• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PEMBICARAA TINGKAT III PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PEMBICARAA TINGKAT III PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

..

••

!Belum dikoreksil

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

PEMBICARAA TINGKAT III

PEMBAHASAN RUU TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Sifat Hari, tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Acara

Anggota yang hadir Pemerintah

ANGGOTA KOMISI VII

1999-2000 I 10 Rapat Kerja ke 3 Terbuka Jumat,

io

September 1999 14.00 - 17.15 WIB

Ruang Rapat Komisi VII DPR-RI Dr. H. Muchsin, SH

H.R. Sartono, SH

Membahas materi RUU tentang Pengelolaan Zakat

38 orang dari 60 Anggota

Menteri Agama (Prof.Dr. H.A. Malik Fadjar,MSc.)

bes~rta Jajarannya.

DR. H. Muchsin, SH; H. Muhamad Fikri, S.IP; Ora, Ny. Hj. Oelfah AS Harmanto; Prof. DR. H. Engkoswara, M.Ed; Sajid Soetjoro, B.Sc; Margoyuno; Abdullah Hadi; Benyamin Balukh; Tjahjono, SE; Ors. G. Adjiawan ; Ors. Rudy Supriyatna, MM ; Ors. Paiman; Rukmini, S.IP; Ors. Salmon Sinaga; H. Basri Bermanda; Ors. Syabnikmat Nizam; Ir.Yusuf Herry Utama Alamsyah, B.A.E.D.M. Arch; Ors. H. Sutomo; H. Mahfudz Djaelani, SE, MBA; Chairul Chaidir; Ors. H.M. Irsyad Sudiro; DR.drg.H. Avip Saefullah, M.Pd; Prof. Ors. Cecep Syarifuddin; Ors. Yusupadi, HS; K.H. Ahmad Zabidi; Ir.Ny.Hj. Nikentari Musdiono; Ors. H. Hajriyanto Y. Tohari, MA; Ors. H.M. Aminuddin Sanwar; H. Sumarsono Wiryowijoyo,SH; Ir. Atyoso Mochtar; Ors. Yusuf Hidayat; Ora. Nahyah Jaidi Faraz, M.Pd; Mediteransjah, SH; Ny.Hj. Didik Hadidjah Hasan; Prof. DR. H. Bisri Affandi, MA; Drs.H. Bambang W. Soeprapto; Amir Santoso. Ph.D; Mohammad Yamin Tawary; K.H. Muh. As'ad Umar; Ors. Hari Eko Sumisto; Ora. Hj. Chairun Nisa, MA; Dra.tij. Kesuma Sekarsih Djebar; Ora . Sylvia Ratnawati. M.Sc; Ors. H. Lalu Hartawa; Ors. Petrus Bolinia Keraf; Prof. DR. H. Umar Syihab; Andy Muhammad; Ors. Wempie Frederik; Pdt. Willem Fredrik Rumsarwir, S.Th; OR.H. Muchtar Aziz, MA; K.H. Munzir Tamam, MA; Ors. H. Qomari Anawar, MA; Drs. H. Zarkasih Nur; K.H. Nu'man Zein; Ors H. Lukman Hakim Saifuddin; Ors. Zainut Tauhid Sa'adi; Ny. Hj. Muniroh Munir, BA; Ors. H. Noersjahid Wiyoto; Drs. H.M. Abduh Paddare; H.M. Arsyad Pana.

(2)

..

lo

.

..

PEMERINTAH :

H.A. Malik Fadjar; Ors. H. Mubarak; H. Muchtar Zarkasi, SH; Ors. H. Zainal Arifin; DR. H.A. Sutarmidi; H. Muhda Hadisaputro, SH; M.A. Ghafur Ojawahir; Ors. Abdul Fatah .

KETUA RAPAT:

Bismillahiromannirohim, Assalamu'alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, wasyukurillah laa haula wala quwwata ilia billah Bapak, ibu yang saya hormati, Bapak Menteri beserta jajarannya.

Menurut catatan dari Sekretariat telah hadir menandatangani rapat kerja ini sebanyak 42 orang dari 60 orang anggota sesuai dengan Tata Tertib maka rapat ini dapat dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum dengan ucapan

Bismi/lahirrohmannirrohim, Rapat Kerja dengan Menteri saya buka.

KRAPAT DIBUKA PUKUL 14.15

WIB)I

Bapak, ibu, dan saudara sekalaian yang saya hormati.

Sesuai dengan undangan yang telah kita terima bersama hari ini adalah Pembicaraan Tingkat III yang paling akhir,.Tingkat III akhir tentang Pembahasan RUU Pengelolaan Zakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa RUU Pengelolaan Zakat ini telah disampaikan oleh Pemerintah dan pembahasannya diserahkan kepada Komisi VII. Pembahasan ini memakan waktu yang cukup alot, artinya mulai dari rapat kerja, rapat timus, tim kecil, dan tim sinkronisasi sampai malam hari, ini menunjukkan kesungguhan dari kita semua baik Pemerintah maupun Komisi VII untuk menyelesaikan ini, dan ingin saya informasikan kepada sidang ini bahwa Tingkat IV akan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 September 1999 Pukul

9

pagi. Untuk itu mohon perhatian dari kita semua. Sesuai dengan acara, rangkaian acara telah disusun sebagai berikut:

1. Laporan hasil Panitia Kerja dan seluruh butir-butir permasalahannya yang akan disampaikan oleh Bapak Wakil Ketua Komisi VII, Bapak H.Muhammad Fikri, S.IP.

2. Pendapat akhir fraksi-fraksi di Tingkat III atau sering dikenal P.A Mini.

3. Sebelum kita mencapai pengambilan keputusan pengesahan RUU pada Komisis VII DPR-RI akan dibacakan terlebih dahulu draft dari RUU Pengelolaan Zakat ini yang jumlahnya 25 pasal dulu dari pemerintah 23 pasal sekarang menjadi 25 pasal yang akan dibacakan bergiliran, yang pertama nanti karena jumlahnya cukup banyak dengan penjelasannya akan diurut pembicaraannya pembacaan oleh masing-masing fraksi kecuali POI karena FPDI jumlahnya seorang cukup untuk nanti pendapat akhir, jadi nanti dari FABRI akan dibacakan oleh Ibu Rukmini kemudian pembacaan selanjutnya oleh Bapak Lukman Saifuddin dari FPP yang ketiga oleh Bapak H. Basri Bermanda dari FKP.

Bapak, ibu, dan saudara sekalian.

Secara umum saya persilakan Bapak Fikri untuk menyampaikan laporannya terhadap hasil yang telah kita capai, waktu saya persilakan.

RISA 10-9-99 2

(3)

;

WAKIL KETUA (H.M. FIKRI, S.IP):

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Pimpinan Komisi VII beserta seluruh Anggota Komisi VII, Yang terhormat Bapak Menteri Agama beserta jajaran.

Puji syukur kepada Allah SWT karena pada hari ini kita dapat bertemu kembali dalam rangka pengakhiran, mudah-mudahan pengakhiran pekerjaan kita membahs RUU tentang Zakat. Secara singkat saya laporkan sebagai berikut bahwa selama beberapa hari ini Komisi VII bersama Pemerintah telah mendiskusikan segala permasalahan yang dirasakan oleh kita bersama demi sempurnanya Undang-undang Zakat ini. Pada tahap-tahap awal ini terjadi diskusi yang cukup alot dan semuanya ini juga untuk kebaikan Undang-undang ini, sebab kalau seseorang merasakan bahwa itu benar, dia harus gigih mempertahankannya dan lainnya tentunya menyadari bahwa kegigihan itu tidaklah karena ngotot-ngototan tapi merasa ini memang masuk, harus masuk dan kenyataannya pada siang tadi ada yang namanya dibentuk tim akhir yang anggotanya terdiri dari satu orang saja dari fraksi dan pemerintah itu berjalan sangat lancar pak. Bahkan ada yang tidak ditemukan oleh panja, tim perumus maupun tim kecil bisa ditemukan dan kata hal tersebutlah maka tadi makan siang dengan enak, dengan gembira karena semua lancar.

Hal-hal yang pokok pak seperti · misalnya tentang sanksi itu bisa dirumuskan secara baik, yang semula kita tidak menyangka bagaiman perumusannya ini, misalnya orang yang mengambil zakat itu 3 milyar hukumannya hanya tiga ratus juta, semua orang mau masuk ke badan amil zakat, mau jadi maling semua kecuali muslim yang taat begitu tapi kenyataannya bisa dirumuskan, organisasi juga demikian dan lain-lain. Tentunya rekan-rekan dari komisi maupun pemerintah sudah memahami semua.

Saya tidak perpanjang tapi sekali lagi kita bersyukur bahwa insya allah besuk tanggal 14 RUU Zakat ini bisa disetujui kita bersama dan satu lagi yang paling pokok, tadi saya sampaikan kepada rekan saya dari komisi VII ini alangkah anehnya kalau Undang-undang Zakat yang dilahirkan oleh DPR dan Pemerintah ini kenyataannya nanti yang tidak membayar zakat adalah Anggota DPR dan Pemerintah. Karenanya kita harus berusaha keras bagaimana supaya Anggota DPR apalagi yang sekarang merumuskan zakat ini termasuk pemerintah setelah hari ini mengecek kembali kekayaannya yang belum dibayarkan zakatnya termasuk yang ngomong ini pak.

Itu saja sebagai pengantar atau laporan singkat tentang pelaksanaan pembahasan zakat ini, mohon maaf bila ini kurang tepat atau kurang pada tempatnya, akhinya wassalamu'alaikum wr. wb.

KETUA RAPAT:

Terima kasih,

Demikian laporan singkat hasil pembahasan dan akhirnya sudah kita peroleh naskah yang lengkap mulai awal sampai akhir.

Bapak, ibu, dan saudara sekalian yang saya hormati.

Akhirnya saya tawarkan, apakah dibacakan dulu apa langsung pendapat akhir fraksi kalau. Saya usulkan dibacakan dulu baru tanggapan karena ini pembacaan itu termasuk rangkaian dari laporan panja tadi, oleh karena itu izinkan 3

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(4)

saya memberikan waktu karena jumlahnya banyak kita bagi supaya pahalanya merata begitu.

Untuk itu saya persilakan kepada Ibu Rukmini untuk membacakan RUU ini mulai dari halaman 1 sampai dengan halaman 6 yaitu Pasal 15, kemudian Bapak Lukman mulai halaman 6 yaitu Bab V sampai dengan halaman 9 sampai Lembaran Negara Repu_blik Indonesia kemudian Penjelasan Atas RUU sampai terakhir giliran Bapak Basri Bermanda .

Demikianlah saya berikan waktu kepada Ibu Rukmini sekaligus nanti barangkali ada ralatnya untuk disampaikan.

Terima kasih.

PEMBACAAN NASKAH RUU PENGELOLAAN ZAKAT

FABRI (NY. RUKMINI, S.IP):

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

NOMOR

TAHUN

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing;

b. bahwa penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu;

d. bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkarl;

e. bahwa berdasarkan hal-hal tersebut pada butir a, b, c, dan d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat.

RISA 10-9-99 4

(5)

Mengingat 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 49);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

3. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.

4. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat. 5. Agama adalah agama Islam.

6. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang agama.

5

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(6)

"' •

."

Pasal 2

· Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pasal 3

Pemerintah berkewajiban memberikan pelindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan amil zakat.

BABII

ASAS DAN TUJUAN

Pasal4

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 5 Pengelolaan zakat bertujuan:

1. meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama;

2. meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;

3. meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

BAB

III

ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT

Pasal 6

(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

(2) Pembentukan badan amil zakat:

a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

b. daerah provinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; ·

c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;

RISA 10-9-99 6

(7)

"'

"

d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

(3) Sadan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.

(4) Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.

(5) Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan unsur pelaksana.

Pasal 7

(1) Lembaga amil zakat dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah. (2) Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memenuhi persyaratan yang diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 8

Sadan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

Pasal 9

Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri.

BAB

IV

PENGUMPULAN ZAKAT

Pasal 11 (1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah: (2) Harta yang dikenai zakat adalah:

a. emas, perak, dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

7

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(8)

c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. hasil pertambangan;

e. hasil peternakan;

f. hasil pendapatan dan jasa; g. rikaz.

(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama.

Pasal 12

(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.

(2) Sadan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.

Pasal 13

Sadan amil zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah, • hibah, wasiat, waris, dan kafarat.

Pasal 14

(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri.

RISA 10-9-99 8

(9)

'

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN):

BABV

PENDAYAGUNAAN ZAKAT

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif. (3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri. Pasal 17

Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.

BAB VI

PENGAWASAN

Pasal 18

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukan oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5).

(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat.

( 4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 19

Sadan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada dewan perwakilan rakyat daerah sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 20

Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan lembaga amil zakat.

9

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(10)

BAB VII

SANKS!

Pasal 21

(1) Setiap pengelola zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, .· waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, dan Pasal 13 dalam undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas merupakan pelanggaran. (3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang

melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII

KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

Pasal22

Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan zakatnya dilakukan oleh unit pengumpul zakat pada perwakilan Republik Indonesia, yang selanjutnya diteruskan kepada Sadan Amil Zakat Nasional.

Pasal 23

Dalam menunjang pelaksanaan tugas badan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pemerintah wajib membantu biaya operasional badan amil zakat.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

(1) Semua peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan zakat masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan undang-undang ini.

(2) Selambat-lambatnya dua tahun sejak diundangkannya undang-undang ini, setiap organisasi pengelolaan zakat yang· telah ada wajib menyesuaikan menurut ketentuan undang-undang ini.

RISA 10-9-99 10

(11)

.

·

.

II

BABX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Undang-undang ini mula_i berlaku pada tanggal diundangkan .

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-undang ini dengan penempatannya dalam lembaran negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta Pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

MENTER! NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBUK INDONESIA

MULADI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

NO MOR

I.

FKP (H. BASRI BERMANDA):

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UMUM

NOMOR

TAHUN

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT

Memajukan kesejahteraan umum hierupakan salah satu tujuan nasional negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materiil dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

(12)

meningkatnya akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana melalui zakat.

Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

Agar menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat t~rutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban memberikan pelindungan, pembinaan,. dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perlu adanya undang-undang tentang pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan takwa dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastian hukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam · upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzakki dan mustahiq, baik perseorangan maupun badan hukum dan/atau badan usaha.

Untuk menjamin pengelolaan zakat sebagai amanah agama, dalam undang-undang ini ditentukan adanya unsur pertimbangan dan unsur pengawas yang terdiri atas ulama, kaum cendekia, masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap pengelola.

Dengan dibentuknya Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat, diharapkan dapat ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangka menyucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat derajat mustahiq, dan meningkatnya keprofesionalan pengelola zakat, yang semuanya untuk mendapatkan ridha Allah swt.

RISA 10-9-99 12

(13)

t

>•

It

. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Yang dimaksud dengan warga negara Indonesia adalah warga negara Indonesia yang berada atau yang menetap baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Yang dimaksud dengan mampu adalah mampu sesuai dengan ketentuan agama.

Pasal 3

Yang dimaksud dengan amil zakat adalah pengelola zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga.

Pasal4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pemerintah pusat membentuk badan amil zakat nasional yang berkedudukan di ibu kota negara.

Pemerintah daerah membentuk badan amil zakat daerah yang berkedudukan di ibu kota provinsi, kabupaten atau kota, dan kecamatan. Ayat (2) Huruf a . Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d

Badan amil zakat kecamatan dapat membentuk unit pengumpul zakat di desa atau di kelurahan.

13

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(14)

..

.

"'

.,.

Ayat(3) Cukup jelas Ayat (4)

Yang dimaksud dengan masyarakat ialah ulama, kaum cendekia, dan tokoh masyarakat setempat.

Yang dimaksud dengan memenuhi persyaratan tertentu, antara lain, memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi.

Ayat (5)

Pasal 7

Unsur pertimbangan dan unsur pengawas terdiri atas para ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, dan wakil pemerintah.

Unsur pelaksana terdiri atas unit administrasi, unit pengumpul, unit pendistribusi, dan unit lain sesuai dengan kebutuhan.

Untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat, dapat dibentuk unit pengumpul zakat sesuai dengan kebutuhan di instansi pemerintah dan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Ayat (1)

Lembaga amil zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas Pasal 8

Agar tugas pokok dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna, badan amil zakat perlu melakukan tugas lain, seperti penyuluhan dan pemantauan. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Ayat (1) RISA 10-9-99

Zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

14

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(15)

'

'

... • .. I

...

Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Ayat (2)

Cukup jelas Ayat(3)

Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya.

Kadar zakat adalah besarnya penghitungan atau persentase zakat yang harus dikeluarkan.

Waktu zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan qomariah, tahun qomariah, panen, atau pada saat menemukan rikaz.

Pasal 12 Ayat (1)

Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat harus bersikap proaktif melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi .

Ayat (2)

Pasal 13

Yang dimaksud dengan bekerja sama dengan bank dalam · pengumpulan zakat adalah memberikan kewenangan kepada bank berdasarkan persetujuan nasabah selaku muzakki untuk memungut zakat harta simpanan muzakki, yang kemudian diserahkan kepada badan amil zakat.

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan:

infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan, di luar zakat, untuk kemaslahatan umum;

shadaqah adalah harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim, di luar zakat, untuk kemaslahatan umum;

hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seorang atau oleh badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu hidup kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat;

wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat; pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat meningga/ dunia dan sesudah diselesaikan penguburannya dan pelunasan utang-utangnya, jika ada;

(16)

II

·.,

waris adalah harta tinggalan seorang yang beragama Islam, yang diserahkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

kafarat adalah denda wajib yang dibayar kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat oleh orang yang melanggar ketentuan agama. Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Pasal 15

Pengurangan zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak. Kesadaran membayar zakat dapat memacu kesadaran membayar pajak.

Cukup jelas Pasal 16

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Mustahiq delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil, yang di dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar, dan korban bencana alam.

Ayat (3)

Cukup jelas Pasal 17

Pendayagunaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat diutamakan untuk usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengadministrasian keuangannya dipisahkan dari peng- administrasian keuangan zakat.

RISA I 0-9-99 16

(17)

..

"

..

·.

Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat(3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20

Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk:

a. memperoleh informasi tentang pengelolaan zakat yang dikelola oleh badan amil zakat dan lembaga amil zakat;

b. menyampaikan saran dan pendapat kepada badan amil zakat dan lembaga amil zakat;

c. memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan zakat. Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) RJSA 10-9-99

Selama ini ketentuan tentang pengelolaan zakat diatur dengan keputusan dan instruksi menteri. Keputusan tersebut adalah Keputusan Sersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah diikuti dengan Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis Sadan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pembinaan Umum Sadan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.

(18)

1

-Ayat (2)

Cukup jelas Pasal 25

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

KETUA RAPAT :

Terima kasih, atas nama seluruh Anggota Dewan saya minta maaf kepada Pak Basri, karena ada fasal-fasal tadi.

Bapak dan Saudara-saudara sekalian.

Saya menyampaikan terima kasih atas nama pimpinan dan seluruh anggota yang naskahnya tadi dibacakan oleh Ibu Rukmini, Bapak Lukman, dan Bapak Basri.

Bapak dan Saudara sekalian yang saya hormati,

Naskah ini sudah melalui sisiran dari seluruh komponen mulai dari pemerintah, fraksi-fraksi dan yang terakhir oleh nm akhir dari seluruh komponen fraksi dan pemerintah dengan demikian seluruh substansi sudah disetujui oleh semua fraksi dan pemerintah. Namun didalam kenyataannya masih ada salah ketik maupun hal-hal yang bersifat teknis yang perlu kita betulkan, yang sudah diketahui oleh pimpinan yaitu pada halaman 4, "a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri Agama", "agama"nya ditinggalkan atau dihapus karena berlebihan kemudian yang tadi dibacakan oleh Ibu Rukmini dan sekaligus sudah diralat Pasal 11 ayat (1) zakat terdiri masih tertulis "dari" yang betul adalah "atas". Dengan demikian menurut pimpinan sudah betul tetapi kalau masih ada salah ketik di sana-sini saya mohon dapat dikoreksi, karena pada tanggal 14 September 1999 sebagaimana konvensi yang kita dibuat oleh DPR, di sana sudah tidak akan dibacakan lagi draft lengkap, sudah dipercayakan kepada Pansus atau Rapat Kerja. Jadi dengan demikian naskah ini titik komanya maupun teknis redaksional perlu dibetulkan tetapi yang mengenai substansi, saya ingin informasikan pemerintah maupun fraksi-fraksi di DPR sudah menyetujuinya.

Untuk itu saya persilakan terlebih dahulu kepada fraksi-fraksi kalau ternyata ada salah ketik ataupun salah tanda atau apapun saya berikan waktu Pak Umar Syihab.

FKP (PROF.DR. UMAR SYIHAB):

Terima kasih,

Sepanjang pengamatan kami bahwa apa yang telah dibetulkan oleh Pak ·.. Ketua tadi sudah sepenuhnya sesuai dengan keputusan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kemudian Pak Qomari Anwar, silakan 1 !

RISA 10-9-99 18

(19)

I

.

..

FPP (DRS. QOMARI ANWAR, MA) :

Terima kasih Pak,

Kami mencermati memang ini sebenarnya sudah cukup sesuai dengan yang tadi dibicarakan, hanya kalau nanti ini akan diputuskan seperti ini, ini sebagai catatan saja tetapi kalau masih memungkinkan, saya kira bisa juga. Pada bagian-bagian yang lain kami temukan ketika kita bicara tentang badan itu ada lembaga tetapi khusus Bab IV, pengumpulan zakat, tentang pengumpulan zakat Pasal 12. Di sana yang ada artinya yang berhak mengumpulkan, "pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat .... " tidak ada "lembaga" tidak tahu maksudnya itu kemudian ayat (2) badan amil zakat juga lembaganya tidak padahal ini bab tentang pengumpulan zakat sekali lagi ini kalau memang akan ditinggalkan tidak apa-apa saya cuma memberikan catatan dan itu akan berpengaruh juga pada penjelasan, penjelasan pasal itu.

Kemudian yang nomor 2, sekedar bertanya halaman 15, waktu zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas qomariah, tahun qomariah, panen, dan saat menemukan rikaz, sekedar tanya saja, apa yang dimaksud itu bukan masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan tahun qomariah, apa bukan begitu, ini sekedar tanya, terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Langsung saja ini saya berikan koment, yang saya ketahui yang tadi, atau mohon bantu yang lain yang duduk di Timus, Timcil dan lain sebagainya, yang mengenai badan dan lembaga itu memang demikian adanya kesepatakan fraksi-fraksi, kemudian yang mengenai haul tadi itu karena haul itu ada yang panen itu 3 atau 4 bulan panen, itu sudah melalui diskusi yang mendalam. Jadi tidak mesti mencapai 1 tahun 12 bulan qomariah itu tadi, tetapi ada yang mencapai saat tertentu cupuk 4 bulan sudah panen dia harus bayar, jadi itu sudah didiskusikan menurut qoidah fiqih itu katanya begitu. Saya sendiri tidak mendalami, itu yang jelas dan sudah memerlukan melalui diskusi yang mendalam di tahap-tahap.

Saya persilakan, barangkali ada, Ibu Muniroh

FPP (HJ. MUNIROH MUNIR, BA) :

Terima kasih, hanya klarifikasi yang tidak termasuk substansi, Pak. Mengenai penulisan, ketika dalam Timsin kemarin sore mengenai penulisan muzaki tidak menggunakan "double k" dan memang demikian cara penulisan di waktu Timcil, sehingga muzakki (double k) mustahiq tetapi ketika dibahas di Timsin itu katanya sudah di Indonesiakan, ternyata sekarang masih kembali penulisan double k dan pakai q. Apakah masalah ini hasil dari pembahasan terakhir yang saya absen .

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Benar yang ditanyakan oleh Ibu, jadi sudah ada perubahan dan disesuaikan semuanya. Demikian bapak dan Ibu sekalian masih ada, silakan Pak Lukman.

19

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(20)

..

.

..

.

..

FPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Ada dua hal yang ingin kami sampaikan penambahan redaksional saja tapi juga bisa menyangkut maknanya kalau tidak disempurnakan; Pertama, di halaman 6 ada Pasal 14 ayat (3) akhir kalimat "sesuai dengan peraturan yang berlaku" mungkin maksudnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebab kalau hanya peraturan saja, peraturan ini banyak sekali, tapi mungkin maksudny peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yang kedua, adalah halaman 15 diatas mengenai "waktu zakat dapat terdiri atas haul atau masa kepemilikan harta dan seterusnya ... sampai dan saat menemukan rikaz" kata "dan" disitu apa tidak sebaiknya diganti dengan "atau" karena kalau "dan" ini pengertiannya komulatif dan mungkin yang dimaksudkan adalah alternatif, sehingga "atau".

Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, masih bisa dikoreksi kalau saya salah, memang itu yang dimaksudkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, memang istilah itu sudah baku atau barangkali pemerintah punya pendapat lain, menurut saya peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi supaya ini lebih sempurna, jadi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian "dan" memang saya kira maksudnya bukan tambah, kemungkinan-kemungkinan alternatif, barangkali nanti ahli bahasa bisa memberikan komentar, saya minta pendapat dari pemerintah terlebih dahulu mengenai penambahan "peraturan perundang-undangan".

Saya persilakan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Jadi peraturan perundang-undangan yang betul.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, bagaimana bisa diterima ini, ralat atau insert ini kita terima, tidak ada keberatan. Setuju?

KRAPAT : SETUJUJI

Kemudian mengenai "dan" yang dibelakang tadi "dan rikaz" barangkali kita mgm sebelum kita memberikan komentar, saya minta ahli bahasa untuk barangkali menyampaikan ada maksud tertentu untuk penyusunan itu. Saya

persilakan. ,

PEMERINTAH/ AHLI BAHASA :

Saya hanya meluruskan apa yang tertulis, jadi kalau memang maksudnya pilihan butuh atau tetapi kalau komulatif pakai "dan" . Saya tidak tahu ini terpulang kepada ahli isi.

20

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(21)

KETUA RAPAT :

Jadi kalau ini bukan tambahan tapi memang pilihan "atau" tapi barangkali · ada pendapat lain yang terkait dengan ini usulnya Pak Lukman "dan" ini diusulkan

diganti "atau". Ada pendapat dari pemerintah.

PEMERINTAH : ·

Ini perlu dicermati "dan saat menemukan rikaz" saat menemukan rikaz Karena berbeda dengan panen.

KETUA RAPAT :

Saya persilakan pemerintah barangkali untuk "dan" apa "atau" yang paling, kalau menurut teman-teman yang ada disini yang benar "atau" begitu, tapi terserah barangkali ada pendapat-pendapat yang ada.

PEMERINTAH:

Atau pada saat, pada atau cukup saat.

KETUA RAPAT :

Ini Pak Menteri urun rembug yaitu ada "pada" . Ada komentar, Silakan Pak

Abdullah Hadi. ·

Ini kita setujui Pak, "pada saat menemukan rikaz" "dan"-nya berarti diganti "atau". Jadi jelasnya "atau" nya diterima lalu ditambah "pada". Setuju ?

ICRAPAT : SETUJUJI

Tadi masih ada dari Pak Abdullah Hadi, dipersilakan.

FABRI (ABDULLAH HADI) :

Memang apa yang dikatakan oleh Bapak tadi benar, bahwa kita sudah bekerja secara maksimal, walaupun demikian kita namanya manusia yang sifatnya tidak sepurna, pasti saja ada kesalahan disana-sini. Di dalam hal ini baru ada informasi yang masih bisa dimanfaatkan, bahwa dari Pansus Jaminan Fidusia disana Menteri Kehakiman telah memberikan penjelasan, bahwa apabila kita menyebut pasal harus dimulai dengan dalam pasal, bukan pada pasal. Dikaitkan dengan undang-undang kita ini ada yang masih pada dan dalam, saran kami nanti disesuaikan semua dalam. Ini pada halaman 4, halaman 6 dan 8; termasuk ayat. pada dalam. Ini penjelasan Menteri Kehakiman pada tanggal 6 September 1999 didepan Pansus Jaminan Fidusia.

Selanjutnya disini memang ada penulisan-penulisan, nanti perlu dibacakan •• kembali seperti Menteri ada yang pakai huruf besar dan ada yang kecil, sesudah

itu ada dan atau pakai garis miring atau tidak. Ini nanti kita koreksi lagi .

Selanjutnya kita juga konsistensi masalah unsur, unsur pertimbangan, unsur pengawas, unsur pelaksana ini kan ada yang terbalik-balik, nanti kita sesuaikan. Saya kira besar kecil, dan atau sudah jelas. Ini yang Pasal 12 kelupaaan, di Pasal 12 ini substansi tapi kelupaan, didalam rapat tadi sudah jelas

(22)

bahwa "pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dan lembaga amil zakat" ini ketinggalan menulisnya, nanti mohon ditambahkan nanti ini

Saya kira itu saja, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya akan memberikan sedikit yang saya tahu dan atau itu memang disengaja, yang ada dan/atau (garis miring) memang disengaja pada saat pembahasan, disesuaikan dengan aturan-aturan yang lain. Jadi itu mengenai adan atau tadi.

Kemudian menteri, ada yang pakai huruf besar ada yang pakai huruf kecil, memang disengaja dan sesuai dengan ketentuan bahasa, itu yang saya ikuti dan kebetulan saya mengikuti dari proses awal sampai ke tim akhir, jadi mendengarkan juga apa yang disampaikan.

Kalau mengenai "dalam dan pada" memang belum ada konvensi yang tetap waktu itu, dan sebenarnya kalau toh itu dilakukan seperti RUU yang lain juga terjadi, dengan demikian itu tidak merupakan hal yang prinsip karena ini baru merupakan pendapat dari salah seorang menteri, belum merupakan keputusan bersama antara pemerintah dan DPR, sebenarnya pemerintah sudah pernah mengajukan tentang tehnis pembuatan standar undang-undang tetapi karena ini tidak terlalu mendesak rupanya diserahkan kepada periode berikutnya. Jadi tidak salah seandainya kita tetap memakai "dalam atau pada" tetapi yang saya mohon menarik itu konsistensi terbaliknya antara unsur tadi, saya tadi sekilas agak ingat tetapi halaman berapa, kalau perlu kita rubah misalnya unsur pertimbangan, pengawas dan pelaksana. Ini bukan salah dalam arti prinsip tetapi biasanya kita menyusun berdasarkan urut-urutan. Jadi halaman 4 Pasal 6 ayat (5) Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pelaksana, dan unsur pengawas; begitu pak

Pak Umar, mohon pertimbangan

FKP(PROF.DR.H.UMARSHYHAB):

Memang kemarin sudah dibicarakan, bahwa yang tertinggi itu ditempatkan yang pertama unsur pertimbangan, baru unsur pengawas baru unsur pelaksana. Dan kemarin telah disepakati, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, ini kemarin sudah disepakati, jadi maaf ini rupa-rupanya sudah menjadi kesepakatan didalam pembicaraan. Saya persilakan barangkali masih ada tawaran, Ibu Rukmini saya persilakan.

FABRI ( RUKMINI, S.IP) :

Terima kasih Pimpinan, masih ada keliw9tan lagi yang belum disebutkan yaitu halaman 6 Pasal 14 ayat (3), ini berbunyi ayat (3) zakat yang telah dibayarkan kepada Badan Amil Zakat saya kira harus ditambahkan "atau" Lembaga Amil Zakat. Zakat yang telah dibayarkan kepada Sadan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat, karena tempat pembayaran itu ada dua, halaman 6 Pasal 14 ayat (3) baris pertama

RISA 10-9-99 22

(23)

.

KETUA RAPAT :

Zakat yang telah dibayarkan pada Badan Amil Zakat dikurangkan,

FABRI (RUKMINI, S.IP) :

Ada satu lagi Pak, halaman 7 bab IV Pengawasan Pasal 18 ayat (1) baris pertama, ayat (1) pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat, saya kira begitu. Jadi "atau" atau "dan", Lembaga Amil Zakatnya dicantumkan juga cffsini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, ketua memang walaupun mengikuti secara terus menerus tapi kadang-kadang ada keperluan juga, mungkin ada bapak-bapak yang bisa membantu, Pak Umar Syihab silakan.

FKP (PROF.DR.H. UMAR SYIHAB) :

Terima kasih Pak, jadi pembicaraan kita bahwa ini dipisahkan antara "badan amil zakat'' dan "lembaga amil zakat''. Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat sepenuhnya masyarakat, kemudian tidak dicantumkan seperti apa yang tadi dikemukakan oleh Pak Abdullah Hadi kemarin kita bicarakan dalam Tim Sinkronisasi kita coba untuk memisahkan ini semua sehingga kata-kata yang ada disini itu tidak disebutkan Lembaga Amil Zakat cukup adanya Badan Amil Zakat, karena kalau kita masukkan semua seperti kemarin yang dibahas cukup lama yaitu pada Pasal 13 Badan Amil Zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarah itu ada yang mengusulkan kemarin itu supaya Lembaga Amil Zakat juga tapi dijawab argumentasi kita supaya jangan kita terlalu Pemerintah terlalu jauh mencampuri urusan Lembaga Amil Zakat. Kalau kita tidak cantumkan disini bukan berarti dilarangan tapi kalau kita cantumkan disini berarti itu terlalu jauh Pemerintah mencampuri, karena itu kita inginkan supaya Lembaga Amil Zakat ini supaya bisa bertumbuh, berkembang apa adanya sambil ada yang dilakukan oleh Pemerintah. Jadi yang ada disini satu-satunya yang ada disini mungkin ada permasalahannya, yang kemarin justru saya usulkan tapi kemarin juga ditolak, saya beri contoh yaitu pada Pasal 9 dalam melaksanakan tugasnya Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat bertanggung jawab kepada Pemerintah sesuai dengan tingkatannya. Kematrin saya sudah mengusulkan supaya Lembaga Amil Zakat jangan bertanggung jawab kepada Pemerintah karena dia masyarakat, saya · inginkan supaya Lembaga Amil Zakat itu benar-benar murni diatur oleh masyarakat, mulai dari desa ada, ada desa imam-imam desa sudah mengumpulkan zakat harta, zakat fitrah, sama halnya juga dengan penggunaan, pemanfaatan infaq, shadaqah dan seterusnya 'itu untuk kepentingan yang produktif, Lembaga Amil Zakat tidak dicantumkan disitu karena kemungkinan mereka mendapatkan infaq, shadaqah bukan untuk produktif langsung untuk konsumtif bikin menara mesjid, sedangkan kalau Sadan Amil Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah tidak untuk produktif itu sebabnya kalau disini ada yang bertanya kenapa tidak dicantumkan Lembaga Amil Zakat karena itu. Jadi saya kira Pak apa yang ada disini semua sudah benar kecuali satu yang kemarin saya masih

23

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(24)

usulkan, tapi saya juga tidak mau cabut disini karena itu dianggap bahwa Lembaga Amil Zakat juga harus bertanggung jawab kepada Pemerintah, kalau saya secara pribadi bahwa kepada Lembaga Amil Zakat harus bertanggung jawab kepada Pemerintah disini ada Pasal 9.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :·

Terima kasih, jadi disini begini ada sebenarnya tinggal dua hal saja Pak saya minta kesepakatan, pertama yang menyangkut pajak tadi yang disampaikan oleh Ibu Rukmini dari FABRI yaitu Pasal 14 ayat (3), ini memang menurut saya ada kekhilafan untuk tidak atau belum dimasukkan yaitu zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat, mestinya atau lembaga amil zakat itu dikurangkan misalnya saya menyerahkan zakat saya ke BAZ itu sudah dikurangkan, kemudian kalau saya menyerahkan ke lembaga juga bisa dikurangkan. Itu saya kira masuk akal karena kedua-duanya juga sama menerima zakat begitu, kalau itu saya kira benar tetapi yang saya kira memerlukan masalah pengawasan tadi Profesor Umar Syihab mengatakan lembaga amil zakat sebaiknya dikeluarkan dari Pasal 9. Saya kira saya minta persetujuan dahulu Pasal 14 ayat (3) bagaimana kalau ditambah "lembaga amil zakat" ini untuk keadilan ini jangan sampai kalau menyerahkan ke sana dipotong kalau menyerahkan ke sini tidak dipotong. Fraksi-fraksi setuju ?, kemudian Pemerintah Pak saya minta pendapat Pasal 14 ayat (3).

PEMERINTAH:

Bisa, bisa Pak,

KETUA RAPAT:

Bisa Pak ya, atau lembaga amil zakat, bisa kita setujui ?, setuju?

KRAPAT : SETUJU)i

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Ibu Rukmini yang jeli melihat ini atas, kemudian saya masih juga tergelitik untuk yang disampaikan oleh Profesor Umar ini, jadi begini di sini Pasal 9 tertera bahwa yang bertanggung jawab kepada pemerintah itu badan amil zakat dan lembaga amil zakat. Ini ada yang usul bahwa lembaga amil zakatnya tadi dikeluarkan tetapi sudah satu-satu ini dikeluarkan dari sini dimasukkan tadi yang Pasal 14, saya minta ...

FKP (PROF.DR.H.UMAR SYIHAB) :

Interupsi Pak, saya kira tidak usah dibicarakan lagi karena kemarin argumentasi saya sudah saya kemukakan tetapi tidak diterima karena itu tetap saja ini.

Terima kasih.

RISA 10-9-99 24

(25)

KETUA RAPAT :

Karena Pak Umar sudah menerima ini dengan sepenuhnya, saya kira ini bisa kita setujui ? tidak ada masalah ya, terima kasih. ·

Bapak dan Saudara sekalian, saya mohon itu segera disempurnakan yang tadi yang Pasal 14 ayat (3) disempurnakan, Menteri Agama menteri saja, lalu pada Penjelasan tadi supaya dibetulkan, untuk itu barangkali Ibu dari Tim Bahasa akan menyampaikan tambahan, mohon untuk tidak dicarikan alternatif-alternatif Bu ya.

AHLI BAHASA :

Halaman 11, saya minta maaf mungkin saya tadi terlewati oleh saya kata "profesionalisme" di situ menurut hemat saya "keprofesionalan", bukan "profesionalisme"jadi meningkatnya profesionalan pengelola zakat. Lalu halaman 14 ayat (3) pada kata "kadar", kadar adalah zakat adalah besarnya penghitungan atau prosentasi apa, disitu tidak ada "X"-nya itu yang harus dikeluarkan mungkin zakat, sedangkan yang lain saya akan ikut langsung memperbaiki di komputer bersama Isnu.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, mengenai "profesionalisme" itu saya itu bukan substansi kalau memang ahli bahasa bilang "keprofesionalan" tapi kok lidah saya malah sukar, nanti mungkin biasa ya, ini bisa kita terima Bapak sekalian ya ?, kalau perubahan begini bisa ya, terima kasih. Kemudian ...

FPP (DRS.H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN) :

Interupsi Pimpinan, kalau sudah diputuskan mohon langsung dirubah di layar monitor supaya kita juga bisa mengikuti perubahan di layar sehingga kita tahu begitu.

KETUA RAPAT :

Ya terima kasih, Ibu bahasa kami mohon dekat dengan komputer supaya langsung memberikan saran begitu. Bapak dan Saudara sekalian, kemudian mengenai tadi kadar itu atau prosentase zakat, ada kata zakat ya Pak Dirjen, ya prosentasi zakat halaman 14 baris paling bawah nomor 2 prosentasi tambahan zakat, ini rupanya banyak yang jeli. Halaman 14 Penjelasan Pasal 11 ayat (3), maaf saya tidak kelihatan dari sini, jadi mohon yang di sana yang .. sudah betul, terima kasih disetujui Pak ya tambah zakat.

Bapak dan Saudara sekalian saya kira semua masalah sudah terbetulkan dan saya mohon barangkali kita segera masuki acara berikutnya, jadi kalau tidak ada interupsi kita masuki berikutnya yaitu

25

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(26)

I

I

I

KETUA RAPAT:

Jadi kalau tidak ada interupsi kita ingin memasuki berikutnya yaitu pendapat mini dari fraksi-fraksi, bisa kita lanjutkan bapak, ibu dan saudara sekalian

ICRAPAT : SETUJU)I Bapak, ibu, dan saudara sekalian,

Sekarang tibalah kepada pendapat akhir fraksi-fraksi saya persilakan pertama kali dari FPDI. Saya persilakan Pak.

FPDI (SAJID SOETJORO, B.Sc) : Terima kasih Saudara Ketua,

Yang terhormat Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Menteri Agama Republik Indonesia beserta Jajarannya, Yang terhormat Para hadirin sekalian.

Assalamu'alaikum Wr. Wb. MER DE KA!!!

Hari ini Jumat tanggal 10 September 1999, rapat-rapat dari tingkat I ketingkat selanjutnya terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat telah sampai pada suasana akhir Pembicaraan Tingkat III dan Insya Allah pada tanggal 14 September 1999 nanati masing-masing Fraksi sudah akan menyampaikan Pendapat Akhir dari Rancangan Undang-undang tersebut.

Ini semua bisa terlaksana, jelas karena adanya ridho Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Kuasa. Untuk itulah Fraksi Partai Demokrasi Indonesia terus dan wajib selalu mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah Yang Maha Agung, karena apa yang selama ini kita kerjakan bisa berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana dan harapan kita semua.

Sidang Dewan yang kami hormati, Para hadiri yang berbahagia.

Di dalam forum yang mulia ini, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia merasa ikut numpang kebahagiaan, sebab walau hanya dengan modal seadanya namun tetap bisa turut serta bersama-sama teman-teman Fraksi lain dan juga dengan Pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh yang terhormat Saudara Menteri Agama beserta Jajarannya) di dalam usaha melahirkan Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat.

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia sangat berterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman Fraksi lain, yang dengan penuh pengertian dan kesabaran tetap bisa menerima keikutsertaan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dalam membahas Rancangan Undang-undang ini, walau teman-teman Fraksi lain seluruhnya mengetahui secara persis kekurang mampuan Fraski Demokrasi

RISA 10-9-99 26

(27)

.

Indonesia dalam pembicaraan-pembicaraan perihal Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat yang telah berlangsung selama

2 (dua) bulan terakhir ini.

Sidang Dewan yang terhormat,

Yang terhormat Saudara Menteri Agama beserta Jajarannya, Para hadirin yang· berbahagia.

Fraksi PDI wajib pula menaruh hormat setinggi-tingginya atas kearifan Saudara Menteri Agama beserta Jajarannya, karena walaupun sering mendapatkan kritikan, koreksi dari para Anggota Dewan, ternyata tetap cukup memberikan pengertian yang dalam dan penuh aspiratif serta akomodatif, sehingga memeungkinkan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat sampai saat ini bisa berjalan mulus dan lancar.

Sikap arif dan bijaksana dari Pemerintah itulah antara lain yang membuat makin yakinnya Fraksi PDI, bahwa Insya Allah Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat akan segera lahir.

Fraksi PDI tetap meyakini sepenuhnya, bahwa pada akhirnya baik-buruknya dan bahkan berguna tidaknya nilai suatu Undang-undang didalam pelaksanaan adalah: sangat tergantung cukup tersedianya petugas-petugas yang profesional, penuh dedikasi dan idealisme yang tinggi, dan tidak kalah pentingnya adalah dimilikinya keimanan dan ketaqwaan yang meyakinkan dari petugas-petugas pengelolanya. Dalam masalah ini jelas menjadi porsi/kewenangan Pemerintah, sehingga segalanya terpulang kepada niat dan itikad baik dari Pemerintah itu sendiri.

Yang terhormat Pimpinan Sidang Dewan, Yang terhormat Para Anggota Dewan,

Yang terhormat Saudara Menteri Agama beserta Jajarannya, Para hadirin yang berbahagia.

Mengakhiri Pendapat Akhir Mini Fraksi PDI, maka pada kesempatan yang sebaik ini izinkanlah Fraksi PDI menyampaikan Pendapat Akhir perihal Rancangan Undang-undang Tentang Pengelolaan Zakat.

Setelah dengan seksama Fraksi PDI mengikuti acara-acara rapat pembahasannya, serta dengan sadar sedalam-dalamnya bahwa Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat ini telah ditunggu-tunggu keberadaannya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim, maka Fraksi PDI dapat menyetujui sepenuhnya terhadap Rancangan · Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat ini untuk dibicarakan dan dituntaskan penyelesaiannya ke tingkat selanjutnya yaitu Pembicaraan Tingkat IV. Semoga Allah Yang Maha Esa selalu meridhoi-Nya amin ya robbillalamin.

Kepada yang terhormat para Anggota Dewan dan Fraksi-fraksi yang ada, kami ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Kepada yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Fraksi PDI mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Begitu pula kepada ynag terhormat Saudara Menteri Agama Republik Indonesia beserta seluruh Jajarannya, dengan tutus kami ucapkan terima kasih, selamat dan berbahagia selalu.

27

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(28)

.

.

Yang terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah terima kasih kami yang setinggi-tingginya dari Fraksi PDI kepada segenap petugas Sekretariat Komisi VII yang dengan dedikasi tinggi, penuh kesadaran serta kelincahan di dalam membantu/mendampingi rapat-rapat Dewan selama ini, sehingga semuanya bisa berjalan mulus tanpa adanya hambatan yang berarti.

Terima kasih .

Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, jadi kita dengar dari FPDI telah menyampaikan persetujuannya, selanjutnya kepada juru bicara dari FPP, saya persilakan.

FPP (DRS.H. QOMARI ANWAR, MA) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Agama Republik Indonesia beserta jajarannya,

Yang terhormat segenap Anggota Dewan, Hadirin Sidang Dewan yang kami hormati.

Segenap puji bagi Allah yan selalu memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita sehingga pada hari ini kita telah memasuki pembicaraan tingkat III atas pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat setelah menempuh prosedur dan mekanisme pembahasan sesuai dengan Tata Tertib DPR-RI. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, beserta para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Sidang Dewan Yang Berbahagia;

Rancangan Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat yang disampaikan Pemerintah kepada DPR-RI pada tanggal 26 Juli 1999 telah mendapatkan tanggapan yang cukup luas tidak hanya oleh para Anggota Dewan, namun juga telah menimbulkan silang-pendapat di kalangan masyarakat pemerhati masalah zakat. Tanggapan itu, baik yang disampaikan oleh Organisai Keagamaan, LSM maupun perorangan dalam bentuk Daftar Inventarisasi Masalah (DIM), surat, maupun dengar-pendapat dengan FPP DPR-RI dengan sendirinya sangat membantu kita di dalam membahas dan menyempurnakan isi RUU ini.

Bagi kami, respons tersebut tidak lain bertujuan agar RUU ini dapat berhasil dan berdaya-guna sebagaimana yang juga kita inginkan bersama. Untuk itu Fraksi Persatuan Pembangunan DPR-RI menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat pemerhati zakat atas tanggapannya. Tanpa adanya kepedulian tersebut, maka keberadaan RUU ini akan terasa hambar dan tidak

maksimal. "

Pimpinan Sidang Yang Kami Hormati;

Diajukannya RUU ini tidak dapat dilepaskan dari pertimbangan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk beribadah menurut agamanya masing-masing. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan aturan hukum lewat Undang-Undang bagi upaya pemberdayaan pengelolaan zakat

RISA I 0-9-99 28

(29)

..

(termasuk di dalamnya infaq, shadaqah dan bentuk-bentuk pengeluaran harta lain yang dianjurkan oleh agama) baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat.

Upaya pengajuan RUU ini juga dilandasi alasan walaupun tata cara zakat telah diatur secara Syar'ie, namun pengelolaannya belum sepenuhnya detail diatur didalamnya sehingga masih banyak yang belum melakukannya. RUU ini diharapkan melengkapi kebutuhan itu. Dengan demikian pengelolaan zakat dapat lebih berhasil dan berdayaguna bagi upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dengan membantunya di dalam unit usaha yang produktif, terutama bagi golongan ekonomi lemah yang merupakan mayoritas rakyat kita.

Upaya ini harus segera dilakukan emnginat merekalah yang pada saat krisis ekonomi seperti saat ini, begitu merasakan dampaknya. Sehingga dana zakat, infaq, dan shadaqah yang cukup besar dan potensial, jika dikelola dengan baik akan membuahkan hasil bagi pemberdayaan hasil bagi golongan ekonomi lemah.

Pimpinan Sidang Yang Kami Hormati;

Setelah mencermati isi dan kandungan RUU ini, menurut kami, keberadaan RUU ini adalah sebuah konsekuensi logis dari pengelolaan zakat yang telah ada sejak lama di masyarakat (Muslim) maupun- yang telah dilakukan oleh Pemerintah lewat BAZIS. Untuk itu di dalam setiap isinya, RUU ini selayaknya dapat mengakomodasikan dan memberdayakan keberadaan lembaga-lembaga pengelola zakat yang telah ada di masyarakat, dan bukan justru mematikannya. Sedangkan keberadaan Pemerintah harus diarahkan pada upaya pengawasan, pembinaan, pelatihan, dan bantuan dana bagi pengelolaan zakat yang telah ada di masyarakat. Sehingga keberadaan Lembaga Amil Zakat yang dimasyarakat selain diakui eksistensinya, juga sekaligus dibina, diawasi, dilatih dan dibantu sehingga menjadi lembaga amil zakat yang profesional.

Dengan adanya berbagai lembaga amil zakat di masyarakat yang profesional, disamping Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah, muzakki

mempunyai banyak pilihan/alternatif untuk menyalurkan zakatnya. Dengan sendirinya, keberadaan lembaga amil zakat yang paling "kredibel-"lah yang akan menjadi pilihan masyarakat. Dengan kata lain akan terjadi kompetisi sehat untuk "fastabikul khoirat". Diharapkan pemerintah mampu mendorong terciptanya

suasana yang kondusif bagi terciptanya fastabikul khoirat yang sehat dan membawa berkah.

