• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikang Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CASH HOLDING, HARGA SAHAM PERUSAHAAN, DAN

EARNING PER SHARE TERHADAP INCOME SMOOTHING (STUDI

EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA)

1

Fachrorozi,

1

Ni Kadek Sinarwati,

2

I Gusti Ayu Purnamawati

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikang Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {fachrorozi2795@gmail.com, kadeksinar20@gmail.com,

ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan

Earning Per Share terhadap Income Smoothing. Income Smoothing diukur dengan Indeks

Eckel, cash holding diukur dengan rasio kas dan setara kas terhadap total aset, harga saham perusahaan diukur dengan harga saham penutupan per 31 Desember 2011-2015, dan

Earning Per Share diukur dengan laba bersih tahun berjalan terhadap jumlah saham beredar.

Sampel penelitian berjumlah 66 perusahaan manufaktur, yang ditentukan dengan metode

purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan

keuangan perusahaan manufaktur periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 21.00. Hasil penelitian menunjukkan (1) cash holding berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

Income Smoothing, (2) harga saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Income Smoothing, (3) Earning Per Share berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Income Smoothing, (4) cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share

berpengaruh secara simultan terhadap Income Smoothing.

Kata kunci: cash holding, harga saham perusahaan, Earning Per Share, dan Income

Smoothing

Abstract

This study was aimed to investigate the effect of cash holding, company stock price, earning per share on income smoothing. Income Smoothing was measured by Eckel Index, cash holding by cash ratio and was equivalent to cash to total asset, company stock price was measured by the closing price per 31st of December 2011- 2015 and Earning Per Share by the current year net profit to the number of stocks in circulation. The sample consisted of 66 manufacturing companies determined by purposive sampling. The type of data used was secondary data in the form of financial reports of the manufacturing companies in the period of 2011 - 2015. The study used linear regression analysis aided by SPSS 21.00 program as the technique of data analysis. The result showed that (1) cash holding has a positive and insignificant effect on income smoothing, (2) company stock price has a positive and significant effect on income smoothing, (3) Earning Per Share has a negative and significant effect on income smoothing, (4) cash holding, company stock price, and Earning Per Share simultaneously have an effect on income smoothing.

Keywords: cash holding, prices of stocks company, Earning Per Share, and Income Smoothing

PENDAHULUAN

Persaingan dunia bisnis yang

semakin ketat dan kondisi ekonomi negara yang berfluktuasi mendorong manajemen

bekerja lebih efektif dan efesien agar

perusahaan mampu bertahan serta

menjaga eksistensi. Laporan keuangan merupakan salah satu indikator untuk

(2)

mengukur kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan berimplikasi terhadap minat investor berinvestasi.

Salah satu informasi yang didapatkan dalam laporan keuangan ialah informasi

mengenai laba. Laporan laba rugi

memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam satu periode, selain itu informasi laba. Pada umumnya pengguna laporan keuangan lebih melirik kinerja manajemen yang stabil daripada kinerja yang berfluktuasi. Investor memandang bahwa laba yang stabil dapat mengurangi risiko dalam penanaman modalnya, oleh sebab itulah investor lebih melirik laba yang stabil. Akibatnya perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan laba bersih sesuai dengan target yang mereka kehendaki. Investor cenderung hanya memperhatikan angka laba yang tersaji dalam laporan keuangan tanpa

mempertimbangkan proses dalam

mendapatkan laba tersebut (Algery, 2013).

Kecenderungan investor yang lebih

berfokus pada informasi laba, memicu

manajemen melakukan dysfunctional

behavior berupa manajemen laba (earning management) untuk menghasilkan laba

yang dianggap normal bagi suatu

perusahaan (Bartov,1993). Tindakan

perusahaan menstabilkan laba ini disebut

income smoothing.

Menurut Belkaoui (2001:232)

perataan laba didorong oleh keinginan untuk mempertinggi keandalan prediksi yang didasarkan pada laba dan untuk mengurangi risiko. Tindakan manajemen yaitu dengan cara melakukan perataan laba. Praktik perataan laba tentu tidak terlepas dari faktor yang memengaruhinya .Faktor pendorong dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba (Ratih, 2011). Faktor yang akan diteliti pada penelitian ini adalah cash holding, harga saham perusahaan dan Earning Per Share.

Cash holding adalah jumlah kas yang

dipegang perusahaan untuk menjalankan berbagai kegiatan perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa adanya konflik

yang terjadi antara manajemen dan

pemegang saham, membuat

masing-masing pihak berkeinginan untuk

memegang kas yang ada di perusahaan

(cash holding). Kebijakan cash holding yang dikendalikan oleh manajer akan semakin meningkatkan motivasi manajer untuk mementingkan kepentingan pribadi dengan cara melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba (Mohammadi, 2012).

Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik dan begitu pula sebaliknya.

Perhitungan Earning Per Share

menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar

sahamnya. Oleh karena itu dengan

mengetahui Earning Per Share suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya. Umumnya perusahaan yang melakukan praktik perataan laba akan membuat laporan kinerja perusahaan menjadi stabil. Laba yang stabil akan memengaruhi

Earning Per Share yang akan diterima

investor, sehingga investor lebih cenderung tertarik terhadap laba yang stabil dibandingkan laba yang berfluktuasi.

Peneliti menguji kembali cash holding, alasannya ialah masih terjadi inkonsistensi hasil uji dari beberapa peneliti. Penelitian

yang dilakukan oleh Cendy (2013),

Mohammadi (2013), Mambraku (2014), Sarwinda dan Afriyenti (2015) menyatakan bahwa cash holding berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba. Namun hasil penelitian oleh Tampubulon (2012), Andriani (2012), Hatauruk dan Wijaya (2013) berbanding terbalik, mereka menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara cash holding dan praktik

income smoothing. Hasil penelitian terdahulu pada variabel harga saham juga masih terjadi inkonsistensi.Penelitian yang dilakukan Yulia (2013) menyatakan bahwa harga saham berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun hasil penelitian yang dilakukan Zen dan Herman (2007),dan Algery (2013) mengungkapkan hasil yang berbeda bahwa harga saham perusahaan

tidak berpengaruh terhadap income

smoothing. Hasil dari beberapa penelitian

mengenai variabel Earning Per Share: Penelitian yang dilakukan oleh Styaningrum

(3)

(2016) menyatakan bahwa Earning Per

Share tidak berpengaruh terhadap praktik

perataan laba. Namun hasil berbeda diungkapkan oleh Haryanto (2013) yang

menyatakan Earning Per Share

berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Teori agensi merupakan suatu

pendekatan yang dapat menjelaskan

timbulnya praktik perataan laba dalam konsep manajemen laba. Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara pemilik (prinsipal) dan manajer (agen). Masalah yang mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer. Menurut Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan

hubungan keagenan sebagai sebuah

kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (prinsipal) yang menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal adalah pemilik perusahaan dan agen adalah manajer perusahaan. Teori keagenan menyatakan bahwa terdapat kepentingan yang berbeda antara pemilik perusahaan dengan manajemen.

Scott (1997:305) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak

pinjaman antara perusahaan dengan

kreditornya. Kedua jenis kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba, sehingga dikatakan bahwa agency theory mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kontrak kerja antara

pihak manajemen dengan pemegang

saham. Manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) ingin memaksimumkan kemakmurannya masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Pada satu sisi, agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan prinsipal, karena manajemen

yang mengelola perusahaan secara

langsung, sedangkan bagi pemilik modal dalam Hal ini ialah investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki keterbatasan informasi. Oleh sebab itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan tanpa sepengetahuan pemilik modal atau investor Hal ini dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan investor, Hal ini akan memberikan

kesempatan kepada manajer untuk

melakukan income smoothing sehingga akan menyesatkan pemilik modal mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

Pengaruh cash holding terhadap income

smoothing

Teori agensi menyatakan adanya konflik antara manajer dan pemegang saham menimbulkan keinginan manajemen untuk memegang kas (cash holding) di

perusahaan. Adanya kas di dalam

perusahaan, kinerja manajer dilihat dari tindakan yang dilakukan manajer untuk menjaga agar kas yang ada di perusahaan

stagnan. Salah satu tindakan yang

dilakukan untuk menjaga agar kas tetap stabil dengan melakukan tindakan income

smoothing.

Cash holding sangat mudah dikendalikan oleh manajer sehingga Hal ini

dapat memotivasi manajer untuk

melakukan kepentingan pribadinya. Hal ini

dapat meningkatkan praktik income

smoothing oleh karena karakteristik jumlah

kas yang tersedia dalam perusahaan. Mohammadi (2012) yang menyatakan bahwa cash holding (kepemilikan kas) berhubungan signifikan dan berhubungan

langsung dengan income smoothing

(perataan laba), yang berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan kas atau semakin tinggi kas yang ada dalam perusahaan semakin tinggi pula perataan laba yang terjadi. Hasil ini juga telah dilakukan beberapa peneliti terdahulu antara lain: Cendy (2013), Mambraku (2014), Sarwinda dan Afriyenti (2015) yang menyatakan bahwa semakin besar cash

holding yang dimiliki perusahaan, semakin

besar pula kecenderungan untuk

melakukan tindakan income smoothing. H1= Terdapat pengaruh positif yang

signifikan antara cash holding

(4)

Pengaruh harga saham perusahaan terhadap income smoothing

Harga saham termasuk faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing. Harga yang ideal dari suatu saham adalah harga yang sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik saham direfleksikan dalam harga pasarnya yang akan memengaruhi nilai perusahaan di pasar saham. Apabila laba yang dilaporkan lebih rendah daripada laba ekspektasi maka cenderung harga saham juga akan turun. Manajer yang melakukan

income smoothing, cenderung

menginginkan perusahaannya banyak

menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, akan cenderung membuat pandangan investor memperoleh tingkat pengembalian investasi yang tinggi. Selain mendapatkan dividen, investor diuntungkan karena harga jual saham lebih besar dari harga beli saham. Perusahaan

yang melakukan tindakan income

smoothing, akan membuat laba yang

diperoleh mencerminkan kestabilan kondisi ekonomi perusahaan, Hal ini dapat pula

berimplikasi terhadap harga saham

meningkat. Hal tersebutlah yang akan mengindikasi dilakukannya tindakan income

smoothing.

Menurut Yulia (2013) nilai saham berpengaruh terhadap praktik perataan

laba, semakin rendah nilai saham

perusahaan maka perusahaan memilih

praktik perataan laba pada sektor

manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011.

H2= Terdapat pengaruh positif yang

signifikan antara harga saham

perusahaan terhadap income

smoothing

Pengaruh Earning Per Share terhadap

income smoothing

Earning Per Share (EPS) merupakan

perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham

yang beredar. Earning Per Share

menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambarkan pada setiap lembar saham.

Haryanto (2013) meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Salah satu faktor yang memengaruhi praktik

perataan laba adalah pertumbuhan

perusahaan. Salah satu pengukuran yang

digunakan dalam menganalisis

pertumbuhan perusahaan yaitu Earning Per

Share. Hasil penelitian mengungkapkan

bahwa EPS berpengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba.

Setiap perusahaan menginginkan

investor untuk menanamkan modalnya di

dalam perusahaan. Oleh sebab itu,

perusahaan melakukan pelaporan berbasis akrual untuk mendapatkan kebebasan dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel atau discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya. Hal ini pula dapat mendasari perusahaan melakukan praktik perataan laba, untuk membuat laba perusahaan stabil. Laba yang stabil akan lebih dilirik oleh investor karena prospek earning yang

dihasilkan lebih menjanjikan bila

dibandingkan dengan laba yang

berfluktuasi.

H3= Terdapat pengaruh positif yang

signifikan antara Earning Per Share terhadap income smoothing

Pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share terhadap income smoothing

Cash holding sangat mudah dikendalikan oleh manajer sehingga Hal ini

dapat memotivasi manajer untuk

melakukan kepentingan pribadinya. Hal ini

dapat meningkatkan praktik income

smoothing oleh karena karakteristik jumlah

kas yang tersedia dalam perusahaan. Harga saham termasuk faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing. Harga yang ideal dari suatu saham adalah harga yang sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik saham direfleksikan dalam harga pasarnya yang akan memengaruhi nilai perusahaan di pasar saham. Apabila laba yang

(5)

dilaporkan lebih rendah daripada laba ekspektasi maka cenderung harga saham juga akan turun. Manajer yang melakukan tindakan income smoothing, cenderung

menginginkan perusahaannya banyak

menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.

Setiap perusahaan menginginkan

investor untuk menanamkan modalnya di

dalam perusahaan. Oleh sebab itu,

perusahaan melakukan pelaporan berbasis akrual untuk mendapatkan kebebasan dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel atau discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer. H4= Terdapat pengaruh positif yang

signifikan secara simultan antara cash

holding, harga saham perusahaan

dan Earning Per Share terhadap

income smoothing

METODE

Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2011-2015.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas antara lain yaitu: (1) cash holding, (2) harga saham perusahaan, dan (3) Earning

Per Share, sedangkan variabel terikatnya

adalah income smoothing. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan manufaktur periode 2011-2015 yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), sedangkan untuk data harga saham

perusahaan diunduh dari website

www.finance.yahoo.com.

Populasi penelitian yakni seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni purposive sampling,

Berdasarkan metode purposive sampling, maka didapatkan 66 sampel perusahaan manufaktur periode 2011-2015 yang telah memenuhi kriteria.

Variabel terikat penelitian (variabel

dependen) adalah income smoothing.

Peneliti mengelompokkan perusahaan

sebagai perata laba atau bukan perata laba

menggunakan Indeks Eckel yang

dikembangkan oleh Eckel dalam Sarwinda dan Afriyenti (2015) dengan rumus:

Indeks Eckel= (1) Dimana:

CV∆I = koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series) laba

CV∆S = koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series) pendapatan

Dimana CV ∆I atau CV ∆S dapat dihitung dengan:

Keterangan:

= Total Perubahan laba (I) atau penjualan (S)

= Total rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S)

n = Banyaknya tahun yang diamati Dasar pengambilan keputusan:

1. Apabila Indeks Eckel≥1, maka

perusahaan adalah perata

2. Apabila Indeks Eckel<1, maka perusahaan bukanlah perata laba

Variabel independen yang pertama yaitu cash holding. Berdasarkan Mambraku

(2014), cash holding diukur dengan

menjumlahkan kas dan setara kas dibagi total aset atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Cash Holding

=

(3)

Variabel independen yang kedua yaitu harga saham perusahaan. Peneliti menggunakan harga saham penutupan per tanggal 31 Desember yang bersumber dari

(6)

www.sahamok.com atau dapat dilihat melalui website http://finance.yahoo.com/. Pengukuran harga saham perusahaan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Yulia (2013).

Variabel independen yang ketiga yaitu Earning Per Share. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus berikut (Darmadji dan Hendy, 2006:196):

EPS= (4)

Proses pengumpulan data dilakukan

dengan metode dokumentasi yakni

mengumpulkan data laporan keuangan

masing-masing perusahaan manufaktur

yang telah di publikasikan di website Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 21.00. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesi adalah sebagai berikut:

Y= α +β1X1+β2X2+β3X3+e (5) Y = Income smoothing α = konstanta β1,β2,β3 = koefesien regresi X1 = cash holding X2 = harga saham

X3 = Earning Per Share (EPS)

e = standard error

Pengujian regresi linear berganda yang baik ialah terbebas dari gejala normalitas, multikolonieritas, autokolerasi dan heteroskedastisitas, sehingga sebelum melakukan model regresi terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data variabel cash holding memiliki nilai minimum 0,03 dan nilai maksimum 2,13. Nilai rata-ratanya sebesar 0,55, sedangkan standar deviasinya 0,54. Nilai standar deviasi<nilai rata-ratanya, artinya

bahwa variabel cash holding sebaran nilainya semakin dekat dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin kecil terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel harga saham

perusahaan memiliki nilai minimum 254 dan nilai maksimum 2.314.150. Nilai rata-ratanya sebesar 91.565,23, sedangkan standar deviasinya 323.600,16. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel harga saham perusahaan sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel Earning Per Share memiliki nilai minimum 1,43 dan nilai maksimum 69.703,75. Nilai rata-ratanya sebesar 3.633,96, sedangkan standar deviasinya 10.444,59. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel Earning Per Share sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.

Data variabel income smoothing memiliki nilai minimum -151,65 dan nilai

maksimum 20,66. Nilai rata-ratanya

sebesar -3,15, sedangkan standar

deviasinya 20,43. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel income

smoothing sebaran nilainya semakin jauh

dari nilai rata-ratanya, yang

mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyi

mpangan

data

dalam

penelitian.

Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig masing-masing variabel memiliki nilai kurang dari 0,05, artinya data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2011:35) data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data terlebih melihat bentuk grafik histogram dari masing-masing variabel dependen maupun independen. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram, disajikan pada tabel 1 berikut ini:

(7)

Tabel 1. Bentuk Transformasi Data

Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi

Moderate positive skewness SQRT (x) atau akar kuadrat

Subtansial positive skewness LG10 (x) atau logaritma 10 atau LN

Severe positive skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse

Moderate negative skewness SQRT (k-x)

Subtansial negative skewness LG10 (k-x)

Severe positive skewness dengan bentuk J 1/(k-x) k= nilai tertinggi (maksimum) dari data mentah

Sumber: Ghozali, 2011

Berdasarkan pengamatan peneliti,

maka untuk variabel cash holding

menggunakan transformasi SQRT atau akar kuadrat, variabel harga saham

perusahaan dan Earning Per Share

menggunakan transformasi LN, sedangkan

untuk variabel income smoothing

menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN.

Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukannya transformasi data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig masing-masing variabel memiliki nilai lebih dari 0,05, artinya data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Hasil uji multikolonieritas

menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 10% atau 0,1 serta nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, sehingga data dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas. Untuk variabel cash holding (X1) besarnya nilai VIF adalah

sebesar 1,14<10 dan nilai tolerance sebesar 0,88>1. Variabel harga saham perusahaan (X2) besarnya nilai VIF 3,69>10 dan nilai tolerance sebesar 0,27>0,1. Variabel Earning Per Share (X3) nilai VIF sebesar 3,94<10 dan nilai

tolerance sebesar 0,25>0,1.

Hasil uji autokolerasi menunjukkan bahwa nilai du<Durbin Watson< 4-du atau

1,696<1,969<2,304, sehingga disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala autokolerasi.

Hasil uji heteroskedastisitas

ditunjukkan pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2016

Berdasarkan data hasil analisis pada gambar 1, dapat diketahui bahwa terdapat pola tertentu pada angka nol di sumbu y yaitu pola menyempit, sehingga data dalam penelitian ini dinyatakan masih terjadi gejala heteroskedastisitas. Cara

mengobatinya dengan melakukan

transformasi data, untuk variabel cash

holding menggunakan transformasi SQRT

atau akar kuadrat, variabel harga saham

perusahaan dan Earning Per Share

menggunakan transformasi LN, sedangkan

untuk variabel income smoothing

menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN.

Hasil uji heteroskedastisitas setelah transformasi data ditunjukkan pada gambar 2 berikut:

(8)

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan data hasil analisis pada gambar 1, jelas terlihat bahwa pola penyebaran titik-titik tidak membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, dan menyempit). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 21.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear berganda

Model Unstandardized Coefficients T Sig. B Std.Error (Constant) 2,553 1,44 1,768 0,082 Cash Holding 0,136 0,856 0,159 0,874

Harga Saham Perusahaan 0,758 0,363 2,087 0,04

Earning Per Share -1,195 0,375 -3,183 0,02

Sig F 0,002

Adjusted R Square 0,169

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui seberapa besar pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per

Share terhadap income smoothing. Adapun

persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y= 2,55+0,13X1+0,76 X2-1,2X3+e (6)

Dimana :

Y = Income smoothing

X1 = cash holding

X2 = harga saham

X3 = Earning Per Share (EPS)

e = standard error

1. Nilai konstanta sebesar 2,55 menyatakan bahwa apabila variabel cash holding (X1),

harga saham perusahaan (X2), dan

Earning Per Share (X3) sama dengan

nol, maka income smoothing (Y)

mengalami peningkatan sebesar 2,55. 2. Nilai koefisien β1= 0,13 menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel cash holding (X1) terhadap

income smoothing (Y) sebesar 0,13. Hal

ini berarti apabila variabel independen

cash holding (X1) naik sebesar 1 satuan

dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel income

smoothing (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,13 satuan.

3. Nilai koefisien β2= 0,76 menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel harga saham perusahaan (X2)

terhadap income smoothing (Y) sebesar 0,76. Hal ini berarti apabila variabel independen (X2) naik sebesar 1 satuan

dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel income

smoothing (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,76 satuan.

4. Nilai koefisien β3= -1,2 menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel Earning Per Share (X3) terhadap

income smoothing (Y) sebesar -1,2. Hal

ini berarti apabila variabel independen (X3) naik sebesar 1 satuan dengan

asumsi bahwa variabel bebas lainnya

konstan, maka variabel income

smoothing (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1,2 satuan.

Berdasarkan tabel 2, juga dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel. Untuk mengetahui arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, dapat diketahui melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Nilai signifikansi X1 (cash

holding) sebesar 0,874>0,05, maka Ha1

(9)

holding berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap income smoothing. Nilai signifikansi X2 (harga saham

perusahaan) sebesar 0,04<0,05, maka Ha2

diterima dan h0 ditolak. Ini berarti harga

saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing.

Nilai signifikansi X3 (Earning Per

Share) sebesar 0,02<0,05, maka Ha3

diterima dan h0 ditolak. Ini berarti Earning

Per Share berpengaruh negatif dan signifikan terhadap income smoothing

Berdasarkan tabel 2, hasil

menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,002<0,05 maka keputusannya menolak H0 dan menerima Ha4. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per

Share secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R Square adalah sebesar 0,169. Hal ini berarti variabel independen yaitu cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share dapat menerangkan variabel dependen yaitu income smoothing sebesar 16,9%, sisanya sebesar 83,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini.

Pengaruh Cash Holding Terhadap

Income Smoothing

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X1 (cash holding) sebesar

0,874>0,05, maka Ha1 ditolak dan H0

diterima. Ini berarti X1 (cash holding)

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap income smoothing. Hal ini tidak

membuktikan pernyataan Mohammadi

(2010) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara cash holding dan income smoothing, dimana semakin tinggi cash holding yang dimiliki oleh perusahaan maka perataan laba yang dilakukan perusahaan juga semakin tinggi.

Hasil penelitian Tampubulon (2012)

menyatakan hasil yang sama dengan

peneliti, bahwa cash holding atau

kepemilikan kas perusahaan tidak

berpengaruh terhadap adanya praktik perataan laba.

Cash holding digunakan hanya

sebatas fungsionalnya yaitu untuk

membiayai aktivitas operasional

perusahaan dan pembayaran dividen

kepada para pemegang saham. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Bates dkk (2009) yang mengungkapkan motif

perusahaan memegang cash holding

didasarkan pada motif keagenan. Agen yang dimaksud di sini adalah para manajer selaku pihak yang mendapatkan wewenang

dari para pemegang saham untuk

mengelola aset-aset perusahaan agar memberikan keuntungan yaitu berupa dividen kas bagi para pemegang saham.

Pengaruh Harga Saham Perusahaan Terhadap Income Smoothing

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa Tingkat signifikansi X2 (harga saham perusahaan)

sebesar 0,04<0,05, maka Ha2 diterima dan

H0 ditolak. Ini berarti X2 (harga saham

perusahaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing.

Hasil ini tidak mampu membuktikan

pernyataan dari penelitian Algery (2013) menyatakan hasil yang berlawanan dengan peneliti. Yulia (2013) nilai saham berpengaruh terhadap praktik perataan

laba, semakin rendah nilai saham

perusahaan maka perusahaan memilih

praktik perataan laba pada sektor

manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011.

Nilai saham juga dapat memicu timbulnya praktik perataan laba karena laba yang stabil akan memicu ketertarikan investor terhadap saham perusahaan dan nantinya akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan. Harga saham yang tinggi akan menggambarkan respon positif investor dari laporan keuangan yang telah di susun pihak manajemen, sehingga kinerja manajemen di nilai baik.

Pengaruh Earning Per Share Terhadap

Income Smoothing

Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa Tingkat

(10)

signifikansi X3 (Earning Per Share) sebesar

0,02<0,05, maka Ha3 diterima dan H0

ditolak. Ini berarti X3 (Earning Per Share)

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap income smoothing. Hasil ini tidak

dapat membuktikan pernyataan dari

Styaningrum (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan Earning Per

Share yang rendah, manajer perusahaannya tidak cenderung melakukan praktik perataan laba.

Hasil yang senada dengan peneliti diungkapkan oleh Haryanto (2013) Earning

Per Share berpengaruh terhadap praktik

perataan laba pada perusahaan manufaktur sebab berhubungan dengan kepentingan

principal untuk mendapatkan Earning Per Share dan agent mendapatkan bonus.

Perusahaan yang melakukan

tindakan income smoothing akan membuat laporan kinerja perusahaan menjadi stabil. Laba yang stabil akan memengaruhi

Earning Per Share yang akan diterima

investor, semakin stabil laba perusahaan, maka Earning Per Share yang akan diterima investor semakin konsisten. Selain itu, investor memandang bahwa laba yang stabil dapat mengurangi risiko dalam penanaman modalnya, oleh sebab itulah investor lebih melirik laba yang stabil. Hal ini dapat memicu kecenderungan manajer

untuk melakukan tindakan income

smoothing agar dapat menarik investor

menanamkan modalnya.

Pengaruh Cash Holding, Harga Saham Perusahaan Earning Per Share Terhadap

Income Smoothing

Berdasarkan tabel 2, hasil

menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,002<0,05 maka keputusannya menolak H0 dan menerima Ha4. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per

Share secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.

Income smoothing adalah salah

satu tindakan yang dilakukan manajemen yang disengaja untuk mencapai target laba

sesuai kebijakan perusahaan agar

mendapatkan pendanaan eksternal dari investor. Income smoothing yang dilakukan

oleh manajemen perusahaan dapat

menyebabkan pengungkapan laba di

laporan keuangan tidak menunjukkan

kondisi ekonomi riil perusahaan, bahkan terkesan menyesatkan para pengguna laporan.

Banyak faktor yang memengaruhi tindakan income smoothing, diantaranya

yaitu cash holding, harga saham

perusahaan dan Earning Per Share. Proses pengelolaan keuangan dalam perusahaan sangat terkait dengan kebijakan cash

holding dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan cash

holding yang dapat dikendalikan oleh

manajer berimplikasi terhadap motivasi manajer untuk menjalankan kepentingan pribadinya. Perusahaan yang melakukan

tindakan income smoothing dapat

mengendalikan abnormal return yang

terjadi pada saat laba diumumkan.

Perusahaan yang melakukan tindakan

income smoothing biasanya menggunakan

pelaporan yang berbasis akrual untuk

mendapatkan kebebasan menentukan

kebijakan akuntansi. Metode discretionary

accruals memberikan peluang kepada

manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya. Hal ini pula dapat mendasari perusahaan melakukan tindakan income smoothing untuk membuat laba perusahaan stabil.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel cash holding berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap income

smoothing. Hal ini disebabkan manajer

perusahaan tidak memiliki motivasi untuk menguntungkan kepentingan pribadi. Cash

holding digunakan hanya sebatas fungsionalnya yaitu untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dan

pembayaran dividen kepada para

pemegang saham.

2. Variabel harga saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

income smoothing. Hal ini disebabkan

(11)

melakukan tindakan income smoothing mampu mengendalikan abnormal return yang terjadi ketika laba diumumkan.

3. Variabel Earning Per Share

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap income smoothing. Perhitungan

Earning Per Share menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya. Umumnya yang menjadi daya

pikat investor untuk menanamkan

modalnya adalah laba yang stabil, investor memandang laba yang stabil akan lebih memberikan prospek earning yang lebih menjanjikan serta mengurangi risiko dari investasinya.

4. Variabel cash holding, harga saham

perusahaan dan Earning Per Share

berpengaruh secara simultan terhadap

income smoothing. Kebijakan cash holding

yang dapat dikendalikan oleh manajer akan berimplikasi terhadap motivasi manajer untuk menjalankan kepentingan pribadinya. Perusahaan yang melakukan tindakan

income smoothing juga dapat

mengendalikan abnormal return yang

terjadi pada saat laba diumumkan.

Perhitungan Earning Per Share

menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya. Umumnya yang menjadi daya pikat investor untuk menanamkan modalnya adalah laba yang stabil, investor memandang laba yang stabil akan lebih memberikan prospek earning yang lebih menjanjikan serta mengurangi risiko dari investasinya

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan

simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Investor

Investor dalam mengambil

keputusan untuk berinvestasi pada

suatu perusahaan manufaktur

sebaiknya memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan emiten. Selain itu, investor juga dapat menggunakan analisis pengukuran

income smoothing dengan metode

indeks Eckel maupun metode lain,

sehingga investor tidak salah dalam mengambil keputusan investasi. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggolongkan perusahaan sesuai ukuran aset yang dimiliki perusahaan manufaktur. Hal ini

dikarenakan, penggunaan sub

sektor perusahaan manufaktur yang berbeda-beda dapat menyebabkan pembiasan data saat melakukan analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Algery, Andry. 2013. Pengaruh profitabilitas,

financial leverage, dan harga saham terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Padang.

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang.

Andriani, Ayu. 2012. Bukti Empirirs Perataan

Laba dan Hubungan dengan variabel Fundamental, Good Corporate Govarnance & Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Bartov, Eli. 1993. The timing of assets sales and earning manipulation. The accounting

review, Vol.68, Hal: 840-855.

Bates, Thomas W dkk. 2009. Why Do U.S Firms Hold So Much More Cash than They Used To?. The Journal of Finance, Vol.54, No.5, Hal: 1985-2021.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2001. Teori Akuntansi, Edisi Pertama. Terjemahan Marwata, dkk. Jakarta: Salemba Empat.

Cendy, Yashinta Pradyamitha. 2013. Pengaruh

cash holding, profitabilitas dan Nilai perusahaan terhadap Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011). Skripsi. Semarang. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.

(12)

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19

Edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryanto. 2013. Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (periode 2007-2011). Skripsi.

Bekasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Esa Unggul.

Hutauruk, Frisca Winnei Melsya dan Chandra Wijaya. 2013. Pengaruh Cash Holding

terhadap Praktik Income Smoothing pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Skripsi.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia.

Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure.

Journal of Financial Economics. Vol.3, Hal:

305-360.

Mambraku, Milka Erika. 2014. Pengaruh Cash

Holding dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Skripsi. Semarang. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.

Marsiwi, Dwiati. 2014. Faktor-faktor yang

mempengaruhi income smoothing. Tesis.

Surakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.

Mohammadi, Saman. 2012. The Effect Of Cash Holding On Income Smoothing. Journal Of

Contemporary Reseacrh In Business, Vol 4,

No 2, Hal: 523-532.

Sarwinda, Prilly dan Mayar Afriyenti. 2015. Pengaruh Cash Holding, Political Cost, Dan Nilai Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba. Makalah disajikan dalam

Seminar Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (SNEMA). Universitas Negeri

Padang

Scott, William R. 1997. Financial Accounting

Theory. International Edition. New Jersey:

Prentice Hall.

Styaningrum, Nina. 2016. Faktor-faktor yang

mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing). Skripsi. Surakarta.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tampubulon, Mayasari. 2012. Pengaruh Leverage, Free Cash Flow, dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Kimia di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. Fakultas

Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Yulia, Mona. 2013. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan nilai saham terhadap perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Padang. Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Padang. Zen, Sri Daryanti dan Merry Herman. 2007.

Pengaruh harga saham, umur perusahaan dan rasio profitabilitas terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi &

Gambar

Tabel 1. Bentuk Transformasi Data

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif desa wisata memiliki kriteria yang berbeda antara DM Dinas Pariwisata Provinsi Bali dengan DM Pemerintah Kabupaten Tabanan.. Penilai yang diberikan DM

Kegiatan PPM ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada guru SMK bidang Pemesinan yang tergabung dalam MGMP Produktif di Kota Klaten agar dapat mengembangkan

Tujuan penelitian ini untuk: (a) mengembangkan model asesmen karakter siswa dalam pembelajaran IPS yang berbasis pendekatan pemecahan masalah; (b) mengetahui pengaruh

Ilmu yang mempelajari jasad - jasad yang hidup untuk sementara atau menetap di Ilmu yang mempelajari jasad - jasad yang hidup untuk sementara atau menetap

Masukan hanya terdiri dari satu baris yaitu sebuah bilangan bulat yang menyatakan nilai suatu kecepatan V (0&lt;=V&lt;=1000) beserta satuannya yang dipisahkan

Data daripada temubual ini dianalisa dengan menggunakan perisian Atlas Ti versi 7.0 dan hasil kajian mendapati bahawa hanya terdapat lima daripada enam prinsip

Tipe tes yang digunakan adalah tipe tes uraian (subjektif) sebanyak 5 soal. Untuk menyusun soal berbentuk uraian pada tes subsumatif terlebih dahulu soal tersebut

Kecepatan Putaran (PPM) terhadap Kinerja Mobile Rice Milling Unit Pada Varietas IR-64 yang diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penelitian-.. penelitian