• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian Gambaran umum Universitas Bina Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian Gambaran umum Universitas Bina Nusantara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran umum objek penelitian

1.1.1 Gambaran umum Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara juga dikenal dengan Binus University adalah salah satu universitas swasta Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. Universitas ini bernaung di bawah lembaga pendidikan Bina Nusantara. Universitas Bina Nusantara dimulai pada tanggal 21 Oktober 1974, itu berasal dari sebuah kursus jangka pendek yang bernama kursus komputer modern, yang kemudian diperluas karena dasar yang kuat dan visi komprehensif. Karena tingginya permintaan dan perkembangan yang cepat, pada tanggal 1 Juli 1981, kursus komputer modern telah berkembang menjadi ' Akademi Teknik Komputer (ATK)' atau Akademi teknik komputer dengan 'Manajemen Informatika' atau Manajemen Informatika Utama Pertama. ATK diperoleh terdaftar pada Juli 13, tahun 1984 dan satu tahun setelah itu, tepatnya pada tanggal 1 Juli 1985, lembaga berubah menjadi AMIK Jakarta. Pada tanggal 21 September 1985, AMIK Jakarta berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara. AMIK Bina Nusantara mencatat prestasi yang pada usia relatif muda ketika dipilih sebagai akademi komputer terbaik oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui pendidikan tinggi dewan distrik III pada 17 maret 1986. Kebutuhan untuk pekerja profesional teknologi informasi daerah melaju AMIK lebih lanjut dalam pembangunan, dan pada tanggal 1 Juli 1986 secara resmi terdaftar sebagai 'Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)' atau Institut Manajemen Informasi dan Komputer Ilmu Bina Nusantara. Pada tanggal 9 November 1987, penggabungan antara AMIK Bina Nusantara dan STMIK Bina Nusantara berlangsung. Lembaga dilakukan Diploma (D-3) dan program-program sarjana (S-1). Status akreditasi 'Disamakan' atau 'Equalized' untuk semua jurusan dan tingkat diperoleh pada 18 Maret 1992. Pada tahun berikutnya, STMIK Bina Nusantara membuka Program Master (S-2) pertama di sistem informasi manajemen di Indonesia. Program ini secara resmi terdaftar pada tanggal 10 Mei 1993. (sumber : http://binus.ac.id/ diakses pada 3 Februari 2017).

(2)

2 Universitas Bina Nusantara memiliki logo yang digunakan sampai sekarang, logo tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1

Logo Universitas Bina Nuasantara

Sumber : http://binus.ac.id/ diakses pada 3 Februari 2017

Setelah melalui bertahun-tahun kerja keras dan ketekunan, Universitas Bina Nusantara (Universitas Bina Nusantara atau UBINUS) secara resmi terdaftar dan didirikan pada 8 Agustus 1996. STMIK Bina Nusantara kemudian digabung menjadi Universitas Bina Nusantara pada tanggal 20 Desember 1998. Pada waktu itu, UBINUS memiliki fakultas ilmu komputer, fakultas ekonomi, fakultas teknik, fakultas sastra, fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (Fakultas MIPA) dan program magister (S-2) di sistem informasi manajemen. (sumber :

http://binus.ac.id/ diakses pada 3 Februari 2017).

Universitas Bina Nusantara memiliki 7 program studi yaitu accounting & finance, computing, engineering, business management, humanities, communication dan art & design (sumber : http://binus.ac.id/ diakses pada 10 Oktober 2017) dan Universitas Bina Nusantara memiliki komitmen yang besar untuk menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha, hal ini terlihat dari adanya mata kuliah Entrepreneurship yang diterima oleh seluruh mahasiswa program studi yang ada dengan nama Center for Entrepreneurship (CFE) yang didirikan tangal

(3)

3 15 Desember 2003 dengan tujuan untuk mengembangkan “entrepreneurship culture” di Universitas Bina Nusantara, hingga diharapkan mahasiswa akan terbuka paradigmanya bahwa setelah lulus kuliah mereka tidak harus mencari kerja, namun ada alternatif lain yakni menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri. Beberapa program telah disusun CFE untuk menjalankan tujuan tersebut.

CFE telah menjadikan mata kuliah Entrepreneurship (2 SKS) menjadi mata kuliah wajib bagi seluruh program studi di Universitas Bina Nusantara sejak semester Genap 2004/2005. Melalui mata kuliah ini pengenalan kewirausahaan akan tersampaikan keseluruh mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Dalam mata kuliah ini mahasiswa diajarkan konsep praktis dalam bisnis. Setiap mahasiswa secara berkelompok diharuskan membuat business plan yang akan mereka presentasikan pada dua pertemuan akhir perkuliahan. Nilai Business Plan dan presentasi ini selanjutnya dianggap sebagai Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah ini. Dosen dalam mata kuliah ini berasal dari para wirausahawan, praktisi serta akademisi (Hutomo, 2010). Dengan jumlah mahasiswanya 3293 mahasiswa (http://forlap.dikti.go.id/).

1.1.2 Visi dan Misi Universitas Bina Nusantara A. Visi Universitas Bina Nusantara

Sebuah universitas kelas dunia dalam mengejar terus menerus inovasi dan perusahaan.

B. Misi Universitas Bina Nusantara

Misi BINUS University adalah untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat global melalui penyediaan pendidikan kelas dunia dengan:

a. Mengenali dan bermanfaat bakat paling kreatif dan nilai tambah

b. Menyediakan mengajar kelas dunia, belajar dan pengalaman penelitian yang menumbuhkan keunggulan dalam beasiswa, inovasi dan kewirausahaan. c. Melakukan layanan profesional dengan penekanan pada penerapan

pengetahuan kepada masyarakat

(4)

4 e. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan masyarakat

internasional

1.2 Latar Belakang

Pentingnya entrepreneur di dalam masyarakat tidak hanya sekedar menjadi alat untuk melakukan perbaikan dan perubahan di dalam kualitas hidup diri dan masyarakat, tetapi entrepreneur juga dibuktikan dapat berperan signifikan di dalam mewujudkan kualitas diri masyarakat dan bangsa (Frinces, 2010).

Takashi Yamamoto (2007) mengatakan “peran entrepreneur berkaitan dengan pembangunan ekonomi endogen. Pembangunan ekonomi terkonsentrasi pada skala lokal. Entrepreneurship endogen dan inovasi merupakan kunci sukses competitive advantages terhadap perekonomian global”.

Di Indonesia jumlah entrepreneur memang meningkat menurut data pada setiap tahunnya, namun peningkatan jumlah entrepreneur di Indonesia bertolak belakang dengan masih sangat kecilnya pertumbuhan entrepreneur, data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan bahwa hingga tahun 2016 jumlah total entrepreneur di Indonesia hanya sekitar 1,6 persen dari total penduduk. Dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 240 juta jiwa, hanya 3,75 juta penduduk yang berminat dan bersedia menjadi entrepreneur. Jumlah entrepreneur di Indonesia perlu didorong agar mencapai angka 2 persen (Julianto, 2016), namun jumlah ini tidak sesuai dengan tingginya minat ingin berwirausaha di indonesia pada survei Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada 2013, tentang keinginan berwirausaha di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua negara ASEAN yang memiliki keinginan tinggi untuk berwirausaha, setelah Filipina. Di belakang Indonesia terdapat negara Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia (Global Entrepreneurship Monitor, 2013).

Entrepreneur dapat dikatakan sebagai simbol kemandirian, kemajuan serta kejayaan bangsa (Asmani, 2011:35). Karena kecilnya angka pertumbuhan entrepreneur di Indonesia harus dilakukan pengembangan entrepreneur, pengembangan entrepreneur diperlukan dikarenakan (Asmani, 2011:45-46) dalam bukunya entrepreneur memiliki ekonomi tangguh yang tidak terpengaruh oleh

(5)

5 krisis global yang disebabkan oleh jatuhnya ekonomi Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol dan lain sebagainya

Program pengembangan entrepreneur telah dilakukan oleh berbagai sektor, sektor tersebut seperti pemerintah dan akademis agar dapat membantu peningkatan jumlah entrepreneur yang dapat mengurangi pengangguran dan mendorong kestabilan ekonomi, berikut merupakan peran dari sektor untuk mendukung upaya pengembangan entrepreneur di Indonesia :

Pemerintah, Salah satu langkah positif yang telah dilakukan pemerintah secara massif adalah melalui Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2013 yang berisi kebijakan tentang pengembangan inkubator wirausaha yang bertujuan mendorong penciptaan dan pengembangan usaha baru yang memiliki nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi, juga untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nugroho, 2015). Pemerintah menyadari betul kurangnya wirausahawan menjadi problem yang harus segera diperbaiki, dibenahi, dan dicarikan solusinya. Salah satunya dengan kebijakan yang dicanangkan pemerintah yaitu Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Kebijakan nasional ini telah dimulai sejak 2 Februari 2011. Melalui GKN ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wirausaha minimal 2% dari total populasi penduduk (Ramadhan, 2012).

Akademis, Thomas dan Scarborough (2008:34) menyatakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan akademis di dalam universitas melalui penyelenggaraan pendidikan dan program kewirausahaan. Katz menyatakan bahwa “perguruan tinggi merupakan sumber utama bagi ilmu pengetahuan dan modal sumberdaya manusia dalam membangun inovasi, kewirausahaan dan produktivitas” (Naderi et al, 2013). Pencapaian tujuan pembelajaran kewirausahaan memang tidak hanya bertumpu pada pundak seorang pendidik, tetapi keberhasilan pendidikan tergantung pada komponen utama yakni peserta didik dan manajemen lembaga pendidikan yang bersangkutan (Suherman, 2008:26). Contohnya pendidikan kewirausahaan telah diterapkan di dalam Kurikulum di Universitas Bina Nusantara (http://web.binus.ac.id/).

(6)

6 Dalam peran dari sektor akademis melalui Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk aplikasi kepedulian dunia pendidikan terhadap kemajuan bangsanya (Buchari Alma 2000:5), Pendidikan kewirausahaan sangatlah penting karena menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng et al (2009), Lekoko et al (2012) dan Iskandar (2012) disimpulkan mereka setuju bahwa pendidikan kewirausahaan merupaka hal yang penting karena memiliki dampak positif pada hasil kewirausahaan yang terkait dengan para lulusan perguruan tinggi. Namun pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan masih memiliki permasalahan-permasalahan yang diasumsikan terjadi berkaitan dengan penyelenggaraan program pendidikan kewirausahaan yang ada (Wiratno, 2012). Hambatan atau permasalahan yang ada tersebut dapat membuat tidak efektifnya pendidikan kewirausahaan, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng et al (2009) dan Lekoko et al (2012) hasil menunjukkan tidak efektifnya pendidikan kewirausahaan di Malaysia dan di Afrika khususnya di daerah Botswana menunjukan bahwa penyediaan pedidikan kewirausaaan belum begitu efektif dalam pencocokan harapan keterampilan siswa dengan keterampilan akuisisi mereka. Dengan demikian, lembaga pendidikan perlu meninjau kurikulum yang ada dan merancang kurikulum yang lebih tepat untuk mengembangkan program kewirausahaan yang efektif, pengaruh belum begitu efektifnya peran pendidikan kewirausahaan dikarenakan program-program yang lebih fokus pada penyampaian teoritis kewirausahaan dibandingkan pengetahuan dari aspek praktek kewirausahan.

Di Indonesia pun pendidikan kewirausahaan belum begitu efektif menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Iskandar (2012) menghasilkan kesimpulan efektivitas pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan intensi kewirausahaan mahasiswa berada pada kategori rendah, hal ini berarti proses pembelajaran kewirausahaan yang berlangsung masih memiliki kelemahan sehingga belum cukup efektif untuk mengembangkan intensi kewirausahaan mahasiswa. Berdasarkan penelitian terdahulu Cheng et al (2009) menggunakan faktor-faktor kualitas program pendidikan kewirausahaan, metode pengajaran

(7)

7 yang terdapat dalam program pembelajaran kewirausahaan, metode penilaian dan hasil yang diperoleh mahasiswa untuk mengidentifikasi program pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi, sedangkan menurut Iskandar (2012), dan Suci et al (2015) terdapat kesamaan tentang tidak efektifnya pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi dapat dilihat dari aspek kurikulum, pengajar, proses pembelajaran, sarana pembelajaran, sumber-sumber pembelajaran maupun evaluasinya serta hasil yang didapatkan peserta didik tersebut. Akan tetapi pada penelitian ini yang digunakan untuk mengidentifikasi program pendidikan kewirausahaan adalah aspek kurikulum, metode pengajaran, metode penilaian serta hasil yang didapat oleh mahasiswa, alasannya mengapa hanya beberapa faktor-faktor tersebut yang digunakan, karena hanya faktor-faktor tersebut sudah mewakili dari beberapa faktor yang ada dan sangat berkaitan dengan penelitian mengenai penerapan progam pendidikan kewirausahaan ini.

