• Tidak ada hasil yang ditemukan

FarIn (Alur Produksi Salep dan Krim).docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FarIn (Alur Produksi Salep dan Krim).docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

“ALUR PROSES PRODUKSI SALEP DAN KRIM, IPC DAN

KONTROL KUALITAS”

Disusun oleh : Kelompok 7

Ana Ratnasari Febrianty 2015001189 Astri Windasari 2015001264 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2016

BAB I

PENDAHULUAN

(2)

A. Latar Belakang

Industri farmasi memiliki fungsi dalam pembuatan obat dan bahan obat, sebagai sarana pendidikan dan pelatihan, serta sebagai sarana penelitian dan pengembangan. Kekonsistensian yang meliputi aspek kualitas, keamanan dan efikasi harus dikedepankan oleh sebuah industri farmasi terhadap obat yang diproduksi. Berdasarkan Permenkes 1799/menkes/Per/XII/2010, industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Selain itu obat atau bahan obat tersebut hanya boleh diproduksi oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Obat yang dipasarkan secara luas juga harus memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh otoritas Badan POM RI, dimana proses pembuatannya sudah memenuhi ketentuan CPOB. Sehingga persyaratan CPOB merupakan persyaratan mutlak yang wajib dipenuhi oleh suatu industri farmasi.

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan atau memelihara kesehatan.

Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Otoritas Pengawasan Obat hendaklah menggunakan Pedoman CPOB sebagai acuan dalam penilaian penerapan CPOB, dan semua peraturan lain yang berkaitan dengan CPOB hendaklah dibuat minimal sejalan dengan Pedoman CPOB. Pedoman CPOB tidak bermaksud untuk membatasi pengembangan konsep baru atau teknologi baru yang telah divalidasi dan memberikan tingkat Pemastian mutu sekurang-kurangnya ekuivalen dengan cara yang tercantum dalam Pedoman CPOB.

(3)

Dalam Petunjuk Operasional Penerapan CPOB (BPOM RI, 2009), terdapat dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi.

Peran seorang apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian yang tercantum dalam PP No. 51 tahun 2009 yaitu bertanggung jawab pada pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan orientasi kepada masyarakat atau pasien menjadi dasar dalam menjalani pekerjaan kefarmasian dengan memproduksi sediaan farmasi yang memenuhi standar, persyaratan keamanan, kualitas, dan efikasinya secara konsisten.

B. Tujuan Pembahasan

a. Mengetahui alur proses produksi sediaan salep dan krim

b. Mengetahui In Process Control dan Kontrol Kualitas dari produksi sediaan salep dan krim.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Farmasi

Salah satu kriteria penting dari produk industri farmasi ialah diterimanya kriteria “persyaratan kualitas obat” sebagai produk industri farmasi, yang telah dirumuskan oleh Academy of Pharmaceutical Sciences Amerika Serikat, sebagai berikut:

1. Mengandung kuantitas masing-masing bahan aktif sesuai dengan persyaratan pada etiket, yang masih dalam nilai batas sesuai dengan spesifikasinya.

2. Mengandung kuantitas bahan aktif yang sama, dalam setiap satuan takaran obat.

3. Terjaganya potensi, penampilan dan ketersediaan terapeutik sampai saat digunakan oleh penderita untuk tujuan pengobatan.

4. Melepaskan bahan aktif saat digunakan sehingga tercapai ketersediaan biologisnya.

Apabila diamati, berdasarkan jenis kegiatan usahanya maka industri farmasi dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu

1. Industri riset (inovasi) farmasi : Industri yang menghasilkan obat dan atau bahan baku obat hasil penelitian sendiri, memperoleh hak paten selama periode/waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional maupun internasional.

2. Industri sintesis dan/ atau fermentasi farmasi : Industri farmasi yang menghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku lainnya, baik yang masih mempunyai hak paten atau sudah kadaluwarsa.

3. Industri manufaktur farmasi, yaitu industri farmasi yang menghasilkan obat jadi dari bahan baku yang dihasilkan oleh industri farmasi riset dan atau industri sintesis atau fermentasi. Termasuk dalam kategori ini adalah industri farmasi fitofarmaka (jamu), yang menghasilkan produk obat dari bahan yang berasal dari alam.

4. Industri jasa farmasi, yaitu lembaga/institusi yang memberikan jasa, berupa jasa penelitian, sintesis dan atau formulasi, bermacam studi tentang

(5)

pasar obat baik secara nasional, regional maupun internasional, meneliti dan mempelajari kecenderungan yang sedang terjadi, membuat perkiraan perkembangan masa datang, yang sangat diperlukan oleh pengambil keputusan, baik di lingkungan industri farmasi maupun pemerintah. Dibandingkan dengan berbagai industri yang lain, industri farmasi memiliki ciri yang spesifik. Ciri industri farmasi yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

1. Diatur oleh regulasi yang ketat karena terkait dengan jiwa manusia.

2. Bukan hanya sebagai penghasil obat, namun juga merupakan industri yang berorientasi pada profit. Oleh karena itu, dalam industri farmasi terdapat aspek sosial dan aspek ekonomi (bisnis).

3. Salah satu industri berisiko tinggi.

4. Industri berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi. B. Pengertian Salep dan krim

1. Salep

Menurut FI V, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu :

 Dasar salep hidrokarbon

Dasar salap ini merupakan dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Dasar salep ini biasanya digunakan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan sukar dicuci dengan air.

