• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKSI. MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA (Studi di Wilayah Kota Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKSI. MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA (Studi di Wilayah Kota Batu)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PDK

NASKAH PUBLIKSI

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

KOTA EKOWISATA

(Studi di Wilayah Kota Batu)

Peneliti:

Drs. Oman Sukmana, M.Si.

Nip.: 132001833

Dibiayai Melalui Proyek DPP UMM Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor: E.d/577/BAA-UMM/VIII/2007

Tanggal, 7 Agustus 2007

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN 1.a. Judul Penelitian :

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA (Studi di Wilayah Kota Batu)

b. Bidang Ilmu : Sosial c. Kategori Penelitian : Kategori II

2. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Drs. Oman Sukmana, M.Si. b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

c. Gol./Pangkat/Nip : IV-a/Pembina/ 132.001.833. d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Fakultas/Jurusan : FISIP/Ilmu Kesejahteraan Sosial f. Alamat Kantor : Lembaga Penelitian UMM

Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur Tlp. (0341) 463513, 464318, 464319

Fax (0341) 460435

g. Alamat Rumah : Pondok Bestari Indah, Blok C-5/268, RT 02/XI, Klandungan, Landungsari, Malang.

Tlp. (0341) 463128, Hp. 08123200709 3. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) 4. Jangka Waktu : 1 Tahun (TA. 2007/2008)

5. Biaya Penelitian :

a. Sumber dari UMM : Rp 6.00.000,- b. Sumber lain : -

Mengetahui: Malang, April 2008 Dekan FISIP UMM, Ketua Peneliti

Drs. Budi Suprapto, M.Si, Drs. Oman Sukmana, M.Si. Nip.UMM : 10387090041 Nip. : 132.001.833.

Menyetujui : Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang

DR. Wahyu Widodo, Ir., MS. Nip.UMM : 110.8909.0128.

(3)

MODEL PENGEMBANGAN LINGKUNGAN KOTA EKOWISATA

(Studi di Wilayah Kota Batu)

Oman Sukmana1 FISIP UMM

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth

interview), observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ditentukan di kota Batu. Subjek

penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2) pemerhati lingkungan kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM.

Kesimpulan hasil penelitian meliputi: (1) Kota Batu memiliki potensi sumberdaya alam dan sosial yang baik sebagai modal pengembangan kota; (2) Kota Batu merupakan tempat refreshing dan beristirahat yang baik, jika dikemas secara baik dan terintegrasi, maka Kota Batu sebagai kota Wisata sangat mungkin untuk diwujudkan; (3) Sikap masyarakat sangat positif dalam mendukung pengembangan kota Batu. Pola hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan Kota Batu sebagai kota wisata dengan pola hubungan gabungan antara pola individu dapat menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan lingkungannya, serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (4) Arah kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan atas visi kota Batu, yaitu: ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”; (5) Arah pengembangan Kota Batu: ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya; pengembangan pada kawasan Lindung dan Pengembangan pada kawasan budidaya untuk jenis kegiatan pertanian. Sedangkan kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah fokus pada pengembangan pada kegiatan perkotaan; (6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang berorientasi Rurban Oriented Paradigm (ROP). Sedangkan saran yang bisa disampaikan adalah: (1) Pemerintah Kota Batu perlu lebih optimal lagi dalam mengelola potensi sumberdaya yang ada di wilayah kota Batu, sehingga dapat mendukung pengembangan kota Batu sebagai kota wisata yang bervisi ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”; dan (2) Model pengembangan kota Batu yang mengarah kepada orientasi Rurban Oriented Paradigm (ROP), sudah relevan dengan kondisi wilayah kota Batu. Oleh karena itu perlu terus dikembangkan.

Kata kunci: Pengembangan Lingkungan Kota, Ekowisata

1

Oman Sukmana, Drs., M.Si. adalah Staff Pengajar pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP – Universitas Muhammadiyah Malang.

(4)

Abstract

This research is conducted to explore on why and how the government implements the model of the Batu city development as a ecotourism city. The qualitative approach is utilized in this study with Descriptive-Qualitative implemented in data analysis technique. Whereas the quantitative data is also useful to strengthen the qualitative findings. Indeepth interview, Observation and documentation, were used as data collection tools. The respondents of this study were determined purposively that include: The local leaders, and Residents. While the informants include: the chief of tourism department of Batu city, ecotourism analyst both from local community and higher education, and NGO-enviroment preservation.

The conclusion of research study ares: (1) Batu city have good potentials resources as a capital for city developmental; (2) Batu city as refreshing area, so it is possible to be ecotourism city; (3) The community of Batu city are supporting for Batu city developing, as a ecotourism city; (4) The orientation of Batu city development is based on mission and vision of Batu city, as: “Batu as agropolitan city, base on Tourism and Civil Society”; and (5) The orientation of Batu city development is using of the Rurban Oriented Paradigm (ROP)

Key Word: Development of City, Flora Ecotourism.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya perlu dibuatkan pola perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang harus dipenuhi kota tersebut.

Pengembangan suatu wilayah perkotaan akan menimbulkan berbagai konsekuensi terhadp lingkungan. Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kota harus memperhatikan aspek lingkungan, termasuk penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau. Proses penataan ruang akan mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkeadilan dalam lingkungan yang sehat dan berkesinambungan. Kota

(5)

Batu sebagai kota wisata, dikembangkan kearah kawasan kota ekowisata. Oleh karena itu penataan, pengelolaan, dan pengembangan ruang kota Batu adalah merupakan hal yang penting dan dapat dijadikan sebagai model penataan, pengelolaan, dan pengembangan lingkungan kota yang baik.

Kota Batu adalah merupakan kota utama dalam pengembangan wisata di Jawa Timur. Penataan, pengolaan, dan pengembangan kawasan kota berwawasan ekowisata di kota Batu dapat dijadikan contoh (model) bagi kota lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang bagaimana model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan adalah wawancara mendalam (indeepth

interview), observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ditentukan di kota Batu. Subjek

penelitian ditentukan secara purvosive, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2) pemerhati lingkungan kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM.

Dari penelitian ini akan diperoleh informasi dasar tentang model penataan, pengelolaan, dan pengembangan lingkungan kota yang berwawasan ekowisata. Hasil penelitian juga dapat dikembangkan sebagai bahan bagi kajian disiplin Psikologi Lingkungan, terutama dalam mengembangkan konsep rekayasa lingkungan fisik dan sosial (social and phisical

environmental engineering), serta dampaknya terhadap manusia, dan mata kuliah Psikologi

Pariwisata.

1.2. Rumusan Masalah

Pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota ekowisata, dapat dijadikan suatu model konsep pengembangan kota yang baik, yang dapat memberikan dampak positif timbal-balik bagi masyarakat dan lingkungan setempat. Pertanyaan dasar yang muncul adalah bagaimana model penataan, pengelolaan, dan pengembangan kota tersebut dilakukan? Bagaimana manfaat positifnya baik bagi masyarakat maupun lingkungan?, dan sebagainya.

(6)

Untuk membatasi lingkup penelitian, maka masalah penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek berikut:

(1) Bagaimanakah gambaran kondisi, potensi, dan pemanfaatan lingkungan ekowisata di kota Batu?

(2) Bagaimana sikap masyarakat dalam pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota ekowisata?

(3) Bagaimana konsep hubungan antara masyarakat kota Batu dengan lingkungannya? (4) Bagaimanakah konsep kebijakan pemerintah dalam pengembangan kota Batu sebagai

kota ekowisata?

(5) Bagaimanakah konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan pengembangan tata kota Batu sebagai kota ekowisata?

(6) Bagaimanakah model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata?

1.3 Tujuan Penelitian

Target hasil (tujuan umum) penelitian ini adalah berupa konsep dan informasi dasar pengetahuan yang berkaitan dengan model pengembangan lingkungan kota ekowisata. Sedangkan secara terinci target luaran (tujuan khusus) penelitian ini adalah untuk memperoleh konsep dan informasi dasar tentang:

(1) Kondisi dan potensi, dan pemanfaatan lingkungan ekowisata di kota Batu.

(2) Sikap masyarakat dalam pengembangan lingkungan kota Batu sebagai kota ekowisata.

(3) Konsep hubungan antara masyarakat kota Batu dengan lingkungannya.

(4) Konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan mengembangan tata kota Batu sebagai kota ekowisata.

(5) Konsep kebijakan pemerintah dalam perencanaan mengembangan tata kota Batu sebagai kota ekowisata.

(6) Konsep disain (rancangan) ideal pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata.

(7) Model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata.

(7)

Psikologi Lingkungan dan Psikologi Pariwisata (Fakultas Psikologi), serta Mata Kuliah Tingkah laku manusia dan Lingkungan (FISIP).

2.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Paradigma Perkembangan Kota

Secara umum terdapat dua macam paradigma pembangunan kota dalam perpsektif spasial. Paradigma pembangunan kota yang pertama disebut sebagai Urban Oriented

Paradigm (UOP), dan paradigma kedua dikenal sebagai Rurban Oriented Development Paradigm (ROP). Pemahaman kedua macam paradigma pembangunan kota tersebut sangat

penting agar para penentu kebijakan pembangunan kota dapat memilih paradigma pembangunan yang tepat bagi daerahnya (Yunus, 2005).

1) Urban Oriented Paradigm (UOP)

Menurut Yunus (2005), Urban Oriented Paradigm (UOP) adalah suatu paradigma pembangunan kota dengan filosofi pembangunannya city is just for urban residents atau

city is just for the city itself. Kerangka berpikir tersebut dilandasi oleh banyaknya

keberadaan lahan kosong baik di bagian dalam kota dan terlebih lagi diluar kota yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasikan struktur fisikal baru. Idealisme menciptakan bentuk fisikal kota, secara spasial sangat leluasa dan tidak terkendala oleh permasalahan yang berarti baik sosial, kultural, ekonomi dan politik. Daerah pinggiran kota (urban fringe

areas) sebagian besar didominasi oleh lahan kosong, atau lahan tidak produktif, sehingga

setiap usaha untuk membangun fungsi-fungsi kekotaan baru sebagai bentuk perkembangan dan pengembangan baru dapat dilaksanakan.

2) Rurban Oriented Paradigm (ROP)

Rurban Oriented Paradigm (ROP) adalah suatu paradigma pembangunan kota yang dilandasi filosofi bahwa the development of a city is not just for the city itself but also for

the rural areas. Hal ini didasari oleh adanya suatu kenyataan bahwa kota yang

bersangkutan dikelilingi oleh lahan pertanian yang produktif serta sector pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Dalam menentukan kebijakan spasial pembangunan kota, pemerintah kota harus bertindak ekstra hati-hati serta harus

(8)

mengacu pada konsep sustainable development dengan keempat dimensinya. Pembangunan kota merupakan bagian integral dari system pembangunan nasional yang tidak dapat diisolasi dari pembangunan sector lain, khususnya pembangunan di sector rural. Di dalam system pembangunan nasional, pembangunan kota saling tergantung dengan pembangunan desa sehingga apabila terjadi kekeliruan penentuan kebijakan pembangunan pada salah satu sector akan mengakibatkan dampak negative pada sector lain. Di samping itu, pembangunan kota tidak boleh hanya mementingkan kebutuhan daerahnya sendiri, seperti tertuang dalam intra generation dan intra frontier dimension, namun harus selalu memperhatikan inter generation dan inter frontier-dimension.

Rurban Oriented Paradigm (ROP) dilandasi oleh suatu konsep filsafati yang khusus yaitu:

(1) perkembangan kota tidak boleh hanya untuk kepentingan kota itu sendiri;

(2) kehidupan kota tidak dapat dipisahkan dari kehidupan desa, sehingga program pengembangan kota juga harus memperhatikan kepentingan desa;

(3) bentuk kota ideal tidak harus bulat atau mendekati bulat atau bujur sangkar; (4) bentuk kota ideal tidak harus kompak memadat;

(5) pengertial ideal selalu conform dengan kondisi lingkungan biotic, abiotik dan sosio-kultural;

(6) pembangunan kota harus memperhatikan intra dimension dan inter dimension baik terkait dengan keberadaan generasi maupun wilayah.

b. Paradigma Pembangunan Kota di Indonesia

Membahas paradigma pembangunan kota di Indonesia masa kini sangat menarik, karena banyak fenomena penting yang dapat diuangkap, khususnya terkait dengan aplikasi paradigma pembangunan kotanya. Hampir semua kota di Indonesia, kalau bukan semuanya, menunjukkan perkembangan spasial yang tidak terkendali dan sangat bertentangan dengan konsep pembangunan beekelanjutan yang selalu dijadikan sebagai acuan bagi setiap program pembangunan. Kenyataan di lapangan yang sangat berbeda atau bertentangan sama sekali dengan ide sustainable development seperti dirumuskan oleh

Wolrd Comission on Environment and Development menimbulkan tanda tanya besar bagi

(9)

makna sustainable development?; (2) apabila mereka paham akan arti pembangunan berkelanjutan, mengapa gejala yang sangat bertentangan dengan ide sustainable

development dibiarkan terus berlanjut sampai sekarang?

Dalam kaitannya dengan upaya manajemen spasial kota, dua permasalahan penting perlu ditegaskan lagi, yaitu pertama adalah hilangnya lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis yang terlalu dini di daerah pinggiran kota. Permasalahan kedua, adalah terjadinya densifikasi yang tidak terkendali di daerah permukiman bagian dalam kota. Gejala hilangnya lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis di daerah pinggiran kota, khususnya di Pulau Jawa merupakan gejala yang perlu dihentikan atau paling tidak diperlambat prosesnya sambil menunggu kemampuan untuk mencari substitusinya. Hal ini berkaitan dengan gejala dengan makin melebarnya kesenjangan antara produksi bahan pangan dan konsumsinya. Makin meningkatnya jumlah penduduk akan selalu diikuti dengan makin meningkatnya tuntutan tersedianya bahan pangan yang makin meningkat pula, sementara itu makin menurunnya sumber daya pertanian akan selalu diikuti oleh makin berkurangnya kemampuan untuk menyediakan bahan pangan. Oleh karena hilangnya lahan pertanian kebanyakan terjadi di sekitar kota-kota dan berubah menjadi lahan-lahan non-pertanian, maka perhatian serius harus diarahkan pada daerah-daerah tersebut.

Tanpa mengemukakannya secara eksplisit, telah terjadi pengorbanan sektor rural, khususnya sektor pertanian untuk kepentingan sektor perkotaan. Pengorbanan sektor pertanian dianggap bukan merupakan permasalahan serius dan memang seharusnya seperti itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa upaya pembangunan kota dan wilayah hanya mementingkn pencapaian kepentingan jangka pendek, bersifat sektoral dan tidak mementingkan kepentingan sektor lain yang juga berpengaruh terhadap pembangunan kota itu sendiri dan bersifat tidak komprehensif. Dengan kata lain sangat bertentangan dengan konsep sustainable development. Di sinilah tercermin adanya paradigma pembangunan kota yang bersifat urban oriented. Untuk kota-kota tertentu di luar pulau Jawa, dimana daerah pinggiran kotanya merupakan lahan tidak produktif, tidak subur peredigma pembangunan yang bersifat urban oriented dapat direkomendasikan, namun untuk kota-kota lain, khususnya di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali aplikasi paradigma tersebut sangatlah tidak tepat.

(10)

Aplikasi ROP merupakan pilihan yang tepat untuk kota-kota yang daerah pinggiran kotanya merupakan lahan pertanian subur, produktif dan beririgasi teknis. Kebijakan ini sama sekali tidak bertentangan dengan anti growth concept atau tidak sama dengan upaya menghentikan perkembangan kota, karena hal ini bertentangan dengan menghentikan peradaban itu sendiri. Paradigma ini diaplikasikan dengan sangat arif dalam menyikapi kondisi lingkungan abiotik, biotik dan sosio-kultural yang ada. Selama masih ada kemungkinan memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif, mengapa harus diijinkan mengorbankan lahan-lahan produktif? Selama masih ada kemungkinan mempertahankan

green belt mengapa jalur hijau atau ruang terbuka hijau yang ada harus dikorbankan?

Pengrobanan lahan pertanian di daerah pinggiran kota juga disebabkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa bentuk ideal adalam kompak dengan jarak antara pusat kota ke sisi-sisi terluar lahan terbangun kurang lebih sama. Ekspresi keruangan kota seperti ini akan berbentuk bulat atau bujur sangkar. Dari sisi kemudahan, efektivitas dan efisiensi pembangunan fasilitas kota, bentuk tersebut memang merupakan ekspresi spasial paling ideal. Namun demikian perlu diingat bahwa kondisi kota yang satu sangat berbeda dengan kondisi kota yang lain, khususnya terkait dengan lingkungan biotik, abiotik, dan sosio-kulturalnya seperti telah dikemukakan diatas. Upaya pemaksaan membentuk kota ke dalam bentuk tertentu tanpa memperhatikan pertimbangan lingkungan biotik, abiotik dan sosio-kultural dengan mengorbankan sumber daya alam penting yang ada adalah salah satu bentuk pemerkosaan lingkungan (environmental rape).

Evaluasi keberadaan dan potensi sumber daya biotik, abiotik dan sosio-kultural merupakan tahap awal yang harus ada terlebih dahulu untuk setiap program pembangunan. Di sinilah awal kebijakan harus dibuat, khususnya untuk menentukan bagian-bagian mana dari daerah pinggiran kota yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan fisikal kota yang disusun berdasarkan prioritas. Oleh karena keterkitan pnentuan prioritas pemilihan daerah ini terkait dengan : (1) produktivitas lahan; (2) kesuburan lahan; (3) keberdaan saluran irigasi. Dengan teknik skorsing dan memanfaatkan teknik geographic information. Kisaran skor prioritas adalah dari prioritas paling tinggi dan prioritas paling rendah. Prioritas paling tinggi berkaitan dengan paling tidak subur, paling tidak produktif dan tidak adanya saluran irigasi dan prioritas paling rendah adalah paling subur, paling produktif dan beririgasi teknis dengan kontinuitas alirn air sepanjang waktu. Oleh karena uraian ini hanya

(11)

menekankan pada perspektif spasial, maka beberapa tinjauan lain seperti aspek biotik dan sosio-kultural tidak dikemukakan di dalam paragraf ini dan pada kesempatan yang berbeda akan dibahas secara mendalam sebagai pembobot penentuan skor prioritas. Namun, dari ketiga perspektif spasial yang dikemukakan tersebut, secara cepat penentuan prioritas dapat dilaksanakan dengan mudah. Hasil evaluasi dapat dipetakan, sehingga pengarahan pengembangan spasial kota dapat dilaksanakan.

ROP dilandasi oleh suatu konsep filsafati yang khusus yaitu: (1) perkembangan kota tidak boleh hanya untuk kepentingan kota itu sendiri; (2) kehidupan kota tidak dapat dipisahkan dari kehidupan desa, sehingga program pengembangan kota juga harus memperhatikan kepentingan desa; (3) bentuk kota ideal tidak harus bulat atau mendekati bulat atau bujur sangkar; (4) bentuk kota ideal tidak harus kompak memadat; (5) pengertian ideal selalu konform dengan kondisi lingkungan biotik, abiotik dan sosio-kultural; (6) pembangunan kota harus memperhatikan intra-dimension dan inter-dimension baik terkait dengan keberadaan generasi maupun wilayah.

C. Pengertian Ekowisata

Menurut Damanik dan Weber ( 2006), Ekowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata sering diposisikan sebagai lawan dari wisata missal. Sebenarnya yang lebih membedakannya dari wisata missal adalah karakteristik produk dan pasar. Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan perencanaan dan pengelolaan yang tipikal.

Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Masyarakat Ekowisata Internasional mengartiaknnya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves the

environment and improves the well-baing of local people). Dari definisi ekowisata tersebut,

maka ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu: pertama, Ekowisata sebagai produk; Kedua, Ekowosita sebagai pasar; dan ketiga, Ekowisata sebagai pendekatan pengembangan.

(12)

Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan. Sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata ssecara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut.

Menurut Deklarasi Quebec (Damanik dan Weber, 2006) menyebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang membedakannya dengan bentuk wisata lain. Di dalam praktek hal itu terlihat dalam bentuk wisata yang: (a) secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya; (b) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka; dan (c) dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kelompok kecil.

Dengan kata lain, ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri.

Dari berbagai definisi ekowisata, maka selanjutnya dapat diidentifikasi beberapa prinsip dari ekowisata, yaitu:

(1) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.

(2) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya. (3) Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal

melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi.

(4) Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.

(5) Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.

(13)

(6) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.

(7) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.

3. METODOLOGI PENELITIAN

a. Disain Penelitian:

Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu model penelitian yang berusaha untuk membuat gambaran/paparan dan menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis. Pendekatan penelitian utama yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sehingga data yang utama adalah bersifat kualitatif. Akan tetapi untuk melengkapi analisis data kualitatif, maka akan ditampilkan dan diperkuat pula dengan data-data yang bersifat kuantitatif, dengan pemahaman bahwa penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif yang dilengkapi dan diperkuat dengan data kuantitatif. Analisa kualitatif yang digunakan adalah deskriptif-induktif, sedangkan data kuantitatif yang digunakan adalah prosentase dalam bentuk tabulasi.

Jadi sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskripsi induktif. Sedangkan untuk data kuantitatif (data-data yang dapat dikategorikan dalam bentuk angka-angka) analisis yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif berupa persentase yang ditampilkan dalam bentuk tabulasi frekuensi ataupun

cross tabulation (tabulasi silang).

b. Penentuan Lokasi :

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau dipilih secara sengaja. Karakteristik wilayah penelitian yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu kota Batu. Kota Batu merupakan kota yang wisata utama di Jawa Timur, yang teruma diarahkan sebagai kota ekowisata.

(14)

c. Penentuan Subjek Penelitian:

Subjek penelitian ditentukan dan dipilih secara sengaja sesuai dengan karakteristik penelitian, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota Batu; (2) pemerhati lingkungan kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM. d. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam penelitian ini, secara garis besar proses pengumpulan data menggunakan 3 (empat) metode pokok yang saling berkaitan dan melengkapi, yaitu :

(1) Indeept Interview

Teknik wawancara mendalam akan dilakukan baik terhadap subjek maupun informan, yaitu: (1) pejabat pemerintah terkait; dan (2) warga masyarakat. Sedangkan informan penelitian meliputi: (1) Kepala Bappeda Kota batu; (2) pemerhati lingkungan Kota, baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi; dan (3) Kalangan LSM.

Hasil wawancara akan direkam dengan menggunakan alat rekam Walkman. (2) Observasi

Teknik obeservasi dilakukan terhadap berbagai area ekowisata yang ada di kota Batu. Observasi akan difokuskan pada kondisi dan karakteristik lingkungan ekowisata, dsb. (3) Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengkaji dan menganalisis berbagai data, dokumen, arsip, dsb., yang berkaitan dengan pengembangan lingkungan kota Batu. e. Jadwal Penelitian:

Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan Agustus2007-Mei 2008, pada tahun akademik 2007/2008.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian, maka selanjutnya dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

(1) Kota Batu memiliki panorama yang indah sejuk dengan suhu udara minial 14,9º C dan maksimal 24º C serta mempunyai spesifikasi khusus yaitu dikelilingi Gunung

(15)

Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, Gunung Bokong, dengan potensi obyek dan daya tarik yang beraneka ragam, antara lain: (1) Taman Rekreasi, meliputi: Taman rekreasi alun-alun Seribu Satu Bunga Kota Batu, Jawa Timur Park, Taman Rekreasi Selecta, Taman Rekreasi Songgoriti, Taman Rekreasi Tirta Nirwana Songgoriti; (2) Obyek wisata alam, meliputi: Pemandian air panas Cangar, Pemandian air panas Songgoriti, Air terjun Coban Rais, Air terjun Coban Talun, Bumi Perkemahan Cangar, Bumi Perkemahan Brantas, dll; (3) Obyek wisata sejarah, meliputi: Hotel Selecta, Candi Supo Songgoriti, Patung Ganesha Torongrejo, Makam Ritual Belanda Kuno, Goa Jepang Cangar, Goa Jepang Tlekung; (4) Obyek wisata Souvenir/Handycraft, meliputi: Home industri kerajinan Batik Kota Batu, Home indutri kerajinan Gerabah, Home indutri kerajinan Gong, Home indutri kerajinan Onyx, Pusat industri Jamu Toga Materia Medika, Pusat home indusrti jamu ragil, asih, Pusat kerajinan Jenang, Kripik, Tempe, Sari apel, Selsi Apel, Strawberi; (5) Obyek wisata minat khusus, meliputi: Lasing olah raga Paralayang Gunung Banyak, Arung jeram, Sepeda Gunung/Motor, Arthorium Sumber Brantas, Wisata Agro Apel Punten;(6) Obyek wisata agro/wisata desa, meliputi: Kusuma agro wisata, wisata desa Bunga Sidomulyo dan Gunung Sari, wisata agro apel Punten;(7) Obyek wisata budaya (Adat), meliputi: Sedekah Bumi, Tari Sembrono, Tari Jaranan, Campur Sari, Slametan Desa, dan lain-lain;(8) Obyek wisata religi, meliputi: Masjid An-Nur, Gereja Kristen/Katolik/Protestan, Klenteng, Vihara Budha, Pure;(9) Obyek wisata Kuliner, meliputi: warung makan khas Jawa, Bethania, Bebek Kuali, Batusuki Restaurant, Jajanan Sore Alun-alun, dan lain-lain.

(2) Berdasarkan kondidi alamnya, Kota Batu merupakan tempat refreshing dan beristirahat yang baik. Keadaan ini disebabkan karena suasana lingkungan yang mendukung, jauh dari polusi dan ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai. Dilihat dari kondsi iklim yang dingin, Kota Batu sangat sesuai untuk pengembangan pariwisata yang terkait dengan wisata peristirahatan. Hal ini ditunjang dengan banyaknya tujuan wisata dan fasilitas penunjang wisata yang jika dikemas secara baik dan terintegrasi, maka Kota Batu sebagai kota Wisata sangat mungkin untuk diwujudkan.

(3) Sikap masyarakat kota Batu sangat positif dan mendukung pengembangan kota Batu sebagai kota Pariwisata. Sedangkan berkaitan dengan konsepsi hubungan antara

(16)

perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan desa wisata bunga dan desa wisata adat/budaya, maka dapat dianalisis dengan mengacu antara lain kepada konsep Woodworth, dimana menyatakan bahwa pola hubungan antara individu dan lingkungan dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis, yaitu: (1) individu dapat bertentangan dengan lingkungannya; (2) individu dapat menggunakan lingkungannya; (3) individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya; dan (4) individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam konteks ini, maka pola hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan Kota Batu sebagai kota wisata dengan pola hubungan gabungan antara pola individu dapat menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan lingkungannya, serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(4) Arah kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan dari Pola Dasar Pembangunan Kota Batu yang memuat komitmen politis daerah tentang: visi, misi serta arah kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah, serta aspirasi masyarakat. Visi Kota Batu adalah: ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”. Sedangkan Misi pembangunan Kota Batu berdasarkan Visi Kota Batu: (1) Peningkatan imen dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang madani; (2) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan, ketrampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) guna menghadapi era globalisasi serta mengelola sumber daya alam yang berbasisi pada pertanian dan pariwisata yang berwawasan lingkungan; (3) Pengembangan system ekonomi kerakyatan yang selaras dengan berkembangnya dunia usaha ekonomi lemah dengan industrin pariwisata dan pertanian dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat serta mengurangi kesenjangan social ekonomi maupun kemiskinan dan pengangguran; (4) Perwujudan pelayanan prima pada masyarakat, yang meliputi penyediaan utilitas, kemudahan perijinan dan fasilitas umum lainnya; (5) Perwujudan kehidupan social yang dinamis dan berkembangnya seni budaya serta olah raga untuk menunjang

(17)

pariwisata daerah; (6) Perwujudan kelestarian lingkungan hidup dan terkendalinya tata ruang wilayah; (7) Perwujudan kualitas kehidupan berpolitik yang demokratsi dan dewasa serta penegakkan hokum dan hak asasi manusia; (8) Perwujudan Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good Governance); dan (9) Perwujudan keamanan dan ketertiban masyarakat.

(5) Adapaun skenario pengembangan Kota Batu berdasarkan kondisi fisik, ekonomi dan social budaya yang terdapat pada:

a. Pengembangan Kota Batu ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya adalah: (1) Pengembangan pada kawasan Lindung terkait dengan keberadaan hutan yang ada di sekitar G.Rawung, G. Anjasmoro, G. Tunggangan, G. Welirang, G. Kembar, G. Arjuno, G. Panderman, dan G. Srandil. Selain itu kawasan ini juga banyak terdapat sumber mata air dan sungai hulu yang keberadaannya perlu dipertahankan dan dilestarikan; (2) Pengembangan pada kawasan budidaya untuk jenis kegiatan pertanian (tanaman pangan dan tanaman hotikultura) dan obyek wisata alam maupun wisata rekreasi terutama di Desa Tulubgrejo, Desa Sumbergondo, Desa Gunungsari, Desa Bulukerto dan Desa Bumiaji.

b.Pengembangan Kota Batu kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah: (1) Pengembangan pada kegiatan perkotaan dengan mengelompoknya kegiatan permukiman yang di dukung sarana dan prasarana perkotaan terutama di kelurahan dan desa di Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo; (2) Pengembangan pada kegiatan pertanian tanaman pangan, hotikultura dan pariwisata.

Dari skenario pengembangan Kota Batu diatas, untuk pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya diterapkan pada Kawasan Lindung meliputi: (a) Kawasan hutan yang mempunyai kemiingan 40% dan ketinggian 2.000 meter DPL; (b) Kawasan rawan bencana baik bencana dari gunung berapi, longsor dan erosi akibat penggundulan hutan; (c) Kawasan sempadan sungai, sumber mata air dan dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET); (d) Kawasan peresapan air. Kawasan Budidaya, meliputi: (a) Kegiatan perkotaan diarahkan dikawasan yang berada di ketinggian 600 – 1.000 meter dpl dan kawasan yang mempunyai kelerengan 0– 15% dan memiliki aksesbilitas dengan daerah sekitarnya; dan (b) Kegiatan pertanian yang ada diskeitar kawasan lindung adalah kegiatan pertanian tanaman keras dan

(18)

perkebunan yang mempunyai fungsi penyangga dari kawasan lindung yang ada di sekitarnya. Dan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan dan holtikultura diarahkan disekitar kawasan penyangga.

(6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang berorientasi Rurban

Oriented Paradigm (ROP). Rurban Oriented Paradigm (ROP) adalah suatu paradigma

pembangunan kota yang dilandasi filosofi bahwa the development of a city is not just

for the city itself but also for the rural areas. Hal ini didasari oleh adanya suatu

kenyataan bahwa kota yang bersangkutan dikelilingi oleh lahan pertanian yang produktif serta sector pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hl-hal sebagai berikut: (1) Kota Batu memiliki potensi sumberdaya alam dan sosial yang baik sebagai modal pengembangan kota; (2) Kota Batu merupakan tempat refreshing dan beristirahat yang baik, jika dikemas secara baik dan terintegrasi, maka Kota Batu sebagai kota Wisata sangat mungkin untuk diwujudkan; (3) Sikap masyarakat sangat positif dan mendukung pengembangan kota Batu sebagai kota Wisata, sedangkan pola hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan dalam konteks pengembangan dan pengelolaan lingkungan Kota Batu sebagai kota wisata dengan pola hubungan gabungan antara pola individu dapat menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi (ikut serta) dalam pengelolaan lingkungannya, serta individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (4) Arah kebijakan pembangunan kota Batu berdasarkan dari Pola Dasar Pembangunan Kota Batu yang memuat komitmen politis daerah tentang: visi, misi serta arah kebijakan pembangunan daerah yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah, serta aspirasi masyarakat. Sedangkan Visi Kota Batu adalah: ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”; (5) Arah pengembangan Kota Batu: ke Arah Utara, Barat Laut, Timur Laut dan Barat Daya; pengembangan pada kawasan Lindung dan Pengembangan pada kawasan budidaya untuk jenis kegiatan

(19)

pertanian. Sedangkan kearah Barat, Timur dan Tenggara adalah fokus pada pengembangan pada kegiatan perkotaan; (6) Berdasarkan paradigma perkembangan kota, maka model pengembangan kota Batu sebagai kota ekowisata mengikuti paradigma perkembangan yang berorientasi Rurban Oriented Paradigm (ROP).

b. Saran:

1. Pemerintah Kota Batu perlu lebih optimal lagi dalam mengelola potensi sumberdaya yang ada di wilayah kota Batu, sehingga dapat mendukung pengembangan kota Batu sebagai kota wisata yang bervisi ”Batu, Agropolitan Bernuansa Pariwisata dengan Masyarakat Madani”.

2. Model pengembangan kota Batu yang mengarah kepada orientasi Rurban Oriented

Paradigm (ROP), sudah relevan dengan kondisi wilayah kota Batu. Oleh karena itu

perlu terus dikembangkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, E., & Sujarto, D. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: Alumni.

Budihardjo, E. 1999. Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni.

Damanik, J., & Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.

Damanik, J., Kusworo, H.A., & Raharjana, D.T. (peny.). 2005. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press.

Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Malang: Bayu Media.

Kurnianto, Y.C. 2007. Tragis, Ruang Terbuka Hijau Hanya Dianggap Pelengkap (Online),(http://air.bappenas.go.id/openPDF.php?fn=doc/pdf/klipping/Tragis%

20Ruang%20Terbuka%20Hijau%20Hanya%20Dianggap%20Pelengkap.pdf,

Diakses tanggal 4 Desember 2007).

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion :Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Pusat kajian pembangunan masyarakat - Unika Atmajaya.

(20)

Moleong, Lexy J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mardalis. 1998. Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara.

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I Gde, & Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Purba, Jonny. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Agus (Peny.). 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sanapiah Faisal. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito, W. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Gramedia.

Singarimbun, Masri, & Sofian Effendi (ed.). 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Sukmana, Oman. 2003. Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan. Malang: Bayu Media.

Sukmana, Oman. 2006. Model Pengelolaan Lingkungan Binaan Desa Wisata Bunga pada Kawasan Ekowisata (Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu). Malang: Lemlit UMM.

Soemarwoto, Otto. 1997. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Syafrinal. 2003. Perencanaan Tata Ruang Landasan Program Pengembangan Wilayah dan Sektor. Madani: Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 6 (Nomor 2): 224-236.

Verdiansyah, C. (ed.).2005. Politik Kota dan Hak Warga Kota. Jakarta: Penerbit Kompas.

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya.Jakarta: Pradnya Paramita.

Yunus, H.S. 2005. Manajemen Kota Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustakan Pelajar.

Yunus, H.S. 2006. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(21)

LAMPIRAN I:

BIODATA LENGKAP

1. Ketua Peneliti: a. Identitas :

1. Nama Oman Sukmana, Drs., M.Si.

2. Nip. 132.001.833.

3. Tempat/Tgl. Lahir Sumedang/ 09 Pebruari 1966 4. Jenis Kelamin Laki-Laki

5. Pangkat/Gol. Pembina/ IV-a 6. Jabatan Fungsional Lektor Kepala

7. Jabatan Struktural Pembantu Dekan III FISIP UMM 8. Bidang Keahlian - Ilmu Kesejahteraan Sosial

- Psikologi Sosial & Psikologi Lingkungan 9. Alamat Kantor Bidang Kemahasiswaan UMM

Jl. Raya Tlogomas No. 246, Malang. Tlp./Fax.: (0341) 464320

10. Alamat Rumah Pondok Bestari Indah, Blok C-5 No. 268, Rt 02/Rw XI, Klandungan, Landungsari, DAU, Malang, Jawa Timur. Tlp.: (0341) 463128; Hp. : 08123200709

11. Alamat e-mail oman@umm.ac.id

b. Riwayat Pekerjaan:

No. Pekerjaan Tahun Ket.

1. Dosen PNS Dpk. di FISIP UMM 1991 s/d sekarang 2. Pembantu Dekan III FISIP UMM 1999 s/d 2009 3. Sekretaris Jurusan Ilmu Kesejahteraan

Sosial, FISIP UMM.

(22)

c. Riwayat Pendidikan: No Jenjang Pendidikan Kota/Negara Tahun Lulus Bidang Studi 1. SD Negeri Pari, Kec. Buahdua Sumedang/Indonesia 1980 -

2. SMP Negeri III Sumedang/Indonesia 1983 - 3. SMA Negeri I Sumedang/Indonesia 1986 IPA

4. S-1 FISIP UNPAD Bandung/Indonesia 1991 Ilmu Kesejahteraan Sosial

5. S-2 PROGRAM PASCASARJANA UNPAD

Bandung/Indonesia 1997 Psikologi Sosial

d. Riwayat Kepangkatan/Golongan/Jabatan: 1. Pangkat/Golongan:

No. Jenjang Kepangkatan/Gol. TMT Ket.

1. CPNS 01 Maret 1992

2. Penata Muda/III-A 01 September 1993 3. Panta Muda TK I/III-B 01 Oktober 1998

4. Penata/III-C 01 Oktober 2001

5. Penata TK. I/III-D 01 April 2004 6. Pembina/IV-A 01 April 2006

2. Jabatan Fungsional:

No. Jenjang Jabatan Fungsional TMT Ket. 1. Asisten Ahli Madya 01 September 1994

2. Asisten Ahli 01 Juli 1998

3. Lektor Muda 31 Desember 2000

4. Lektor (Impasing) 01 Januari 2001 5. Lektor Kepala 01 Desember 2003

e. Pengalaman Pelatihan/Manajemen Kegiatan mahasiswa:

No. Kegiatan Kedudukan Tahun Tempat

1. Pembina Kemahasiswaan PD III FISIP 1999-2009 FISIP UMM 2. Pembina UKM IKBAMA Pembina UKM 2000-2002 UMM 3. Pelatihan PP OPPEK Peserta 2002 Batu/Malang 4. PIMNAS 2006 Koordinator

LKTM

2006 UMM/Malang

5. P2KK Instruktur 2007 UMM/Malang

6. LDKM Pemateri 2007 UMM/Malang

7. Supervisor KKN Supervisor 2005-sekarang UMM 8. Pelatihan Soft Skill Peserta 2007 Surabaya/Dikti

(23)

f. Pengalam Kursus/Magang:

No. Jenis Kursus/Magang Tanggal/Bulan /Tahun

Tempat 1. Kursus Analisa Statistik Sosial 1997 Yogyakarta,

(Prof. Sutrisno Hadi, Drs., MA.)

2. Magang Praktek Pekerja Sosial Medis di Rumah Sakit

1998 Rumah Sakit Fatmawati

Jakarta 3. Kursus Bahasa Inggris

Program SP-1

April-Mei 2006 KBA UMM

4. Kursul TOEFL Preparation Maret-April 2008

KBA UMM

g. Mata Kuliah yang Dibina:

No. Nama Mata Kuliah Fakultas/Jurusan Ket.

1. Psikologi Lingkungan Psikologi

2. Metode Pekerjaan Sosial FISIP/Kesejahteraan Sosial 3. Metode Penelitian Sosial FISIP/Ilmu Komunikasi 4. Tingkah laku Manusia dan

Lingkungan Sosial

FISIP/Kesejahteraan Sosil

5. Etika Profesi FISIP/Kesejahteraan Sosial 6. Sosiologi dan Politik Ekonomi Ekonomi

h. Pengalaman Riset :

No. Judul Riset Tahun

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pengaruh Modeling dan Reinforcement dari Kyai terhadap Tingkah Laku Prososial Santri (Penelitian DPP UMM)

Hubungan Antara Persepsi Mengenai Nilai-Nilai Sosial

Kemasyarakatan dalam Islam dengan Prasangka Sosial (Penelitian DPP UMM)

Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial Daerah Kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresivitas Remaja (Penelitian DPP UMM)

Proses Asimilasi Sosial dalam Komunitas Masyarakat Bauran Etnis Arab-Jawa (Penelitian Dosen Muda/Dikti)

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Studi di kampung Embong Arab Kota Malang) (Penelitian Dasar/Dikti)

Profil dan Proses Pengelolaan Badan Pelayanan Sosial Panti Asuhan

1998 1999 2000 2002 2002 2002

(24)

7. 8. 9. 10. 11. 13. 14.

Muhammadiyah (Studi pada Panti Asuhan Muhammadiyah di

Lingkungan Daerah Muhammadiyah Kota Malang) (Penelitian Bidang Ilmu/DPP UMM)

Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Lingkungan Hutan Melalui Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Batu. (Penelitian P2U/DPP UMM)

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal

(Studi pada masyarakat miskin pedesaan di wilayah kecamatan Pujon, Kabupaten Malang)

(Penelitian PBI/DPP UMM)

Pola Mekanisme Efektif Program Penyaluran Kompensasi Subsidi BBM (PKPS-BBM) bagi Masyarakat Miskin Pedesaan (Studi terhadap pelaksanaan program BLT di wilayah kecamatan Ngajum, kabupaten Malang) (Penelitian P2U/DPP UMM)

Efektifitas Program Penyaluran Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM) Bidang Kesehatan bagi Masyarakat Miskin Pedesaan

(Studi di Wilayah Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang).

Model Pengelolaan Lingkungan Binaan Desa Wisata Bunga pada Kawasan Ekowisata

(Studi di Desa Sidomulyo, Kota Batu).

Konsep Penataan dan Pengelolaan Ruang Publik pada Wilayah Perkotaan (Studi di Wilayah Kota Malang)

KONSEP PENGELOLAAN LINGKUNGAN BINAAN DESA WISATA ADAT DAN DESA WISATA BUNGA PADA KAWASAN EKOWISATA (Studi di Desa Punten dan Desa Sidomulyo, Kota Batu-Malang) (DIKTI/ Penelitian Fundamental/2007) 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007

(25)

i. Publikasi :

No. Karya Ilmiah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan (Buku, Penerbit Bayu Media, 1998).

Etika Profesi Pekerjaan Sosial (Buku, Penerbit Aditya Media, 1999).

Psikologi Sosial (Diktat Kuliah, 2001).

Perilaku Beragama dalam Perspektif Psikologi Modern (Jurnal Ilmiah Bestari, 1997).

Pengangguran dan Kesejahteraan Sosial (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, Januari-April, 1998).

Reformasi dan Agenda Politik Indonesia (Jurnal Ilmiah Bestari No. 25 Thn XI, September-Desember 1998).

Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (Buku Ajar, tahun 2002).

Kekeradan Masa dalam Persfektif Psikologi Kriminal (Jurnal Legality, Jurnal Ilmiah Hukum, Volume 10 nomor 2, September 2002-Januari 2003.

Pengaruh Kepadatan Sosial dan Persepsi tentang Lingkungan Sosial daerah kumuh Perkotaan terhadap Perilaku Agresif Remaja (Jurnal Psikodinamik, Volume 7, No. 1, Januari 2005).

Sosiologi dan Politik Ekonomi (Buku, edisi pertama Nopember tahun 2005, UMM Press).

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Jurnal “Humanity”, Volume I, Nomor 1, September 2005).

Model Interaksi Sosial dalam Masyarakat Lingkungan Bauran Etnis Arab-Jawa (Jurnal Publica, Volume 2 Nomor 1, Januari 2005).

Metode Pekerjaan Sosial (Buku Ajar, 2006)

(26)

j. Pengabdian pada Masyarakat: No Bentuk Pengabdian pada Masyarakat Bentuk Kegiatan Tempat / Instansi Tanggal Sumber Dana Ket. 1 2 3 4 5 6 7 Memberi latihan/penyuluhan/penataran/ceramah pada masyarakat, meliputi:

1. Melaksanakan Program Sosialisasi dan Simulasi PEMILU 2004 pada siswa SMU Widya Dharma Turen, Kec. Turen, Kab. Malang.

Insidental: Penyuluha n, Pelatihan, Simulasi SMU Widya Dharma Turen, Kec. Turen, Kab. Malang. 14 Pebruari 2004 DPP FISIP UMM 2 Melaksanakan Program Sosialisasi dan Simulasi PEMILU 2004 pada Masyarakat Desa Sidomulyo, Kota Batu.

Insidental: Penyuluha n, Pelatihan, Simulasi Desa Sidomuly o, Kota Batu 24 Pebruari 2004 DPP FISIP UMM 3. Pemateri “Pengawasan Kampanye, Pemungutan dan Penghitungan Suara PEMILU Legisltif”. Pada acara Rakernis PANWASLU Kab. Malang. Insidental: Penyuluha n, Pelatihan, Hotel SELECT A, Batu. 25-26 Pebruari 2004. PANWA SPEMIL U Kab. Malang 4. Penyuluhan tentang Pemberdayaan Masyarakat di Desa Balesari, Kec. Ngajum, Kab. Malang. Insidental: Penyuluha n Balai Desa Balesari, Kec. Ngajum, Kab. Malang 21-23 Agustus 2005 KKN UMM 5 Penyuluhan tentang “Proses dan Mekanisme Pengawasan PILKADA Kabupaten Malang”. Pada masyarakat Desa Ngajum, Kec. Ngajum, Kab. Malang. Insidental: Penyuluha n, Pelatihan, Balai Desa Ngajum, Kec. Ngajum, Kab. Malang. 24-25 Juni 2005 KKN UMM

(27)

6. Penyuluhan tentng ‘Peran Ibu dalam keluarga”, pada ibu-ibu PKK RT 02/RWXI, Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang. Insidental: Penyuluha n, Diskusi RT 02/RW XI, Desa Lndungsar i, Kec. Dau, Kab. Malang. 22 Des. 2006 Mandiri

7 Penyuluhan & Pelatihan Pengelolaan Lingkungan Sosial Desa Wisata Bunga. Insidental: Penyuluha n, Pendampi ngan. Desa Sidomuly o, Kec. Bumiaji, Kota Batu Semeste r Ganjil 2007/20 08 DPP UMM

Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas pemerintah dan pembanguna, meliputi: 8. Panitia Idhul Aha 1426

H, RW XI. Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang. Insidental RW XI, Desa Lndungsar i, Kec. Dau, Kab. Malang. 10 Januari 2006 -

9. Panitia Idhul Aha 1427 H, RW XI. Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang. Insidental RW XI, Desa Lndungsar i, Kec. Dau, Kab. Malang. 31 Des. 2006 -

10. Khotub pada Khutbah Shalat Jumat dengan Tema: ”Hidup Bermasyarakat”. Insidental Masjid Al-Hilal, RW XI, Desa Landungs ari, Kec. Dau, Kab. Malang. 17 Maret 2006 -

11. Khotub pada Khutbah Shalat Jumat dengan Tema: ”Kewajiban Mencari Ilmut”. Insidental Masjid Al-Hilal, RW XI, Desa Landungs ari, Kec. Dau, Kab. Malang. 08 Sept. 2006 -

(28)

12 Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 02, RW XI, Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang.

Insidental RT 02/RW XI, Desa Landungs ari, Kec. Dau., Kab. Malang. Periode 2007/ 2012 - 12. Melaksanakan Fungsi sebagai Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PDM Kabupaten Malang. Insidental PDM Kab. Malang Periode 2005/ 2010 -

k. Pengalaman Kunjungan Luar Negeri:

No. Negara Tahun Acara

1. Singapura dan Malaysia 2003 Studi Banding Pendidikan Tinggi dan Kemahasiswaan.

2. Australia, Perth 2005 Studi Banding Pendidikan ke Murdoch University, Curtin Universitay, Universiry of Western Australia (UWA)

Malang, April 2008

Oman Sukmana, Drs., M.Si.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian rangkaian receiver RFID dilakukan untuk mengetahui apakah receiver RFID ID-12 yang digunakan ini dapat membaca kode dari tag/kartu yang digunakan pada

Berdasarkan peubah yang diamati seperti tanam- an yang pendek, persentase daun hidup yang tetap tinggi sampai umur penyimpanan 24 minggu, dan masa simpan lebih dari 6 bulan, media

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya pengawasan terhadap beberapa sampel yang melakukan aktivitas lain seperti olahraga renang, atletik, dan latihan

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada lahan sawah Vertisol Ngawi setelah dua musim tanam kedelai–padi (1) residu pupuk organik dan anorganik NPK meningkatkan serapan unsur

ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena mengandung semua zat gizi dengan jumlah dan komposisi ideal yang dibutuhkan oleh bayi.Salah satu kendala dalam pemberian ASI

Jika kita ingin meng- gandakan uang untuk mendapatkan nilai yang lebih besar maka kita dapat melakukan kegiatan investasi baik kepada individu atau institusi.. Adakah hubungan

Mengungkapkan informasi secara tertulis dalam kalimat sederhana sesuai dengan konteks yang mencerminkan kecakapan dalam menggunakan kata, frasa dan kalimat dengan huruf , ejaan, dan

Data yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari validasi tiga orang ahli yakni ahli materi, ahli media dan ahli bahasa menggunakan angket validasi ahli, data kepraktisan