Tidak efektifnya pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap minimnya pertumbuhan entrepreneur terdidik yang dapat menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan baru dan meningkatnya pengangguran terdidik. Menurut Barringer dan Ireland (2006) menyatakan entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur” (Wijatno, 2009:8-9).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran yang merupakan alumni perguruan tinggi di Indonesia dari tahun 2012-2016 yang terdapat dalam Tabel 1.1 dibawah ini :

TABEL 1.1

TINGKAT PENGANGGURAN YANG MERUPAKAN ALUMNI PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA TAHUN 2012-2014

No Tahun Jumlah

1 2012 645.866 orang

2 2013 619.288 orang

(8)

8

4 2015 905.127 orang

5 2016 944.666 orang

Total 3.803.607 orang

Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2012-2016, Dimodifikasi

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas pada Februari tahun 2016, di Indonesia ada 644.666 orang dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu (S-1). Dari jumlah itu, penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak 695.304 orang dan Diploma I,II,III/akademi sebanyak 249.362 orang. Angka pengangguran terdidik pada 2016 itu meningkat dibandingkan penganggur lulusan perguruan tinggi pada 2015 yang hanya 905.127 orang dan pada 2012 sebesar 688.660 orang . (Badan Pusat Statistik, 2016).

Dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran alumni perguruan tinggi masih cukup besar dan meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015 hingga ke tahun 2016, dibutuhkannya entrepreneur untuk mengurangi tingkat pengangguran, menurut Barringer dan Ireland (2006) menyatakan “salah satu dampak terpenting entrepreneurship adalah penyediaan lapangan pekerjaan, entrepreneurship telah terbukti mampu mengatasi tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan pekerjaan oleh entrepreneur” (Wijatno, 2009:8-9). Menurut Ciputra, Alma, Wijatno, Hermawan, dan Astamoen mengungkapkan bahwa “kondisi seperti tingkat pengangguran terdidik ini terjadi karena rendahnya mentalitas kewirausahaan lulusan perguruan tinggi diindoneisa” (Iskandar, 2002:3). Hal ini sejalan dengan temuan Hermawan (2003:16) yang mengatakan permasalahan utama lulusan pendidikan kita adalah kemandirian. Pendidikan hanya menghasilkan sumber daya manusia yang ambtenaar (karyawan). Dari data yang telah dikeluarkan Badan Pusat Statistik diatas dapat disimpulkan bahwa banyak dibutuhkannya entrepreneur atau wirausaha untuk mencipatakan lapangan kerja baru yang akan mengurangi tingkat pengangguran, Frederick et al (2006) memandang “entrepreneur sebagai agen perubahan yang melakukan pencarian secara sengaja, pecarian yang hati-hati, dan pertimbangan yang seksama ketika

(9)

9 melakukan proses entrepreneurial”. Ciputra (2009:32) juga menerangkan bahwa wirausaha merupakan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, karena dengan hanya berbekal ijazah tanpa kecakapan entrepreneurship, siapkanlah diri untuk antri pekerjaan karena saat ini pasokan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan peluang kerja yang tersedia. Minimnya enrtreprenuer disebabkan karena belum efektivnya program pendidikan kewirausahaan yang ada di perguruan tinggi di Indonesia, berkembang pendidikan kewirausahaan di Indonesia mulai ber munculan pada tahun 1980-an. Pada tahun 2000-an pendidikan kewirausahaan semakin digalakan di Indonesia, pemerintah Indonesia melalui jenderal pendidikan tinggi mendorong berkembangnya pendidikan kewirausaan, diantaranya melalui pendanaan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang kewirausahaan (Wijatno, 2009:4). Pencapaian tujuan pembelajaran kewirausahaan memang tidak hanya bertumpu pada pundak seorang pendidik, tetapi keberhasilan pendidikan juga tergantung pada komponen utama yakni peserta didik dan manajemen lembaga pendidikan yang bersangkutan (Suherman, 2008:26).

Karena begitu pentingnya pendidikan kewirausahaan, membuat banyak Universitas atau Perguruan Tinggi mengadakan adanya program pendidikan kewirausahaan melalui kurikulum yang ada di setiap perguruan tingginya tak terkecuali di Universitas Bina Nusantara Jakarta, sejalan dengan visi Universitas Bina Nusantara 2020 “a world class knowledge Institution in continuous pursuit of innovation and enterprise” (http://web.binus.ac.id/), dibutuhkan banyak entrepreneur yang memiliki ide-ide dan inovasi baru. Universitas Bina Nusantara adalah perguruan tinggi swasta yang termasuk dalam perguruan tinggi swasta terbaik ke tiga dalam perguruan tinggi swasta se-Indonesia (Darmawan, 2017). Universitas Bina Nusantara juga merupakan salah satu universitas yang mengedepakan minat entrepreneurship mahasiswanya dengan diadakannya mata kuliah entrepreneur pada setiap program studi yang ada seperti program studi accounting & finance, computing, engineering, business management, humanities, communication dan art & design yang menjadi fokus pada penelitian ini.

(10)

10 Besarnya minat mahasiswa untuk berwirausaha sangat lah tinggi, presepsi penulis didukung dengan adanya survey yang telah terhadap 115 orang terdiri dari 66 orang mahasiswa laki-laki dan 49 orang mahasiswa perempuan mahasiswa bina nusantara diperoleh Hasil penelitian yang didapat maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.2

TABEL 1.2

MINAT MAHASISWA SETELAH LULUS Rencana mahasiswa

setelah lulus

Laki-Laki Perempuan

Berwirausaha 63.64% 75.51%

Bekerja 30.30% 16.33%

Pegawai Negri Sipil 4.55% 4.08%

Guru - 4.08%

ABRI 1.52% -

Sumber : (http://web.binus.ac.id/). Dimodifikasi. Diakses pada 7 Februari 2017

Dari Tabel 1.2 tersebut, mayoritas minat mahasiswa laki-laki di Universitas Bina Nusantara akan berwirausaha setelah lulus sangatlah tinggi dengan persentasi paling besar diantara yang lain dengan 63.64%, sedangkan hasil penelitian yang didapat pada mahasiswa perempuan di Universitas Bina Nusantara akan berwirausaha setelah lulus sangatlah tinggi dengan presentasi besar diantara yang lain bahkan lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki sebesar 75,1%, dapat diketahui mayoritas minat mahasiswa dan mahasiswi Universitas Bina Nusantara akan berwirausaha setelah lulus sangatlah tinggi. Tingginya minat mahasiswa tersebut harus didukung dengan efektivitas program pembelajaran kewirausahaan pada universitas tersebut.

Karena sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang menjadi standar bagi perguruan tinggi lainnya, Universitas Bina Nusantara dengan fokus mendorong para lulusannya untuk memiliki daya saing menargetkan setidaknya 2

(11)

11 dari 3 lulusannya akan menjadi seorang Entrepreneur atau bekerja di perusahaan Global. Praktik dari target tersebut dilakukan dengan membuat suasana yang kondusif bagi tumbuhnya mahasiswa yang ingin membuka usaha, baik secara infrasutruktur dengan adanya BEC (Binus Entrepreneursip Center), dukungan para dosen entrepreneurship dan juga dosen mata kuliah lain yang selalu mendorong mahasiswa untuk kreatif dan inovatif dan juga suasana kampus yang baik selain itu Universitas Bina Nusantara juga mendukung secara program seperti membuat mata kuliah Entrepreneurship. Akan tetapi, namun program pendidikan kewirausahaan yang ditawarkan di Universitas Bina Nusantara ini masih diperdebatkan dikarenakan lulusan pada tahun 2012 berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BINUS CAREER, tercatat 82% dari total lulusan tersebut sudah bekerja sebelum mereka diwisuda, 31% dari mereka bekerja di perusahaan global dan 14% menjadi entrepreneur dan 18% yang belum memiliki pekerjaan sedangkan berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Ibu Indriana selaku Operational Section Head di Binus Entrepreneurship Center jumlah target mahasiswa yang terealisasi menjadi wirausaha di tahun 2014 adalah sebesar 15%. Dimana dibandingkan dengan target Universitas Bina Nusantara yaitu 2 dari 3 lulusannya akan menjadi seorang Entrepreneur atau bekerja di perusahaan Global, persentase 15% masih terbilang kecil. (Yo, 2016).

Banyak mahasiswa yang sebenarnya ingin membuat bisnis sendiri tetapi tidak berhasil menemukan peluang atau membangun inovasi pada bidang usaha yang diinginkannya. Biasanya mereka telah mencoba berkutat pada bidang bisnis tertentu tetapi mereka kurang mampu atau kurang teguh untuk menggali lebih dalam untuk menemukan bagi mereka peluang bisnis yang punya daya saing. Keterbatasan orang untuk menciptakan peluang bisnis yang punya daya saing yang kuat merupakan hal yang wajar dan banyak ditemukan. Alangkah baiknya bila BINUS bisa membantu para mahasiswa dengan membuat terobosan (breakthrough) untuk meningkatkan keberhasilan startup bisnis yang dibangun mereka (Setiawan et al, 2016).

Menurut Nugraha (2015), “keterbatasan waktu pembelajaran kewirausahaan dapat menjadi barriers yang cukup tinggi bagi tumbuhnya entrepreneurship.

(12)

12 Keterbatasan waktu kuliah ditambah dengan padatnya jadwal kuliah yang ditempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan study menjadi penghambat yang kuat bagi mahasiswa yang ingin praktek entrepreneurship secara langsung. Selain itu faktor penghambat lainnya adalah keterbatasan waktu para dosen untuk membimbing secara khusus mahasiswa yang ingin membuat bisnis, juga keterbatasan kemampuan dosen yang memang memiliki pengalaman usaha. Karena idealnya dosen yang membimbing mahasiswa yang ingin membuat bisnis harus juga mempunyai pengalaman usaha ataupun menjalankan usaha sehingga tidak terlalu banyak berteori dan hanya mengajarkan teori terapan pada dunia usaha dan kenyataan di bidang usaha yang sesungguhnya” (http://web.binus.ac.id/).

Namun permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan kewirausahaa di banyak perguruan tinggi di Indonesia adalah budaya pendidikan di Indonesia kurang mendukung pengembangan jiwa kewirausahaan sehingga menghambat generasi muda mengembangkan daya kreativitasnya (Ferbiyanto, 2013), pengakuan akan pentingnya kewirausahaan dalam pengetahuan ekonomi dan perkembangan ekonomi adalah suatu upaya yang diambil oleh universitas lokal khususnya Universitas Bina Nusantara untuk mengajarkan kewirausahaan pada mahasiswanya melalui kurikulum yang ada, tetapi efektivitas pendidikan kewirausahaan yang ditawarkan di lembaga pendidikan tinggi ini masih diperdebatkan karena pada kenyataannya mahasiswa setelah lulus masih sedikit yang menjadi entrepreneur dibandingkan menjadi pekerja kantoran, ditambah lagi berdasarkan data yang ada menunjukan bahwa pengangguran dikalangan alumni masih sangatlah tinggi, seharusnya berdasarkan data minat mahasiswa yang ingin berwirausaha sangat tinggi itu harus didukung dengan efektivitas pembelajaran kewirausahaannya agar jumlah mahasiswa yang menjadi entrepreneur meningkat dibandingkat dibandingkan menjadi pekerja agar dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang dibutuhkan, kondisi seperti ini dapat menyebabkan masalah sosial ekonomi yang serius mengingat kesempatan kerja yang sangat terbatas.

Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, Universitas Bina Nusantara cukup representative untuk dilakukan identifikasi bagaimana

(13)

13 pelaksanaan program pendidikan kewirausahaan dan sejauh mana kompetensi kewirausahaan yg dimiliki oleh lulusannya. Berdasarkan pada uraian tersebut, maka penelitian ini berjudul: “

IDENTIFIKASI

PROGRAM

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI UNIVERSITAS BINA

NUSANTARA JAKARTA

”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang didapat mengenai program pendidikan kewirausahaan bahwa tingginya minat mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang ingin berwirausaha setelah lulus ini harus didukung oleh program pendidikan kewirausahaan yang efektif dalam proses pembelajaranya. Namun berdasarkan fakta yang ada proses program pembelajaran kewirausahaan masih dipertanyakan dikarenakan tingginya minat mahasiswa yang ingin berwirausaha tidak di dukung oleh efektivitas program pendidikan kewirausahaan yang menyebabkan masih minimnya lulusan yang menjadi entrepreneur di Universitas Bina Nusantara

Lemahnya pendidikan kewirausahaan pada perguruan tinggi dapat dilihat dari beberapa faktor – faktor untuk mengidentifikasi pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara (BINUS) diantaranya kurikulum dan faktor pendukung pendidikan kewirausahaan, metode pengajaran yang terdapat dalam program pembelajaran kewirausahaan, metode penilaian dan hasil yang diperoleh mahasiswa belum begitu maksimal hal ini dapat menjadi penghambat yang kuat bagi mahasiswa yang ingin praktek entrepreneurship secara langsung.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian untuk mengidentifikasi program pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar presentase keberhasilan program pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara ditinjau melalui aspek kurikulum dan faktor

(14)

14 pendukung, metode pengajaran dan metode penilaian yang diberikan oleh Universitas Bina Nusantara?

2. Seberapa besar presentase kebehasilan output atau hasil yang diperoleh mahasiswa Universitas Bina Nusantara terhadap proses program pembelajaran kewirausahaan yang dapat diamplikasikan dalam kehidupannya?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini mengenai Identifikasi Pendidikan Kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui penerapan program pendidikan kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara melalui kurikulum dan faktor pendukung, metode pengajaran, metode penilaian

2. Mengetahui output atau hasil yang diperoleh mahasiswa dari pembelajaran kewirausahaan di Universitas Bina Nusantara.

1.6 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna, baik secara teoritis maupun secara praktis

1.6.1 Aspek Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi keilmuan serta kajian untuk mengetahui program pendidikan kewirausahaan yang ada di Universitas Bina Nusantara bagi para peneliti selanjutnya.

1.6.2 Aspek Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman terkait permasalahan mengenai pelaksanaa program pendidikan kewirausahaan.

(15)

15 b. Bagi Universitas Bina Nusantara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, informasi dan pengetahuan serta masukan untuk Universitas Bina Nusantara dalam menyelenggarakan program pendidikan kewirausahaan.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian in dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi pihak yang tertarik dengan bidang penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah tentang program pendidikan kewirausahaan yang ada di Universitas Bina Nusantara, sehingga hal-hal yang akan diteliti yaitu terkait tentang program pendidikan kewirausahaan yang ada di universitas bina nusantara berupa kualitas program pendidikan kewirausahaan yang meliputi isi konten pembelajaran kewirausahaan, metode pengajaran yang terdapat dalam program pembelajaran kewirausahaan, Metode penilaian dan Hasil yang diperoleh mahasiswa adalah indikator dari program pemebalajaran kewirausahaan tersebut.

Penelitian ini melibatkan seluruh mahasiswa di universitas bina nusantara yang mendapatkan program pembelajaran kewirausahaan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2017.

(16)

16 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika ini dibuat agar dapat memberikan gambaran dan untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian yang dilakukan, adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam BAB I dijelasakan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Dalam BAB II berisi uraian dari tinjauain pustaka penelitian, yaitu teori-teori yang bersangkutan dengan penelitian serta teori-teori yang mendukung pemecahan permasalahan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam BAB III dijelaskan mengenai jenis penelitian, operasionalisasi variable dan skala pengukuran yang digunakan peneliti, tahapan penelitian, populasi sampel, tekhnik pengumpulan data dan sumber data, uji validitas dan realibilitas, serta teknik analisis data yang digunakan, dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB IV penulis akan menjelaskan secara rinci pembahasan dan analisa dari uji-uji yang telah dilakukan, sehinga akan jelas tergambar permasalahan yang terjadi serta alternatif pemecahan masalah tersebut.

(17)

17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V dijelaskan mengenai kesimpulan akhir dari analisan dan pembahasan pada bab sebelumnya, serta saran-saran dari penulis yang dapat dimanfaatkan oleh objek penelitian.

(18)

18 halaman ini sengaja dikosongkan

(19)

19 halaman ini sengaja dikosongkan

Referensi

Dokumen terkait

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki