• Tidak ada hasil yang ditemukan

Press, Michigan, 2009, p M. Ayoob, The Many Faces of Political Islam: Religion and Politics of the Muslim World, University of Michigan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Press, Michigan, 2009, p M. Ayoob, The Many Faces of Political Islam: Religion and Politics of the Muslim World, University of Michigan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

%$%, 3(1'$+8/8$1 /DWDU%HODNDQJ

Dalam skripsi ini, penulis akan mencari tahu alasan mengapa HAMMAS menyetujui Perjanjian Gaza 2014 dengan Fattah yang mengesahkan berdirinya Pemerintahan Persatuan Palestina walaupun hal ini bertentangan dengan ideologi HAMMAS dan juga keputusan-keputusan terdahulu HAMMAS dalam negosiasi pembentukan Pemerintahan Persatuan dengan Fatah. Hal-hal yang akan diperhitungkan dalam kajian skripsi ini adalah hal-hal yang terjadi antara tahun 2006 (semenjak dipisahnya pemerintahan di Palestina menjadi dua antara HAMMAS dengan Fatah) hingga 2014 (disahkannya Pemerintahan Persatuan dibawah Perjanjian Gaza 2014).

Sejak HAMMAS dibentuk pada tahun 1987, HAMMAS telah terus-menerus bersitegang dengan Fatah. Ketegangan ini terbukti dari konsistensi HAMMAS dalam mengambil sikap oposisi terhadap Fatah, baik dalam konteks ideologis (dimana HAMMAS ingin mendirikan Palestina yang berbasis Islam, sedangkan Fatah ingin mendirikan Palestina yang berbasis sekuler) maupun dalam konteks strategis (dimana HAMMAS melegitimasi penggunaan kekerasan dan tidak mengakui keberadaan Israel, sedangkan Fatah tidak melegitimasi penggunaan kekerasan dan bersedia mengakui keberadaan Israel).1 Namun, walaupun perbedaan dalam sikap kedua belah pihak jelas mencolok, selama bertahun-tahun, kedua gerakan pembebasan Palestina ini berhasil hidup berdampingan secara damai dan menghindari konflik terbuka. Keadaan damai antara HAMMAS dan Fatah ini berubah pada tahun 2006. Perang Sipil Palestina yang terjadi pada tahun 2006-2007 merupakan momentum penting dalam sejarah Palestina untuk menegaskan dan mengingatkan kembali masyarakat dunia akan adanya ketegangan yang tertahan antara kedua gerakan pembebasan Palestina yang terkemuka ini.2 Konflik ini bermula dari pengumuman hasil pemilu Palestina tahun 2006, di mana kemenangan HAMMAS dalam pemilu ini memicu protes dan kerusuhan dari pendukung Fatah yang kemudian bereskalasi saat kerusuhan ini didukung oleh Fatah sendiri.

1

M. Ayoob, The Many Faces of Political Islam: Religion and Politics of the Muslim World, University of Michigan

Press, Michigan, 2009, p. 117 2

(2)

2 Kelanjutan dari protes ini adalah penolakan Fatah untuk menyerahkan kekuasaan di Otoritas Palestina kepada HAMMAS, tindakan yang memicu aksi protes dari pendukung HAMMAS yang kemudian bentrok dengan unjuk rasa pendukung Fatah. Bermula dari keengganan Fatah untuk menyerahkan wewenangnya terhadap HAMMAS, konflik ini bersekalasi selama berbulan-bulan dan termanifestasi dalam baku tembak antara sayap militan dari kedua belah pihak, upaya pembunuhan terhadap pemimpin Fatah, kematian dan tercederanya sekitar 800 warga sipil Palestina,3 okupasi kantor-kantor pemerintahan Fatah di Gaza oleh HAMMAS, dan pada akhirnya, pemisahan wewenang kekuasaan wilayah antara HAMMAS dan Fatah. Berlangsung sejak Mei 2006, perang sipil HAMMAS-Fatah berakhir di bulan Juli 2007, setelah kedua belah pihak menyetujui pemisahan kekuasaan, memberikan HAMMAS wewenang atas Jalur Gaza, dan Fatah atas West Bank.

