1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang tinggi, laju industrialisasi dan urbanisasi untuk mendukung kegiatan industri yang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi dan keterbatasan sumber daya, telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Kondisi ini merugikan bagi pertumbuhan masa depan serta meningkatnya kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, beberapa cara harus dilakukan. Cara-cara yang digunakan untuk mengejar pertumbuhan saat ini, harus pula diimbangi dengan upaya-upaya memberikan kembali ke alam apa yang kita ambil dari alam, tanpa mempengaruhi produksi dan produktivitas serta pertumbuhan ekonomi.
Secara konsep, strategi dan paradigma yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, baik pada level makro, meso maupun mikro sudah mampu menggeser paradigam lama seperti paradigma pertumbuhan ekonomi sampai pada tahun 1970 dan paradigma yang menekankan pada aspek pemerataan hasil-hasil pembangunan (Arifin 2012). Namun demikian, dalam tataran implementasi sampai saat ini belum memberikan hasil yang menggembirakan sehingga terjadi ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Oleh karena itu dalam pertemuan KTT Rio+20 tahun 2012 mendeklarasikan dokumen baru pembangunan berkelanjutan dengan judul ”The Future We want”. The Future We Want yang menekankan kepada semangat bersama walaupun berbeda tanggung jawab, dan menekankan pada pembangunan ekonomi hijau yang lebih dapat diterima oleh para pelaku ekonomi.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang abstrak, harus dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah nyata, baik dalam bentuk kebijakan, program maupun kegiatan yang dilakukan bersama- sama oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat secara luas, baik pada level makro, meso maupun mikro. Dalam mengakselerasikan antara penataan ruang wilayah dengan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, maka dalam perkembangannya pemerintah membagi wilayah-wilayah sesuai dengan peruntukkannya seperti Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Strategi Nasional serta kawasan-kawasan lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan iptek sebagai motor penggerak perekonomian global, regional dan lokal. Dalam mengintegrasikan antara kegiatan ekonomi dan proses penciptaan dan pengembangan inovasi, diperlukan Kawasan Inovasi Teknologi (Science and Technologi Park) sebagai salah satu model pengembangan kawasan ekonomi berbasis inovasi. Berbagai model sinergi antara konsep ekonomi dan lingkungan semakin berkembang hampir di semua negara seperti model Eco-Development, Eco-Efficiency, clean production, Eco-Industry park serta model pengembangan kawasan Eco-Innovation. Secara umum model-model ini bertujuan mengintentegrasikan antara kepentingan ekonomi disatu sisi dengan menjaga kelestarian lingkungan disisi lain. Konsep kerjasama kemitraan dan koordinasi antara pemangku kepentingan, menjadi faktor penentu dapat diimplementasikannya model-model yang ada (Renning 2002).
Konsep baru berupa eko-inovasi lebih bersifat ekslusif, tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis lingkungan, tetapi lebih dari pada itu yakni masuk pada ranah manajemen, kebijakan serta sosial inovasi. Konsep eko-inovasi menurut OECD (2011) adalah sebagai penciptaan atau penerapan baru, atau meningkatkan secara signifikan, produk (barang dan jasa), proses, metode pemasaran, struktur organisasi dan
kelembagaan, serta aturan yang bertujuan agar terjadinya perbaikan lingkungan dibandingkan dengan alternatif yang relevan.
Sarkar (2013) menyimpulkan bahwa dari berbagai definisi yang berkembang konsep eko-inovasi dapat dibagi menjadi dua kategori, inovasi lingkungan dan inovasi non-lingkungan. Dalam hal pengembangan, inovasi lingkungan berkelanjutan menjadi hal yang sangat penting. Konsep ini juga dapat diklasifikasikan menjadi teknologi eko-inovasi, eko-inovasi organisasi, inovasi terkait dengan kawasan bisnis dan inovasi sosial. Pada level kawasan, kawasan Eko-Industri dapat pula disebut sebagai kawasan inovasi dimana Sakr et al.. (2011) menyatakan faktor penentu keberhasilan kawasan eko-industri di seluruh dunia adalah adanya hubungan kerjasama kemitraan, nilai tambah ekonomi, kebijakan dan peraturan, kesadaran dan informasi, pembentukan kelembagaan dan organisasi, serta faktor-faktor teknis.
Apabila ditinjau dari aspek batas geografi menurut survey Eco-Innovation Park (2012) konsep eko-inovasi dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yang meliputi: 1. Skala mikro konsep eko-inovasi diterapkan pada level industri secara individu; 2. Skala meso konsep eko-inovasi diterapkan pada level kawasan, area maupun kabupaten/kota dan 3. Skala makro konsep eko-inovasi diterapkan pada skala nasional, regional, maupun global. Tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan berkelanjutan jangka panjang bagi negara manapun. Hal ini juga diterima secara luas bahwa sumber masalah kelangkaan sumber daya, lingkungan dan iklim perlu ditangani pada tingkat pemerintah, konsumen dan bisnis, jika ingin mempertahankan standar hidup manusia dan membuat pertumbuhan jangka panjang berkelanjutan.
Dalam mengakselerasikan antara penataan ruang wilayah dengan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, maka dalam perkembangannya pemerintah membagi wilayah-wilayah sesuai dengan peruntukkannya seperti Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Strategi Nasional serta kawasan kawasan lainnya seperti yang telah disebutkan di atas. Sejalan dengan hal tersebut, iptek sebagai motor penggerak perekonomian global, regional dan lokal, maka kawasan PUSPIPTEK dalam konteks tata ruang wilayah Kota Tangerang Selatan dan Provinsi Banten menjadi Kawasan Strategis Nasional. Dalam rangka mengintegrasikan antara kegiatan ekonomi dan proses penciptaan dan pengembangan inovasi, maka Kawasan Inovasi Teknologi (Science and Technologi Park) dijadikan salah satu model pengembangan kawasan ekonomi berbasis inovasi.
Survey yang dilakukan oleh Era-NET ECO-INNOVERA (2012) terhadap 175 kawasan yang melibatkan 12 kriteria menunjukkan bahwa 119 kawasan melakukan pengelolaan sampah, 107 kawasan industri mengembangkan strategi effisiensi energi dan 104 kawasan industri mengembangkan aliran material dan 102 kawasan memiliki strategi pengelolaan air. Adapun faktor-faktor keberhasilan yang digunakan dalam penelitian kawasan yang ramah lingkungan (eko) meliputi kebijakan dan kerangka regulasi, insentif keuangan serta kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kunci keberhasilan dari pengembangan eko skala kawasan meliputi faktor-faktor adanya kelembagaan dan organisasi dalam mengelola kawasan. Hal ini menyebabkan terjadinya koordinasi dan kolaborasi yang harmonis antar perusahaan/industri sebagai badan pengelola.
Pada skala makro, tantangan terbesar yang dihadapi perkotaan adalah penyelarasan pilar-pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dikarenakan kuatnya tekanan dari fungsi ekonomi perkotaan dalam menopang perekonomian negara. Penyediaan infrastruktur, bahkan peningkatan efisiensi ruang perkotaan, didominasi oleh pertimbangan ekonomi, serta sifat sosial dan lingkungan menjadi penyeimbang. Hal ini terjadi juga di Kota Tangerang Selatan yang merupakan kota penyangga Jabotabek, pembangunan perumahan
serta industri menjadi tidak terkendali, yang terutama pada aspek yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, dan menimbulkan permasalahan baru sosial budaya perkotaan.
Pada skala meso, kawasan sebagai satu kesatuan ruang kota memiliki kontribusi yang besar dalam menyelaraskan antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan lingkungan dalam mewujudkan kota berkelanjutan. Sebagai pilar pembangunan ekonomi, pilar SDM dan Iptek memiliki fungsi strategis sebagai motor penggerak perekonomian Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar dapat merubah paradigma pembangunan dari pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam kepada pembangunan ekonomi yang menekankan pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam yang lebih komperatif. Di dalam perencanaan strategis pada pilar SDM dan Iptek salah satunya adalah menjadikan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) menjadi Kawasan Nasional Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Indonesia-Science Techno Park).
Kawasan PUSPIPTEK merupakan kawasan strategis Provinsi Banten dan sedang dalam proses pengusulan untuk dijadikan kawasan strategis nasional. Urgensi diusulkan kawasan PUSPIPTEK menjadi kawasan strategis nasional selain telah ditetapkan sebagai obyek vital nasional karena keberadaan reaktor nuklir di dalam kawasan PUSPIPTEK, lebih dari itu kawasan ini memiliki potensi yang sangat besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial maupun lingkungan. Namun, dengan semakin berkembangnya Kota Tangerang Selatan baik perluasan area pemukiman, industri dan perkantoran yang tumbuh, akan membawa konsekuensi terhadap perubahan tataguna lahan, perubahan lingkungan, keanekaragaman hayati serta perubahan sistim sosial-budaya masyarakat termasuk di dalamnya kelestarian kawasan PUSPIPTEK.
Kawasan PUSPIPTEK yang memiliki lahan seluas 460 hektar sampai saat ini masih terjaga sebagai kawasan hijau dengan ruang terbuka hijau lebih dari tiga puluh persen. Dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia 2010-2025, kawasan PUSPIPTEK akan dijadikan Indonesia Science Technologi Park (I-STP) yang pada masa akan datang kawasan ini akan menjadi pusat iptek yang tidak saja berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, akan tetapi lebih luas sebagai kawasan untuk menjadikan iptek sebagai motor penggerak perekonomian.
Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan fungsi kawasan secara berkelanjutan diperlukan pengembangan kebijakan Eko-Inovasi Kawasan PUSPIPTEK. Pengembangan kebijakan ini dapat membantu para pengambil keputusan yaitu pembuat kebijakan baik di tingkat pemerintah pusat maupun di daerah, pengguna jaringan iptek, industri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan eko-inovasi di PUSPIPTEK. Pengembangan kebijakan eko-inovasi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan pengembangan kebijakan terpadu yang mengintegrasikan penerapan model ekologis yang meliputi pengelolaan air, energi dan limbah, serta model kelembagaan yang terdiri dari sistem pengelolaan serta struktur lembaga dengan konsep eko-inovasi sehingga kawasan PUSPIPTEK akan menjadi Kawasan Iptek Terpadu yang berkelanjutan.
Seiring dengan munculnya kesadaran dunia pada kelestarian lingkungan maka kebijakan-kebijakan yang dibuat juga sudah mengarah pada kebijakan yang berupaya mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu kata-kata yang menunjukkan sudah ramah lingkungan seperti kata green atau eko, misalnya eko-inovasi sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun demikian penelitian-penelitian yang telah dilakukan lebih banyak mengarah pada industri yang dilakukan oleh Adamides et al. (2009), Anderson (2004, 2005, 2006), Era-Net Eco-Innovera (2012); Jones et al.(2001), OECD (2009), Pansera (2013), Sarkar (2013), Sakr et al. (2011, Tian et al. (2013) dan
Zaenuri (2009) semuanya mengarah pada industri. Hanya ada satu penelitian yang terkait dengan Pusat kajian teknologi yakni penelitian Alkadri et al. (1999) tentang manajemen teknologi untuk pengembangan wilayah Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah, BPPT; sedangkan penelitian pengembangan kebijakan eko-inovasi di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi belum pernah dilakukan, sehingga merupakan kebaharuan dan kemutakhiran pada penelitian ini.
Perumusan Masalah
Isu-isu pemanfaatan sumberdaya alam dan kepedulian terhadap lingkungan telah menjadi kewajiban pemenuhannya oleh setiap pemangku kepentingan. Pemerintah sebagai pelaku regulator berkewajiban mengarahkan para pelaku pembangunan untuk menerapkan konsep-konsep berkelanjutan dalam setiap praktik kegiatannya. Aktivitas pembangunan yang sampai saat ini masih bertumpu pada eksploitasi sumberdaya alam harus segera diberikan berbagai alternatif yang dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam secara effisien dan effektif.
Inovasi sudah menjadi isu sentral dalam pengelolaan ekonomi dan kesejahteraaan masyarakat karena perannya sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, inovasi yang berbasis pada upaya untuk memperbaiki lingkungan belum menjadi agenda aksi nasional. Sehingga diperlukan adanya upaya pemihakan serta komitmen semua pihak untuk melakukan berbagai aksi yang berorientasi pelestarian ekologis pada pada setiap tahap pembangunan. Melalui penerapan eko-inovasi upaya mengurangi dampak lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan norma sosial budaya dan struktur institusi yang mengarah pada pengurangan dampak lingkungan. Penerapan eko-inovasi tidak saja menyebabkan terjadinya perubahan teknologi akan tetapi juga yang lebih penting adalah perubahan dari aspek non teknologi.
Tantangan pembangunan yang mengimplementasikan konsep eko-inovasi tidak terlepas dari tantangan inovasi yang dibutuhkan yang di dalamnya berupa perangkat keras dan perangkat lunak inovasi. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dapat dilakukan melalui IPTEK. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan perangkat lunak inovasi seperti halnya kebijakan yang harus ditetapkan dalam pengelolaan kawasan yang berorientasi pada mempertahankan keberlanjutan ekologi. Merujuk pada konsep eko-inovasi dan tantangan di atas, pemilihan PUSPIPTEK sebagai sebuah kawasan inovasi yang memiliki 47 balai/pusat/laboratorium, industri berbasis teknologi serta sarana pendukung publik di dalamnya terdapat lima institusi meliputi Kementerian Ristek, BPPT, LIPI, Batan serta Kementerian Lingkungan Hidup, dapat dilihat sebagai model eko-inovasi menjadi sangat strategis.
PUSPIPTEK sebagai kawasan yang berfungsi sebagai pengembang teknologi sampai saat ini belum secara optimal dan terstruktur menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam aspek penggunaan teknologi ramah lingkungan sampai saat ini belum dimanfaatkan dalam melakukan aktivitas diantaranya dalam penyediaan dan penggunaan sumber daya air dan energi misalnya belum dikelola dengan prinsip-prinsip yang mengedepankan konservasi lingkungan.
Pertumbuhan fasilitas laboratorium serta infrastruktur lainnya di dalam kawasan yang berkembang pesat memerlukan upaya-upaya mitigasi yang dapat mempertahankan kawasan sebagai kawasan ekologis. Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang dapat menjamin ketersediaan sumber daya secara berkesinambungan dan dapat menjamin minimnya masalah akibat dari limbah yang dihasilkan, yang semuanya menuntut adanya
upaya-upaya yang cermat agar semua aktivitas pembangunan dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
Di sisi lain, dengan semakin berkembangnya peran PUSPIPTEK sebagai kawasan inovasi yang mendukung perekonomian nasional maka diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang tepat dalam pengelolaan kawasan, sehingga dapat mensinergikan antara pendekatan ekonomi dan ekologi secara holistik melalui pendekatan konsep kawasan eko-inovasi. Keterbatasan kemampuan kelembagaan dan kapasitas pengelola menyebabkan terhambatnya pengembangan PUSPIPTEK sebagai kawasan potensial untuk menggerakkan perekonomian nasional maupun regional. PUSPIPTEK sebagai kawasan yang memiliki kekuatan dalam pengembangan inovasi untuk dapat menjadi kawasan eko-inovasi dihadapkan pada persoalan-persoalan diantaranya; 1. Bagaimana dapat menciptakan kawasan yang beorientasi ekologis yang mampu memberi kenyamanan, sehat serta aman; 2. Bagaimana pengembangan budaya inovasi hijau dalam kawasan PUSPIPTEK dapat terwujud; 3. Bagaimana mewujudkan manajemen yang baik agar dapat berfungsi optimal.
Sebagai upaya untuk dapat menjawab permasalahan sesuai uraian di atas maka konsep eko-inovasi merupakan konsep yang lebih tepat untuk diterapkan pada Kawasan PUSPIPTEK agar pengelolaan PUSPIPTEK menjadi berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kebijakan yang tepat perlu dilakukan penelitian yang berjudul Pengembangan kebijakan eko-inovasi di Kawasan PUSPIPTEK.
Untuk dapat menyusun pengembangan kebijakan eko-inovasi yang strategis di kawasan PUSPIPTEK, maka beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana sub model ekologis yang dihasilkan dari memadukan pengelolaan air, energi dan limbah dapat dirancang secara terpadu dengan konsep eko-inovasi?
2. Bagaimana sub model kelembagaan yang optimal dapat terwujud melalui integrasi dari sistem pengelolaan dan pengembangan struktur lembaga eko-inovasi dalam mengembangkan kawasan eko-inovasi PUSPIPTEK secara komprehensif?
3. Bagaimana pengembangan kebijakan eko-inovasi yang komprehensif pada kawasan PUSPIPTEK dapat terwujud?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah menyusun pengembangan kebijakan eko-inovasi pada kawasan PUSPIPTEK. Untuk dapat menyusun pengembangan kebijakan eko-inovasi Kawasan PUSPIPTEK, perlu disusun:
1. Sub model ekologis dengan memadukan antara pengelolaan air, energi dan limbah dengan konsep eko-inovasi.
2. Sub model kelembagaan dengan memadukan antara sistem pengelolaan dan struktur lembaga eko- inovasi Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yakni :
1. Bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan sumbangan untuk memperkaya khasanah ilmu dalam mengembangkan kawasan eko-inovasi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Bagi Pemerintah serta para pemangku kepentingan model ini dapat dijadikan salah satu masukan dalam menentukan strategi kebijakan dalam pengembangan Kawasan Eko-inovasi Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia.
3. Bagi lembaga-lembaga non pemerintah yang bergerak dalam program pengembangan Kawasan Eko-inovasi, model ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam pelaksanaan program di lapangan.
Kerangka Pemikiran
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 memasuki tahapan ke tiga (2015-2019) bertujuan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK. Tujuan pembangunan nasional ke tiga ini memberikan nilai strategis terhadap keberadaan PUSPIPTEK sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan IPTEK.
Peran dan fungsi strategis PUSPIPTEK ke depan menjadi sangat krusial karena harus memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Pusat penguasaan dan pengembangan IPTEK Nasional (Center of excellence); 2) Pusat pelayanan dan pengembangan produk nasional; 3) Pusat alih teknologi dan informasi IPTEK; 4) Pusat pengembangan kewirausahaan (enterpreneurship) dan inkubasi perusahaan pemula berbasis teknologi (inkubator bisnis teknologi, klaster inovasi) dan 5) Pusat pendidikan dan pelatihan untuk SDM industri. Apabila dicermati dari kelima fungsi PUSPIPTEK tersebut memperlihatkan bahwa PUSPIPTEK memiliki dimensi yang luas serta tugas yang berat tidak saja menyediakan berbagai IPTEK nasional akan tetapi memiliki peran sentral sebagai pusat inovasi bagi pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun regional.
Untuk memenuhi fungsi-fungsi tersebut maka diperlukan infrastruktur dan sumber daya yang dapat menggerakkan serta memenuhi kebutuhan para peneliti di kawasan untuk dapat melakukan aktivitasnya dalam pengembangan IPTEK secara optimal dan berkesinambungan. Disamping itu, secara eksternal PUSPIPTEK juga harus mampu menyediakan berbagai pelayanan teknologi untuk industri besar, UMKM maupun masyarakat secara umum. PUSPIPTEK sebagai kawasan ekologis yang dapat dikembangkan sebagai model eko-inovasi. Namun sampai saat ini, kawasan PUSPIPTEK masih belum dikelola sesuai prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan kawasan untuk mensinergikan antara pendekatan pembangunan atas dasar pertimbangan ekonomi dan ekologi secara holistik.
Sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan iptek tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap kegiatan di Kawasan PUSPIPTEK memerlukan sumber daya baik material, energi maupun air yang cukup banyak dan dengan tingkat kualitas yang tinggi. Selain hasil dari proses iptek itu sendiri akan menghasilkan produk inovasi pada saat bersamaan juga akan menghasilkan limbah baik limbah padat, cair maupun bahan berbahaya. Disisi lain, energi, air dan limbah merupakan permasalahan yang dihadapi dunia saat ini tidak terkecuali di Indonesia. Akibat terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global sudah dirasakan oleh masyarakat saat ini dimana apabila hujan terjadi banjir dan mengalami kekeringan apabila musim panas, Hal ini juga terjadi pada sungai-sungai tidak terkecuali misalnya terjadi pada Bendungan Katulampa yang mengalami kering dikala musim kemarau dan hal ini juga terjadi pada sungai lainnya.
Permasalahan kekeringan ini juga cepat atau lambat akan menjadi problem bagi Sungai Cisadane sebagai satu-satunya sumber air untuk memenuhi kebutuhan kawasan. Permasalahan yang sama juga terjadi pada keberlangsungan sumber energi, dimana ketersediaan energi secara cukup dan berkesinambungan mutlak diperlukan bagi kawasan PUSPIPTEK yang didalamnya berada reaktor nuklir dan laboratorium-laboratorium. Dalam hal penanganan limbah juga menjadi masalah yang tak kalah pentingnya bahkan juga menghadapi problem tersendiri, baik dalam konteks teknis pengelolaannya, kebijakan pemerintah maupun budaya serta partisipasi masyarakatnya. Oleh karena itu masalah tersebut perlu dipecahkan secara holistik, salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan mengimplementasikan konsep eko-inovasi yang sudah cukup berhasil diterapkan di dunia industri. Dengan demikian maka di Kawasan PUSPIPTEK perlu dirancang pengembangan kebijakan eko-inovasi.
Pada penelitian ini, pengembangan kebijakan eko-inovasi merupakan proses yang berorientasi jangka panjang serta memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Kompleksitas ini menyangkut: 1) Berbagai tujuan dan kepentingan yang dapat saling bertentangan, 2) Faktor dan kriteria yang tidak seluruhnya dapat dinyatakan secara kuantitatif-numerik, akan tetapi bersifat kualitatif dan bahkan fuzzy, dan 3) Berada pada lingkungan yang dinamis. Selain itu pengembangan kebijakan eko-inovasi juga merupakan sistem yang memiliki banyak ketidakpastian, dengan demikian sehingga pengembangan kebijakan eko-inovasi perlu dilakukan pendekatan sistem, sehingga diperoleh penyelesaian yang utuh dan komprehensif.
Pendekatan sistem adalah serangkaian tahapan pemecahan masalah yang setiap langkahnya dipahami dan setiap tahapannya menghasilkan solusi alternatif yang dipertimbangkan dan solusi yang dipilih dapat diterapkan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kompleksitas, kedinamisan dan sifatnya yang tidak menentu (probabilistik), maka pendekatan sistem dapat digunakan dalam perencanaan pengembangan kawasan dan bangunan di PUSPIPTEK tersebut. Secara diagramatis, kerangka pikir pengembangan kebijakan eko-inovasi PUSPIPTEK disajikan pada Gambar 1.
Novelty (Kebaruan) Penelitian
Eko-inovasi merupakan pendekatan baru yang diterapkan di dunia industri dalam rangka mengatasi kerusakan lingkungan dan upaya mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Studi yang berkaitan dengan kebijakan eko –inovasi di Kawasan PUSPIPTEK belum pernah dilakukan. Terkait dengan eko-inovasi di Kawasan PUSPIPTEK ada tiga kekhususan yang diidentifikasi dalam eko-inovasi meliputi: 1) permasalahan yang kompleks; 2) konsep eko-inovasi yang memadukan pengelolaan air, energi dan limbah skala kawasan di Kawasan PUSPIPTEK belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya; 3) merumuskan pengembangan kebijakan yang dapat diimplementasikan di lokasi eko-inovasi layak diterapkan dan bermanfaat untuk pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam pengembangan eko-inovasi diperlukan adanya sinergi antara kebijakan inovasi dan kebijakan lingkungan. Adapun yang menjadi faktor krusial dan penting adalah dalam hal meningkatkan arti pentingnya kelembagaan eko inovasi yang akan memberikan dampak yang baik bagi semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, kebaruan dan kemutakhiran penelitian ini adalah:
1. Penelitian pada kawasan spesifik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Iptek sebagai obyek vital serta strategis nasional, memiliki kompleksitas yang sangat tinggi dalam pengelolaan kawasan, sehingga perlu dirumuskan dalam sistem yang terpadu. Hal ini disebabkan pada kawasan tersebut terdapat obyek vital instalasi reaktor penelitian
nuklir serta pusat-pusat penelitian seperti fisika, kimia, bioteknologi serta penelitian lainnya yang membutuhkan kebijakan pengelolaan lingkungan yang terintegrasi agar masyarakat yang ada di dalam kawasan maupun luar kawasan memiliki rasa aman dan nyaman. Penelusuran literatur yang dilakukan penulis memperlihatkan bahwa penelitian Pengembangan Kebijakan eko- inovasi pada kawasan PUSPIPTEK ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu dari aspek pendekatan konsep dan lokasi penelitian memiliki kebaruan.
2. Adanya sub model ekologis melalui pendekatan eko-inovasi yang mengintegrasikan pengelolaan air, energi dan limbah .
3. Pengembangan sub model kelembagaan eko-inovasi di Kawasan PUSPIPTEK yang memadukan antara sistem pengelolaan kawasan eko-inovasi dan struktur kelembagaan memberikan dimensi baru dalam mewujudkan kerangka kebijakan eko-inovasi. Agar konsep eko-inovasi dapat diimplementasikan di Kawasan PUSPIPTEK, maka restrukturisasi kelembagaan harus dilakukan agar mampu menghela tujuan, fungsi dan peran PUSPIPTEK dalam penerapan eko-inovasi.
Gambar 1 Kerangka alur pikir pengembangan kebijakan eko- inovasi Kawasan PUSPIPTEK (dikembangkan dari Andersen, 2005)
MODEL KEBIJAKAN KAWASAN EKO INOVASI KONDISI EKSISTING - Sumberdaya - SaranaPrasaranaKawasan - PertumbuhanKawasanSekitar - KebijakanPengelolaanLingkunganSektoral - KerusakanLingkunganPemanasan Global
SUB MODEL EKOLOGI
1. EkoInovasiPengelolaan Air 2. EkoInovasiPengelolaanEnergi 3. EkoInovasiPengelolaanLimbah
SUB MODEL KELEMBAGAAN
1. PengelolaanKawasanEkoInovasidengan AHP 2. StrukturKelembagaanEkoInovasidengan ISM
-
Implementasi Model KebijakanKawasanEkoInovasi
Selesai
TidakLayak
- PenilaianStandar GBCI - PenghematanBiaya - KelayakanFinansial PENGEMBANGAN KEBIJAKAN KAWASAN EKO-
INOVASI KONDISI EKSISTING - Sumberdaya
- Sarana Prasarana Kawasan - Pertumbuhan Kawasan Sekitar
- Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Sektoral - Kerusakan Lingkungan Pemanasan Global
SUB MODEL EKOLOGI
Eko-inovasi Pengelolaan Air Eko-inovasi Pengelolaan Energi Eko-inovasi Pengelolaan Limbah
SUB MODEL KELEMBAGAAN
Pengelolaan Kawasan Eko-inovasi dengan AHP Struktur lembaga Eko-inovasi dengan ISM
-
Implementasi Pengembangan Kebijakan Kawasan Eko-inovasi
Selesai
TidakLayak