• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

MODUL 5

LINGKUNGAN KERJA FISIK

DISUSUN OLEH: KELOMPOK V

Rudini Mulya

(41610010035)

Zamaludin

(41610010014)

Stefany Soegianto

(41610010042)

Novian

(41610010034)

Azis Muksin Ardiansyah

(41610010015)

Ihsan Maulana

(41610010010)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCUBUANA

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami bisa menyusun dan menyajikan laporan

praktikum Analisis dan Perancangan Kerja (APK) ini dengan baik hingga akhir

penyusunanya. Praktikum ini merupakan suatu lagka awal bagi mahasiswa untuk semaking

mengenal bagaimana proses dalam analisis dan perancangan kerja yang baik dalam suatu

pekerjaan yang dihadapi.

Dengan penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini sudalah merupakan

suatu optimalisasi dengan pertimbangan akan singkatnya waktu dan kemauan keras. Namun,

masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan Kritik serta Saran

yang membangun guna menjadikan bahan acuan dalam penulisan tugas-tugas yang

selanjutnya.

Akhir kata semoga penyusunan laporan praktikum Analisis dan Perancangan Kerja

ini bisa berguna bagi semua pembaca, yang dengan senang meluangkan waktunya untuk

membaca laporan praktikum ini.

Jakarta, 10 Juni,2013

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... I Daftar Isi... II Bab 1. Pendahuluan... III

1.1 Latar Belakang Perencanaan Pratikum... 4

1.2 Batasan Masalah... 4

1.3 Tujuan Pratikum... 4

1.4 Alat dan Bahan yang digunakan... 5

1.5 Pelaksanaan Pratikum... 5

Bab II. Landasan Teori... 6

2.1 Definisi... 2.1 Mikroklimat... 6

2.1 Kebisingan Tempat Kerja... 7

2.3 Penerangan Tempat Kerja... 7

Bab III. Metode Penelitian... 16

Bab IV. Analisis Data... 17

4.1 Tes Pencahayaan... 17

4.2 Tes Kebisingan... 18

4.3 Kombinasi Keadaan Normal... .... 18

Bab V. Kesimpulan Dan Saran... 19

5.1 Kesimpulan... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum

Industralisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan perlatan yang semakin kompleks dan rumit, Namun demikian, penerapan teknologi harus diikti dengan kesiapan SDM . Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah, seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja.

Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi lingkungan kerja seperti ; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Menurut Manuaba (1992) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani atay didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Yang termasuk faktor fisik lingkungan kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.

Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia.

Berdasarkan alasan diatas maka untuk melangkapi teori yang sudah didapat dan lebih memahami mengenai konsep-konsep, prinsip- prinsip dan teknik dalam Analisa dan Perancangan Kerja khususnya Lingkungan Kerja Fisik maka kami melaksanakan praktikum ini. Diharapkan dengan praktimum ini kami dapat meningkatkan pemahaman dan pengembangan ilmu Analisa dan Perancangan Kerja dan kelak dapat dipraktikan dilingkungan kerja perusahaan.

1.2 Batasan masalah

Untuk membatasi praktikum ini agar lebih terfokus maka kami hanya melakukan praktikum terbatas pada pengukuran faktor lingkungan kerja seperti kebisingan dan pencahayaan yang dapat mempengaruhi performa kerja.

(5)

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan umum dari praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengukur faktor lingkungan seperti kebisingan dan pencahayaan yang mempengaruhi performa kerja. Sedangkan tujuan khusus dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara intesitas cahaya dengan output yang dihasilkan

2. Mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja (kebisingan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan

3. Mengetahui pengaruh cahaya dan kebisingan terhadap produktivitas kerja manusia

4. Menganalisis dan mampu membuat suatu rancangan kerja dengan lingkungan kerja yang ergonomis

1.4 Alat dan Bahan yang Digunakan

Untuk menunjang pelaksanaan praktikum, maka digunakan beberapa alat dan bahan, adapun alat dan bahan nya adalah sebagai berikut :

1. Sound Level Meter 2. Stopwatch

3. Lux Meter 4. Objek perakitan

5. Alat tulis dan lembar pengamatan

1.5 Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Analisa dan Perancangan Kerja yang mempelajari tentang Lingkungan Kerja Fisik dilaksakan pada :

Hari : Rabu, 22 Mei 2013 Jam : 14.00 s/d 16.00 WIB Tempat : Ruang D-207

(6)

BAB II LANDASAN TEORI

Industralisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan perlatan yang semakin kompleks dan rumit, Namun demikian, penerapan teknologi harus diikti dengan kesiapan SDM . Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah, seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja.

Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi lingkungan kerja seperti ; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Menurut Manuaba (1992) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani atay didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Yang termasuk faktor fisik lingkungan kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.

Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia.

Lingkungan fisik disini berarti semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang akan mempengaruhi pada pekerja tersebut baik secara langung maupun tidak langsung.

Lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, percahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain.

Untuk meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap pekerja, maka langkah pertama harus dipelajari mengenai manusia (pekerja atau operator) , baik sifat, tingkah laku, dan keadaan fisiknya.

(7)

2.2. Pengertian Mikroklimat.

Secara fundamental, ergonomi merupakan studi tentang penyerasian antara pekerja dan pekerjaannya untuk meningkatkan performansi dan melindungi kehidupannya. Untuk dapat melakukan penyerasian tersebut, haruslah dapat diprediksi adanya stressor yang menyebabkan terjadinya strain dan mengevaluasinya.

Mikroklimat dalam lingkungan kerja menjadi sangat penting karena dapat bertindak sebagai stressor yang menyebabkan strain kepada pekerja apabila tidak dikendaliakan dengan baik. Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur suhu udara (kering atau basah), kelembaban nisbi, panas radiasi, dan kecepatan gerakan udara ( Bernard, 1996).

Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19 – 23° C dengan kecepatan udara antara 0,1 – 0,2 m/det , dan pada musim panas adalah suhu ideal berkisar antara 22 – 24° C dengan kecepatan udara antara 0,15 – 0,40 m/det , serta kelembaban antara 40 – 60 % sepanjang tahun ( Granthan 1992 dan Grandjean 1993 ) . Kaitannya dengan suhu panas lingkungan kerja , batas toleransi suhu tinggi sebesar 35 – 40° C, kecepatan udara 0,2 m/det, kelebaban antara 40 – 50 %, perbedaan suhu permukaan < 4° C.

Selama beraktivitas pada lingkungan panas , tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi memelihara suatu kisaran panas lingkungan panas yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan antara panas yang dihasilkan dari metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Sedangkan produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dll. Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi , panas radiasi dan panas penguapan. Pekerja dilingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas. Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringan meningkat. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquit tetapi sering minum. Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas ditempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37 ° C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konduksi, konveksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38 ° C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan

(8)

pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Secara manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sbb;

a) Pekerjaan dilakukan dibawah paparan sinar matahari (outdoor) ; ISBB = (0,7x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering) b) Pekerjaan dilakukan didalam ruangan (indoor) ;

ISBB = (0,7x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

Untuk mengendalikan pengaruh paparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar.

Dengan demikian jelas bahwa mikroklimat yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan beban kerja , mempercepat munculnya kelelahan dan keluhan subjektif serta menurunkan produktivitas kerja.

(9)
(10)
(11)

2.3. Kebisingan Tempat Kerja

Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang terpapar. Sedangkan definisi menurut Kepmennaker (1999) kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya ransangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar. Menurut Suma’mur (1984) bahwa dari segi kualitas bunyi terdapat dua hal yang menentukan , yaitu frekuensi suara dan intensitas suara. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Herz (Hz), yaitu jumlah getaran yang sampai ketelinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus energi lazim dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/cm² ) dengan frekuensi (1,000 Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telingan merupakan skala logaritmis , maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB pengaruhnya akan berbeda dengan 3 dB di atas 90 dB. Intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankanatau belum. Dengan demikian akan dapat segera dilakukan upaya pengendalian untuk mengerangi dampak terhadap kebisingan tersebut. NAB kebisingan ditempat kerja berdasarkan beraturan Menaker 1978 , besarnya rata-rata 85 dB untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih 8 jam / hari atau 40 jam / minggu. Pengendalian kebisingan dengan dua pendekatan, yakni pendekatan jangka pendek dan pendekatan jangka panjang. Pengendalian kebisingan yang beroreantasi dengan mengeliminir sumber kebisingan, penggunaan alat pelindung diri, pengendalian secara teknik / teknologi, mengatur merotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman, didasarkan pada intensitas kebisingan yang dapat diterima (NAB). Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 dB, sedangkan tutup telinga mengurangi kebisingan sedikit lebih sebesar yaitu antara 40 – 50 dB.

(12)
(13)
(14)

2.4. Penerangan di Tempat Kerja

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan, jelas akan meningkatkan produktivitas kerja. Secara uumum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua , yaitu penerangan buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah (dari sinar matahari). Untuk mengurangi pemborosan energi disarankan untuk menggunakan penerangan alamiah, akan tetapi ditempat kerja harus pula disediakan penerangan buatan yang memadai. Hal ini untuk menanggulangi jika dalam keadaan mendung atau kerja dimalam hari.

Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan :

 Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja  Kelelahan mental

 Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata  Kesusakan indra mata, dll

Di dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan ditempat kerja , secara umum dapat dilakukan melalui tiga pendekatan , yaitu :

a). Desain tempat kerja untuk menghindari problem penerangan

Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin,alat dan sarana kerja. Desain instalasi penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan , pantulan dan bayang-bayang serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan kerja.

b). Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan

Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan. Selanjutnya teknik

(15)

dan metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai masalah penerangan ditempat kerja meliputi :

 Konsultasi atau wawancara dengan pekerja dan supervisor ditempat kerja  Mempelajari laporan kecelakaan kerja sebagai bahan investigasi

 Mengukur intensitas penerangan, kesilauan, pantulan dan bayang-bayang yang ada ditempat kerja.

 Mempertimbangkan faktor lain seperti, sikap kerja, lama kerja, umur pekerja , warna, dll

c). Pengembangan dan evaluasi pengendalian resiko akibat penerangan

Setelah penerangan dan pengaruhnya telah diidentifikasi dan dinilai , langkah selanjutnya adalah mengendalikan resiko yang potensial menyebabkan gangguan kerja. Pengendalian resiko sangat tergantung dari kondisi yang ada , tetapi secara umum dapat mengikuti hirarkhi pengendalian yang sudah lazim yaitu pengendalian yang dipilih dari yang paling efektif. Langkah-langkah pengendalian masalah penerangan ditempat kerja, yaitu :

 Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada seperti ; merubah posisi lampu, menambah atau mengurangi jumlah lampu, mengganti jenis lampu dan lain-lain.  Modifikasi pekerjaan seperti ; merubah posisi kerja untuk menghindari

bayang-bayang, kesilauan, pantulan dan merubah objek kerja baik bentuk maupun kedekatan dengan mata agar lebih jelas .

 Pemeliharaan dan pembersihan lampu.  Penyediakan penerangan lokal.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada praktikum Lingkungan Kerja, kami mengukur faktor lingkungan kerja seperti

kebisingan, dan pecahayaan apakah dapat mempengaruhi performa kerja operator. Berikut langkah-langkah/prosedur praktikum yang kami lakukan :

1. Merancang ruang kerja dan meja perakitan sesuai dengan kenyamanan operator 2. Mengatur tata letak part-part diatas meja perakitan

3. Atur intensitas cahaya, dan kebisingan sesuai dengan ketentuan 4. Lakukan perakitan

5. Catat waktu tiap perakitan nya

(17)

BAB IV ANALISIS DATA

Jarak = 47 cm

TES PENCAHAYAAN

Operator : M. Azis Muhksin Ardiyansyah (Laki-laki) Cahaya : Gelap Lux 1 : 0 NO WAKTU (s) 1 14,36 2 12,93 3 19,24 4 14,1 5 15,74 6 14,36 7 15,84 8 15,27 9 15,68 10 12,96 Rata-rata 15,05 S. Deviasi 1,82 Cahaya : Normal Lux : 84 NO WAKTU (s) 1 12,98 2 12,64 3 13,1 4 11,92 5 14,81 6 12,04 7 13,92 8 12,79 9 12,85 10 15 Rata-rata 13,21 S. Deviasi 1,05 Cahaya :Terang sekali Lux : 185 NO WAKTU (s) 1 13,68 2 13,51 3 16,68 4 16,31 5 17,01 6 12,46 7 10,46 8 12,11 9 13,99 10 10,53 Rata-rata 13,67 S. Deviasi 2,39

MUR RING KONTAINER

OPERATOR BAUT

(18)

TES KEBISINGAN Keadaan : Hening Suara : 47 dB NO WAKTU (s) 1 14,3 2 11,6 3 11,38 4 12,52 5 12,11 6 11,7 7 13,09 8 11,64 9 13,1 10 11,26 Rata-rata 12,27 S. Deviasi 0,97 Keadaan : Normal Suara : 60 dB NO WAKTU (s) 1 12,38 2 15,84 3 9,06 4 9,66 5 11,98 6 11,44 7 10,28 8 15,58 9 9,78 10 10,31 Rata-rata 11,63 S. Deviasi 2,39 Keadaan : Bising Suara : 88 Db NO WAKTU (s) 1 13,03 2 12,15 3 10,2 4 10,53 5 10,72 6 10,4 7 11,02 8 15,94 9 11,2 10 12,36 Rata-rata 11,76 S. Deviasi 1,74

KOMBINASI KEADAAN NORMAL

Pencahayaan : 84 lux Kebisingan : 60 Db NO WAKTU (s) 1 12,68 2 10,2 3 9,06 4 10,79 5 14,68 6 10,74 7 15,51 8 13,15 9 10,06 10 9,4 Rata-rata 11,63 S. Deviasi 2,24

(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Kondisi lingkungan kerja (pencahayaan dan kebisingan) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan.

2. Kondisi pencahayaan yang tidak normal (gelap/terlalu terang) dapat menghambat pekerjaan. Berdasarkan percobaan waktu penyelesaian pada kondisi cahaya gelap maupun sangat terang lebih lambat dibandingkan bekerja pada kondisi cahaya normal.

3. Lingkungan kerja yang terlalu hening maupun bising juga dapat menghambat pekerjaan. Waktu penyelesaian yang paling baik didapat pada kondisi suara yang normal.

4. Kombinasi pencahayaan serta tingkat kebisingan yang normal memiliki waktu paling baik. Dengan pencahayaan sebesar 84 lux dan suara sebesar 60 dB dihasilkan rata-rata waktu sebesar 11,63 detik. Karena itu lingkungan kerja yang paling baik adalah dalam kondisi normal.

5.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami ingin memberikan saran kepada pihak yang terkait dengan praktikum Analisa dan Perancangan Kerja, yaitu:

1. Penjelasan mengenai modul agar lebih mendalam 2. Penggunaan waktu praktikum agar dapat lenih efisien

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan stabilitas pondasi MogPU Platform untuk menanggung beban operasinya dari keruntuhan yaitu dengan

Vektor kloning ini mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya adalah (1) dapat digunakan untuk mengkloning fragmen hasil PCR yang menggunakan enzim DNA polimerase tertentu

Hasinyal baik Sekolah maupun diluar sekolah anak didik maupun orang dari anak didik merasa puas dengan perubahan karakter yang terjadi pada anak didik, sehingga

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

(LDR) tidak dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada Bank Perkreditan Rakyat dikarenakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh tidak

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan dan hidayah sehingga penulis dapat melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL)

pembelajaran di kelas adalah ....( boleh lebih dari satu jawaban, urutkan menurut kekerapannya ).  Suasana kelas lebih aktif (

 Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Teknik   Pencegahan Korosi Pelapisan