Sejak perang sipil 2006-2007, HAMMAS belum mampu untuk sepenuhnya berdamai dengan Fatah dan bergabung untuk mendirikan otoritas pemerintahan tunggal bagi tanah Palestina. Semua upaya penyatuan gagal menghasilkan kemajuan nyata; Perjanjian Sana’a pada

tahun 2008 gagal dilaksanakan karena HAMMAS memboikot negosiasi tersebut sebagai respon dari penahanan anggota mereka oleh Fatah;4 Perjanjian Kairo pada tahun 2010 terhenti karena

“kondisi yang tidak memadai”;5 dan Perjanjian Doha serta Perjanjian Kairo pada tahun 2012 yang diperkirakan akan berhasil bahkan gagal untuk menghasilkan rancangan rekonsiliasi yang dapat diimplementasikan.6 Namun, setelah berbulan-bulan bernegosiasi, pada tanggal 29 April 2014, HAMMAS dan Fatah mengumumkan rencana pembentukan pemerintah persatuan yang bertujuan untuk melaksanakan pemilu dan juga membentuk konstitusi tunggal dalam kurun waktu satu tahun.7 Lima minggu kemudian, pada tanggal 2 Juni 2014, telah dibentuk kabinet menteri dari pemerintahan persatuan HAMMAS-Fatah yang akan dipimpin oleh perdana menteri

3

J. Schanzer, 2008, ibid, p. 108 4

M. Sudam, “Fatah and Hammas sign reconciliation deal”, Reuters, 23 Maret 2008,

<http://uk.reuters.com/article/2008/03/23/uk-palestinians-yemen-deal-idUKL23831120080323>, diakses pada 8 Desember 2015.

5

A. Issacharoff, “Egypt: Fatah-Hammas Deal Deffered Due to ‘Inappropriate Conditions’”, Haaretz, 17 Oktober 2009, <http://www.haaretz.com/news/egypt-fatah-Hammas-deal-deferred-due-to-inappropriate-conditions-1.5962>, diakses pada 8 Desember 2015

6

AFP, “In Gaza, power cuts and rumors hamper reconciliation”, Al Arabiya News, 1 April 2012, <http://english.alarabiya.net/articles/2012/04/01/204611.html>, diakses pada 8 Desember 2015. 7

N. Al-Mughrabi & N. Browning, “Hammas, Abbas’s PLO announce reconciliation agreement,” Reuters, 23 April

2014,

(3)

3 Rami Hamdallah. Pada hari itu juga, pemerintahan ini dilantik di depan Mahmoud Abbas dan juga perwakilan dari HAMMAS.8

Perjanjian ini merupakan perjanjian yang signifikan bagi kedua belah pihak, khususnya bagi HAMMAS, jika dibandingkan dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya, dikarenakan oleh dua hal. Hal pertama ialah fakta bahwa HAMMAS dan Fatah berhasil bersama-sama menyepakati sebuah struktur pemerintahan dan memberikan struktur pemerintahan ini wewenang untuk menjalankan fungsinya. Kesepakatan ini menunjukkan keseriusan HAMMAS terhadap perjanjian ini tak hanya karena sebelumnya perjanjian antara HAMMAS dan Fatah tidak pernah memasuki tahap implementasi, namun juga karena perjanjian antara HAMMAS dan Fatah sebelumnya tidak pernah mengizinkan pihak lain memengaruhi proses pembuatan kebijakan dan keadaan wilayahnya.

Hal kedua yang membuktikan terdapatnya perbedaan komitmen yang signifikan dari kedua belah pihak dalam Perjanjian Gaza tahun 2014 adalah fakta bahwa HAMMAS dan Fatah sama-sama menyetujui tiga sikap fundamental sebagai basis politik Pemerintahan Kesatuan ini; (1) pemerintah persatuan akan terus mengakui dan menghargai keberadaan legal dari Israel, (2) pemerintah persatuan akan menolak semua bentuk dan tindak kekerasan, dan (3) pemerintah persatuan akan mematuhi segala perjanjian yang telah disetujui antara Otoritas Palestina dan Israel.9 Disetujuinya ketiga prinsip dasar ini sebagai arahan politik pemerintah persatuan HAMMAS-Fatah menunjukkan seberapa jauh kedua belah pihak bersedia untuk berkompromi, namun lebih spesifiknya, disetujuinya ketiga prinsip ini menunjukkan seberapa jauh HAMMAS bersedia untuk berkompromi bagi perjanjian ini, karena sesungguhnya ketiga poin ini merupakan prinsip yang telah lama ditentang dan ditolak oleh HAMMAS.

Sebagai konsesi Fatah, telah dijanjikan bahwa salah satu fungsi dan peran utama dari Pemerintahan Kesatuan ini adalah untuk membangun Jalur Gaza. Sesuai yang dinyatakan oleh Rami Hamdallah, “[Pemerintah Kesatuan] merupakan pemerintah dari semua warga Palestina…

oleh karena itu saya mengajak semua faksi untuk mendukung pembangunan dan mengembalikan kehidupan normal di Jalur Gaza”. Hal ini, dijelaskan secara lebih detail oleh Hamdallah, akan

8

Reuters, “Palestinian unity government sworn in”, The Telegraph, 2 Juni 2014,

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/middleeast/palestinianauthority/10869693/Palestinian-unity-government-sworn-in.html>, diakses pada 17 November 2015

9

M. Beck, “HAMMAS, Israel, and the July Gaza War 2014,” Centre for Contemporary Middle East Studies, July 2014, p. 4

(4)

4 dilaksanakan dengan berbagai cara, termasuk (1) membayar gaji dari pejabat publik di Gaza, (2) mendanai pelayanan publik di Gaza , (3) memberikan bantuan humaniter di area pesisir Gaza, (4) dan mengumpulkan lebih dari $4 milyar USD dalam bentuk bantuan finansial untuk membangun ulang infrastruktur Gaza.10

Konsesi dan komitmen yang signifikan inilah yang menyebabkan Perjanjian Gaza tahun 2014 menjadi perjanjian yang menonjol dan berbeda dari perjanjian-perjanjian rekonsiliasi antara HAMMAS dan Fatah yang telah diupayakan sebelumnya, dan oleh karenanya menjadi perjanjian HAMMAS-Fatah yang penting dan menarik bagi penulis untuk dijadikan topik utama dalam skripsi ini.

5XPXVDQ0DVDODK

Dalam meneliti Perjanjian Rekonsiliasi HAMMAS-Fatah tahun 2014, skripsi ini akan

mengajukan pertanyaan “mengapa HAMMAS bersedia berdamai dan bekerja sama dengan Fatah

dalam pemerintahan persatuan yang diciptakan melalui Perjanjian Gaza tahun 2014?”

/DQGDVDQ.RQVHSWXDO

.ODULILNDVL,GHRORJL+$00$6

Sesuai yang ditulis dalam AD/ART HAMMAS Tahun 1988, semua upaya dan strategi HAMAS untuk membebaskan Palestina merujuk kepada 4 prinsip dasar.11(1) Dalam pasal 1 dan 6 tertulis bahwa HAMMAS merupakan sebuah gerakan kemerdekaan nasional yang berbasis Islam, yang tujuannya adalah untuk mendirikan negara merdeka Palestina yang berbasis Islam dengan cara-cara yang diperbolehkan dan diperoleh dari ajaran-ajaran Islam. (2) Dalam pasal 11tertulis bahwa HAMAS merupakan gerakan kemerdekaan nasional yang membenarkan dan akan menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. (3) Dalam pasal 34 tertulis bahwa HAMMAS percaya bahwa tanah Palestina sepenuhnya merupakan hak dari bangsa Palestina dan masyarakat Muslim dan, oleh karenanya, mengakui kepemilikan Israel atas tanah

10

WAFA,Prime Minister Condemns Israeli Calls to Boycott, Impose Sanctions on New Unity Government, 3 Juni

2014, <http://english.wafa.ps/index.php?action=detail&id=25387>, diakses pada 19 April 2016

11

(5)

5 tersebut, dan juga mengakui eksistensi Israel, merupakan sebuah dosa. (4) Dalam pasal 13 tertulis bahwa HAMAS akan menolak segala upaya negosiasi dan resolusi konflik dengan pihak lain perihal prinsip-prinsip yang dijunjungnya.

3HQJDUXK'XNXQJDQ7HUKDGDS*HUDNDQ3ROLWLN,VODP

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Mohammed Ayoob dalam berbagai karya

tulisnya, Islam Politik merupakan “instrumentalisasi Islam oleh gerakan-gerakan politik (baik

individu, kelompok, maupun organisasi) yang mengejar tujuan politik”.12Instrumentalisasi Islam

ini dilakukan dengan “menyesuaikan dan menciptakan kembali konsep-konsep Islam, yang dipinjam dari tradisi-tradisi Islam, dan menggunakan konsep-konsep tersebut sebagai dasar dari respon dan solusi politik gerakan-gerakan ini terhadap tantangan sosial kontemporer yang

dihadapi oleh masyarakat Muslim saat ini”.13Konsep dasar yang perlu dipahami mengenai Islam Politik adalah bahwa, bertentangan dengan penggambaran Barat yang sangat mendominasi, Islam Politik bukanlah sebuah konsep yang monolitik. Islam Politik mencakup spektrum yang

luas mengenai pemahaman mereka akan peran Islam dalam politik; “ada mereka yang hanya

ingin melihat Islam diberikan pengakuan yang sesuai dan semestinya di kehidupan publik nasional, sedangkan juga ada mereka yang ingin melihat transformasi radikal dari masyarakat

dan politik nasional secara penuh menjadi sebuah teokrasi Islam.”14Islam Politik juga mencakup spektrum yang luas mengenai sasaran perubahan; ada gerakan yang, seperti Hizbullah, memfokuskan aktivitasnya untuk mencapai perubahan dalam tingkat nasional, sedangkan ada juga gerakan yang, seperti Al-Qaeda, memperluas sasaran perubahannya untuk menciptakan perubahan dalam tingkat transnasional. Namun tidak hanya dalam perihal tujuan dan sasaran perubahan, Islam Politik juga memiliki spektrum yang luas mengenai metode-metode yang harus digunakan untuk mencapai tujuan dan perubahan pada sasaran tersebut; ada gerakan yang, seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, fokus hanya pada pemberian pelayanan sosial seperti pendidikan dan makanan untuk mendapatkan dukungan politik, sedangkan ada pula gerakan yang, seperti HAMMAS di Palestina, menggunakan taktik militan dan kekerasan untuk mendapatkannya.

12

M. Ayoob, “The Future of Political Islam: The Importance of External Variables”, International Affairs (Royal Institute of International Affairs 1944-), Vol. 81, No. 5, October 2005, p. 952

13

M. Ayoob, 2009, ibid, p.2

14

(6)

6 Penyebab utama dari keberagaman Islam Politik ini terletak pada kenyataan bahwa cara Islam disesuaikan dan diciptakan kembali menjadi sebuah solusi dari permasalahan politik dan sosial kontemporer masyarakat oleh gerakan politik Islam sangatlah tergantung dari struktur dukungan di mana gerakan tersebut beroperasi.15 Struktur dukungan yang berbeda akan menciptakan penyesuaian dan penciptaan ulang interpretasi Islam yang berbeda. Sebagaimana praktek ajaran Islam di seluruh dunia berbeda, tergantung oleh karakteristik sosioekonomi masyarakatnya, kultur, sistem politiknya, dan arah perkembangan intelektualnya, manifestasi politik dari Islam juga berbeda-beda di berbagai belahan dunia. Sesuai apa yang ditulis oleh

Oliver Roy, “merupakan hal yang secara intelektual tidak bijak dan menurut sejarah salah untuk membahas hubungan antara Islam dan politik seolah-olah hanya terdapat satu identitas Islam,

yang abadi dan kekal.”16 Menurut Ayoob, konteks yang telah dibahas ini, pada khususnya, mendifinisikan dua identitas utama dari masing-masing ideologi Islam Politik; sasaran perubahan dan metode perubahannya.

Dalam skripsi ini, yang paling penting untuk dipahami adalah bagaimana dukungan memengaruhi keragaman metode yang dipakai oleh para gerakan politik Islam. Hal ini telah secara panjang-lebar dijelaskan oleh Ayoob melalui pemaparan berbagai contoh strategi gerakan politik Islam. Sesuai yang ditulis oleh Ayoob, metode damai dan pertisipatif yang digunakan oleh AKP di Turkey tak akan mungkin bisa dikembangkan, apalagi diimplementasikan, oleh HAMMAS di Palestina, sama seperti metode reformis dan revolusioner yang digunakan oleh Ayatollah di Iran tidak dapat dikembangkan, apalagi diimplementasikan, oleh FIS di Algeria. Walaupun Ayoob sendiri tidak pernah secara eksplisit mencantumkan dukungan apa yang menyebabkan sebuah gerakan politik Islam memilih metode tertentu, namun satu hal dapat disimpulkan; salah satu faktor utama yang mempengaruhi metode yang digunakan oleh suatu gerakan politik adalah ada tidaknya pihak luar yang mengsponsori dan memberikan insentif serta keleluasaan bagi suatu gerakan untuk melakukan kekerasan. Hal inilah yang terjadi di Pakistan, di mana perubahan Taliban menjadi gerakan yang mendukung kekerasan dan ekstrimisme sebagian besar dikarenakan kerjasama dengan militer, terutama Inter-Service Intelligence, di

15

M. Ayoob, 2009, ibid, p. 15

16

(7)

7 mana yang mendorong Taliban untuk melakukan kekerasan sebagai serangkaian kebijakan militer untuk melepaskan terror Islam di salah satu wilayah Kashmir yang dikelola India.17

Martha Crenshaw menjelaskan, bahwa dukungan yang dimaksud disini adalah ada tidaknya stimuli dari pihak eksternal.18 Stimuli eksternal yang diperhitungkan oleh Gerakan Politik Islam adalah manfaat atau nilai yang akan didapatkan, konsekuensi yang akan tanggung, dan ada tidaknya kesempatan untuk melaksanakan aksi tersebut.19 Kesempatan-kesempatan yang dimaksud bisa datang dalam berbagai bentuk seperti tingkat kerentanan target, adanya dukungan dan pendanaan dari pihak eksternal untuk melakukan aksi kekerasan, dan juga kemungkinan retaliasi lawan.20 Sebuah gerakan mungkin tidak akan memanifestasikan ideologinya menjadi aksi kekerasan jika tidak ada dorongan dan kesempatan bagi dia untuk melakukan itu, atau jika konsekuensi dari itu terlalu besar bagi gerakan tersebut. Hal ini dikarenakan Gerakan Politik Islam, sama seperti gerakan politik lainnya beroperasi sebagai satu unit untuk mencapai sebuah tujuan jangka panjang yang lebih penting dari strategi jangka pendek. Dapat disimpulkan bahwa Gerakan Politik Islam merupakan gerakan pragmatis yang akan menggunakan langkah-langkah kekerasan jika mereka memiliki peluang dan akan mendapatkan manfaat.21

Dalam skripsi ini, konsep ini menjadi penting dalam menjelaskan mengapa HAMMAS mengubah mengubah ideologi dan strateginya dalam menghadapi permusuhannya dengan Fatah. Bahwa HAMMAS sebagai gerakan politik Islam akan merespon secara pragmatis terhadap manfaat dan konsekuensi dirinya memakai kekerasan sebagai metode mendapatkan keinginannya. Dengan menggunakan konsep responsifnya sebuah gerakan politik Islam terhadap manfaat dan konsekuensi ini sebagai kerangka dan teori dasar untuk mengkaji fenomena ini, penulis akan kemudian menganalisis bagaimana dukungan yang berubah mengubah mengubah pula konsekuensi dan manfaat yang didapatkan HAMMAS dalam menggunakan kekerasan sebagai salah satu strategi dan metodenya menghadapi Fatah.

$5*80(17$6,87$0$

17

M. Ayoob, 2009, ibid, p. 86

18

M. Crenshaw, “Theories of Terrorism: Instrumental and Organizational Approaches”, dalam D. C. Rapoport,

Inside Terrorist Organizations, Columbia University Press, New York, 1988, p. 13 19 M. Crenshaw, 1988, ibid, p. 14 20 M. Crenshaw, 1988, ibid. 21 M. Crenshaw, 1988, ibid.

(8)

8 Sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Mohammed Ayoob, hal yang paling memengaruhi perubahan metode yang digunakan oleh suatu gerakan politik Islam adalah kalkulasi apakah dukungan di mana gerakan tersebut beroperasi akan mendukung dan kondusif baginya untuk menggunakan kekerasan. Alasan HAMMAS bersedia berdamai dan bekerja dengan Fatah dalam pemerintahan persatuan yang dibentuk dalam Perjanjian Gaza tahun 2014 adalah karena terdapat perubahan dukungan yang awalnya mendukung bagi HAMMAS untuk menggunakan kekerasan menjadi tidak mendukung HAMMAS. Perubahan ini terjadi pada 3 struktur dukungan; (1) Dukungan militer dan finansial dari Iran yang berhenti semenjak HAMMAS terlibat dalam perang Syria tahun 2011, (2) Terowongan-terowongan Rafah Mesir-Gaza yang dihancurkan oleh Mesir semenjak naiknya Presiden El-Sisi, dan (3) Pengeboman Israel yang terus-menerus melemahkan HAMMAS dari Israel. Berakhirnya dukungan-dukungan ini mengharuskan HAMMAS untuk menemukan sumber dukungan ekonomi dan legitimasi politik baru untuk dapat bertahan hidup dan, di waktu yang bersamaan, juga mengharuskan HAMMAS untuk mengubah ideologi dan strateginya, dengan menyetujui Perjanjian Gaza 2014 dengan Fatah untuk mendirikan pemerintahan persatuan.

0(72'2/2*,

Penulis akan mengambil data kualitatif, melalui studi literatur dan riset online. Sumber literatur yang digunakan ialah jurnal, buku, artikel majalah dan koran, dan teks konstitusi serta teks pidato HAMMAS mengenai persetujuan mereka terhadap perjanjian rekonsiliasi Gaza tahun 2014. Riset daring akan menggunakan pencarian data pada situs resmi kantor pemerintahan, artikel daring, koran digital, dan situs resmi lembaga-lembaga pendidikan dan independen yang melakukan riset terhadap proses rekonsiliasi Gaza HAMMAS dan Fatah tahun 2014. Data yang diambil ialah data sekunder yang sudah diolah oleh lembaga riset ataupun instansi terkait. Data-data ini termasuk Data-data kejadian kronologis dari masing-masing perubahan konteks (dihentikannya dukungan oleh Iran, ditutupnya terowongan Rafah, dan gempuran-gempuran dari Israel) dan juga kutipan-kutipan aktor terkait yang menjelaskan mengapa konteks mereka melakukan suatu tindakan. Setelah data terkumpul, penulis akan menggunakan data tersebut untuk menjelaskan analisis melalui narasi mengapa perubahan konteks tersebut terjadi dan mengapa sperubahan konteks tersebut signifikan sehingga mendorong HAMMAS untuk menyetujui Perjanjian Gaza 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Pada PT.Sasana Caraka Mekarjaya ini pengolahan datanya masih bersifat manual, oleh karena itu diusulkan aplikasi ini untuk mengolah data yang sudah ada dengan menggunakan

Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan tugas dari Soal-soal Bab 4 dari buku teks kepada mahasiswa dan dikumpulkan satu minggu setelah pertemuan. Steel Structures Design

Kelompok Kerja Pengadaan Barang dan Jasa ULP pada Satker Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Bone Bolango akan melaksanakan Pemilihan Sederhana dengan

asalnya atau Negara yang mewakili kepentingan Negara tersebut, harus diberitahukan dengan segera mengenai penangkapan atau penahanan tersebut

• Pada garis 10 cantumkan total jumlah Pajak Pendapatan Upah yang anda bayarkan pada DNPD selama tahun 2009. • Pada garis 20 cantumkan total jumlah Pajak Pendapatan Upah yang

Jika lulus test, apakah Ukhti siap untuk berkomitmen mengikuti kegiatan secara full serta mematuhi tata tertib yang berlaku?_____________________.. *Pakaian yang digunakan

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media buku elektronik sebagai media pembelajaran efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada kompetensi dasar Instalasi Komponen

Namun menurut Ibn Umus dalam Tarikh al-Qadha’ fi al-Islam, gaji tinggi yang diperoleh hakim masa itu ternyata bukan saja karena beban kerja mereka yang cukup berat, namun juga ternyata