• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

JAKARTA, 28 JANUARI 2014

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

Bahan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Pada Indonesia Mining Outlook 2015

(2)

2

I.

UPDATE KONDISI UMUM MINERBA

II.

STAKEHOLDER MINERBA

III.

ISU-ISU STRATEGIS MINERBA

IV.

PENDING ISSUES

(3)

1. Produksi batubara tumbuh 14% per tahun. Realisasi s.d Desember 2014: 458 juta ton, DMO 76 juta ton. Domestik tumbuh 8% per tahun. Ekspor tumbuh 16% per tahun (produksi didominasi kalori menengah – rendah). Perlu pengendalian produksi dan upgrading.

2. Realisasi pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian (s.d Desember 2014): 25 Perusahaan telah mencapai tahap commissioning/produksi, dari total 76 IUP.

3. Kendala yang dihadapi: keterbatasan infrastruktur, energi, dan fiskal.

4. Perusahaan tambang tahap operasi: 3.166 (14 KK, 57 PKP2B, 3 BUMN, 2.064 IUP Mineral, 1.028 IUP Batubara). Penataan IUP: 10. 653 terdiri atas 5.999 CNC dan 4.654 Non CNC.

5. Perkembangan Renegosiasi KK dan PKP2B, s.d Januari 2014:

a. dari 34 KK, 25 sepakat seluruh materi renegosiasi, 1 telah menandatangani amandemen kontrak dan 7 sepakat sebagian,

b. dari 73 PKP2B, 52 Sepakat dan tandatangan MOU, 13 Sepakat Sebagian MOU, dan 9 sepakat

draft amandemen .

6. Nilai ekspor minerba: 2011: US$ 39.8 miliar , 2012: US$ 34.8 miliar, 2013: US$ 30.1 miliar, 2014: 25.3 miliar (karena pembatasan ekspor produk mineral dan harga komoditas turun).

7. PNBP: 2011: Rp. 24,24 triliun, 2012: 24,01 triliun, 2013: 28,35 triliun, 2014 (sd Nov): Rp. 35,4 triliun (> PNBP 2013) dari target Rp. 39,6 triliun. (Harga turun, ekspor bijih mineral tidak ada).

(4)
(5)

Pertamina BKPM KemenHan KemenHub Mabes Polri KemenLHHut KemenKum Ham BAPETEN

DITJEN MINERBA

KESDM (PRINSIPAL)

MenPUPeRa KemenDag Kemenaker trans Gubernur Menkominfo KemenKeu Bupati KemenPN-TR

2.1 STAKEHOLDER’S MANAGEMENT

(6)
(7)

7

PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN (WP)

PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)

PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

3.1. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 4 TAHUN 2009

RENEGOSIASI KK DAN PKP2B

DMO & PENGENDALIAN PRODUKSI MINERBA

1. Pasal 9, UU No.4 Tahun 2009; sesuai Putusan Judicial Review Mahkamah Konstitusi tentang Penetapan WP 2. Pasal 10 UU No.4 Tahun 2009; asas pelaksanaan

penetapan WP

3. Pasal 13 UU No.4 Tahun 2009; pembagian WP 1. Pasal 112 ayat 4 dan 5 UU No.4 Tahun 2009;

2. PP No.23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba;

3. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba

4. PerMen No.2 Tahun 2013 Tentang Pengawasan 1. Pasal 169 UU No.4 Tahun 2009

2. Penjelasan Pasal 169 huruf b UU No.4 Tahun 2009 1. Pasal 95 huruf c UU No.4 Tahun 2009

2. Pasal 102 UU No.4 Tahun 2009

3. Pasal 103 ayat (1) UU No.4 Tahun 2009 4. Pasal 170 UU No.4 Tahun 2009

1. Pasal 5 ayat 1,2,3 dan 4, UU Nomor 4 Tahun 2009 2. PP No. 23 Tahun 2010

3. PerMen-ESDM No. 34 Tahun 2009

UUD 1945 Pasal 33 LANDASAN FUNDAMENTAL UNTUK PENGELOLAAN SDA UU NO.4/2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERBA ARAH BARU TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERBA ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY

KONTRUKSI PASAL-PASAL UU 4/2009 DAN ATURAN TURUNANNYA

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

1. Pasal 141, UU Nomor 4 Tahun 2009

2. PP No.55 Tahun 2010 tentang Binwas Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba

(8)

8 HARMONISASI DENGAN PERATURAN PELAKSANAAN UU 4/2009 KELEMBAGAAN INSPEKTUR TAMBANG DAN PEJABAT PENGAWAS PERTAMBANGAN

3.2. ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY UU NO. 23 TAHUN 2014

PEMBENTUKAN BALAI PERTAMBANGAN LANDASAN FUNDAMENTAL UNTUK PENGELOLAAN SDA ARAH BARU TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERBA ISU-ISU STRATEGIS MANDATORY

a. Penyerahan kewenangan IUP Bupati/Walikota kepada Gubernur

b. Gubernur memberikan Tugas Pembantuan kepada Bupati/Walikota untuk menerbitkan IUP Mineral Bukan Logam dan Batuan

a. Pengelolaan Inspektur Tambang secara nasional dengan merevisi Kepmen PANRB dan revisi SKB Menteri ESDM, Menteri PAN dan Kepala BKN

b. Pengelolaan pejabat pengawas pertambangan

Pembentukan Balai Pertambangan di setiop Provinsi kecuali Provinsi di Pulau Jawa dan Bali

UUD 1945 Pasal 33 UU NO.23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

(9)
(10)

1. Penyelesaian renegosiasi kontrak (penyelesaian MoU, amandemen kontrak, revisi PP No.

9/2012, penetapan batas waktu renegosiasi).

2. Penetapan Industri Strategis (

coal upgrading

dan hilirisasi mineral) yang perlu mendapatkan

insentif fiskal.

3. Penyelesaian masalah terkait dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(a.l. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang tidak jelas jangka waktu penerbitannya)

4. Penataan IUP non CNC (untuk 12 provinsi yang sudah dilakukan monitoring dan evaluasi, 19

provinsi lainnya yang sudah dilakukan koordinasi dan supervisi).

5. Penyelesaian PPN untuk penjualan

anoda slime

/konsentrat di dalam negeri untuk menunjang

hilirisasi mineral.

6. Penetapan WPN dan WIUPK dari wilayah KK dan PKP2B yang diciutkan.

7. Percepatan pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri

8. Ketetapan MESDM atas pelaksanaan pengelolaan pertambangan oleh pemerintah daerah

pasca UU No. 23/2014.

9. Penyelesaian Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang

Perubahan Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.

(11)
(12)
(13)

No Instansi

Jenis Perizinan

Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Jumlah Perizinan Tiap Instansi

Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional

1 Kewenangan KESDM 3 6 8 7 2 0 26 2 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 3 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 14 17 9 17 5 9 71 USULAN

Kewenangan KESDM Kewenangan KESDM + Kementerian Lain Kementerian Lain/PEMDA

No Instansi

Jenis Perizinan

Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Jumlah Perizinan Tiap Instansi

Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional

1 Kewenangan KESDM 4 12 24 13 2 1 56 2 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 3 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 15 23 25 23 5 10 101 EXISTING 13

(14)

1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:

a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%.

b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam.

c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:

Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi

5%, batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.

Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%,

batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.

2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.

1 Upaya Peningkatan Royalty

(15)

2 Upaya Perbaikan Tata Kelola

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA

(2)

1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya transfer of pricing.

2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu). a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM) b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara

c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu

3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:

a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif;

b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah).

4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan. Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.

5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait).

6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara. 7. Penataan Fungsi Surveyor.

8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

(16)
(17)
(18)

1 8

1. Revisi pelaksanaan UU No 4 Tahun 2009 diharmonisasikan dengan UU No. 23 Tahun 2014

2. Penyiapan Rancangan PP tentang Peralihan KK dan PKP2B menjadi IUPK terkait dengan penerimaan negara

3. Penyelesaian Rancangan Permen ESDM yang masih belum tuntas finalisasinya di Biro Hukum KESDM.:

a. Rpermen tentang pengendalian produksi minerba

b. Rpermen tentang perizinan mineral logam dan batubara

c. Rpermen tentang perizinan mineral bukan logam dan batuan

d. Rpermen tentang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat e. Rpermen tentang pematokan batas WIUP

f. Rpermen tentang pengolahan data dan informasi

g. Rpermen tentang sistem manajemen keselamatan pertambangan h. Rpermen tentang tata cara penyetoran PNBP

i. Rpermen tentang pengangkatan pejabat pengawas dan inspektur tambang

(19)

1 9

4. Penyusunan Permen/Kepmen sebagai tindak lanjut PP No. 77 Tahun 2014 tentang Perubahan

Ketiga Atas PP No. 23 Tahun 2010.:

a. Revisi Permen 27 tahun 2013 tentang Divestasi dan Perubahan Penanaman Modal IUP, IUPK, KK dan PKP2B

• Pasal terkait saham yang beredar di bursa saham diakui sebagai saham divestasi sebesar paling banyak 20%

• Waktu pemegang IUP atau IUPK menawarkan sahamnya di bursa saham sebagai bagian dari divestasi

b. Revisi Permen 12 tahun 2011 tentang Penyiapan WUP, WUPK, WIUP, dan WIUPK

• Wilayah eks IUP OP, KK, dan PKP2B yang telah berakhir dapat ditetapkan menjadi WPN atau WIUPK sebagai kelanjutan operasi pertambangan oleh menteri

• Harmonisasi dengan putusan MK

5. Koordinasi perizinan dan penataan perizinan yang terkait dengan sektor lain dan Pemda,

terutama dengan Kementerian LH dan Hut (contoh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan).

6. Koordinasi Penyederhanan perizinan minerba dari 56 jenis menjadi 26 jenis perizinan.

7. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis setingkat eselon III yang khusus menangani Pelayanan

Perijinan Terpadu Satu Pintu.

8. Penyelenggaraan E-government.

(20)

4.2 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PROGRAM MINERBA

1. Pemenuhan Target PNBP Minerba 2015 sebesar Rp 50,6 T (Rp 40,6

T-APBN 2015 ditambah Rp 10 T dalam T-APBNP 2015)

2. Fasilitasi Investasi baru (smelter, PLTU Mulut tambang, pelabuhan induk,

PNT batubara)

3. Pengendalian Produksi Minerba melalui penetapan kuota produksi per

provinsi serta DMO

4. Penataan Wilayah IUP, KK, dan PKP2B yang diciutkan dan dikembalikan

kepada negara

5. Penyelesaian sistem MOMI

6. Penyelesaian kebijakan minerba nasional

(21)

4.3 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN MINERAL

1. Penyelesaian renegosiasi Kontrak Karya (KK)

2. Pengawasan progress smelter

3. Pengawasan pelaksanaan DMO Mineral

4. Penataan IUP mineral

5. Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi

6. Pengawasan pengadaan barang KK

7. Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi KK dan IUP PMA dan IUP lintas

provinsi

8. Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta pemberdayaan

masyarakat

(22)

4.4 KEGIATAN PRIORITAS DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA

1. Penyelesaian renegosiasi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B)

2. Pengawasan pelaksanaan DMO Batubara

3. Penataan IUP batubara

4. Evaluasi permohonan IUP PMA dan IUP lintas provinsi

5. Pengawasan pengadaan barang PKP2B

6. Pengawasan eksplorasi dan Operasi Produksi PKP2B dan IUP PMA dan

IUP lintas provinsi

7. Pengawasan ketenagakerjaan dan fasilitasi perselisihan serta

pemberdayaan masyarakat

(23)

1. Meningkatkan rasio Inspektur Tambang (IT) dan objek Pengawasan serta kualitas

Inspektur Tambang

2. Pemanfaatan teknologi untuk percepatan reklamasi, pengelolaan lingkungan tambang

dan pasca tambang

3. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) dalam rangka

meminimalkan angka kecelakaan tambang

4. Penyiapan Rancangan SNI bidang pertambangan (Pengelolaan Air Asam Tambang,

Pemantauan Kestabilan Lereng, dll)

5. Penyiapan sistem pelaporan Usaha Jasa dengan berbasis web

6. Sistem pelaporan On Line

(24)

2

4

Penetapan Wilayah Pertambangan (WP)

PERENCANAAN WP

(Pasal 3-7 PP 22/2010)

- Inventarisasi potensi

pertambangan. Dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan

- Penyusunan rencana WP, koordinasi, sosialisasi dan rekonsiliasi dengan Gubernur, Bupati/Walikota di seluruh Indonesia dalam RANGKA Penyusunan Konsep WP

DRAFT PETA WP (Pasal 12 PP 22/2010)

- Input data digital (peta potensi, peta

penyebaran formasi pembawa batuan, peta perijinan KK, PKP2B, IUP, dan IPR)

- Analisis data (overlay, koreksi, transformasi) - Delineasi/penggarisan

batas WP, WUP, WPN dan WPR

Penetapan WP menjadi dasar seluruh

stakeholder pertambangan untuk dapat

memberikan kepastian usaha dan

ruang bagi kegiatan pertambangan

PENETAPAN WP (Pasal 15 PP 22/2010) KOORDINASI PEMDA • Klarifikasi data • Rekonsiliasi • Koordinasi daerah (Pasal 9 UU No.4/2009 dan Pasal 15 PP 22/2010)

KONSULTASI DPR-RI • RDP dengan Komisi VII

DPR-RI (Pasal 9 UU No.4/2009 dan Pasal 15 PP 22/2010

Cluster WP No. Kepmen

Pulau Sulawesi 2737 K/30/MEM/2013 Tanggal 3 Juli 2013 Kepulauan Maluku 4002 K/30/MEM/2013

Tanggal 19 Desember 2013 Pulau Kalimantan 4003K/30/MEM/2013

Tanggal 19 Desember 2013 Pulau Papua 4004K/30/MEM/2013

Tanggal 19 Desember 2013 Pulau Sumatera 1095K/30/MEM/2014

Tanggal 26 februari 2014 Pulau Jawa & Bali 1204K/30/MEM/2014

Tanggal 27 Februari 2014 Pulau Nusa

Tenggara

1329K/30/MEM/2014 Tanggal 28 Februari 2014

Pulau/Kepulauan Pelaksanaan Rekonsiliasi

SULAWESI Jakarta-Hotel Bidakara, 12,13,dan 14 Juni 2013

KALIMANTAN Jakarta-Hotel Manhattan, 2,3,dan 4 Juli 2013

PAPUA Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013

MALUKU Jakarta, 21,22 dan 23 Agustus 2013

SUMATERA Jakarta, 4,5, dan 6 September 2013

BALI DAN NUSA TENGGARA Jakarta, 18,19 dan 20 September 2013

(25)

STATUS

SEBELUM KORSUP 12 PROV. SESUDAH KORSUP 12 PROV. MINERAL BATUBARA

JUMLAH MINERAL BATUBARA JUMLAH EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP

CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.493 2.064 1.391 1.028 5.976 NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.363 1.936 991 382 4.672 SUB TOTAL 2.966 4.030 2.536 1.386 10.918 2.856 4.000 2.382 1.410 10.648 TOTAL 6.996 3.922 6.856 3.792 KRITERIA CNC IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) JENIS PERSYARATAN ADMINISTRASI: Tidak tumpang tindih dengan IUP Lainnya, KK, PKP2B serta dokumen penerbitan sesuai ketentuan TEKNIS: Laporan Eksplorasi, Laporan Studi Kelayakan dan Dokumen Lingkungan KEUANGAN: Membayar kewajiban keuangan berupa iuran

tetap dan royalty

1. Meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari IUP; 2. Data cadangan IUP dari laporan eksplorasi IUP sebagai

data cadangan Nasional untuk menjamin kontinuitas pasokan bahan baku untuk pengolahan dan pemurnian;

3. Laporan studi kelayakan IUP sehingga menjadi dasar dalam pelaksanaan dan peningkatan kegiatan menjadi operasi produksi;

4. Dokumen lingkungan yang disampaikan IUP menjadi bukti tanggung jawab perlindungan lingkungan;

5. Diusulkan menjadi salah satu persyaratan tender DMO untuk suplier bagi PT PLN;

6. Menjadi persyaratan yang diwajibkan oleh Bank dalam penyaluran kredit pertambangan bagi pemegang IUP 7. Investor asing menjadikan status clear and clean dalam

memastikan kesahihan dokumen IUP

MANFAAT PENATAAN IUP

Masih lemahnya tata kelola perizinan tambang di Indonesia Per 1 Desember 2014

(26)

PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)

(2)

NO

TINDAK LANJUT

WAKTU

PELAKSANAAN

1. Diserahkkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan

Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat) Mei-Desember 2014

2. Koordinasi dan Supervisi bersama KPK-RI di 34 Provinsi dan Kab/Kota :

• Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan KPK di 12 Provinsi

6, 20 dan 27 November 2014

• Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan

penataan IUP di 22 Provinsi

4-6 Desember 2014

Hingga Akhir Oktober 2014 terdapat 4.807 IUP non CnC atau sejumlah

44,61% dari total IUP 10.776, hal ini menunjukkan masih lemahnya tata kelola perizinan pertambangan di Indonesia

Perlu ketegasan Pemerintah untuk penetapan status IUP yang sampai

saat ini belum CnC (Untuk 12 Provinsi batas waktu penyelesaiannya

(27)
(28)

No Instansi

Jenis Perizinan

Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Jumlah Perizinan Tiap Instansi

Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional

1 Kewenangan KESDM 3 6 8 7 2 0 26 2 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 3 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 14 17 9 17 5 9 71 USULAN

Kewenangan KESDM Kewenangan KESDM + Kementerian Lain Kementerian Lain/PEMDA

No Instansi

Jenis Perizinan

Izin Persetujuan Rekomendasi/ Sertifikasi Jumlah Perizinan Tiap Instansi

Mandatory Optional Mandatory Optional Mandatory Optional

1 Kewenangan KESDM 4 12 24 13 2 1 56 2 Kewenangan ESDM + Kementerian Lain 0 2 0 9 0 9 20 3 Kewenangan Kementerian Lain/PEMDA 11 9 1 1 3 0 25 JUMLAH IZIN 15 23 25 23 5 10 101 EXISTING 28

(29)

STATUS KK PKP2B Jumlah

Sepakat Sebagian MoU 7 12 19

Sepakat dan Tanda tangan MOU 26 61 87

Amandemen kontrak 1 - 1

Total 34 73 107

(Per 16 Desember 2014)

• Terdapat 6 isu strategis utama sebagai substansi renegosiasi KK dan PKP2B yaitu: Luas

Wilayah Kerja, Kelanjutan Operasi Pertambangan, Penerimaan Negara, Kewajiban

Pengolahan dan Pemurnian, Kewajiban Divestasi, Kewajiban Penggunaan Tenaga Kerja,

barang dan jasa Pertambangan dalam Negeri.

• Renegosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan nasional (national interest)

NO TINDAK LANJUT WAKTU

PELAKSANAAN

1. Penyelesaian permasalahan dasar hukum berupa revisi PP No.9 Tahun 2012 tentang tarif PNBP Desember 2014

2. Pembahasan renegosiasi lebih lanjut 9 KK dan 12 PKP2B Desember 2014

3. Finalisasi dan Penandatanganan amandemen kontrak (24 KK dan 60 PKP2B). Desember 2014

4. Penandatanganan seluruh amandemen KK dan PKP2B Januari 2015

(30)

1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:

a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%.

b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam.

c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:

Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi

5%, batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.

Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%,

batubara 5.100 – 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.

2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.

1 Upaya Peningkatan Royalty

(31)

2 Upaya Perbaikan Tata Kelola

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA SUB SEKTOR MINERBA

(2)

1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya transfer of pricing.

2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu). a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM) b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara

c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu

3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:

a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif;

b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah).

4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan. Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.

5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait).

6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara. 7. Penataan Fungsi Surveyor.

8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

(32)

Sumber : Badan Geologi, KESDM, 2013

Ferro and Associates : Fe, Nickel, Cobalt, Chromit , Mangan,Molibdenum,

Titanium Precious Metal : Gold, Silver, Platinum

Base Metal : Zinc, Cupper, Tin, Lead, Mercury Light and Rare metal : Bauxite, Monasit

NO Jenis

Sumber Daya Cadangan

Bijih Logam Bijih Logam

1 Emas Primer 7.670 0,007 3.225 0,003 2 Bauksit 1.265 529,3 583 238 3 Nikel 3.565 52,2 1.168 22 4 Tembaga 17.526 106,2 3.126 28 5 Besi 712 401,8 66 40 6 Pasir Besi 2.117 425,4 174 25 7 Mangan 15 6.3 4 3 8 Seng 625 7,3 6 0,8 9 Timah 449 2,1 801 0,4 10 Perak 13.755 0,8 3.253 0,0

(Dalam juta ton)

(33)

NO PROGRES

(%) CAPAIAN KEGIATAN

JUMLAH IUP (Jun 2014)

1. 0 – 5 Progres mencapai Studi Kelayakan

102

2. 6 – 10 Progres mencapai AMDAL 15

3. 11 - 30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal

Konstruksi Pabrik 12 4. 31-50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik 20

5. 51-80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi

4

6. 81-100 Progres mencapai tahap commissioning/Produksi 25 NO KOMODITAS JUMLA H IUP JUMLAH FAS. PENGOLAHAN /PEMURNIAN 1. Nikel 36 30 2. Bauksit 11 6 3. Besi 7 7 4. Mangan 3 3 5. Zirkon 13 13

6. Timbal dan Seng 2 2

7. Kaolin dan Zeolit 4 4

Total 76 65

Rencana Investasi : US$ 17,5 Miliar

Realisasi s.d Oktober 2014 : US$ 5,0 Miliar

1. Progres Pembangunan 2. Jumlah Rencana Fasilitas Pengolahan

dan Pemurnian

Kendala :

1. Infrastruktur 2. Energi

3. Fiskal

(34)

NO

TINDAK LANJUT

WAKTU

PELAKSANAAN

1. Verifikasi perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian kepada

IUP yang telah berkomitmen membangun dengan melibatkan tim independen (akademisi, litbang, LIPI, BPPT) berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor 240.K/73.07/DJB/2014

Desember 2014

2. Koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Kementerian PU,

Kementerian Perhubungan dan Perbankan untuk memberikan insentif fiskal, peningkatan infrastruktur dan fasilitas pembiayaan.

Desember 2014

3. KESDM dan Kemenperin perlu melakukan harmonisasi perizinan (IUP

Operasi Produksi khusus Pengolahan Pemurnian v.s. Izin Usaha Industri) yang difasilitasi Kemenko Perekonomian

Desember 2014

1.

BELUM ADA KEBIJAKAN YANG JELAS DALAM HAL PENETAPAN

BATAS WAKTU KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP

2.

TUMPANG TINDIH KEWENANGAN ANTARA KESDM DAN

KEMENPERIN TERHADAP PERIZINAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

3.

INFRASTRUKTUR, ENERGI DAN PEMBIAYAAN MASIH LEMAH

(35)

1. Latar Belakang Permasalahan

KESDM memperkirakan sekitar 50

60 juta ton batubara per tahun

diekspor secara illegal.

Belum ada aturan pemakaian pelabuhan ekspor batubara

Pengapalan batubara banyak dilakukan di tengah laut dengan cara

transshipment

dari tongkang ke kapal (vessel), sehingga sulit diawasi.

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 200 2 20 03 200 4 200 5 200 6 200 7 200 8 200 9 2010 2011 2012 Se lis ih (J ut a To n) Ek sp or (J ut a To n) Minerba Kemendag Selisih

Sumber: Ditjen Minerba, 2013 dan BPS, 2013

(36)

Kalimantan Timur

1. Wilayah Teluk Balikpapan 2. Wilayah Teluk Adang Bay 3. Wilayah Teluk Berau 4. Wilayah Teluk Maloy

Kalsel/Kalteng

1. Wilayah Tobaneo/Pulau

laut,

2. Wilayah Sungai Danau, 3. Wilayah Batu Licin

Lampung

Tarahan

Sumsel

Tanjung Api Api

Jambi

Sekitar Teluk Jambi

Bengkulu

Pelabuhan Bengkulu

Sumatera Barat

di Padang

Riau

di kawasan Teluk Riau

Aceh

di Aceh Selatan.

Tindak Lanjut:

Perlu segera diterbitkan surat keputusan bersama antara Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Energi untuk Kesejahteraan Rakyat

2. Peta Usulan Pelabuhan Induk Ekspor Batubara

Referensi

Dokumen terkait

Menjaga lingkungan hidup tentu saja tidak sekadar ditentukan oleh keberhasilan menjaga kualitas udara dengan program Car Free Day, melainkan juga dari keberhasilan kita

[r]

Pengawalan dan pengamanan tahanan pada setiap tahap sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 5, pasal 6, pasal 7 dan pasal g dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang

Tekstur alami (Natural teksture), merupakan wujud rasa permukaan bahan yang sudah ada secara alami, tanpa campur tangan manusia: batu, pasir, kayu, rumput, dan

Muchtar, Gunung

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... yang sesuai dan bermanfaat bagi kenyataan yang terdapat di seluruh

Aplikasi faceshift yang dibangun menggunakan tekologi Intel Realsense SDK dapat mendeteksi emosi pengguna walaupun dengan akurasi yang kurang tepat dikarenakan,

Menimbang, bahwa selain bukti tertulis, telah menghadirkan 2 (dua) orang saksi di persidangan, kedua saksi tersebut di bawah sumpahnya telah memberikan keterangan