• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitaif. Menurut Watson, penelitian kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (H. Agus Irianto, 2010: 173-179). Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian ini berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2015: 13).

Menurut Asep Kumiawan, (2017: 24-25) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya merupakan data kuantitatif sehingga analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif (inferensi) atau menggunakan formula statistik matematis. Peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto. Menurut Gay (1981: 197) dalam Emzir (Emzir, 2015: 119) penelitian kausal komparatif (causal-comparative research) atau ex post facto adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu. Dengan kata lain, telah diamati bahwa kelompok berbeda pada beberapa variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan perbedaan tersebut. Penelitian semacam ini dirujuk sebagai penelitian ex post facto (bahasa Latin „setelah fakta‟)

(2)

karena pengaruh dan yang mempengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang (restospect).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto. Sukardi (2008: 165) menyatakan bahwa penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana variabel bebas telah terjadi ketka peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Penelitian ex post facto atau penelitian kausal komparatif berarti penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, unruk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sugiyono (2015: 8) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Sedangkan menurut Arikunto (2013: 27) menyatakan bahwa penelitian dengan pendekatan kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

Menurut Sugiyono (2014: 23), desain penelitian harus spesifik, jelas dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah demi langkah. Desain penelitian menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas (X) yaitu pemberian asupan gizi seimbang dan variabel terikat (Y) yaitu perkembangan kognitif anak usia dini.

Bagan 3.1 Skema Desain Penelitian Pemberian Asupan Gizi

Seimbang

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

(3)

C. Definisi Konseptual dan Operasional

Konsep definisi konseptual dan definisi operasional diperlukan untuk memudahkan peneliti dalam meneliti suatu penelitian. Definisi konsep itu terbagi menjadi dua yaitu definisi konseptual dan definisi operasional.

1. Definisi Konseptual

Menurut Singarimbun dan Sofian (2008: 43), definisi konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Asupan Gizi Seimbang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi adalah zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Safii, 2007: 1).

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (Paath dkk, 2005, dalam Aji (2014: 6). Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi lain, mengingat adanya berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang(Hidayat, 2004, dalam (Aji, 2014: 6).

Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa.

(4)

Piaget mengkategorikan perilaku anak ke dalam 4 (empat) tahap perkembangan kognitif, yaitu: sensori motor (lahir s/d 2 tahun), pra operasional (2 tahun s/d 8 tahun), konkret operasional (8 tahun s/d 12 tahun), formal operasional (11 tahun s/d 12 tahun). Dilihat dari tahapan Piaget, anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol. Melalui di atas anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.

Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual. Tahapan-tahapan di atas selalu dialami oleh anak, dan tidak akan pernah ada yang dilewatinya meskipun tingkat kemampuan anak berbeda-beda. Tahapan ini meningkat lebih kompleks daripada masa awal dan kemampuan kognitif bertambah.

Menurut Piaget (1960) dalam Yudha & Rudyanto (2004: 199) bahwa, “Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi”. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal, yaitu: (1) asimilasi, dan (2) akomodasi merupakan proses yang anak upayakan untuk menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interpretasinya saat sekarang mengenai dunianya. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan keberadaan struktur untuk menguasai sesuatu dengan cara beradaptasi. Suatu pengalaman baru telah mengubah perilaku anak dan memahami masa lalu.

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. Penelitian ini difokuskan pada asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. Pemberian asupan gizi yang seimbang sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak serta

(5)

pematangan perkembangan sistem saraf otak yang menjadi pusat kemampuan kognitif anak.

2. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2012: 31), definisi operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Dengan melihat definisi operasional suatu penelitian, maka seorang peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel yang akan diteliti.

a. Asupan Gizi Seimbang

Makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sesuai kebutuhan tubuh.

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip gizi seimbang yang terdiri dari empat pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar tersebut adalah; (1) Mengonsumsi makanan beragam (2) Membiasakan perilaku hidup bersih (3) Melakukan aktivitas fisik (4) Mempertahankan dan memantau berat badan normal.

Beberapa indikator gizi seimbang untuk mengetahui pemberian asupan gizi seimbang peneliti menggunakan angket kuesioner kepada orangtua siswa yang berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai empat pilar gizi seimbang. Peneliti melakukan penilaian pada hasil angket/kuesioner pertanyaan dan pernyataan dengan memberikan skor 1 – 4 dengan keterangan sebagai berikut:

Skor 1 = jika tidak tepat / tidak pernah Skor 2 = jika kurang tepat / kadang-kadang Skor 3 = jika cukup tepat / sering

(6)

b. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual. Anak usia 4 – 6 tahun ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol dan anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Adapun indikator perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun yaitu; (1) Mengelompokkan benda menurut warna, bentuk, jenis (2) Menunjuk gambar hewan yang mempunyai ciri-ciri tertentu (3) Membilang dengan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10) (4) Membedakan konsep banyak – sedikit, lebih – kurang, sama – tidak sama (5) Menyebutkan dan mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (segitiga, lingkaran, segiempat, dll) (6) Mencari jejak sederhana (7) Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya (8) Membedakan konsep panjang – pendek, besar – kecil (9) Memperkirakan urutan pola berikutnya (10) Mengenal berbagai macam profesi.

Beberapa indikator perkembangan kognitif anak usia 4 – 6 tahun, untuk mengetahui kemampuan kognitif anak peneliti melakukan observasi atau pengamatan bersama guru di kelas. Guru kelas memberikan kegiatan untuk mengetahui kemampuan kognitif anak kemudian peneliti melakukan pengamatan serta penilaian pada hasil lembar kegiatan anak dengan memberikan skor 1 – 4 dengan keterangan sebagai berikut:

Skor 1 = jika tidak tepat Skor 2 = jika kurang tepat Skor 3 = jika cukup tepat Skor 4 = jika tepat

(7)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang akan dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Sugiyono, 2009: 117) Hadi, (2000: 270) mengatakan bahwa populasi merupakan sejumlah individu paling sedikit mempunyai suatu ciri yang sama dengan untuk menentukan sampel terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat populasi juga memberi batasan yang tegas. Menurut Irianto, (2010: 255), pada intinya populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa TK Budi Asih IX Desa Cipinang Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 24 anak dan 24 orang tua.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto: 2010). Menurut Sugiyono (2009: 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi terlalu besar dan peneliti tidak mungkin untuk mempelajari semua yang ada pada populasi karena berbagai alasan, maka dapat menggunakan sampel dari populasi yang ada.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015: 85).

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa TK Budi Asih IX Desa Cipinang Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 24 anak dan 24 orang tua.

(8)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, kuesioner dan dokumentasi.

1 . Observasi

Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan atau pengecapan ini dapat menggunakan instrumen berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara (Irianto, 2010: 266-267). Peneliti melakukan observasi pengamatan di kelas untuk mengetahui kemampuan kognitif anak.

Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2017: 224) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif (participant observation) untuk mengetahui perkembangan kognitif anak di kelas. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

2 . Angket / Kuesioner

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010: 151).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan tentang pemberian asupan gizi seimbang anak yang di isi oleh orang tua untuk mengetahui asupan gizi seimbang anak. 3 . Dokumentasi

Dokumentasi, berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2010: 158). Di dalam melaksanakan metode

(9)

dokumentasi, peneliti mendapatkan data-data tertulis seperti dokumen-dokumen sekolah misalnya: Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, dan standar penilaian. Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencatat, mengambil gambar dan menyimpannya dalam suatu bagian tertentu sebagai catatan atau gambar yang akan menunjang hasil penelitian.

F. Kisi-Kisi Instrumen

Peneliti menyusun sebuah instrumen untuk memperoleh data penelitian. Instrumen penelitian ini berupa pedoman pengamatan yang berisi item-item yang akan terjadi dan disusun sesuai dengan indikator asupan gizi seimbang dan perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun. Indikator asupan gizi seimbang peneliti akan menggunakan instrumen angket kuesioner yang akan di validasi oleh ahli. Sementara untuk perkembangan kognitif peneliti akan mengacu kepada STPPA kurikulum 2013 yang akan divalidasi oleh ahli.