Sidang Dewan Yang berbahagia;

Kami melihat bahwa di dalam RUU ini perlu dijelaskan kedudukan badan usaha. Menurut kami, badan usaha terkena kewajiban membayar zakat apabila kepemilikan sahamnya semuanya dimilki oleh orang Muslim. Sebaliknya, tidak wajib zakat apabila badan yang sebagian sahamnya dimilki non-Muslim. Hal ini mengingat kewajiban zakat hanya berlaku bagi kalangan Muslim, dan tidak diwajibkan kepada non-Muslim. Kami mengucapkan terima kasih atas diterimanya usulan Fraksi kami untuk memasukkan Badan sebagai wajib zakat.

29

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(30)

Selain itu, kami berpendapat bahwa sudah seharusnya peran serta masyarakat di dalam pengelolaan zakat mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Mengingat masyarakat (muzakki maupun mustahiq) merupakan bagian dari tiga unsur pengelolaan zakat yang bersifat saling melengkapi. Ketiga unsur tesebut adalah: (1) pelaksana (amil), (2) Pemerintah, dan (3) masyarakat

(muzakki dan mustahiq). Keberadaan ketiga unsur ini sudah seharunya seimbang

di dalam RUU ini.

Menurut FPP, di dalam RUU tentang Pengelolaan Zakat ini lebih banyak membicarakan peran Pemerintah dan amil zakat beserta institusi yang terkait dengannya. Sedangkan peran serta masyarakat (muzakki dan mustahiq) kurang diakomodasikan dalam bentuk penjabaran ketentuan di dalamnya, kecuali hanya disebutkan disebutkan ketentuan wajib zakatnya.

Masalah ini disebabkan karena adanya kesan "bahwa setelah muzakki selesai menunaikan kewajibannya (yang diniatkan /illahi ta'ala), maka selesai pula tugas kewajiban dan haknya itu". Muzakki tidak tahu persis ke mana, bagaimana dan untuk apa harta zakatnya didistribusikan dan dimanfaatkan?! Akibat kesan tersebut, RUU ini tidak memuat hak muzakki dan mustahiq sebagaimana mestinya. Jika demikian adanya, akan terjadi seperti kewajiban membayar pajak, masyarakat tidak tahu persis ke mana, bagaimana dan dimanfaatkan untuk apa?! Menghadirkan hak muzakki dan mustahiq (masyarakat) dalam RUU tentang Pengelolaan Zakat tidak lain adalah untuk menjadikan RUU ini lebih transparan, berhasil dan berdayaguna bagi pengelolaan zakat yang profesional. Alhamdulillah usul Fraksi Persatuan Pembangunan tentang pemuatan hak-hak masyarakat (muzakki dan mustahiq) atau lainnya telah dapat diakomodir walau belum 100%.

Selanjutnya, pembinaan, pengawasan, dan pelatihan badan lembaga amil zakat adalah mutlak dilakukan, tidak hanya orang institusi yang terkait, namun juga masyarakat (si muzakk1), mengingat yang demikian itu akan meningkatkan manajemen pengelolaannya. Sehingga dengan keberadaan badan dan lembaga amil zakat yang profesional dan dapat dipertanggungjawabkan segi akuntabilitasnya akan memberikan perasaan aman bagi muzakki atas dana zakat yang telah disalurkannya.

Sidang Dewan Yang Terhormat;

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua fraksi yang telah mempertimbangkan dan mengakomodasikan usulan tersebut. Tidak lain, upaya ini agar RUU tentang Pengelolaan Zakat dapat berhasil dan berdaya guna · nantinya. Akhirnya, atas nama Fraksi Persatuan Pembangunan DPR-RI kami mengucapkan terima kasih kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi ABRI, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia, dan Pemerintah atas kerjasama yang baik dan sekaligus bersedia menerima beberapa usulan kami sebagai upaya penyempurnaan dan perbaikan Rancangan Undang-Undang ini.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Sekretariat Dewan, wartawan, dan semua pihak yang telah ikut terlibat dalam penyelesaian Undang-Undang ini, baik di dalam maupun di luar persidangan.

Semoga Rancanga Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat nantinya setelah disahkan menjadi Undang-Undang akan dapat dirasakan manfaatnya bagi

RISA 10-9-99 30

(31)

upaya pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat Indonesia. Tiada yang sempurna apa yang telah kita upayakan, namun semoga Allah Subhanahu wa ta'ala mencatat upaya kita sebagai amal shalih. Amiin

· Fraksi Persatuan Pembangunan mengajak mari kita resapi secara cermat :

/.tb-;J~~/~ /s~~9G

Artinya : Suatu perkara yang belum dapat diperoleh keseluruhannya, jangan sampai ditinggal/dibuang seluruhnya.

Wabillaittaufiq wa/ Hidayah, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, sebelum k.ita lanjut , saya mohon izin kepada sidang ini, saya lanjutkan karena menurut Tata Tertib jam 16.00, saya mohon untuk diselesaikan sampai selesai, Insya Allah tidak terlalu lama mungkin sekitar 30 menit atau 45 menit , setuju.

kRAPAT SETUJU~

Ini Pak Menteri, kalau tidak nanti di intrupsi, kita minta izin dari seluruhnya.

Bapak-bapak dan Saudara-saudara sekalian, tibalah pembicara yang ketiga, saya persilakan juru bicara dari FKP, saya persilakan.

FKP (ORA.HJ. CHAIRUN NISA, MA) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Pimpinan Komisi VII DPR-RI,

Yang terhormat Saudara Menteri Agama Republik Indonesia selaku Wakil Pemerintah,

Yang terhormat Para Anggota Komisi VII DPR-RI.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat allah SWT atas rahmat dan kerunia-Nya sehingga pada siang hari yang berbahagia ini kita dapat menghadiri pembahasan akhir RUU tentang Penglolaan Zakat.

Sejak awal, Fraksi Karya Pembangunan berpehdapat bahwa RUU tentang Pengelolaan Zakat sangat penting dan sudah lama dinantikan kehadirannya oleh masyarakat.

Untuk itu FKP memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah atas pengajuan RUU tentang Pengelolaan Zakat tersebut.

Dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini banyak usul tambahan dan perbaikan yang diajukan oleh fraksi-fraksi melalui Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) sekaligus mencerminkan kesungguhan Komisi VII atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ingin membahas dan menyempurnakan RUU tersebut. Dengan demikian RUU tentang Pengelolaan Zakat setelah pembicaraan Tingkat III merupakan karya bersama fraksi-fraksi

31

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK (misalkan: dalam LK berisikan permasalahan dan langkah-langkah pemecahan

Definisi 10: Diberikan ring R dan T himpunan bagian dari elemen-elemen regular di R yang tertutup terhadap perkalian, RT -1 disebut ring kuosien kanan dari R jika :.. Setiap

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) model TAI memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model Problem Solving berbantuan tutor

Maka dari itu sasaran untuk rancangan hunian yang lebih baik dalam konteks ini adalah komunitas yang tinggal di perumahan elit terpagari ketat akan diberikan

Jika gerakan partikel fluida tidak lagi sejajar, mulai saling bersilang satu sama lain sehingga terbentuk pusaran di dalam fluida, aliran yang seperti ini disebut dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang digunakan dalam bahasa Minangkabau oleh remaja antarkawan sebaya pada komunikasi

negara sekaligus kepala pemerintahan. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Namun, sistem pemerintahan yang ditetapkan oleh UUD 1945 belum dapat

Walaupun kontusio dan laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub temporal dan permukaan orbital dari lobus frontalis, memberikan tanda-tanda