasi baik kedalam maupun keluar Negeri, dengan mengutamakan informasi yang berkualitas tinggi, hal ini dilakukan agar organisasi memiliki keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Tujuan dibentuk sebagai tahapan untuk mencapai apa

(36)

yang menjadi visi organisasi. Dari tujuan ini nantinya akan dibentuk suatu sasaran atau target untuk mempermudah dalam pencapaian.

RRI selama ini telah membentuk tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, salah satunya adalah menjadikan RRI sebagai radio milik Negara, dimana dapat disimpulkan bahwa RRI tidak hanya terpusat pada pelayanannya terhadap pemerintah, melainkan melayani masyarakat secara umum. RRI juga telah membentuk strategi untuk meningkatkan kualitas, melalui perubahan statusnya yang sekarang menjadi LPP. Untuk menganalisis pelaksanaan strategi dalam menyesuaikan dengan perubahan yang dilakuakan, maka perlu diketahui Management of Change dimana dalam pembahasannya berisi Strategi perubahan, implementasi perubahan ,kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Selain itu, mengetahui ancaman yang dihadapi dari luar organisasi.

3. Management Of Change

Perubahan yang dilakukan oleh RRI sebagai lembaga pemerintah menjadi LPP merupakan inisiatif dari pihak RRI, agar RRI dimasa depan menjadi lebih luas jangkauannya dan mampu memberikan yang terbaik bagi publik. Perubahan yang dilakukan RRI menjadi LPP merupakan sebuah terobosan besar mengingat RRI selama ini hanya menjadi kaki tangan pemerintah dalam meneruskan kepentingan dari penguasa saja. Dalam menghadapi perubahan tentu saja RRI harus memiliki perencanaan stratejik yang mampu mendukung terjadinya perubahan. Management of Change yang dilakukan RRI adalah perubahan konten siaran dengan bertambahnya program penyiaran dan perluasan jangkauan, peningkatan kualitas SDM, mengubah cara berhubungan dengan masyarakat, menjadi lebih dekat dengan masyarakat.

(37)

a. Bertambahnya program penyiaran

Peningkatan konten RRI terlihat jelas dengan pembagian 4 segmen yang berbeda-beda. Pro 1 yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat, yang melingkupi masyarakat secara umum. Isi dari siaran Pro 1 adalah membantu masyarakat memecahkan atau mencari solusi dari masalah yang dihadapi, agar masyarakat bisa mengatasinya sendiri, lebih mandiri dan bisa lebih menolong dirinya sendiri. Pro 2 atau biasa disebut pusat kreatifitas anak muda, yang bisa memacu kreatifitas remaja dengan semboyan dari, untuk dan oleh anak muda. Kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan dalam Pro 2 adalah, Pekan kreatif remaja, festival band, lomba desain, cipta lagu, band indi , lomba handy craft, segala macam lomba untuk memacu kreatifitas anak muda. Jaringan berita nasional atau Pro 3, siaran pemberitaan yang menganut sistem top down dan bottom up. Adanya dialog tentang ideology, politik, hankam, dan mencari solusi dari berbagai permasalahan.

Pro 4 yang merupakan pusat siaran budaya dan pendidikan. Beraneka ragam budaya yang ada di Indonesia dan disiarkan di pro 4, dimaksudkan sebagai jembatan gap budaya (kesenjangan/jurang pemisah). Tidak semua RRI di Indonesia mempunyai 4 programa, RRI yang terletak didaerah perbatasan hanya satu programa, yang sifatnya hanya untuk information safety belt.

Perubahan yang sangat menonjol dalam bidang SDM berupa perubahan sikap dan mental. Dapat dilihat dari PRO 3 sebagai bagian terpenting dari pusat pemberitaan, PRO 3 lebih berani berkreasi, walau belum seluruhnya melakukan tindakan yang mungkin dulu ditabukan. Perubahan pola pikir dan kinerja juga menghasilkan bobot siaran yang berbeda, reporter dan penyiar RRI tidak lagi takut untuk menyampaikan kritik yang

(38)

dating dari masyarakat dan juga analisa-analisanya. Keberanian tampil beda, tapi tidak gegabah.

b. Perbaikan SDM

Dalam melakukan perbaikan SDM, dimana dalam melakukan hal ini RRI menjalin kerjasama dengan radio Swedia, RRI melakukan beberapa cara diantaranya yaitu memberikan pelatihan kepada pegawai terkait dengan penyiaran, manajemen perubahan, kultur organisasi serta memberikan motivasi tentang pentingnya perubahan bagi RRI dimasa depan. Pelatihan dalam bidang penyiaran, penguasaan teknologi, serta budaya organisasi yang layak untuk LPP, dilakukan dalam perbaikan SDM di RRI sampai saat ini masih dalam tahapan proses, hal ini karena begitu melekatnya pola pikir pegawai yang masih menggunakan pola pikir lama.

c. Mengubah cara berhubungan dengan masyarakat, menjadi lebih dekat dengan masyarakat Perubahan dalam cara berhubungan dengan masyarakat ditempuh oleh RRI dengan berbagai cara yaitu diantaranya adalah dengan program interaktif untuk komunikasi langsung dengan masyarakat, melakukan seminar dikampus agar lebih dekat dengan generasi muda. Mendekatkan diri dengan komunitas-komunitas kebudayaan mengingat RRI memiliki programa yang menyiarkan kebudayaan Indonesia, selain itu RRI juga sering melakukan pertunjukan rakyat yang masih digandrungi oleh masyarakat ataupun menyediakan program khusus siaran pertunjukan masyarakat.

d. Perluasan jangkauan

Perluasan jangkauan yang dilakukan oleh RRI terkait dengan perubahan yang dilakukan adalah sebagai bagian dari tujuan diadakannya perubahan bagi RRI. Dengan

(39)

menjangkau masyarakat secara luas, diharapkan akan berdampak pada tujuan dari RRI sebagai LPP.

4. Evaluasi Perubahan

Implementasi perubahan yang dilakukan oleh RRI kemudian dilengkapi dengan evaluasi terhadap perubahan. Evaluasi disini diharapkan dapat mengukur seberapa jauh perubahan yang telah dilakukan oleh RRI. Evaluasi merupakan tindakan akhir dari sebuah strategi, namun evaluasi adalah tahap awal dari strategi selanjutnya. Dengan menganalisis kesesuaian antara penyebab perubahan, strategi perubahan dan implementasi perubahan , maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam sebuah evaluasi dapat menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan dan sasaran perubahan

Tujuan merupakan keinginan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang akan datang dan relatif panjang serta tidak terbatas waktu. Tujuan dari berubahnya status RRI menjadi LPP adalah menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, pembangunan karakter bangsa, berkelas dunia. Sedangkan sasaran lebih menekankan pada kegiatan untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan dapat diukur atau dihitung. Sasaran dari perubahan RRI adalah :

1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode etik jurnalistik/kode etik penyiaran.

2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karaktek bangsa.

(40)

3. Menyelenggarakan program siaran berperspektif gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.

4. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga kedaulatan NKRI.

5. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

6. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.

7. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumberdaya teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik.

8. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efisien dengan sistem manajemen sumber daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata kelola lembaga yang baik ( good corporate governance).

9. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.

10. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan

(41)

b. Lingkungan

suatu organisasi pasti berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya dan menjadikan organisasi tidak dapat tertutup dari lingkungan. Sehingga penyesuaian perlu dilakukan. Penyesuaian RRI dengan lingkungan adalah dengan cara mengubah pola interaksi dengan masyarakat. Keterbukaan RRI dalam menjangkau masyarakat dan sebagai tempat aspirasi adalah cerminan dari penyesuaian dengan lingkungan. RRI dapat dikatakan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dimiliki.

c. Kemampuan Internal

Berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi untuk menghadapi lingkungannya. Kekuatan internal RRI adalah, RRI memiliki asset dan teknologi yang mendukung untuk melakukan perubahan, namun saayangnya hal ini tidak sejalan dengan SDM yang dimiliki RRI. Teknologi yang canggih membutuhkan SDM yang canggih pula. Selain bermasalah dengan teknologi RRI memiliki SDM yang kurang inisiatif dan kreatif, maka perlu adanya pelatihan dan penyesuaian dengan kebutuhan RRI dengan cara perekrutan pegawai yang berkompeten.

d. Kompetisi

Dalam pembuatan strategi tentu tidak terlepas dari adanya kompetisi. Kompetisi jika dilihat perbandingan dengan pendengar pada radio swasta, maka radio swasta tidak layak untuk menjadi saiangan RRI, namun hal ini seharusnya menjadikan RRI mengkaji ulang, mengapa khalayak umum cenderung menyukain radio swasta dibandingkan RRI.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa RRI sangatlah serius dalam menyesuaikan dengan perubahan, terlihat dari pencapaian visi dalam RRI yang dibuktikan dengan

(42)

Implementasi dari rencana-rencana besar yang telah meraka rancang sejak awal, dan dapat diketahui secara jelas bahwasanya kelemahan RRI tidaklah terlalu mengkhawatirkan. Kelemahan SDM yang terjadi dalam tubuh RRI adalah masalah yang belum selesai, meskipun RRI sudah menemukan dan menerapkan cara untuk menanggulangi kelemahan yang mereka miliki, namun solusi ini masih dalam proses untuk perkembangan perubahan RRI.

Terobosan-terobosan yang dilakukan RRI adalah suatu pencapaian yang sangat luar biasa, dimana banyak sekali pearan yang bergeser, bahkan bukan hanya bergeser tetapi jauh bergerak maju dari keadaaan semula. Hal ini dapat kita lihat dari hubungan RRI dengan masyarakat yang dilakukan oleh RRI sejak menjadi LPP adalah menjalankan amanat undang-undang yang harus banyak melibatkan publik disetiap sendi kegiatan. RRI senantiasa mengajak masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan penyiaran dari mulai fase perencanaan hingga evaluasi. Kegiatan ini dilakukan setiap pertemuan Pemerhati RRI dari seluruh Indonesia disamping juga menerima masukan dan saran melalui teknologi media baru (jejaring sosial), dan Pola Komunikasi yang diterapkan di RRI adalah menggunakan Pola Roda bukan Pola Lingkaran bertujuan untuk menghindari terjadinya bias pemaknaan. Sehingga pesan yang disampaikan dari level pimpinan akan terjamin sampai ke level operasional tanpa terjadi distorsi makna.

Dapat kita pahami bahwa Strategi yang dilakukan RRI untuk menyesuaikan pada perubahan adalah RRI tetap menjadi organisasi pembelajar (learning organization) dan melakukan benchmarking sehingga perubahan konten yang sesuai dengan segmen pendengarnya dapat senantiasa dilakukan. Hal ini terus menerus dilakukan RRI dalam rangka pencapaian visi dan tujuan sebagai Lembaga Penyiaran Publik.

Gambar

Gambar 4. Struktur Organisasi LPP RRI
Gambar 5. Skema Perubahan RRI

Referensi

Dokumen terkait

Electronic Warfare (EW) adalah pekerjaan militer pada energi elektromagnetik yang meliputi : Aksi yang diambil untuk menekan (reduce) atau mencegah (prevent)

11 Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang Nasional Agustus-Oktober Kemendikbud Nor Asiyah (Ketua) 1710814320016 Teknik Didanai Kelompok 12 Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

e-speaking terdiri dari perintah suara membuka program, menutup program, dan perintah suara mendikte kata dalam microsoft word, yang dapat dilakukan pada menu command, menu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, return on asset, debt to asset ratio dan komite audit terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hasil

Kesehatan, setelah dilakukan survey, dari sekitar 65 juta remaja usia 12-24 tahun, hanya 20,6 % yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV yang salah satu cara

a) Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran). b) Brand evaluation yaitu komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Memiliki

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK merupakan bagian dari proses

sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa sesuai dengan asas ultimum remedium (sarana yang terakhir), di mana apabila tidak perlu sekali hendaknya jangan