Kisi-kisi instrumen yang disusun peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jumlah item 1 Pemberian

asupan gizi seimbang

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih

Mengonsumsi makanan beragam 14 Membiasakan perilaku hidup bersih 8 Melakukan aktivitas fisik 2 Mempertahankan dan memantau berat badan normal

(10)

dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. 2 Kemampu

an kognitif

Perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan

intelektual. Anak usia Taman Kanak-Kanak ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili simbol-simbol dan anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Mengenal klasifikasi sederhana 3 Memahami konsep matematika sederhana 4 Mengenal bentuk geometri 2 Memecahkan masalah sederhana 3 Mengenal berbagai pola 3

(11)

G. Uji Coba Instrumen

Menurut Arikunto (2006: 169) salah satu tindakan mencapai validitas logis adalah dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub variabel dan menurunkan indikator menjadi butir-butir pengamatan. Selain memperoleh validitas logis, peneliti juga harus menguji instrumen melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.

Instrumen penelitian terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk divalidasi. Kemudian intrumen akan diuji cobakan kepada anak yang berada diluar sampel penelitian yang memiliki karakteristik yang hampir serupa dengan sampel yang akan diteliti. Uji coba instrumen ini dilakukan untuk mengetahui kualitas atau kelayakan instrumen yang digunakan. Oleh karena itu uji coba instrumen ini dilakukan pada siswa dan orang tua di kelas B RA Uswatun Hasanah Desa Rajagaluh Kidul Kecamatan Rajagaluh yang berjumlah 19 orang siswa dan 19 orang tua .

H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Selain pengujian validitas logis dan empiris, suatu instrumen penelitian dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid dan reliabel. Menurut Irianto (2010: 269), instrumen yang dapat dikatakan valid ialah instrumen yang mampu mengukur apa yang diinginkan oleh peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan intrumen yang dapat dikatakan reliabel ialah intrumen yang konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya dan tidak bersifat tendensius (mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu) sehingga dapat dipercaya.

Menurut Irianto (2010: 269), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua cara pengujian validitas instrumen (Sugiyono, 2008), yaitu:

(12)

a. Validitas isi (content validity)

Dalam menguji validitas isi, pengujian menggunakan pendapat dari ahli (jugdement expert). Setelah instrumen pedoman pengamatan tentang perkembangan kognitif dan pemberian asupan gizi seimbang anak usia dini diukur sesuai variabel berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya adalah dikonsultasikan dengan ahlinya.

b. Validitas item (item validity)

Setelah dilakukan jugdement oleh para ahli, maka instrumen tersebut divaliditas item dengan cara uji coba. Karena, langkah yang harus dilakukan agar instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji coba instrumen.

Adapun uji reliabilitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik pencarian dengan rumus Alpha sebagai berikut: )) ∑ ) Keterangan: = reliabilitas

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = jumlah varians butir

= varians total.

Sebelum masuk ke rumus Alpha, maka diperlukan varian tiap butir instrumen dengan rumus:

∑ ∑ )

Kemudian diperlukan varian total dengan rumus:

(13)

Setelah nilai varian butir dan varian total diperoleh dan dimasukkan ke dalam rumus Alpha, maka harga yang diperoleh dikonsultasikan dengan , dengan = 5%. Jika maka instrumen dikatakan valid dan jika maka instrumen dikatakan tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk menguji coba instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan reliabilitas internal yaitu dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha :

[ ] [

∑ ]

Keterangan:

: Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal Σσb2

: Jumlah varians butir σt2

: Varians total (Arikunto, 2010: 239)

Untuk mempermudah proses uji reliabilitasnya, maka peneliti menggunakan program SPSS versi 24 for Windows dalam menguji reliabilitas item yang telah peneliti buat.

Membandingkan r11 dengan rtabel . jika r11 > Rtabel maka item tersebut

reliable. Jika instrumen tersebut reliable, maka kriteria penafsiran mengenai indek korelasinya dapat ditentukan sebagai berikut:

(14)

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r11

Interval Nilai r Iterpretasi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi 0,600 – 0,799 Tinggi 0,400 – 0, 599 Cukup tinggi 0,200 – 0,399 Rendah 0,000 – 0,199 Sangat rendah Sumber: (ridwan, 2010: 116) I. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2017: 207).

Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana. Yaitu studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas), yang bertujuan untuk memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen didasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2016: 56), definisi analisis deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).

Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai pemberian asupan gizi seimbang dan perkembangan kognitif anak usia dini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dilakukan dengan pendekatan perumusan kuantitatif dengan menggunakan skala prosentase dengan rumus sebagai berikut :

(15)

P = F X 100% N

Keterangan :

P = angka persentase

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) 100% = bilangan tetap (Sudijono, 2014: 43)

Hasil dari perhitungan di atas diinterpretasikan/diklasifikasikan dengan skala prosentase sebagai berikut:

100% = Seluruh responden 90% - 99% = Hampir seluruhnya 60% - 89% = Sebagian besar

51% - 59% = Lebih dari setengahnya

50% = setengahnya

40% - 49% = hampir setengahnya 20% - 39% = Sebagian kecil 1% - 19% = Sedikit sekali 0% = Tidak sama sekali

Mengetahui kecenderungan umum jawaban responden setiap pertanyaan, yaitu perhitungannya menggunakan rumus:

P = X x 100% Xid

Keterangan :

P = Angka persentase

X = Skor rata-rata setiap pertanyaan Xid = skor ideal setiap pertanyaan (Anas Sudijono, 2014: 82)

Sebelum mencari persentasenya, maka dilakukan pencarian skor rata-ratanya (mean) dengan menggunakan rumus:

X = X = skor rata-rata setiap pertanyaan ∑X1 = jumlah total skor yang diperoleh

(16)

N = jumlah responden (Sudijono, 2014: 82)

Penafsiran dalam prosentase sebagaimana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 246) sebagai berikut :

A = Baik = berkisar antara 76% - 100% B = Cukup = berkisar antara 56% - 75% C = Kurang Baik = berkisar antara 40% - 55% D = Tidak Baik = kurang dari 40%

2. Persyaratan Uji Hipotesis (Uji Asumsi Klasik Analisis Kuantitatif) a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui sebuah model regresi yaitu variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat melihat grafik normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Deteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi (Sugiyono, 2014: 241).

Dasar pengambilan keputusan antara lain:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi klasik.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas data merupakan salah satu syarat dilakukannya analisis regresi sederhana. Apabila data tidak linier maka analisis tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2017: 265). Cara memeriksa kelinieran data dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

(17)

JK(T) = ∑Y2 JK (a) = JK (a / b) = b {∑ ∑ ) ∑ )} = ∑ ∑ ) ∑ ) ∑ ∑ ) JKres = JK (T) – JK (a) – JK ( ) JK (E) = ∑{∑ ∑ ) } JK (TC) = JKres – JK (E) RJK (a / b) = S2reg = JK (a/b) RJK = S2res = RJK (E) = S2E = ) S2TC = ) Keterangan

JK (T) = Jumlah kuadrat total JK (a) = Jumlah kuadrat koefisien a JK (b/a) = Jumlah kuadrat regresi (b/a) JKres = Jumlah kuadrat residu JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok

RJK (b/a) = S2reg = Rata-rata jumlah kuadrat regresi (b/a)

RJK = S2reg = Rata-rata jumlah kuadrat residu

RJK (E) = S2E = Rata-rata jumlah kuadrat kekeliruan

S2TC = Rata-rata jumlah tuna cocok (Sugiyono, 2017: 265-266)

Untuk melakukan uji kelinieran regresinya (uji linieritas) dengan melalui perhitungan statistik dengan rumus:

F =

(18)

Kriteria pengujian linieritas regresi dengan membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel, dengan ketentuan sebagai berikut: Jika Fhitung < Ftabel, maka regresi linier

Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi tidak linier

Selanjutnya yaitu melakukan uji taraf signifikan (uji independen) melalui perhitungan statistik dengan rumus:

F = (Sugiyono, 2017: 273)

Untuk menentukan keberartian harga Fhitung dengan cara membandingkan harga Fhitung dengan harga Ftabel, dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi signifikan Jika Fhitung < Ftabel, maka regresi tidak signifikan c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik plot (scatterplot) di mana penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada regresi ini, sehingga model regresi yang dilakukan layak dipakai (Nisfiannoor, 2009: 92).

(19)

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. Sugiyono (2017: 261) menjelaskan bahwa analisis regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

= a + bX Keterangan:

= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

Nilai a maupun nilai b dihitung melalui rumus yang sederhana, untuk memperoleh nilai a dihitung dengan rumus:

∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ ∑ ) ∑ ) ∑ ) ∑ ) (Sugiyono, 2017: 262)

b. Koefisien Korelasi pada Regresi Linier Sederhana

Koefisien korelasi pada regresi linier sederhana bertujuan untuk menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu dalam penelitian ini akan menunjukkan dugaan tentang hubungan antara pemberian asupan gizi seimbang dan perkembangan kognitif anak usia dini.

(20)

Rumus untuk mengukur koefisien korelasi pada regresi linier sederhana sebagai berikut:

r = √

Keterangan:

r = Koefisien korelasi regresi linier sederhana SST = Total Sum of Square

SSR = Regression Sum of Square

SSE = Error Sum of Square (Nana Sudjana, 2005: 371)

Selain itu, bisa juga menggunakan rumus korelasi product moment (Sugiyono, 2017: 274), yaitu:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ ) }{ ∑ ∑ ) }

Adapun pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi atau seberapa besar pengaruh variabel bebas (Independent) terhadap variabel terikat (Dependent), digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016: 257):

Tabel 3.3 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

4. Uji Koefisien Determinan

Untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y maka digunakan koefisien determinasi (KD) yang merupakan koefisien korelasi yang biasanya dinyatakan dengan persentase (%)

(21)

Keterangan:

KD = Koefisien determinan

r2 = Koefisien korelasi regresi linier sederhana 100% = Bilangan tetap

(Subana & Dkk, 2000: 145) J. Hipotesis Statistik

Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan yang menggambarkan suatu hubungan antara dua variabel yang berkaitan dengan suatu kasus tertentu dan merupakan anggapan sementara yang perlu diuji benar atau tidak benar tentang dugaan dalam suatu penelitian serta memiliki manfaat bagi proses penelitian agar efektif dan efisien. Hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut dan dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan tersebut dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai parameter populasi, maka hipotesis itu disebut dengan hipotesis statistik.

1. Uji t

Uji statistik regresi linier sederhana digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya. Uji dapat dilakukan dengan menggunakan Uji F, yang dirumuskan dengan:

Keterangan:

t = nilai hipotesis yang ingin dicari

bi = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (÷) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan

Sbi = Standar error dari b

(22)

∑( )

)∑ ) )

Keterangan :

Sbi = Standar error dari b

= Nilai variable dependen dari perkiraan garis regresi X = Mean dari variabel independen

Yt = Variabel dependen Xt = Variabel independen

k = Jumlah variabel independen n = Jumlah responden

Hasil pengujian uji t kemudian dibandingkan dengan t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dengan df 1 (jumlah variabel bebas)= 1, dan df 2 (n-k-1) n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen. Hipotesis yang telah ditetapkan tersebut akan diuji berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yang ditetapkan sebagai berikut:

Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak 2. Penetapan Hipotesis

Maka peneliti menetapkan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:

- Ho : ρ = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemberian asupan gizi seimbang terhadap perkembangan kognitif anak usia dini. - Ha : ρ ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan pemberian asupan gizi

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2  Interpretasi Nilai r 11

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variasi komposisi yang dilakukan pada toner buatan juga berpengaruh terhadap sifat magnetik, pada toner komposisi polimer, fly ash dan karbon (50:30:20) dengan

Imhoff &amp; Mathauer (2006), mengatakan bahwa peran non-finansial insentif dan instrument manajemen sumber daya manusia terhadap motivasi tenaga kesehatan mempunyai peran

Dengan kata lain level ruang media dalam konteks akun @qurancall dapat diidentifikasi melalui berbagai elemen postingan mereka yang menjadi identitas sebagai bagian

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019

Kelemahan reaksi fusi sebagai sumber energi adalah dibutuhkan suhu yang sangat tinggi, dana yang besar dan pengetahuan yang sangat tinggi untuk mengolah sumber

Judul skripsi : Tinjauan Ushul Fiqih Terhadap Fatwa Yusuf al-Qardlawi Tentang Kebolehan Seorang Muslim Menerima Warisan Dari Kerabat Non Muslim.. NO TANGGAL

Perspektif ketiga dan perspektif yang akan digunakan oleh penulis dalam menganalisis proses ratifikasi perjanjian ekstradisi antara Indonesia dengan Singapura

b) Implementansi kebijakan pengurangan risiko bencana. Dimana potensi kerentanan akan lebih banyak berbicara tentang aspek teknis yang berhubungan dengan dimensi