• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnis dan Pilihan Politik dalam Pilkada Dumai Tahun 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Etnis dan Pilihan Politik dalam Pilkada Dumai Tahun 2005"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Etnis dan Pilihan Politik

dalam Pilkada Dumai Tahun 2005

ADLIN

Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNRI, Jl. Binawidya KM 12,5 Simpang Baru Panam, Kota Pekanbaru, 28293, Telp: (0761) 632677/35675, Email: ini_adlin@yahoo.com

Diterima tanggal 1 Juni 2012/Disetujui tanggal 4 Oktober 2012

General election of regional head (Pemilukada) is influenced by various factors. This study explains the influence of ethnics towards political choice in local election. This study is using political behavior approach. Collecting data of this study is using field research and data anal-ysis using quantitative and qualitative method. The finding is, influence of ethnics found in sev-eral voter especially in case Malay Riau ethnics. But, in other case, sevsev-eral voters from Java ethnic and another “visitors” ethnics vote without identification of ethnic. It can be seen from the factors that influence voter for voting Zulkifli AS-dr Sunaryo candidate. In the local election of Dumai in 2005 found mostly voters who votes Zulkifli AS-Dr Sunaryo candidate did not vote because of ethnics’ identification. So, in this case there is correlation between ethnics and polit-ical. But the relation is imperfect. In other words there are many another relations except eth-nics’ factors that is linked with political choice in local election of Dumai City in 2005.

Keywords: Voter behavior, local election, etnicity.

Pendahuluan

Pada bulan Juni tahun 2005 pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung telah dilaksanakan di beberapa daerah di Indone-sia. Dalam Pilkada pada periode tersebut ditemukan fenomena menarik berupa banyaknya para calon incumbent (pejabat terdahulu) yang meraih kemenangan pada Pilkada di daerahnya. Berdasarkan catatan penelitian dan pengembangan (litbang) Me-dia Indonesia pada periode di atas, dari 106 daerah (khususnya kabupaten/kota) yang menyelenggarakan Pilkada dengan diikuti oleh calon incumbent, ditemukan bahwa calon incumbent hanya kalah di 30 daerah. Dari data tersebut dapat disimpulkan kemenangan para incumbent yang bertarung pada Pilkada periode Juni 2005 cukup signifikan. Para incumbent berhasil

meme-nangkan Pilkada di 76 daerah atau

men-capai 71 persen dari keseluruhan daerah yang telah melaksanakan Pilkada dalam periode Juni 2005. Sebaliknya challenger (penantang

baru) dalam Pilkada hanya menang di 30 daerah atau hanya 29 persen dari keseluruhan daerah pada Pilkada periode yang sama.

Pada periode Juni 2005, di propinsi Riau telah dilaksanakan Pilkada secara langsung di tiga daerah kabupaten/kota. Pilkada yang pertama dilaksanakan di kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) pada tanggal 16 Juni 2005, Pilkada yang kedua dilaksanakan di kabu-paten Bengkalis pada tanggal 26 Juni 2005, dan Pilkada terakhir dilaksanakan di kota Dumai pada tanggal 27 Juni 2005. Dari hasil akhir perolehan suara pada Pilkada di tiga daerah tersebut ditemukan bahwa fenomena besarnya kemenangan incumbent dibanding-kan challenger dengan rincian; dua calon bupati incumbent kembali memenangkan pemilihan di daerah pemilihannya dan hanya satu daerah pemilihan yang dimenangkan oleh challenger.

Kemenangan incumbent terjadi di kabupaten Inhu dan kabupaten Bengkalis dan

(2)

satu-satunya pasangan calon challenger yang berhasil mengalahkan incumbent terjadi di kota Dumai. Adapun pasangan challenger yang berhasil mengalahkan Incumbent tersebut adalah pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo dengan perolehan suara yang cukup signifikan yaitu sebanyak 52.211 suara atau sebesar 53,83 persen dari total suara sah pada pilkada Dumai tahun 2005. Perolehan suara masing-masing pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Dumai tahun 2005 antara lain Wan Syamsir Yus- H. Mustar Effendi 32,09 %, dan Khairul Anwar- Zulkifli Ahad 14,08 %.

Perolehan suara pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo jauh lebih lebih besar dari perolehan pasangan Incumbet, yaitu pasangan Wan Syamsir Yus-Mustar Effendi BA maupun pasangan penantang baru lainnya, yaitu pasangan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad. Kemenangan pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo dengan angka yang cukup signifikan ini dapat juga dilihat sebagai bentuk kuatnya dukungan dari pemilih di kota Dumai terhadap pasangan tersebut.

Adapun salah satu faktor yang diduga turut mempengaruhi pemilih untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo adalah pengaruh latar belakang etnis. Dari sisi penggolongan berdasarkan etnis, pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo dapat dilihat sebagai representasi dari etnis melayu Riau yang merupakan penduduk asli di Dumai dan etnis non Melayu Riau yang telah lama menetap di Dumai. Dalam hal ini, Zulkifli AS adalah pribumi dari etnis Melayu Riau sedangkan dr. Sunaryo berasal dari etnis Jawa yang merupakan salah satu etnis pendatang di kota Dumai.

Beberapa faktor yang memperkuat adanya dugaan kuatnya pengaruh etnis dalam kemenangan pasangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Jumlah pen-duduk dari etnis bukan Melayu Riau lebih besar dibandingkan jumlah penduduk dari etnis Melayu Riau dengan perbandingan 77:23, atau jumlah etnis bukan Melayu Riau mencapai 77 persen dari total penduduk kota Dumai secara keseluruhan. 2) Pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo merupakan satu-satunya pasangan calon yang mengakomodir calon Wakil Walikota dari etnis bukan

Melayu Riau, sedangkan dua pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota lainnya berkomposisi Melayu Riau-Melayu Riau. Dengan demikian menarik melihat relasi etnis dalam pilihan politik dalam pilkada dumai 2005.

Pendekatan dan Metode

Studi ini dilakukan dengan pendekatan perilaku politik. Fokusnya pada hubungan antara etnis dan pilihan politik dalam pemilukada. Metode pengumpulan data menggunakan studi lapangan. Analisis data menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif.

Dinamika Politik Menjelang Pilkada Sebelum ditetapkannya pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, Wan Syamsir Yus-Mustar Effendi dan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad sebagai calon walikota dan wakil walikota oleh KPUD Dumai, persaingan antar calon tersebut telah dimulai sejak tahun 2004. Persaingan ini terjadi antara Wan Syamsir Yus yang saat itu menjabat sebagai Walikota Dumai dengan Zulkifli AS yang saat itu menjabat asisten II kota Dumai. Persaingan ini mencapai puncaknya dengan dimutasinya Zulkifli AS dari jabatan Asisten II kota Dumai menjadi kepala Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana kota Dumai oleh Wan Syamsir Yus pada bulan Juni tahun 2004.1

Peristiwa mutasi Zulkifli AS oleh Wan syamsir Yus tersebut memberikan dampak politik yang sangat menguntungkan bagi Zulkifli AS dan sebaliknya sangat merugikan bagi Wan Syamsir Yus. Dengan peristiwa pemutasian tersebut, Zulkifli AS muncul dalam opini masyarakat kota Dumai sebagai pihak yang teraniaya oleh orang berkuasa, karena telah dipindahkan dari jabatan yang tinggi ke jabatan yang lebih rendah, hanya karena persoalan Zulkifli AS ingin mencalonkan diri sebagai Walikota Dumai pada pilkada Dumai tahun 2005. Rasa simpati dari masyarakat Dumai muncul dari berbagai lapisan masyarakat di Dumai yang seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang

1

“Profil Zulkifli AS”, Tabloid Dumai News Edisi

(3)

dirasakan Zulkifli AS. Rasa kedekatan masyarakat dengan Zulkifli AS tersebut disebabkan oleh sikap Zulkifli AS yang selama memegang jabatan apa pun di kota Dumai mau melayani masyarakat dengan baik tanpa membedakan etnis dan status sosial, sehingga citra positif pun muncul dari masyarakat bahwa Zulkifli AS adalah sosok pemimpin yang merakyat. Opini dalam masyarakat tersebut membuat Zulkifli AS semakin populer ditengah masyarakat kota Dumai.

Di sisi lain, peristiwa pemutasian Zulkifli AS tersebut memang sengaja di kembangkan pemberitaannya oleh kalangan media massa yang mendukung Zulkifli AS. Peristiwa pemutasian Zulkifli AS tersebut digunakan oleh para pendukung Zulkifli AS untuk menggiring opini masyarakat Dumai bahwa Zulkifli AS telah mendapatkan perlakuan diskriminatif dari penguasa dan untuk itu penguasa yang tidak bijak seperti itu harus segera diganti dengan pemimpin yang lebih bijak. Artinya di Dumai harus diadakan perubahan kepemimpinan dan pemimpin yang paling tepat untuk melakukan perubahan tersebut adalah Zulkifli AS. Sebaliknya akibat pemutasian tersebut popularitas Wan Syamsir Yus menjadi turun ditengah mayoritas masyarakat Dumai. Wan syamsir Yus dalam hal ini dikaitkan dengan sosok yang kejam dan diskrimatif terhadap bawahannya. Opini publik yang menyu-dutkan Wan Syamsir Yus sebagai sosok yang diskrimatif tersebut semakin diperkuat dengan oleh fakta bahwa sebagian besar masyarakat kota Dumai khususnya etnis pendatang selama pemerintahan Wan Syamsir Yus selalu merasa mendapatkan perlakuan diskriminatif. Sehingga dengan demikian citra negatif sebagai penguasa yang bersifat diskriminatif dan pilih-pilih suku dalam melayani masyarakat telah melekat pada sosok Wan Syamsir Yus.

Pada awal tahun 2005, suhu politik di kota Dumai semakin meningkat yang ditandai oleh bersiapnya masing-masing calon yang ingin maju dalam pilkada Dumai untuk memperoleh dukungan dari partai-partai politik. Adalah partai Golkar diantara yang berusaha menjaring para kandidat walikota dan wakil walikota yang ingin menggunakan partainya dalam pilkada dumai tahun 2005

melalui sitem konvensi. Dalam konvensi partai Golkar itu terjaring tiga nama bakal calon Walikota, yaitu: Khairul Anwar, Wan Syamsir Yus dan Zulkifli AS. Dari tiga nama tersebut, Zulkifli AS tersingkir paling awal, karena Zulkifli AS belum mendapatkan pasangan cocok dari kader partai Golkar.2 Selanjutnya yang bertarung memperebutkan perahu partai Golkar tersebut adalah Khairul Anwar-Zulkifli Ahad dengan Wan Syamsir Yus-Mustar Effendi BA, dan yang keluar sebagai pemenang dari konvensi partai Golkar tersebut adalah pasangan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad.

Kegagalan Zulkifli AS dalam konvensi partai Golkar tersebut, bukan berarti Zukifli AS tidak mendapat dukungan dari partai politik di Dumai. Setelah Zulkifli AS memilih pasangannya yaitu dr. Sunaryo, dukungan dari partai politik pun berdatangan. Partai politik yang paling pertama mendukung Zulkifli AS adalah dari partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang disusul oleh 6 partai politik lainnya yaitu; partai Bulan Bintang, partai Damai Sejahtera, partai Merdeka, partai Syarekat Indonesia, partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan partai Amanat Nasional. Kemudian 7 partai politik pendu-kung Zulkifli AS-Sunaryo tersebut membuat koalisi yang dinamakan Koalisi Dumai Bersatu. Adapun alasan partai politik untuk mendukung Zulkifli AS, diungkapkan oleh salah seorang pengurus partai Keadilan Sejahtera kota Dumai: “Studies for De-mocracy and Peace (ISDP) yang menyim-pulkan bahwa Zulkifli AS memang calon Walikota yang diinginkan oleh mayoritas masyarakat.”3

Hal senada juga diungkapkan oleh ketua partai Amanat Nasional kota Dumai berikut ini:

“Dukungan PAN kepada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo memang berdasarkan atas pertimbangan yang matang. Bahwa Zulkifli AS adalah sosok yang bersifat nasionalis, rendah hati, terbuka, dan mampu

2

“Dicari! Walikota Merakyat”, Tabloid Dumai

News Edisi 16-22, (Maret, 2005), hal.18.

3

Wawancara dengan Drs. Amrizal (Ketua Kaderisasi PKS Kota Dumai) di Sekretariat PKS Kota Dumai, Jl. Kartini No.20, Tanggal 22 April Tahun 2006.

(4)

komodir 16 suku yang ada di Dumai, hal itu telah sesuai dengan sikap dari PAN sendiri yang bersifat nasionalis dan terbuka bagi semua kalangan. Selain itu Zulkifli AS adalah sosok yang populis dan mengerti tentang

kondisi masyarakat Dumai”4

Dengan demikian dukungan dari partai-partai politik kepada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, pada satu sisi memang disebabkan oleh karena pasangan tersebut telah memenuhi kriteria yang diinginkan partai-partai politik itu. Selain itu, partai-partai-partai-partai pendukung pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo tersebut tidak mau menentang keinginan mayoritas masyarakat Dumai yang me-nginginkan Zulkifli AS-dr. Sunaryo untuk memimpin kota Dumai selama periode tahun 2005-2010.

Adapun pasangan Wan Syamsir Yus-Mustar Effendi berhasil memperoleh dukungan dari koalisi tiga partai politik yang menamakan diri koalisi Dumai Bersemai. Koalisi tersebut terdiri dari; Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD). Se-dangkan pasangan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad hanya didukung oleh satu partai politik saja yaitu partai Golkar.5

Pada periode bulan Maret-April tahun 2005, tiga pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Dumai tersebut di atas yang akan bertarung pada pilkada Dumai tahun 2005 mendaftar di KPUD Dumai. Pasangan Wan Syamsir Yus Mustar Effendi yang mendaftarkan diri ke KPUD kota Dumai pada tanggal 7 April tahun 2005, pasangan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad pada tanggal 8 April tahun 2005 dan pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo mendaftarkan diri tanggal 9 April tahun 2005. Setelah menjalani uji verifikasi dari KPUD kota Dumai maka masing-masing calon Walikota dan Wakil Walikota Dumai tersebut melaksanakan pencabutan nomor urut masing-masing pada tanggal 7 Mei tahun 2005. Setelah pencabutan nomor urut dilakukan, maka

4

Wawancara dengan Zainal Abidin SH (Ketua PAN Kota Dumai), di Sekretariat PAN Kota Dumai, Jl. Sultan Syarif Qasim No. 68, Tanggal 3 Mei Tahun 2006.

5

Data diambil dari KPUD kota Dumai pada bulan April tahun 2005.

ditetapkan nomor urut pasangan calon walikota dan wakil Walikota Dumai oleh KPUD Dumai sebagai berikut: nomor urut satu adalah pasangan Wan Syamsir Yus-Mustar Effendi, nomor urut dua adalah pasangan Khairul Anwar-Zulkifli Ahad dan nomor urut tiga adalah pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Selanjutnya pada tanggal 1 Juni tahun 2005 KPUD kota Dumai menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan kampanye bagi masing calon yang akan bertarung pada pilkada Dumai tahun 2005.6

Di sisi lain menurut Arman Abdullah ketua KPUD kota Dumai jumlah pemilih terdaftar pada pilkada Dumai tahun 2005 akan meningkat sebanyak 2 persen dibandingkan jumlah pemilih terdaftar dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2004. Peningkatan tersebut dari jumlah pemilih pemilu legislatif dan presiden sejumlah 139.000 orang menjadi 146.253 orang pada pilkada Dumai tahun 2005. Peningkatan tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah remaja yang berumur 17 tahun serta meningkatnya jumlah pensiunan TNI/Polri di kota Dumai.7

Etnis dan Pilihan Politik

Pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo adalah pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Dumai yang berasal dari dua etnis yang berbeda. Adapun Zulkifli AS adalah penduduk kota Dumai dari etnis Melayu Riau yang berasal dari daerah Sungai Pakning sehingga Zulkifli AS lebih dikenal oleh masyarakat sebagai orang Melayu dari Pakning. Sedangkan dr. Sunaryo adalah penduduk kota Dumai yang berasal dari etnis Jawa.

Adanya pengaruh pilihan politik berdasarkan etnis untuk mendukung pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo diduga tidak hanya dirasakan akan oleh para pemilih dari etnis Melayu Riau dan etnis Jawa saja, tetapi mungkin akan dirasakan juga pengaruhnya oleh para

6

Data di peroleh dari kantor KPUD kota Dumai pada bulan April tahun 2006.

7

”Dumai Siap Pilkada, Pemilih Boleh Mencoblos Pakai KTP”, Berita Riau Terkini 26 Juni (2005), diunduh pada tanggal 20 Mei 2006 dari situs: www.riauterkini.com.

(5)

pemilih dari etnis pendatang lainnya di kota Dumai. Hal ini disebabkan karena hanya pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo saja yang mengakomodir calon Wakil Walikota yang berasal dari etnis pendatang. Sedangkan dua calon Walikota dan Wakil Walikota lainnya berasal dari etnis Melayu. Dengan demikian dari komposisi etnis pasangan calon yang bertarung pada pilkada Dumai tahun 2005 dapat dilihat sebagai pertarungan antara pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo yang berasal dari etnis melayu Riau dan etnis pendatang melawan dua calon lainnya yang hanya mengandalkan dukungan dari etnis Melayu Riau. Dengan demikian secara etnis dukungan pemilih etnis Melayu Riau terpecah ke dalam tiga calon Walikota yang semuanya berasal dari etnis Melayu Riau. Sedangkan dukungan pemilih dari etnis pendatang yang mempertimbangkan etnis dalam pilihan politiknya hanya akan tertuju pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, karena adanya pengaruh sosok dr. Sunaryo yang dianggap sebagai representasi dari etnis pendatang.

Pendududuk kota Dumai yang berasal dari etnis pendatang selain etnis Jawa merupakan populasi paling besar, yang mencapai jumlah 100.973 jiwa atau sebesar 53.10 persen dari populasi. Etnis pendatang lainya tersebut terdiri dari berbagai etnis antara lain: etnis Minang, Batak, Banjar, Bugis, Sunda, Flores dan lain-lain. Jumlah terbanyak berikutnya di susul oleh etnis Jawa sebanyak 23.72 persen dan etnis Melayu Riau sebanyak 23.18 persen dari penduduk kota Dumai.

Jumlah responden yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo karena alasan etnis hanya 44 persen dari keseluruhan responden. Artinya jumlah pemilih yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo karena alasan etnis sedikit jumlahnya jika diban-dingkan jumlah responden yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo bukan karena alasan etnis yang jumlahnya men-capai 56 persen dari populasi.

Temuan ini menunjukkan bahwa etnis ber-pengaruh terhadap pilihan politik memang terjadi pada sebagian pemilih yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa jumlah pemilih

yang memilih tidak berdasarkan etnis (56%) lebih besar jumlahnya dari para pemilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo yang me-milih pasangan tersebut karena alasan etnis.

Ada juga variasi pengaruh etnis pada etnis Melayu Riau, etnis Jawa dan etnis pendatang lainnya pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Adapun pengaruh etnis terhadap pilihan pemilih dari kalangan etnis Melayu Riau cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh lebih besarnya jumlah pemilih yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo atas dasar kesamaan etnis dibandingkan jumlah pemilih dari etnis Melayu Riau yang tidak menjatuhkan pilihan atas dasar etnis dengan perbandingan 33:15. Sedangkan bagi sebagian besar pemilih dari kalangan etnis Jawa maupun kalangan etnis pendatang lainnya pengaruh etnis tampaknya tidak menjadi pertimbangan penting bagi mereka untuk menjatuhkan pilihan mereka pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Hal ini dibuktikan dengan lebih kecil jumlah pemilih dari etnis Jawa yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo atas alasan etnis dibandingkan jumlah pemilih dari etnis itu yang memilih atas pertimbangan etnis dengan perbandingan 8:30. Selanjutnya rendahnya pilihan pemilih dari etnis pendatang atas pertimbangan etnis juga terlihat dari lebih kecilnya jumlah pemilih dari etnis pendatang yang memilih atas dasar etnis dibandingkan jumlah pemilih dari kelompok tersebut yang tidak memilih berdasarkan etnis dengan perbandingan 7:16.

Jumlah etnis Melayu Riau yang terjaring dalam penelitian ini adalah sebanyak 48 orang atau sebesar 44% dari populasi responden yang terjaring dalam penelitian ini. Dengan demikian analisa tentang bagaimana pengaruh kesamaan etnis bagi pemilih dari etnis Melayu Riau dengan Zulkifli AS, sehingga mereka menjatuhkan pilihan pada pasangan Zulkifli AS-dr Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005 hanya akan dianalisa berdasarkan 48 orang responden dari etnis Melayu.

Jumlah responden pemilih dari etnis Melayu Riau yang mengatakan bahwa kesamaan etnis dengan Zulkifli AS berpengaruh ter-hadap keputusan mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo lebih besar

(6)

jumlahnya (69%) dibandingkan jumlah res-ponden yang menganggap adanya kesamaan etnis Zulkifli AS tidak berpengaruh terhadap keputusan pemilih untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo (31%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya faktor kesamaan etnis dengan Zulkifli AS bagi pemilih dari etnis Melayu Riau memang mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap keputusan mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005. Sebagian besar pemilih dari etnis Melayu Riau menjatuhkan pilihan politiknya pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo disebabkan oleh adanya ke-samaan etnis pemilih dengan pasangan yang mereka pilih, yakni Zulkifli AS.

Adanya pengaruh kesamaan etnis dengan Zulkifli AS bagi pemilih dari etnis Melayu Riau dalam menjatuhkan pilihan pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo diung-kapkan oleh seorang responden berikut ini:

“ Zulkifli AS adalah orang Melayu Pakning seperti kami, dan itu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan saya memilih be-liau. Saya kurang mempertimbangkan dua calon lainnya, karena mereka meskipun sama-sama suku Melayu Riau tetapi mereka

bukanlah orang Melayu Pakning”.8

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa ada pemilih yang memiliki suku yang benar-benar sama dengan Zulkifli AS ditemukan sangat mempengaruhi keputu-sannya untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Pemilih tersebut adalah pemilih yang merasa berasal dari suku yang sama dengan Zulkifli AS yaitu suku Melayu Pakning. Adapun pemilih yang berasal dari etnis Melayu Pakning adalah bagian dari kelompok etnis Melayu Riau yang telah menetap di kota Dumai yang pada awalnya berasal dari daerah Sungai Pakning yang saat ini merupakan bagian dari wilayah kabupaten Bengkalis yang berbatasan dengan wilayah kota Dumai, tepatnya di kecamatan Medang Kampai. Dalam tradisi Melayu etnis seseorang dikaitkan dengan daerah asal atau kampung kelahiran seorang individu atau keturunan dari individu tersebut. Misalnya

8

Wawancara dengan Ani (Mahasiswa), di Kelurahan Bangsal Aceh, Tanggal 3 Mei tahun 2006.

individu yang berasal dari keturunan etnis Melayu Riau yang berasal dari Bagan Siapiapi akan merasa dirinya bagian dari etnis Melayu Bagan. Bertolak dari pembagian etnis Melayu Riau yang seperti itu, maka penduduk etnis Melayu Riau yang bermukim di kota Dumai sebenarnya juga telah terpecah ke dalam beberapa kelompok kecil, diantara kelompok Melayu Bagan, kelompok Melayu Bengkalis, kelompok Melayu Pakning dan lain-lain.

Selain para pemilih dari suku Melayu Pakning, Zulkifli AS juga mendapat dukungan dari sebagian para pemilih dari etnis Melayu yang berasal dari Riau daratan, seperti yang diungkapkan responden berikut ini:

“Saya berasal dari Bangkinang dan saya juga merasa sebagai orang Melayu..saya mendu-kung Zulkifli AS, karena beliaulah putra

Melayu terbaik di Dumai saat itu”.9

Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada pemilih yang berasal dari kelompok etnis Melayu Riau lainnya menjatuhkan pilihan pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, tidaklah semata-mata merasa ada kesamaan etnis dengan Zulkifli AS, melainkan karena adanya faktor kelebihan yang dimiliki Zulkifli AS secara pribadi dibandingkan dua calon Walikota yang juga berasal dari etnis Melayu Riau lainnya.

Jumlah pemilih yang berasal dari etnis Jawa yang terjaring dalam penelitian ini adalah sebanyak 38 orang atau sebesar 35 persen dari keseluruhan responden dalam penelitian ini. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kesamaan etnis antara pemilih dari etnis Jawa dengan dr. Sunaryo yang mempengaruhi mereka menjatuhkan pilihan pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005 maka penulis hanya akan menganalisa 38 orang pemilih yang berasal dari etnis Jawa

Jumlah responden etnis Jawa yang me-nganggap bahwa pengaruh dr. Sunaryo berpengaruh terhadap keputusan pemilih dari

9

Wawancara dengan Mansur, (Bendaharawan Partai Keadilan Sejahtera Kelurahan Guntung), Tanggal 26 April tahun 2006.

(7)

etnis Jawa untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo mencapai angka 21 persen. Artinya jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan jumlah pemilih dari etnis Jawa yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh kesamaan etnis antara mereka dengan dr. Sunaryo terhadap keputusan mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya kesamaan etnis antara pemilih dari etnis Jawa dengan dr. Sunaryo kecil pengaruhnya terhadap keputusan pemilih untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Ren-dahnya pengaruh etnis dalam pilihan politik para pemilih dari etnis Jawa tersebut menunjukkan bahwa adanya kecenderungan pemilih untuk memilih berdasarkan etnis tidak terbukti pada kasus pilihan pemilih etnis Jawa terhadap pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005.

Meskipun secara keseluruhan adanya kesa-maan etnis antara pemilih dari etnis Jawa dengan dr. Sunaryo kecil pengaruhnya, tetapi bagi 8 orang pemilih dari etnis Jawa yang terjaring dalam penelitian ini pertimbangan kesamaan etnis dengan dr. Sunaryo tetap berpengaruh terhadap keputusan pemilih mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, sebagaimana diungkapkan se-orang responden dari etnis Jawa berikut ini:

“dr. Sunaryo sebagai calon Wakil Walikota dari etnis yang sama dengan saya juga turut

berpengaruh bagi saya untuk memilih

pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Tetapi faktor utama yang menyebabkan saya memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo adalah

karena saya ingin perubahan”.10

Dari wawancara dengan responden di atas dapat diketahui bahwa pengaruh kesamaan etnis dengan dr. Sunaryo bagi pemilih tersebut bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhinya untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Adapun faktor yang mempengaruhinya untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo disebabkan oleh isu dengan tema perubahan yang diusung oleh pasangan tersebut pada pilkada Dumai tahun 2005. Perubahan yang dimaksud oleh pemilih adalah adanya pergantian sosok

10

Wawancara dengan Bapak Mestum, Tanggal 28 April Tahun 2006.

Walikota dan Wakil Walikota yang baru di kota Dumai setelah diselenggarakannya pilkada Dumai di tahun 2005 itu.

Pilihan responden tersebut menggambarkan bahwa pilihan responden bisa saja disebabkan oleh gabungan beberapa faktor dalam hal ini pilihan responden di atas merupakan gabungan pengaruh faktor sosiologis berupa kesamaan latar belakang etnis dengan dr. Sunaryo dan faktor psikologis yang berupa orientasi terhadap isu perubahan yang dikembangkan oleh pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo dan tim suksesnya.

Lemahnya pengaruh kesamaan etnis bagi pemilih dari etnis Jawa dengan dr. Sunaryo juga disebabkan oleh sikap sebagian pemilih dari etnis tersebut yang cenderung tidak mempertimbangkan etnis atau kesamaan etnis dalam memilih calon Walikota dan Wakil Walikota yang bertarung dalam Pilkada Dumai tahun 2005, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang pemilih dari etnis Jawa berikut ini:

“Saya juga orang Jawa, tetapi dalam memilih saya sama sekali tidak mempertimbangkan kesamaan etnis saya dengan calon itu...saya juga tidak peduli dengan etnis dari calon itu. Yang penting bagi saya calon itu harus mempunyai kemampuan untuk membawa

ko-ta Dumai ini ke arah yang lebih baik.”11

Dari wawancara tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada pemilih dari etnis Jawa yang tidak mempertimbangkan etnis dalam pilihan politiknya. Dalam hal ini pemilih dari etnis Jawa tersebut punya pertimbangan lain dalam memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo, antara lain adanya penilaian dari para pemilih bahwa pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan calon lainnya untuk membawa kota Dumai ke arah yang lebih baik. Le-mahnya pilihan pemilih dari etnis Jawa tersebut atas dasar pertimbangan etnis disebabkan oleh kuatnya orientasi pemilih itu terhadap kandidat pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo yang dinilainya mempunyai

11

Wawancara dengan Bapak Sungkowo (Petani), di Kelurahan Guntung Tanggal 27 April Tahun 2006.

(8)

mampuan untuk membuat kebijakan yang baik untuk memajukan kota Dumai ke depan.

Sebagai bukti dari lemahnya pengaruh etnis bagi pemilih dari etnis Jawa dalam me-nentukan pilihannya pada pilkada Dumai tahun 2005 dapat dilihat dari besarnya perolehan suara pasangan Zukifli AS-dr. Sunaryo di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Jawa, antara lain di daerah kelurahan Guntung kecamatan Medang Kampai. Di kelurahan Guntung tersebut penduduk yang berasal dari etnis Jawa berjumlah lebih kurang 90 persen dari populasi penduduk, tetapi perolehan suara pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo di ke-lurahan itu hanya mencapai 51 persen dari suara sah. Artinya sebagian pemilih dari pemilih dari etnis Jawa di kelurahan Guntung tersebut juga menjatuhkan pilihannya pada pasangan walikota dan wakil walikota yang berkomposisi Melayu Riau-Melayu Riau.

Dalam pilkada Dumai tahun 2005, diketahui bahwa hanya pasangan Zulkifli AS-dr. Su-naryo saja yang berkomposisi calon Walikota dari suku Melayu Riau (pribumi) dan wakil Walikota dari suku Jawa (pendatang). Sedangkan dua calon Walikota dan Wakil Walikota Dumai lainnya berasal dari etnis Melayu Riau. Dalam hal ini dapat diasumsikan bahwa keberadaan dr. Sunaryo sebagai satu-satunya kandidat calon walikota dari etnis pendatang akan berpengaruh terhadap keputusan para pemilih dari etnis pendatang yang terjaring dalam penelitian ini. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh etnis terhadap keputusan pemilih dari etnis Jawa di kota Dumai tersebut, maka hanya akan menganalisa 23 orang responden yang berasal dari etnis bukan Jawa.

Jumlah responden bukan Jawa yang me-ngatakan setuju bahwa dr. Sunaryo ber-pengaruh terhadap keputusan mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo mencapai angka 30 persen. Jumlah respon-den tersebut lebih kecil jumlahnya diban-dingkan jumlah pemilih dari etnis pendatang bukan Jawa yang mengatakan tidak ada pengaruh dr. Sunaryo terhadap keputusan mereka untuk menjatuhkan pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo pada pilkada Dumai tahun 2005. Dengan demikian disimpulkan bahwa keberadaan dr. Sunaryo sebagai

satu-satunya calon walikota dari etnis pendatang tidak berpengaruh pada sebagian besar pemilih dari etnis pendatang bukan Jawa yang terjaring dalam penelitian ini.

Walaupun pengaruh dr. Sunaryo terhadap keputusan pemilih pendatang bukan Jawa tergolong kecil, tetapi ada 7 orang responden pendatang bukan Jawa yang menganggap bahwa keberadaan sosok dr. Sunaryo sebagai representasi dari etnis pendatang tetap berpengaruh terhadap keputusan mereka untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Hal tersebut diungkapkan oleh sa-lah seorang responden dari etnis Minang berikut ini:

“saya memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo karena komposisi pasangan ini yang bersifat pembauran antara etnis pribumi dan etnis pendatang...Walikota sebelumnya dari suku Melayu Riau suka melakukan diskri-minasi dalam pemberian pelayanan terhadap warga pendatang di kota Dumai ini. Selain itu Zulkifli AS menurut informasi yang saya dengar dalam bergaul dengan masyarakat

tidak pilih-pilih suku.”12

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa memang ada pemilih yang berasal dari enis pendatang bukan Jawa yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo karena pengaruh dr. Sunaryo sebagai representasi etnis pendatang yang berpa-sangan dengan Zulkifli AS sebagai calon Walikota dari kalangan masyarakat pribumi di kota Dumai yang membentuk pasangan pribumi-pendatang. Pilihan pemilih yang berdasarkan pertimbangan etnis tersebut menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap pilihan politik bisa terbukti pada seorang responden tersebut. Pertimbangan pemilih tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh sosok Zulkifli AS yang selama ini dikenal mampu melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan suku.

Selanjutnya keinginan pemilih tersebut untuk memilih calon wakil walikota dari etnis pendatang serta sikap lebih cenderung untuk memilih calon walikota yang peduli dengan etnis pendatang, tidak lepas dari adanya rasa

12

Wawancara dengan Ibu Masnida (dari suku Minang), Pedagang di Kelurahan Dumai Kota Tanggal 5 Mei Tahun 2006.

(9)

kecewa trauma masa lalu akibat adanya diskriminasi oleh walikota dari etnis Melayu sebelumnya (Incumbent) yang cenderung tidak memberikan pelayanan yang baik bagi para etnis pendatang di kota Dumai. Ada pemilih dari etnis bukan Jawa yang men-jatuhkan pilihannya pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo karena sikap ketidak-setujuannya pada isu-isu pemimpin harus pu-tra Melayu yang diangkat oleh dua calon Walikota dan Wakil Walikota lainnya berkomposisi Melayu Riau-Melayu Riau, sebagaimana diungkapkannya berikut ini:

“ isu fanatisme harus putra Melayu yang memimpin Dumai membuat semakin mengu-atkan keputusan saya untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Kota Dumai yang hetorogen ini tidak harus dipimpin oleh satu suku saja. Melainkan etnis lain boleh juga untuk memimpin Dumai. Minimal pemimpin Dumai mau melayani masyarakat tanpa mem-bedakan suku. Sedangkan Zulkifli AS selama ini dikenal tidak membeda-bedakan suku. Tentu saja akan banyak dari etnis pendatang

yang memilih Zulkifli AS.”13

Dari wawancara dengan pemilih di atas dapat diketahui bahwa ada pemilih dari etnis pendatang bukan Jawa yang menganggap adanya isu-isu harus putra Melayu yang harus menjadi Walikota dan wakil Walikota di Dumai menjadi salah satu faktor yang membuatnya mengambil keputusan untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo.

Mengenai Isu, isu putra Melayu yang diangkat oleh Incumbent tersebut tidak disukai responden, dan isu tersebut mem-buatnya mengalihkan pilihan kepada kan-didat lain yang dinilainya kontra dengan isu yang tidak disukainya itu. Artinya responden tersebut akan lebih memilih pasangan calon walikota dan wakil Walikota yang terdapat calon kandidat dari etnis pendatang di dalam-nya. Pilihan tersebut jatuh pada pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo yang merupakan satu-satunya pasangan calon walikota dan wakil walikota Dumai yang berkomposisi Melayu-etnis pendatang.

13

Wawancara dengan Hendra (Pedagang dari Suku Minang), di kelurahan Dumai Kota Tanggal 5 Mei Tahun 2006.

Keputusan pemilih tersebut tidak bisa dipisahkan dari oreintasi pemilih tersebut pada sosok Zulkifli AS. Tindakan pemilih tersebut menggambarkan bahwa pemilih dari etnis pendatang tersebut yakin dan percaya setelah terpilih nantinya Zulkifli AS akan mampu memimpin Dumai yang heterogen dengan baik tanpa adanya diskriminasi dalam pelayanan publik terhadap etnis pendatang. Kepercayaan dan keyakinan pemilih tersebut tindakan yang akan dilakukan Zulkifli AS setelah terpilih nantinya itu didasarkan atas baiknya reputasi Zulkifli AS sebelumnya yang dalam memegang jabatan apa pun di kota Dumai, ia dianggap pemilih tersebut tetap memberikan pelayanan kepada etnis pendatang tanpa diskriminasi.

Penutup

Pemilihan kepala daerah adalah proses pemilihan yang banyak dipengaruhi berbagai faktor. Dalam studi ini relasi etnis dalam pilihan politik pada pilkada dumai tahun 2005 nampak membutuhkan penjelasan yang lebih detail. Pengaruh etnis hanya ditemukan pada sebagian pemilih dari etnis Melayu Riau, sedangkan etnis tidak berpengaruh pada sebagian besar pemilih dari etnis Jawa dan etnis pendatang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih untuk memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo. Pada pilkada Dumai tahun 2005 ditemukan sebagian besar pemilih yang memilih pasangan Zulkifli AS-dr. Sunaryo tidak menjatuhkan pilihan berdasarkan etnis. Dengan demikian dapat dikatakan ada pengaruh etnis dan politik. Tetapi hubungan itu bersifat terbatas. Dengan kata lain banyak relasi lain selain faktor etnis yang yang berkaitan dengan pilihan politik dalam Pilkada Dumai tahun 2005.

Daftar Pustaka

“Dicari! Walikota Merakyat”. 2005. Tabloid

Dumai News Edisi 16-22. (Maret).

Dokumen KPUD Kota Dumai pada Bulan April Tahun 2005.

Dokumen KPUD Kota Dumai pada Bulan April Tahun 2006.

”Dumai Siap Pilkada, Pemilih Boleh Mencoblos Pakai KTP”. 2005. Berita Riau Terkini 26 (Juni), diunduh pada tanggal 20 Mei 2006 dari situs: www.riauterkini.com.

(10)

“Profil Zulkifli AS”. 2005. Tabloid Dumai News

Edisi 20-27. (April).

Wawancara dengan Drs. Amrizal (Ketua

Kade-risasi PKS Kota Dumai) di Sekretariat PKS Kota Dumai, Jl. Kartini No.20, Tanggal 22 April Tahun 2006.

Wawancara dengan Zainal Abidin SH (Ketua

PAN Kota Dumai), di Sekretariat PAN Kota Dumai, Jl. Sultan Syarif Qasim No. 68, Tanggal 3 Mei Tahun 2006.

Wawancara dengan Ani (Mahasiswa), di

Kelu-rahan Bangsal Aceh, Tanggal 3 Mei tahun 2006.

Wawancara dengan Mansur, (Bendaharawan

Par-tai Keadilan Sejahtera Kelurahan Guntung), Tanggal 26 April tahun 2006.

Wawancara dengan Bapak Mestum, Tanggal 28

April Tahun 2006.

Wawancara dengan Bapak Sungkowo (Petani), di

Kelurahan Guntung Tanggal 27 April Tahun 2006.

Wawancara dengan Ibu Masnida (dari suku

Minang), Pedagang di Kelurahan Dumai Kota Tanggal 5 Mei Tahun 2006.

Wawancara dengan Hendra (Pedagang dari Suku Minang), di kelurahan Dumai Kota Tanggal 5 Mei Tahun 2006.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pola perilaku konsumtif memiliki empat dimensi yaitu (a) pemenuhan keinginan, yaitu rasa puas yang tidak pernah habis dan semakin meningkat terhadap K-pop

Dalam ketentuan tersebut diatur adanya beberapa organ jabatan yang dapat disebut sebagai organ daerah atau lembaga daerah yang merupakan lembaga negara yang

Penambahan kompos kulit kopi sebanyak 90 gram dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan maksimum dengan nilai rata-rata tinggi tanaman yaitu 80 cm, nilai rata-rata

Keterbatasan dari penelitian ini yaitu adanya perbedaan yang berrmakna pada usia subjek penelitian, secara spesifik perbedaan yang bermakna terletak pada atlet

Apabila mahasiswa Fakultas Teknik memiliki kematangan emosi yang baik atau stabil, hal tersebut dapat mendukung penyesuaian sosial mahasiswa Fakultas Teknik menjadi

konsentrat pakan fermentasi dengan penambahan tepung daun sisik naga (Drymoglosum pilloselloides Presl.) (82,82%) lebih tinggi dari batas minimal kecernaan bahan

The impacts of climate change on hydrology usually are studied by defining scenarios for changes in climatic inputs to a hydrological model in two ways: (i) studies