 Dasar salep serap

Dasar salep ini terdiri dari 2 kelompok yaitu dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air bertambah (Lanolin)

 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Dasar salep ini juga dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik

(6)

Dasar sale ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Contoh dasar salep ini yaitu gel,

2. Krim

Menurut FI V krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Krim dapat digunakam untuk pemberian obat melalui vaginal.

C. Alur Produksi Salep dan Krim

Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012, produksi krim dan salep terdapat beberapa aspek, diantaranya :

 Karena sifat alamiah produk, maka untuk melindungi produk terhadap pencemaran mikroba dianjurkan agar semua alat yang berhubungan langsung dengan produk didisinfeksi lebih dahulu sebelum dipakai, misal dengan etanol 70%, isopropanol atau hidrogen peroksida 3%.

 Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah system tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk hampir tidak terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya (misal botol dan tube) dan ditutup.

 Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan hendaklah tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup. Hendaklah menggunakan jenis katup diafragma atau katup kupu-kupu dan bukan katup bola.

 Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan minimal kualitas Air Murni (Purified Water). Parameter kimia dan mikrobiologi hendaklah dipantau secara teratur, minimal seminggu sekali, sedangkan pH dan konduktivitas hendaklah dipantau tiap hari. Terhadap data hasil pemantauan hendaklah dilakukan analisis kecenderungan (trend analysis). Lihat Persyaratan Air Untuk Produksi :

(7)

a. Pemanasan, atau b. Kimiawi.

 Pemeriksaan mutu bahan yang diterima sebelum dipindahkan ke dalam tangki penyimpanan adalah untuk mencegah agar bahan yang masih tersisa di dalam tangki penyimpanan (yang sudah memenuhi persyaratan mutu) tidak tercampur dengan bahan yang sama dari tangki pemasok yang belum diketahui mutunya.

 Tiap pipa transfer hendaklah diberi penandaan yang jelas dengan mencantumkan identitas produk.

 Homogenitas hendaklah dipertahankan selama pengisian dengan pengadukan terus-menerus sejak awal sampai akhir proses pengisian.

 Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah disesuaikan untuk menghindarkan perubahan mutu produk. Jangka waktu dan kondisi penyimpanan produk antara hendaklah divalidasi.

Untuk alur proses produksi krim dan salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang telah ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.

Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam proses produksi menggunakan air Aquadem (Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah melewati

(8)

serangkaian proses pernyaringan. Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot, tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa krim/salep.

Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas, koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk tersebut dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan krim/salep operator melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali, proses ini bertujuan untuk memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan dari kemasan. kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk ruahan untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.

D. In Process Control

Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.

Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.

(9)

Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:

1. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan

2. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.

Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama proses produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan pada tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim, misal :

a. Mixting Process : pH, homogenitas, kehalusan

b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan,termasuk pencetakan expired

date dan nomor bets.

E. Kontrol Kualitas (Quality Control)

Produk yang berkualitas dihasilkan dengan melakukan serangkaian pengujian yang dilakukan oleh bagian Quality Control (QC). QC merupakan bagian yang esensial pada proses pembuatan produk obat agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Bagian QC memiliki kewenangan khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.

QC dilakukan sejak barang datang, selama proses, pada produk yang dihasilkan, serta pada masa penyimpanan produk. QC berperan dalam pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan selama proses produksi dan pemeriksaan produk jadi. QC memastikan bahwa bahan, produk, dan metode dalam proses produksi telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat memenuhi persyaratan secara konsisten. Selain itu juga dilakukan kalibrasi dan kualifikasi alat serta validasi terhadap metode analisa dan proses produksi.

(10)

Namun, tidak ada jaminan bahwa produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas sebagaimana yang diinginkan. Kualitas produk harus dibangun sejak awal dan dijamin oleh Quality Assurance (QA).

Kontrol kualitas dari salep dan krim meliputi : 1. Pemeriksaan kestabilan fisik

2. Sediaan salep diamati organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna, dan bau.

3. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya. 4. Uji proteksi.

5. Uji daya lekat. 6. Uji menyebar.

(11)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di industri farmasi, proses produksi salep dan krim masuk ke dalam proses non steril. Alur produksinya mulai dari pengambilan bahan, penimbangan, pencampuran zat aktif, pencampuran bahan tambahan dengan zat aktif, sampai dengan pengemasan. Semua proses produksi dikontrol oleh bagian Quality

Control untuk menjamin kualitas dan untuk mengurangi kesalahan dalam proses

produksi. Kontrol kualitas sangat penting dan harus selalu dilakukan, guna menjamin mutu dari suatu sediaan salep dan krim yang diproduksi. In process

control untuk sediaan salep terletak pada proses mixing dan filling. Pada proses mixing yang harus diperhatikan adalah pH, homogenitas, dan kehalusan.

Sedangkan pada proses filling yang harus diperhatikan adalah bobot isi tube, penampilan, termasuk juga pencetakan expired date dan nomor bets.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah Nurul. 2013. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Pt. Glaxo

Wellcome Indonesia, Jl. Pulo Buaran Iii Jiep Blok Dd No. 2-4 Pulogadung Jakarta Timur, Periode 4 Februari – 28 Maret 2013. Universitas Indonesia.  Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi V.

Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan; 2014.

Badan POM RI. 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara

Pembuatan Obat Yang Baik 2012. Jilid I. Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia. Jakarta.

 https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/12/in-process-control-dalam-cpob-produksi-untuk-pemastian-mutu-obat/ Diakses 18/03/2016

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memastikan keseragaman batch dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses