PENGARUH CASH HOLDING, HARGA SAHAM PERUSAHAAN, DAN
EARNING PER SHARE TERHADAP INCOME SMOOTHING (STUDI
EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA)
1
Fachrorozi,
1Ni Kadek Sinarwati,
2I Gusti Ayu Purnamawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikang Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {fachrorozi2795@gmail.com, kadeksinar20@gmail.com,
ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan
Earning Per Share terhadap Income Smoothing. Income Smoothing diukur dengan Indeks
Eckel, cash holding diukur dengan rasio kas dan setara kas terhadap total aset, harga saham perusahaan diukur dengan harga saham penutupan per 31 Desember 2011-2015, dan
Earning Per Share diukur dengan laba bersih tahun berjalan terhadap jumlah saham beredar.
Sampel penelitian berjumlah 66 perusahaan manufaktur, yang ditentukan dengan metode
purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan
keuangan perusahaan manufaktur periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 21.00. Hasil penelitian menunjukkan (1) cash holding berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Income Smoothing, (2) harga saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Income Smoothing, (3) Earning Per Share berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Income Smoothing, (4) cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share
berpengaruh secara simultan terhadap Income Smoothing.
Kata kunci: cash holding, harga saham perusahaan, Earning Per Share, dan Income
Smoothing
Abstract
This study was aimed to investigate the effect of cash holding, company stock price, earning per share on income smoothing. Income Smoothing was measured by Eckel Index, cash holding by cash ratio and was equivalent to cash to total asset, company stock price was measured by the closing price per 31st of December 2011- 2015 and Earning Per Share by the current year net profit to the number of stocks in circulation. The sample consisted of 66 manufacturing companies determined by purposive sampling. The type of data used was secondary data in the form of financial reports of the manufacturing companies in the period of 2011 - 2015. The study used linear regression analysis aided by SPSS 21.00 program as the technique of data analysis. The result showed that (1) cash holding has a positive and insignificant effect on income smoothing, (2) company stock price has a positive and significant effect on income smoothing, (3) Earning Per Share has a negative and significant effect on income smoothing, (4) cash holding, company stock price, and Earning Per Share simultaneously have an effect on income smoothing.
Keywords: cash holding, prices of stocks company, Earning Per Share, and Income Smoothing
PENDAHULUAN
Persaingan dunia bisnis yang
semakin ketat dan kondisi ekonomi negara yang berfluktuasi mendorong manajemen
bekerja lebih efektif dan efesien agar
perusahaan mampu bertahan serta
menjaga eksistensi. Laporan keuangan merupakan salah satu indikator untuk
mengukur kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan berimplikasi terhadap minat investor berinvestasi.
Salah satu informasi yang didapatkan dalam laporan keuangan ialah informasi
mengenai laba. Laporan laba rugi
memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam satu periode, selain itu informasi laba. Pada umumnya pengguna laporan keuangan lebih melirik kinerja manajemen yang stabil daripada kinerja yang berfluktuasi. Investor memandang bahwa laba yang stabil dapat mengurangi risiko dalam penanaman modalnya, oleh sebab itulah investor lebih melirik laba yang stabil. Akibatnya perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan laba bersih sesuai dengan target yang mereka kehendaki. Investor cenderung hanya memperhatikan angka laba yang tersaji dalam laporan keuangan tanpa
mempertimbangkan proses dalam
mendapatkan laba tersebut (Algery, 2013).
Kecenderungan investor yang lebih
berfokus pada informasi laba, memicu
manajemen melakukan dysfunctional
behavior berupa manajemen laba (earning management) untuk menghasilkan laba
yang dianggap normal bagi suatu
perusahaan (Bartov,1993). Tindakan
perusahaan menstabilkan laba ini disebut
income smoothing.
Menurut Belkaoui (2001:232)
perataan laba didorong oleh keinginan untuk mempertinggi keandalan prediksi yang didasarkan pada laba dan untuk mengurangi risiko. Tindakan manajemen yaitu dengan cara melakukan perataan laba. Praktik perataan laba tentu tidak terlepas dari faktor yang memengaruhinya .Faktor pendorong dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba (Ratih, 2011). Faktor yang akan diteliti pada penelitian ini adalah cash holding, harga saham perusahaan dan Earning Per Share.
Cash holding adalah jumlah kas yang
dipegang perusahaan untuk menjalankan berbagai kegiatan perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa adanya konflik
yang terjadi antara manajemen dan
pemegang saham, membuat
masing-masing pihak berkeinginan untuk
memegang kas yang ada di perusahaan
(cash holding). Kebijakan cash holding yang dikendalikan oleh manajer akan semakin meningkatkan motivasi manajer untuk mementingkan kepentingan pribadi dengan cara melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba (Mohammadi, 2012).
Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan di mata masyarakat juga baik dan begitu pula sebaliknya.
Perhitungan Earning Per Share
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar
sahamnya. Oleh karena itu dengan
mengetahui Earning Per Share suatu perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan yang akan diterimanya. Umumnya perusahaan yang melakukan praktik perataan laba akan membuat laporan kinerja perusahaan menjadi stabil. Laba yang stabil akan memengaruhi
Earning Per Share yang akan diterima
investor, sehingga investor lebih cenderung tertarik terhadap laba yang stabil dibandingkan laba yang berfluktuasi.
Peneliti menguji kembali cash holding, alasannya ialah masih terjadi inkonsistensi hasil uji dari beberapa peneliti. Penelitian
yang dilakukan oleh Cendy (2013),
Mohammadi (2013), Mambraku (2014), Sarwinda dan Afriyenti (2015) menyatakan bahwa cash holding berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba. Namun hasil penelitian oleh Tampubulon (2012), Andriani (2012), Hatauruk dan Wijaya (2013) berbanding terbalik, mereka menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara cash holding dan praktik
income smoothing. Hasil penelitian terdahulu pada variabel harga saham juga masih terjadi inkonsistensi.Penelitian yang dilakukan Yulia (2013) menyatakan bahwa harga saham berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Namun hasil penelitian yang dilakukan Zen dan Herman (2007),dan Algery (2013) mengungkapkan hasil yang berbeda bahwa harga saham perusahaan
tidak berpengaruh terhadap income
smoothing. Hasil dari beberapa penelitian
mengenai variabel Earning Per Share: Penelitian yang dilakukan oleh Styaningrum
(2016) menyatakan bahwa Earning Per
Share tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Namun hasil berbeda diungkapkan oleh Haryanto (2013) yang
menyatakan Earning Per Share
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Teori agensi merupakan suatu
pendekatan yang dapat menjelaskan
timbulnya praktik perataan laba dalam konsep manajemen laba. Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara pemilik (prinsipal) dan manajer (agen). Masalah yang mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer. Menurut Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan
hubungan keagenan sebagai sebuah
kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (prinsipal) yang menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Prinsipal adalah pemilik perusahaan dan agen adalah manajer perusahaan. Teori keagenan menyatakan bahwa terdapat kepentingan yang berbeda antara pemilik perusahaan dengan manajemen.
Scott (1997:305) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak
pinjaman antara perusahaan dengan
kreditornya. Kedua jenis kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba, sehingga dikatakan bahwa agency theory mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kontrak kerja antara
pihak manajemen dengan pemegang
saham. Manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) ingin memaksimumkan kemakmurannya masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Pada satu sisi, agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan prinsipal, karena manajemen
yang mengelola perusahaan secara
langsung, sedangkan bagi pemilik modal dalam Hal ini ialah investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki keterbatasan informasi. Oleh sebab itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan tanpa sepengetahuan pemilik modal atau investor Hal ini dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymetry). Adanya asimetri informasi antara manajemen dengan investor, Hal ini akan memberikan
kesempatan kepada manajer untuk
melakukan income smoothing sehingga akan menyesatkan pemilik modal mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Pengaruh cash holding terhadap income
smoothing
Teori agensi menyatakan adanya konflik antara manajer dan pemegang saham menimbulkan keinginan manajemen untuk memegang kas (cash holding) di
perusahaan. Adanya kas di dalam
perusahaan, kinerja manajer dilihat dari tindakan yang dilakukan manajer untuk menjaga agar kas yang ada di perusahaan
stagnan. Salah satu tindakan yang
dilakukan untuk menjaga agar kas tetap stabil dengan melakukan tindakan income
smoothing.
Cash holding sangat mudah dikendalikan oleh manajer sehingga Hal ini
dapat memotivasi manajer untuk
melakukan kepentingan pribadinya. Hal ini
dapat meningkatkan praktik income
smoothing oleh karena karakteristik jumlah
kas yang tersedia dalam perusahaan. Mohammadi (2012) yang menyatakan bahwa cash holding (kepemilikan kas) berhubungan signifikan dan berhubungan
langsung dengan income smoothing
(perataan laba), yang berarti bahwa semakin tinggi kepemilikan kas atau semakin tinggi kas yang ada dalam perusahaan semakin tinggi pula perataan laba yang terjadi. Hasil ini juga telah dilakukan beberapa peneliti terdahulu antara lain: Cendy (2013), Mambraku (2014), Sarwinda dan Afriyenti (2015) yang menyatakan bahwa semakin besar cash
holding yang dimiliki perusahaan, semakin
besar pula kecenderungan untuk
melakukan tindakan income smoothing. H1= Terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara cash holding
Pengaruh harga saham perusahaan terhadap income smoothing
Harga saham termasuk faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing. Harga yang ideal dari suatu saham adalah harga yang sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik saham direfleksikan dalam harga pasarnya yang akan memengaruhi nilai perusahaan di pasar saham. Apabila laba yang dilaporkan lebih rendah daripada laba ekspektasi maka cenderung harga saham juga akan turun. Manajer yang melakukan
income smoothing, cenderung
menginginkan perusahaannya banyak
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan, akan cenderung membuat pandangan investor memperoleh tingkat pengembalian investasi yang tinggi. Selain mendapatkan dividen, investor diuntungkan karena harga jual saham lebih besar dari harga beli saham. Perusahaan
yang melakukan tindakan income
smoothing, akan membuat laba yang
diperoleh mencerminkan kestabilan kondisi ekonomi perusahaan, Hal ini dapat pula
berimplikasi terhadap harga saham
meningkat. Hal tersebutlah yang akan mengindikasi dilakukannya tindakan income
smoothing.
Menurut Yulia (2013) nilai saham berpengaruh terhadap praktik perataan
laba, semakin rendah nilai saham
perusahaan maka perusahaan memilih
praktik perataan laba pada sektor
manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011.
H2= Terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara harga saham
perusahaan terhadap income
smoothing
Pengaruh Earning Per Share terhadap
income smoothing
Earning Per Share (EPS) merupakan
perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham
yang beredar. Earning Per Share
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambarkan pada setiap lembar saham.
Haryanto (2013) meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Salah satu faktor yang memengaruhi praktik
perataan laba adalah pertumbuhan
perusahaan. Salah satu pengukuran yang
digunakan dalam menganalisis
pertumbuhan perusahaan yaitu Earning Per
Share. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa EPS berpengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba.
Setiap perusahaan menginginkan
investor untuk menanamkan modalnya di
dalam perusahaan. Oleh sebab itu,
perusahaan melakukan pelaporan berbasis akrual untuk mendapatkan kebebasan dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel atau discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya. Hal ini pula dapat mendasari perusahaan melakukan praktik perataan laba, untuk membuat laba perusahaan stabil. Laba yang stabil akan lebih dilirik oleh investor karena prospek earning yang
dihasilkan lebih menjanjikan bila
dibandingkan dengan laba yang
berfluktuasi.
H3= Terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara Earning Per Share terhadap income smoothing
Pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share terhadap income smoothing
Cash holding sangat mudah dikendalikan oleh manajer sehingga Hal ini
dapat memotivasi manajer untuk
melakukan kepentingan pribadinya. Hal ini
dapat meningkatkan praktik income
smoothing oleh karena karakteristik jumlah
kas yang tersedia dalam perusahaan. Harga saham termasuk faktor yang berpengaruh terhadap income smoothing. Harga yang ideal dari suatu saham adalah harga yang sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik saham direfleksikan dalam harga pasarnya yang akan memengaruhi nilai perusahaan di pasar saham. Apabila laba yang
dilaporkan lebih rendah daripada laba ekspektasi maka cenderung harga saham juga akan turun. Manajer yang melakukan tindakan income smoothing, cenderung
menginginkan perusahaannya banyak
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.
Setiap perusahaan menginginkan
investor untuk menanamkan modalnya di
dalam perusahaan. Oleh sebab itu,
perusahaan melakukan pelaporan berbasis akrual untuk mendapatkan kebebasan dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel atau discretionary accruals memberikan peluang kepada manajer. H4= Terdapat pengaruh positif yang
signifikan secara simultan antara cash
holding, harga saham perusahaan
dan Earning Per Share terhadap
income smoothing
METODE
Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2015.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas antara lain yaitu: (1) cash holding, (2) harga saham perusahaan, dan (3) Earning
Per Share, sedangkan variabel terikatnya
adalah income smoothing. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan manufaktur periode 2011-2015 yang diunduh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), sedangkan untuk data harga saham
perusahaan diunduh dari website
www.finance.yahoo.com.
Populasi penelitian yakni seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni purposive sampling,
Berdasarkan metode purposive sampling, maka didapatkan 66 sampel perusahaan manufaktur periode 2011-2015 yang telah memenuhi kriteria.
Variabel terikat penelitian (variabel
dependen) adalah income smoothing.
Peneliti mengelompokkan perusahaan
sebagai perata laba atau bukan perata laba
menggunakan Indeks Eckel yang
dikembangkan oleh Eckel dalam Sarwinda dan Afriyenti (2015) dengan rumus:
Indeks Eckel= (1) Dimana:
CV∆I = koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series) laba
CV∆S = koefisien variasi untuk perubahan dalam runtun waktu (time series) pendapatan
Dimana CV ∆I atau CV ∆S dapat dihitung dengan:
Keterangan:
= Total Perubahan laba (I) atau penjualan (S)
= Total rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S)
n = Banyaknya tahun yang diamati Dasar pengambilan keputusan:
1. Apabila Indeks Eckel≥1, maka
perusahaan adalah perata
2. Apabila Indeks Eckel<1, maka perusahaan bukanlah perata laba
Variabel independen yang pertama yaitu cash holding. Berdasarkan Mambraku
(2014), cash holding diukur dengan
menjumlahkan kas dan setara kas dibagi total aset atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
Cash Holding
=
(3)Variabel independen yang kedua yaitu harga saham perusahaan. Peneliti menggunakan harga saham penutupan per tanggal 31 Desember yang bersumber dari
www.sahamok.com atau dapat dilihat melalui website http://finance.yahoo.com/. Pengukuran harga saham perusahaan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Yulia (2013).
Variabel independen yang ketiga yaitu Earning Per Share. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus berikut (Darmadji dan Hendy, 2006:196):
EPS= (4)
Proses pengumpulan data dilakukan
dengan metode dokumentasi yakni
mengumpulkan data laporan keuangan
masing-masing perusahaan manufaktur
yang telah di publikasikan di website Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan program SPSS versi 21.00. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesi adalah sebagai berikut:
Y= α +β1X1+β2X2+β3X3+e (5) Y = Income smoothing α = konstanta β1,β2,β3 = koefesien regresi X1 = cash holding X2 = harga saham
X3 = Earning Per Share (EPS)
e = standard error
Pengujian regresi linear berganda yang baik ialah terbebas dari gejala normalitas, multikolonieritas, autokolerasi dan heteroskedastisitas, sehingga sebelum melakukan model regresi terlebih dahulu akan dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu: uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data variabel cash holding memiliki nilai minimum 0,03 dan nilai maksimum 2,13. Nilai rata-ratanya sebesar 0,55, sedangkan standar deviasinya 0,54. Nilai standar deviasi<nilai rata-ratanya, artinya
bahwa variabel cash holding sebaran nilainya semakin dekat dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin kecil terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.
Data variabel harga saham
perusahaan memiliki nilai minimum 254 dan nilai maksimum 2.314.150. Nilai rata-ratanya sebesar 91.565,23, sedangkan standar deviasinya 323.600,16. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel harga saham perusahaan sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.
Data variabel Earning Per Share memiliki nilai minimum 1,43 dan nilai maksimum 69.703,75. Nilai rata-ratanya sebesar 3.633,96, sedangkan standar deviasinya 10.444,59. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel Earning Per Share sebaran nilainya semakin jauh dari nilai rata-ratanya, yang mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyimpangan data dalam penelitian.
Data variabel income smoothing memiliki nilai minimum -151,65 dan nilai
maksimum 20,66. Nilai rata-ratanya
sebesar -3,15, sedangkan standar
deviasinya 20,43. Nilai standar deviasi>nilai rata-ratanya, artinya bahwa variabel income
smoothing sebaran nilainya semakin jauh
dari nilai rata-ratanya, yang
mengindikasikan bahwa semakin besar terjadinya penyi
mpangan
data
dalam
penelitian.
Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig masing-masing variabel memiliki nilai kurang dari 0,05, artinya data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2011:35) data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasi agar menjadi normal. Untuk menormalkan data terlebih melihat bentuk grafik histogram dari masing-masing variabel dependen maupun independen. Berikut ini bentuk transformasi yang dapat dilakukan sesuai dengan grafik histogram, disajikan pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Bentuk Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi
Moderate positive skewness SQRT (x) atau akar kuadrat
Subtansial positive skewness LG10 (x) atau logaritma 10 atau LN
Severe positive skewness dengan bentuk L 1/x atau inverse
Moderate negative skewness SQRT (k-x)
Subtansial negative skewness LG10 (k-x)
Severe positive skewness dengan bentuk J 1/(k-x) k= nilai tertinggi (maksimum) dari data mentah
Sumber: Ghozali, 2011
Berdasarkan pengamatan peneliti,
maka untuk variabel cash holding
menggunakan transformasi SQRT atau akar kuadrat, variabel harga saham
perusahaan dan Earning Per Share
menggunakan transformasi LN, sedangkan
untuk variabel income smoothing
menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN.
Hasil pengujian normalitas data setelah dilakukannya transformasi data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig masing-masing variabel memiliki nilai lebih dari 0,05, artinya data dalam penelitian ini berdistribusi normal.
Hasil uji multikolonieritas
menunjukkan bahwa nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 10% atau 0,1 serta nilai VIF masing-masing variabel kurang dari 10, sehingga data dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas. Untuk variabel cash holding (X1) besarnya nilai VIF adalah
sebesar 1,14<10 dan nilai tolerance sebesar 0,88>1. Variabel harga saham perusahaan (X2) besarnya nilai VIF 3,69>10 dan nilai tolerance sebesar 0,27>0,1. Variabel Earning Per Share (X3) nilai VIF sebesar 3,94<10 dan nilai
tolerance sebesar 0,25>0,1.
Hasil uji autokolerasi menunjukkan bahwa nilai du<Durbin Watson< 4-du atau
1,696<1,969<2,304, sehingga disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala autokolerasi.
Hasil uji heteroskedastisitas
ditunjukkan pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan data hasil analisis pada gambar 1, dapat diketahui bahwa terdapat pola tertentu pada angka nol di sumbu y yaitu pola menyempit, sehingga data dalam penelitian ini dinyatakan masih terjadi gejala heteroskedastisitas. Cara
mengobatinya dengan melakukan
transformasi data, untuk variabel cash
holding menggunakan transformasi SQRT
atau akar kuadrat, variabel harga saham
perusahaan dan Earning Per Share
menggunakan transformasi LN, sedangkan
untuk variabel income smoothing
menggunakan transformasi (1) Square (kuadrat) dan (2) LN.
Hasil uji heteroskedastisitas setelah transformasi data ditunjukkan pada gambar 2 berikut:
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan data hasil analisis pada gambar 1, jelas terlihat bahwa pola penyebaran titik-titik tidak membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar, dan menyempit). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 21.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Linear berganda
Model Unstandardized Coefficients T Sig. B Std.Error (Constant) 2,553 1,44 1,768 0,082 Cash Holding 0,136 0,856 0,159 0,874
Harga Saham Perusahaan 0,758 0,363 2,087 0,04
Earning Per Share -1,195 0,375 -3,183 0,02
Sig F 0,002
Adjusted R Square 0,169
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui seberapa besar pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per
Share terhadap income smoothing. Adapun
persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= 2,55+0,13X1+0,76 X2-1,2X3+e (6)
Dimana :
Y = Income smoothing
X1 = cash holding
X2 = harga saham
X3 = Earning Per Share (EPS)
e = standard error
1. Nilai konstanta sebesar 2,55 menyatakan bahwa apabila variabel cash holding (X1),
harga saham perusahaan (X2), dan
Earning Per Share (X3) sama dengan
nol, maka income smoothing (Y)
mengalami peningkatan sebesar 2,55. 2. Nilai koefisien β1= 0,13 menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel cash holding (X1) terhadap
income smoothing (Y) sebesar 0,13. Hal
ini berarti apabila variabel independen
cash holding (X1) naik sebesar 1 satuan
dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel income
smoothing (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,13 satuan.
3. Nilai koefisien β2= 0,76 menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel harga saham perusahaan (X2)
terhadap income smoothing (Y) sebesar 0,76. Hal ini berarti apabila variabel independen (X2) naik sebesar 1 satuan
dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel income
smoothing (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,76 satuan.
4. Nilai koefisien β3= -1,2 menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara variabel Earning Per Share (X3) terhadap
income smoothing (Y) sebesar -1,2. Hal
ini berarti apabila variabel independen (X3) naik sebesar 1 satuan dengan
asumsi bahwa variabel bebas lainnya
konstan, maka variabel income
smoothing (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1,2 satuan.
Berdasarkan tabel 2, juga dapat diketahui nilai signifikansi masing-masing variabel. Untuk mengetahui arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, dapat diketahui melalui koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. Nilai signifikansi X1 (cash
holding) sebesar 0,874>0,05, maka Ha1
holding berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap income smoothing. Nilai signifikansi X2 (harga saham
perusahaan) sebesar 0,04<0,05, maka Ha2
diterima dan h0 ditolak. Ini berarti harga
saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing.
Nilai signifikansi X3 (Earning Per
Share) sebesar 0,02<0,05, maka Ha3
diterima dan h0 ditolak. Ini berarti Earning
Per Share berpengaruh negatif dan signifikan terhadap income smoothing
Berdasarkan tabel 2, hasil
menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,002<0,05 maka keputusannya menolak H0 dan menerima Ha4. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per
Share secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R Square adalah sebesar 0,169. Hal ini berarti variabel independen yaitu cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per Share dapat menerangkan variabel dependen yaitu income smoothing sebesar 16,9%, sisanya sebesar 83,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini.
Pengaruh Cash Holding Terhadap
Income Smoothing
Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi X1 (cash holding) sebesar
0,874>0,05, maka Ha1 ditolak dan H0
diterima. Ini berarti X1 (cash holding)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap income smoothing. Hal ini tidak
membuktikan pernyataan Mohammadi
(2010) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara cash holding dan income smoothing, dimana semakin tinggi cash holding yang dimiliki oleh perusahaan maka perataan laba yang dilakukan perusahaan juga semakin tinggi.
Hasil penelitian Tampubulon (2012)
menyatakan hasil yang sama dengan
peneliti, bahwa cash holding atau
kepemilikan kas perusahaan tidak
berpengaruh terhadap adanya praktik perataan laba.
Cash holding digunakan hanya
sebatas fungsionalnya yaitu untuk
membiayai aktivitas operasional
perusahaan dan pembayaran dividen
kepada para pemegang saham. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Bates dkk (2009) yang mengungkapkan motif
perusahaan memegang cash holding
didasarkan pada motif keagenan. Agen yang dimaksud di sini adalah para manajer selaku pihak yang mendapatkan wewenang
dari para pemegang saham untuk
mengelola aset-aset perusahaan agar memberikan keuntungan yaitu berupa dividen kas bagi para pemegang saham.
Pengaruh Harga Saham Perusahaan Terhadap Income Smoothing
Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa Tingkat signifikansi X2 (harga saham perusahaan)
sebesar 0,04<0,05, maka Ha2 diterima dan
H0 ditolak. Ini berarti X2 (harga saham
perusahaan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap income smoothing.
Hasil ini tidak mampu membuktikan
pernyataan dari penelitian Algery (2013) menyatakan hasil yang berlawanan dengan peneliti. Yulia (2013) nilai saham berpengaruh terhadap praktik perataan
laba, semakin rendah nilai saham
perusahaan maka perusahaan memilih
praktik perataan laba pada sektor
manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2011.
Nilai saham juga dapat memicu timbulnya praktik perataan laba karena laba yang stabil akan memicu ketertarikan investor terhadap saham perusahaan dan nantinya akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan. Harga saham yang tinggi akan menggambarkan respon positif investor dari laporan keuangan yang telah di susun pihak manajemen, sehingga kinerja manajemen di nilai baik.
Pengaruh Earning Per Share Terhadap
Income Smoothing
Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 2 dapat diketahui bahwa Tingkat
signifikansi X3 (Earning Per Share) sebesar
0,02<0,05, maka Ha3 diterima dan H0
ditolak. Ini berarti X3 (Earning Per Share)
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap income smoothing. Hasil ini tidak
dapat membuktikan pernyataan dari
Styaningrum (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan Earning Per
Share yang rendah, manajer perusahaannya tidak cenderung melakukan praktik perataan laba.
Hasil yang senada dengan peneliti diungkapkan oleh Haryanto (2013) Earning
Per Share berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan manufaktur sebab berhubungan dengan kepentingan
principal untuk mendapatkan Earning Per Share dan agent mendapatkan bonus.
Perusahaan yang melakukan
tindakan income smoothing akan membuat laporan kinerja perusahaan menjadi stabil. Laba yang stabil akan memengaruhi
Earning Per Share yang akan diterima
investor, semakin stabil laba perusahaan, maka Earning Per Share yang akan diterima investor semakin konsisten. Selain itu, investor memandang bahwa laba yang stabil dapat mengurangi risiko dalam penanaman modalnya, oleh sebab itulah investor lebih melirik laba yang stabil. Hal ini dapat memicu kecenderungan manajer
untuk melakukan tindakan income
smoothing agar dapat menarik investor
menanamkan modalnya.
Pengaruh Cash Holding, Harga Saham Perusahaan Earning Per Share Terhadap
Income Smoothing
Berdasarkan tabel 2, hasil
menunjukkan bahwa nilai sig adalah 0,002<0,05 maka keputusannya menolak H0 dan menerima Ha4. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh cash holding, harga saham perusahaan, dan Earning Per
Share secara simultan terhadap income smoothing pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
Income smoothing adalah salah
satu tindakan yang dilakukan manajemen yang disengaja untuk mencapai target laba
sesuai kebijakan perusahaan agar
mendapatkan pendanaan eksternal dari investor. Income smoothing yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan dapat
menyebabkan pengungkapan laba di
laporan keuangan tidak menunjukkan
kondisi ekonomi riil perusahaan, bahkan terkesan menyesatkan para pengguna laporan.
Banyak faktor yang memengaruhi tindakan income smoothing, diantaranya
yaitu cash holding, harga saham
perusahaan dan Earning Per Share. Proses pengelolaan keuangan dalam perusahaan sangat terkait dengan kebijakan cash
holding dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan cash
holding yang dapat dikendalikan oleh
manajer berimplikasi terhadap motivasi manajer untuk menjalankan kepentingan pribadinya. Perusahaan yang melakukan
tindakan income smoothing dapat
mengendalikan abnormal return yang
terjadi pada saat laba diumumkan.
Perusahaan yang melakukan tindakan
income smoothing biasanya menggunakan
pelaporan yang berbasis akrual untuk
mendapatkan kebebasan menentukan
kebijakan akuntansi. Metode discretionary
accruals memberikan peluang kepada
manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya. Hal ini pula dapat mendasari perusahaan melakukan tindakan income smoothing untuk membuat laba perusahaan stabil.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel cash holding berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap income
smoothing. Hal ini disebabkan manajer
perusahaan tidak memiliki motivasi untuk menguntungkan kepentingan pribadi. Cash
holding digunakan hanya sebatas fungsionalnya yaitu untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dan
pembayaran dividen kepada para
pemegang saham.
2. Variabel harga saham perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
income smoothing. Hal ini disebabkan
melakukan tindakan income smoothing mampu mengendalikan abnormal return yang terjadi ketika laba diumumkan.
3. Variabel Earning Per Share
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap income smoothing. Perhitungan
Earning Per Share menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya. Umumnya yang menjadi daya
pikat investor untuk menanamkan
modalnya adalah laba yang stabil, investor memandang laba yang stabil akan lebih memberikan prospek earning yang lebih menjanjikan serta mengurangi risiko dari investasinya.
4. Variabel cash holding, harga saham
perusahaan dan Earning Per Share
berpengaruh secara simultan terhadap
income smoothing. Kebijakan cash holding
yang dapat dikendalikan oleh manajer akan berimplikasi terhadap motivasi manajer untuk menjalankan kepentingan pribadinya. Perusahaan yang melakukan tindakan
income smoothing juga dapat
mengendalikan abnormal return yang
terjadi pada saat laba diumumkan.
Perhitungan Earning Per Share
menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lembar sahamnya. Umumnya yang menjadi daya pikat investor untuk menanamkan modalnya adalah laba yang stabil, investor memandang laba yang stabil akan lebih memberikan prospek earning yang lebih menjanjikan serta mengurangi risiko dari investasinya
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan
simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Investor dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi pada
suatu perusahaan manufaktur
sebaiknya memperhatikan rasio-rasio keuangan perusahaan emiten. Selain itu, investor juga dapat menggunakan analisis pengukuran
income smoothing dengan metode
indeks Eckel maupun metode lain,
sehingga investor tidak salah dalam mengambil keputusan investasi. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggolongkan perusahaan sesuai ukuran aset yang dimiliki perusahaan manufaktur. Hal ini
dikarenakan, penggunaan sub
sektor perusahaan manufaktur yang berbeda-beda dapat menyebabkan pembiasan data saat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Algery, Andry. 2013. Pengaruh profitabilitas,
financial leverage, dan harga saham terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Padang.
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang.
Andriani, Ayu. 2012. Bukti Empirirs Perataan
Laba dan Hubungan dengan variabel Fundamental, Good Corporate Govarnance & Kebijakan Dividen pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Bartov, Eli. 1993. The timing of assets sales and earning manipulation. The accounting
review, Vol.68, Hal: 840-855.
Bates, Thomas W dkk. 2009. Why Do U.S Firms Hold So Much More Cash than They Used To?. The Journal of Finance, Vol.54, No.5, Hal: 1985-2021.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2001. Teori Akuntansi, Edisi Pertama. Terjemahan Marwata, dkk. Jakarta: Salemba Empat.
Cendy, Yashinta Pradyamitha. 2013. Pengaruh
cash holding, profitabilitas dan Nilai perusahaan terhadap Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011). Skripsi. Semarang. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
Edisi kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haryanto. 2013. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (periode 2007-2011). Skripsi.
Bekasi. Fakultas Ekonomi. Universitas Esa Unggul.
Hutauruk, Frisca Winnei Melsya dan Chandra Wijaya. 2013. Pengaruh Cash Holding
terhadap Praktik Income Smoothing pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia.
Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure.
Journal of Financial Economics. Vol.3, Hal:
305-360.
Mambraku, Milka Erika. 2014. Pengaruh Cash
Holding dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Income Smoothing (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Skripsi. Semarang. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
Marsiwi, Dwiati. 2014. Faktor-faktor yang
mempengaruhi income smoothing. Tesis.
Surakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret.
Mohammadi, Saman. 2012. The Effect Of Cash Holding On Income Smoothing. Journal Of
Contemporary Reseacrh In Business, Vol 4,
No 2, Hal: 523-532.
Sarwinda, Prilly dan Mayar Afriyenti. 2015. Pengaruh Cash Holding, Political Cost, Dan Nilai Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (SNEMA). Universitas Negeri
Padang
Scott, William R. 1997. Financial Accounting
Theory. International Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Styaningrum, Nina. 2016. Faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing). Skripsi. Surakarta.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tampubulon, Mayasari. 2012. Pengaruh Leverage, Free Cash Flow, dan Good Corporate Governance terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Kimia di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Depok. Fakultas
Ekonomi. Universitas Gunadarma.
Yulia, Mona. 2013. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan nilai saham terhadap perataan laba (income smoothing) pada perusahaan manufaktur, keuangan, dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Padang. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang. Zen, Sri Daryanti dan Merry Herman. 2007.
Pengaruh harga saham, umur perusahaan dan rasio profitabilitas terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi &