• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja (Survey Pada Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja (Survey Pada Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung)"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

The Influence Of Organization Climate And Job Characteristic To Job Satisfaction (Survey At EmployeeIn PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen

Oleh:

Nur Rahma Ariesta

21210900

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

Telepon Tanggal Lahir Tempat Lahir Agama

Jenis Kelamin Status

Umur

Tinggi/Berat Badan Golongan Darah

No.96 Jl. Permata VII RT/RW 002/013 40971

: 087821117980 : 24 Maret 1990 : Bandung : Islam : Perempuan : BelumMenikah : 24Tahun : 167 cm/46 kg : O

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL

Institute Tempat Priode

TK SD

: TK Kuncup Harapan

: SDN Angkasa V Kabupaten Bandung

1995-1996 1996-2002

SMP : SMPN 3 Bandung 2002-2005

SMA : SMAN 8 Bandung 2005-2008

(5)

viii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

MOTTO ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

(6)

ix

1.5.2 Waktu Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15

2.1.1 Iklim Organisasi ... 15

2.1.1.1 Definisi Iklim Organisasi ... 15

2.1.1.2 Indikator Iklim Organisasi ... 17

2.1.1.3 Faktor Iklim Organisasi... 18

2.1.1.4 Sifat Iklim Organisasi ... 29

2.1.1.5 Peran Iklim Organisasi ... 20

2.1.2 Karakteristik Pekerjaan ... 21

2.1.2.1 Definisi Karakteristik Pekerjaan ... 21

2.1.2.2 Indikator Karakteristik Pekerjaan ... 22

2.1.2.3 Model Karakteristik Pekerjaan ... 23

2.1.3 Kepuasan Kerja ... 24

2.1.3.1 Definisi Kepuasan Kerja ... 24

2.1.3.2 Indikator Kepuasan Kerja ... 25

2.1.3.3 Teori Kepuasan Kerja ... 26

2.1.3.4 Faktor Kepuasan Kerja ... 27

2.1.3.5 Manfaat Kepuasan Kerja ... 28

(7)

x

Pekerjaan ... 34

2.2.2 Keterkaitan antara Iklim Organisasi dengan Kepuasan Pekerjaan ... 34

2.2.3 Keterkaitan antara Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja ... 35

2.2.4 Keterkaitan antara Iklim Organisasi, Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja ... 35

2.3 Hipotesis ... 38

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 39

3.2 Metode Penelitian ... 39

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode Yang Digunakan ... 39

3.2.2 Desain Penelitian ... 40

3.2.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 42

3.2.4 Jenis dan Sumber Data. ... 49

3.2.5 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 49

3.2.5.1 Sumber Data ... 49

3.2.5.2 Teknik Penentuan Data ... 50

3.2.6 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 53

(8)

xi

3.2.6.2.3 Uji MSI ... 61

3.2.7 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 63

3.2.7.1 Analisisi Deskriptif dan Verifikatif ... 63

3.2.7.2 Konversi Data... 68

3.2.7.3 Analisi Regresi Berganda ... 68

3.2.7.4 Uji Multikolinieritas ... 69

3.2.7.5 Uji Heterosdastisitas... 69

3.2.7.6 Pengujian Hipotesis ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 74

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 74

4.1.2 Struktur Organisasi ... 81

4.1.3 Deskripsi Pekerjaan ... 82

4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 88

4.2 Karakteristik Responden ... 91

4.2.1 Profil Responden ... 92

4.3 Analisis Deskriptif ... 95

4.3.1 Analisis Deskriptif Iklim Organisasi ... 95

4.3.2 Analisis Deskriptif Karakteristik Pekerjaan ... 115

(9)

xii

4.4.3 Pengujian Secara Simultan ... 148

4.4.4 Koefisien Determinasi ... 150

4.4.5 Pengujian Secara Parsial ... 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

160

Davis, Keith, & J.W. Newtrom,1995. Perilaku Dalam Organisasi. Jilid I. Edisi Ketujuh, Penerbit Erlangga.

Dyah Puspita Rini, Rusdarti, Suparjo, 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Vol. 1 No. 1, ISSN : 2337-6082.

Gibson.L.J.,Ivancevich.M.J.,and Donnelly.H.J. 1987. Organisasi dan Manajemen:Prilaku,Struktur,Proses. Alih Bahasa : Djoerban Wahid. Edisi keempat. Erlangga.Jakarta.

Hackman.R.J.,and Oldham.R.G.,1980. Work Redesign. Wesley Publishing Company,Inc.

Handoko, T. Hani.1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Edisi Kedua. BPFE. Ypgyakarta.

Luthans,Fred. 1995. Organizational Behavior.Sixth edition.McGraw-Hill International Edition.Management series.New york.

Litwin, George H, Robert A. Stringer.1996 Motivation and Organizational Culture. Noston: Division of Research Harvard University Graduate School of Business Administration.

(11)

Moh. Irsan Firmansyah, Raeni Dwisanty, 2010. Pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sukabumi. Jurnal Ilmiah Unikom, Vol. 6 No. 2.

Robbins,P.Stephen.2001. Perilaku Organisasi : Konsep,Kontroversi,dan Aplikasi.Alih bahasa Handayana Pujaatmika. Edisi Bahasa Indonesia. Prenhalindo. Jakarta.

Robbins.P.Stephen.2001. Organizational Behavior. Ninth Edition. Prentice-Hall International,Inc. New Jersey.

Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. , edisi ketiga. Cetakan kedua. Yogyakarta: Penerbitan STIE YKPN

Sutrisno, Edy,2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Prenada Media Group.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit CV Albeta,Bandung.

(12)

vi dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

Pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan Terhadap Kepuasan Kerja (Survey Pada Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop II Bandung)”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman

serta kemampuan penulis, untuk itu penulis memerlukan saran dan kritik yang

sifatnya membangun.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan

petunjuk sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasehatnya selama

penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, S.E., Spec.,Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Unikom.

3. Dr. Raeni Dwisanty, SE., M. Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Unikom dan dosen pembimbing penulis yang telah

(13)

vii

memberikan saran dan koreksi yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Bapak Rizki Zulfikar, SE., M. Si Selaku dosen penguji penulis yang telah

memberikan saran dan koreksi yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop II Bandung atas

kesediaannya mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh Staf Karyawan dan Dosen Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi Unikom.

9. Kedua orang tua, adik, kakak , keluarga dan para sahabat yang dengan penuh

kasih sayang serta do’a dan dukungannya telah memberikan motivasi kepada

penulis untuk menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan dan penulisan

skripsi ini, untuk itu perkenankanlah penulis memohon maaf apabila terdapat

hal-hal yang kurang berkenan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

sendiri dan semua pihak yang bersangkutan.

Bandung, Agustus 2014

Penulis

(14)

1 1.1. Latar Belakang Penelitian

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische

Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari

Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas

jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari. Dari saat itu sampai tahun 1943

pembangunan jalur kereta api di berbagai daerah dan pelosok negeri Indonesia

semakin diperluas dan diperbanyak.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus

1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA)

mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah

tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap

oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai

tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa

Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan

perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September

1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta

(15)

Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki karyawan sebanyak 26.658 orang untuk

menyelenggarakan pelayanan angkutan kereta api di Jawa dan Sumatera.

Perusahaan yang sebelumnya berada di bawah pengelolaan pemerintah,

sekarang sudah beralih menjadi BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Namun

citra karyawan yang sudah sangat melekat yaitu sebagai pegawai negeri, sehingga

yang menjadi permasalahan sumber daya manusia, terutama sumber daya manusia

dalam organisasi pemerintahan (pegawai pemerintah) di Indonesia sampai saat ini

masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan. Cerita tentang kurang

baiknya perilaku serta pekerjaan yang dilakukan pegawai pemerintah di Indonesia

sudah bukan merupakan hal yang baru bahkan telah melekat pada masyarakat

kita.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43/1999 tentang

pokok-pokok kepegawaian menjelaskan bahwa : “Pegawai negeri berkedudukan

sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan layanan kepada

masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan

tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan”.

Ketentuan bahwa pegawai negeri mempunyai kewajiban bertugas secara

profesional, jujur, adil dan merata pada kenyataannya masih belum terlaksana

dengan baik. Oleh sebab itu upaya untuk mendorong pemberdayaan pegawai

pemerintah semakin dirasakan urgensinya, guna memenuhi tuntutan dan

keinginan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa

(16)

Dalam PT. Kereta Api Indonesia (Persero) terbagi menjadi beberapa

bagian diantaranya DAOP II Bandung yang memiliki karyawan sebanyak 45

orang, yang kemudian terbagi lagi dalam beberapa divisi yaitu bagian sumber

daya manusia, bagian keuangan dan bagian dokumentasi atau arsip. Dimana untuk

menunjang kemajuan perusahaan terutama daerah operasional Bandung, harus

diperhatikan pemberdayaan karyawan. Salah satu faktor yang harus terpenuhi

dalam upaya pemberdayaan karyawan pada perusahaan adalah terpenuhinya

kepuasan kerja pegawai. Karena Marihot (2006:290) menyatakan bahwa kepuasan

kerja mempunyai elemen yang cukup penting dalam organisasi. Hal ini

disebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja seperti malas,

rajin, produktif dan lain-lain,.

Menurut Robbins (2003:78) yang mengemukakan bahwa:“Kepuasan kerja

adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukan perbedaan

antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini

seharusnya mereka terima”. Kepuasan kerja yang tinggi, dapat mempengaruhi

pegawai untuk bekerja dengan baik sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai.

Pada saat peneliti melakukan pengamatan di lingkungan kantor PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung, peneliti menemukan pemandangan

yang tidak sesuai dengan layaknya sebuah work group yang seharusnya aktif dalam menyelesaikan pekerjaan dengan cara kerja sama. Peneliti mendapatkan

susana yang sunyi, karena meskipun berada di dalam satu ruangan yang sama

karyawan sibuk dengan pekerjaan masing- masing. Sehingga terlihat individual

(17)

dilakukan terhadap Bapak Yudha Pratama yang bekerja di bagian Sumber Daya

Manusia, peneliti mendapatkan pernyataan bahwa karyawan merasa jabatan yang

didapatkan karyawan belum sesuai dengan prestasi yang mereka miliki, karena

pergantian dalam menduduki suatu jabatan dipengaruhi oleh lama kerja seorang

karyawan pada perusahaan. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan

dimana melibatkan 30 orang karyawan terdapat indikasi sebagai berikut 21 dari

30 orang karyawan merasa belum diberi kesempatan yang sama dalam menduduki

suatu jabatan, karena menurut informasi yang didapat peneliti dari assistant manager divisi Sumber Daya Manusia Bapak Rahmat, kuota untuk suatu jabatan terbatas dan harus menunggu jabatan tersebut mengalami kekosongan baik karena

masa kerja karyawan sebelumnya, maupun karena penurunan atau pencabutan

jabatan dari karyawan terdahulu. Hal ini menunjukan bahwa adanya karyawan

yang tidak merasakan kepuasan pada pekerjaannya, dan terlihat menonjol pada

pada dimensi Promotion saat ini sebesar 70% . Sehingga berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan dimana melibatkan 30 orang karyawan yang ada,

terdapat indikasi berupa kepuasan kerja yang menurut para karyawan masih

(18)

Tabel 1.1

Kuisioner Pra Survey Variabel Kepuasan Kerja

No Pernyataan Jawaban

S TS terlaksanya pekerjaan dengan baik.

15/30 x 100% = 50%

15/30 x 100% = 50% Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (Persero), 2014

Dalam mencapai kepuasan kerja banyak faktor yang mempengaruhinya,

Edy Sutrisno (2010:80) menyimpulkan bahwa salah satu dari faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor fisik, merupakan faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputu jenis pekerjaan, pengaturan

waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja dan sebagainya. Dimana

disebutkan kondisi dan jenis pekerjaan itu sendiri dapat mempengaruhi kepuasan

kerja seorang karyawan.

Apabila dalam pekerjaanya seseorang mempunyai otonomi untuk

bertindak, terdapat variasi, memberikan sumbangan penting dalam keberhasilan

organisasi dan karyawan memperoleh umpan balik tentang hasil pekerjaan yang

dilakukannya, maka orang tersebut akan memperoleh kepuasan dari pekerjaannya.

Sebaliknya pekerjaan dengan aktivitas yang sama, sederhana dan berulang-ulang

(19)

melaksanakannya. Sehingga jenis pekerjaan itu sendiri mendukung kepuasan

kerja karyawan.

Jenis atau rancangan pekerjaan lebih dikenal sebagai karakteristik

pekerjaan.Menurut Robbins (2001:446) model karakteristik pekerjaan berupaya

mengidentifikasi pekerjaan, bagaimana karakteristik itu digabung untuk

membentuk pekerjaan yang berbeda, dan hubungan dari karakteristik tersebut

dengan motivasi, kepuasan, dan kinerja karyawan.

Dalam mendapatkan karakteristik kerja yang sesuai bukan hal mudah.

Menurut Wahyudi Kumorotomo (2001:131) menyatakan bahwa “pekerjaan yang

dilakukan pegawai pemerintah terlalu berorientasi pada pertanggungjawaban

formal sementara penekanan pada hasil atau kualitas sangatlah kurang sehingga

dengan karakteristik pekerjaan seperti itu mereka terjebak pada rutinitas kerja

yang kurang menantang, kurang menggairahkan dan membosankan”.

Pada fakta yang ditemukan di lapangan seringkali tidak ada kesesuaian

dengan teori yang berlaku, seperti pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

DAOP II Bandung yang menurut pengamatan peneliti menemukan fakta bahwa

yang dikerjakan oleh karyawan tersebut merupakan kegiatan yang berulang-ulang

atau monoton, dan tidak memerlukan keahlian khusus atau beragam. Begitu pula

saat ditanyakan kepada karyawan dengan narasumber Bapak Yudha Pratama

selaku staff SDM, mereka menyatakan pekerjaan yang mereka kerjakan harus

selalu menunggu keputusan atau persertujuan serta harus menunggu perintah

(20)

mandiri. Dan karyawan tidak dapat terlalu banyak menuangkan kreatifitas dalam

bekerja, karena dapat merubah alur ketentuan prosedur yang telah ditetapkan.

Kemudian berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan dimana melibatkan 30

orang karyawan terdapat indikasi sebagai berikut, 27 dari 30 orang menyatakan

tidak setuju pada pernyataan kebebasan membuat keputusan dalam melaksanakan

pekerjaan , yang menunjukan bahwa karyawan tidak dapat bekerja dengan

mandiri karena segala hal harus bergantung kepada pimpinan, yang seharusnya

ada beberapa pengecualian atau kebijakan dalam mengambil keputusan agar dapat

memperlancar proses pekerjaan. Dimana hal ini terindikasi pada dimensi

Autonomy sebesar 90%. Berikut tabel data hasil kuisioner hasil pra survey.

Tabel 1.2

Kuisioner Pra Survey Variabel Karakteristik Pekerjaan

No Pernyataan Jawaban

S TS

1.

Pekerjaan yang saya lakukan

menggunakan prosedur yang

berbelit-belit sehingga menghalangi saya dalam berinisiatif dan berkreatif.

(24/30) x 100%= 80%

(6/30) x 100% = 20%

2. Pekerjaan yang saya laksanakan membutuhkan keterampilan yang beragam

(12/30) x 100% = 40%

(18/30) x 100% = 60%

3. Saya diberi kebebasan membuat keputusan dalam melaksanakan pekerjaan

(3/30) x 100% = 10%

(27/30) x 100% = 90%

Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (Persero), 2014

Lingkungan adalah dimana seseorang berada akan mempengaruhi sifat

dan perilaku orang tersebut. Bila seseorang berada pada lingkungan yang keras,

(21)

seseorang berada pada lingkungan kerja dimana yang menilai bahwa suatu

tindakan yang menyimpang dianggap sesuatu yang wajar maka akan membentuk

dan memberi peluang perilaku yang menyimpang.

Menurut Tagiuri dan Litwin (dalam, Audra Bianca dan Wahyu Susihono

2012:174) Iklim organisasi merupakan kualitas llingkungan internal organisasi

yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi,

mempengaruhi perilaku setiap anggotanya.

Pada saat peneliti melakukan pengamatan terhadap lingkungan kerja

karyawan pada PT. Kereta Api Indoneia (Persero) DAOP II Bandung tidak

terlihat perilaku organisasi yang berinteraksi dengan baik, karena tidak nampak

keramahan antar rekan kerja. Diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan

peneliti terhadap Bapak Yudha Pratama, bahwa interaksi antar karyawan di bagian

arsip dokumen kurang terjalin dengan hangat. Berdasarkan survey awal yang

peneliti lakukan dimana melibatkan 30 orang karyawan terdapat indikasi sebagai

berikut, 21 dari 30 orang karyawan merasa tidak setuju bahwa rekan kerja selalu

membantu apabila dia menghadapi kesulitan dalam pekerjaan. Dimana hal ini

(22)

Tabel 1.3

Kuisioner Pra Survey Variabel Iklim Organisasi

No Pernyataan Jawaban

S TS

1. Pimpinan sangat memberikan perhatian terhadap bawahannya.

Bila medapat masalah, pimpinan selalu memberikan ide/saran kepada saya untuk memecahkan persoalan tersebut.

(12/30) x 100% = 40%

(18/30) x 100% = 60%

3. Rekan kerja selalu membantu apabila saya menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.

(9/30) x 100% = 30%

(21/30) x 100% = 70%

Sumber: PT. Kereta Api Indonesia (Persero), 2014

Berdasarkan hasil kuisioner pra survei di atas pada kantor PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung yang menjadi objek penelitian ini terdapat

indikasi suasana dalam lingkungan kerja yang dirasakan kurang hangat antar dan

monoton karena kurangnya perhatian pimpinan terhadap masalah yang dihadapi

karyawan. Dimana karyawan tidak memiliki otonomi kerja yang tinggi, sehingga

bergantung terhadap segala keputusan dan perintah kerja dari pimpinan. Dimana

karyawan tidak diperkenankan berinisiatif dalam menentukan segala hal

menyangkut pekerjaan. Kemudian karyawan terindikasi kurang puas terhadap

pekerjaan mereka, dikarenakan karyawan yang merasa ketidak sesuaian antara

prestasi yang dimiliki dengan jabatan yang ditempati.

Kondisi seperti ini lambat laun akan semakin dirasakan oleh pegawai

sebagai sesuatu yang membosankan. Pegawai tidak memiliki rasa bertanggung

jawab atas pekerjaan dilaksanakan dan tidak merasa bahwa pekerjaan yang

(23)

menjadi penyebab rendahnya tingkat kepuasan kerja pegawai di lingkungan PT.

Kereta Api Indonisia (Persero) DAOP II Bandung.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mencoba untuk menguji secara

teoritis apabila iklim organisasi dan karakteristik pekerjaan digunakan sebagai

variabel bebas maka diduga memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja pada

karyawan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis

mengidentifikasi masalah – masalah yang ada yaitu data bahwa terindikasi masih

banyak karyawan yang tidak merasakan kepuasan kerja pada perusahaan PT

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung, yang begitu terlihat pada pada

dimensi Promotion. Dimana hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya karakteristik pekerjaan dan iklim organisasi. Kemudian sesuai dari hasil kuisioner

pra survey pada variabel iklim organisasi, karyawan tidak setuju akan adanya

keleluasaan dalam merencanakan dan melaksanakan pekerjaan, karena setiap

pekerjaan harus menunggu perintah dari atasan dan tidak diperkenankan keluar

dari ketentuan prosedur , hal ini terindikasi pada dimensi Autonomy. Sehingga karyawan merasa kurang memiliki otonomi dalam pekerjaan, dimana hal ini

mencerminkan karakteristik pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan kurang

sesuai. Karyawan merasa tidak setuju bahwa saling membantu dalam menghadapi

(24)

iklim organisasi pada dimensi Workgroup coorperation, friendliness and warmth. Yang dapat diartikan bahwa iklim organisasi pada perusahaan terdapat masalah.

1.2.2. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Iklim Organisasi pada karyawan di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP II Bandung.

2. Bagaimana Karakteristik Pekerjaan pada karyawan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

3. Bagaimana Kepuasan Kerja pada karyawan di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP II Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan

terhadap Kepuasan Kerja pada karyawan di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP II Bandung baik secara parsial maupun secara simultan.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan berbagai

informasi mengenai pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan

(25)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis

mendapatkan tujuan penelitian pada perusahaan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis Iklim Organisasi pada karyawan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

2. Untuk menganalisis Karakteristik Pekerjaan pada karyawan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

3. Untuk menganalisis Kepuasan Kerja pada karyawan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

4. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan

Kerja dan Karakteristik Pekerjaan pada karyawan di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP II Bandung baik secara parsial maupun secara simultan.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaa PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang besarnya pengaruh Iklim

Organisasi dan Karakteristik Pekerjaan karyawan, sehingga dapat digunakan

untuk mengevaluasi karyawan agar dapat memberikan kepuasan kerja dan

karyawan bekerja dengan optimal. Dimana tujuan utama untuk mendukung

kemajuan perusahaan dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

(26)

2. Bagi seluruh karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Memberi informasi tentang pengaruh Iklim Organisasi dan Karakteristik

Pekerjaan karyawan, sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi karyawan

dalam mencapai kepuasam kerja dengan optimal. Yang dapat menjadi feedback

terhadap perusahaan.

1.4.2. Kegunaan Akademis

1. Bagi pengembangan ilmu bidang manajemen sumber daya manusia, dapat

memberikan referensi keterkaitan antara Iklim Oragnisasi, Karakteristik

Pekerjaan dan Kepuasan Kerja.

2. Bagi peneliti lain, dapat memberikan referensi bagi peneliti yang akan

mengangkat tema dan permasalahan yang sama.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data atas penelitian ini dilakukan pada divisi

sumber daya manusia di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung

.

1.5.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari Bulan Maret-Juli 2014. Berikut tabel

(27)

Tabel 1.4

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Keterangan Maret Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Pencarian Data

Pengolahan Data

Penulisan Laporan

Sidang Akhir

(28)

15 2.1. Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu menjelaskan tentang apa

yang akan diteliti tersebut untuk dapat menjelaskan lebih rinci mengenai variabel

yang akan diteliti.

2.1.1. Iklim Organisasi

2.1.1.1. Definisi Iklim Organisasi

Wirawan (2008:122) menyatakan bahwa “iklim organisasi adalah persepsi

anggota organisasi mengenai lingkungan internal organisasinya”.Iklim organisasi

merupakan suasana kerja yang diciptakan oleh hubungan antar pribadi dalam

suatu organisasi. Hubungan tersebut terjadi melalui beberapa komponen tertentu

yang menciptakan interaksi antar unsur yang terkait dan berhubungan dengan

kondisi kebijaksaaan dan prosedur yang diperuntukan bagi masing-masing

kelompok kerja.

Iklim organisasi menurut James and Jones (Davidson,2000:21) adalah

:“Set of characteristics that describe an organization and that distinguish the

(29)

Sedangkan menurut Lussier (2005:486) adalah persepsi pegawai mengenai

kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota

yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya

Menurut dikutip Stringer (2002:122) mendefinisikan iklim organisasi,

sebagai “ colletion and pattern of environmenta determinant of aroused

motivation”, iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi dan pola lingkungan

yang menentukan motivasi.

Tagiuri dan Litwin (dalam Wirawan, 2007:121) mendefinisikan iklim

organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku

mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat

organisasi. Dan iklim organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat

subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan

dan dipahami oleh anggotaorganisasi dan dilaporkan melalui kuisioner yang tepat.

Maka penulis menyimpulkan iklim organisasi merupakan persepsi

karyawan terhadap lingkungan internal organisasi. Dimana suasana kerja yang

diciptakan oleh hubungan antar pribadi dalam suatu organisasi. Karena aktifitas

yang dilakukan oleh suatu organisasi selalu dipengaruhi oleh lingkungannya,

lingkungan kerja berkaitan erat dengan kondisi kerja yang dirasakan oleh pekerja

dan berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku mereka dalam melaksanakan

pekerjaannya. Lingkungan yang telah berinteraksi dengan individu dan

menentukan tingkah laku mereka dalam organisasi inilah sering disebut iklim

(30)

2.1.1.2. Indikator Iklim Organisasi

Para peneliti telah mengidentifikasikan beberapa dimensi yang

membentuk iklim organisasi, diantaranya menurut pendapat lain dari para ahli

yang mengemukakan dimeni dari iklim organisasi yaitu James and Jones (dalam

Davidson, 2000:28) yang menyatakan bahwa dimensi iklim organisasi sebagai

berikut:

1. Leader facilitation and support (fasilitas dan dukungan pemimpin), mencerminkan tindakan pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan

menggunakan penjadwalan aktivitas, perencanaan, memfasilitasi hubungan

interpersonal, peduli terhadap kebutuhan pekerja yang dapat membina

keterbukaan dan saling berinteraksi.

2. Workgroup cooperation, friendliness and warmth (kerjasama kelompok, keramahan dan kehangatan), secara umum mencerminkan hubungan antar

anggota organisasi dan harga diri mereka dalam kelompok kerja.

3. Conflict and pressure (konflik dan tekanan kerja), berkaitan dengan konflik dalam peran dan antar tujuan organisasi, tekanan kerja, perencanaan dan

kesempatan untuk berinteraksi dengan anggota lain.

4. Organizational planning openness (Perencanaan organisasi yang terbuka), menggambarkan perencanaan dan keefektifan, peran dari struktur organisasi.

Hal ini berkaitan dengan standar kerja dan kepentingan, aplikasi konsisten

(31)

5. Job standards (Standar kerja), yang mencerminkan tingkat kerja yang memiliki standar ketat mengenai kualitas dan akurasi, dikombinasikan dengan

waktu, tenaga, latihan dan sumber untuk menyelesaikan tugas

2.1.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Dalam Wirawan (2007) menurut Higgins (1994:477-478) ada empat

prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu :

a. Manajer/pimpinan

Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer

mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,

kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang

berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi,

cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan

pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar

kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke

waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

b. Tingkah laku karyawan

Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,

terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk

memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian

penting dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan

(32)

seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim

yang positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif.

c. Tingkah laku kelompok kerja

Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan

persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam

organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,

yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai

kelompok persahabatan atau kesamaan minat.

d. Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi

tersebut. Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim.

Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada

dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya

sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan

tentang pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan

keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk

mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi

dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang mendapatkan

pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga hasilnya iklim

menjadi lebih positif.

2.1.1.4. Sifat Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan sebuah konsep yang merujuk pada sebuah

(33)

pekerjaan yang dipersepsikan oleh individu-individu yang bekerja di dalam suatu

organisasi (Litwin & Stringer dalam Alaydroes, 2000:11). Selanjutnya dijelaskan

bahwa iklim organisasi tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi dapat dirasakan.

Iklim organisasi dapat pula menarik keinginan intrinsik yang dimiliki seseorang

untuk menangani pekerjaannya karena iklim organisasi yang tidak nyaman jelas

akan mempengaruhi kesempatan bagi pekerja untuk bekerja secara lebih efisien

dan efektif.

2.1.1.5. Peran Iklim Organisasi dalam Organisasi

Untuk memahami peran iklim organisasi dalam organisasi, dikemukakan

bahwa faktor penentu iklim organisasi ada empat perangkat faktor yang dapat

mempengaruhi iklim organisasi, umumnya faktor-faktor tersebut timbul dari

dalam struktur atau teknologi organisasi, lingkungan luar, atau dari kebijakan dan

praktek manajemen.

Selanjutnya Rongga et.al (2001:227) dalam Irsan Firmansayh dan Raeny

Dwisanty, membuktikan bahwa adanya hubungan yang positif antara iklim

organisasi dengan kepuasan. Dalam penelitiannya ini menunjukan bahwa

kepuasan dalam pekerjaan timbul dari akibat oleh cara yang ditunjukan para

manajer dalam memperhatikan dan meminta pendapat serta keikutsertaan

bawahannya, sehingga para pekerja merasa bahwa mereka merupakan bagian

(34)

2.1.2. Karakteristik Pekerjaan

2.1.2.1. Definisi Karakteristik Pekerjaan.

Perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang karyawan baik yang bersifat

positif maupun negatif merupakan pengertian karakteristik pekerjaan menurut (Thoha,

2003:27). Karakteristik individu merupakan pandangan, tujuan, kebutuhan dan

kemampuan yang berbeda satu sama lain dari setiap orang. Perbedaan ini akan terbawa

dalam dunia kerja, yang akan menyebabkan kepuasan satu orang dengan yang lain

berbeda pula, meskipun bekerja ditempat yang sama. Karakteristik individu dalam

penelitian ini meliputi: (1) Kemampuan, (2) Nilai, (3) Sikap, (4) Minat (As’ad,

2004:115).

Menurut Berry dan Bouston (Alaydroes 2000:9): Karakteristik pekerjaan

adalah aspek internal dari suatu pekerjaan yang mengacu pada isi dan kondisi

pekerjaan.

Karakteristik pekerjaan merupakan sebuah model atau pendekatan dari

suatu tindakan dalam merancang pekerjaan. Rancangan pekerjaan adalah proses

penentuan tugas–tugas yang akan dilaksanakan, metode–metode yang digunakan

untuk melaksanakan tugas ini, dan bagaimana pekerjaan tersebut berkaitan dengan

pekerjaan lainnya di dalam perusahaan (Rivai, 2005:137). Menurut Robbins

(2001:446) model karakteristik pekerjaan berupaya mengidentifikasi pekerjaan,

bagaimana karakteristik itu digabung untuk membentuk pekerjaan yang berbeda,

dan hubungan dari karakteristik tersebut dengan motivasi, kepuasan, dan kinerja

(35)

Sedangkan menurut Hackman & Oldham (dalam Robbins 2001)

Karakteristik pekerjaan adalah aspek-aspek internal dari suatu pekerjaan yang

mencerminkan sifat dan gambaran dari pekerjaan itu sendiri.

Sehingga daapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pekerjaan

merupakan sebuah model atau pendekatan dari suatu tindakan dalam merancang

pekerjaan. Karakteristik pekerjaan mengacu pada isi dan kondisi dari tugas-tugas

pekerjaan itu sendiri. Dan bagaimana karakteristik itu digabung untuk

membentuk pekerjaan yang berbeda, dan hubungan dari karakteristik tersebut

dengan motivasi, kepuasan, dan kinerja karyawan.

2.1.2.2.Indikator Karakteristik Pekerjaan

Hackman & Oldham (dalam Robbins 2001:447) yang mengidentifikasikan

lima dimensi inti dari karakteristik kerja meliputi :

(1) Skill variety (keragaman kecakapan), tingkat dimana suatu pekerjaan menuntut berbagai jenis aktivitas dalam menyelesaikan pekerjaan yang

mencakup penggunaan banyak keterampilan dan bakat karyawan.

(2) Task identity (identitas pekerjaan), tingkat dimana pekerjaan menuntut kelengkapan dalam satu kesatuan dan setiap bagian pekerjaan dapat

diidentifisir, yaitu menyelesaikan pekerjaan mulai dari dari permulaan hingga

akhir dengan hasil yang nyata.

(3) Task significance (kepentingan pekerjaan), suatu pekerjaan memiliki dampak penting bagi kehidupan atau pekerjaan orang lain baik didalam maupun di uar

(36)

(4) Otonomy (Otonomi),tingkat dimana suatu pekerjaan memberikan kebebasan, kemandirian, serta keleluasaan yang cukup besar kepada individu dalam

menjadwal pekerjaan dan dalam menentukan prosedur yang digunakan untuk

menyelesaikan pekerjaan.

(5) Feedback from job (umpan balik dari pekerjaan). Sejauh mana pelaksanaan kegiatan yang dituntut oleh pekerjaan itu diperoleh informasi yang langsung

dan jelas oleh individu mengenai keefektifan kinerjanya.

2.1.2.3. Model Karakteristik Pekerjaan

Menurut Robbins (2001:446) menyatakan bahwa model karakteristik

pekerjaan berupaya mengidentifikasikan karakteristik dari pekerjaan, bagaimana

karakteristik itu digabung untuk membentuk pekerjaan yang berbeda, dan

hubungan dari karakteristik tersebut dengan motivasi, kepuasan dan kinerja

karyawan.

Model karakteristik pekerjaan ini memunculkan motivasi internal akibat

adanya suatu pengalaman dan penghayatan psikologis pekerja setelah melakukan

pekerjaannya.

Dalam Simamora, (2004:129) model karakteristik pekerjaan (job characteristic

models) merupakan suatu pendekatan terhadap pemerkayaan pekerjaan (job

enrichment). Program pemerkayaan pekerjaan berusaha merancang pekerjaan

dengan cara membantu para pemangku jabatan memuasakan kebutuhan mereka

(37)

menambahkan sumber kepuasan kepada pekerjaan. Metode ini meningkatkan

tanggung jawab, otonomi, dan kendali

Kelima dimensi dari karakteristik kerja tersebut menciptakan tingkat

reaksi psikologis seseorang tentang makna, tanggung jawab serta pengetahuan

yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut yang pada akhirnya berdampak pada

motivasi, kinerja dan kepuasan kerja pegawai serta tingkat kemangkiran dan

tingkat keluarnya pegawai.

2.1.3. Kepuasan kerja

2.1.3.1.Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional menyenangkan atau tidak

menyenangkan bagaimana para pegawai memandang pekerjaan mereka

(Handoko, 2000:199). Pendapat lain dari Robert dan Kinicki (2003:271)

mengemukakan bhawa: “Kepuasan kerja adalah suatu efektifitas atau respon

emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan”

Sedangkan menurut Davis dan Newstown (2002:208) mendefinisikan

kepuasan kerja sebagai berikut : “Job satisfavtion is a set of favorable or

unfavorable feelings and emotions with which employees view their works. Job satisfaction is an affective attitude a feeling of relative like or dislike toward

something. Important aspect of job satisfaction include pay, one’s supervisor, the

(38)

Pendapat lain yang dikutip Moh.As’ad yang terdapat pada Joseph Tiffin

(2000:104) yang mendefinisikan kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap

pekerjaan, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan.

Menurut (Robbins 2003:78) kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap

pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima dan

banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Maka dapat penulis simpulkan bahwa kepuasan kerja adalah

keadaan/pernyataan emosional yang positif karena memberi rasa senang pada

karyawan atas hasil evaluasi terhadap pekerjaan mereka. Kemudian tanggapan

karyawan terhadap hasil kerja tersebut yaitu puas dan tidak puas atas yang telah

mereka kerjakan atau yang mereka dapatkan dari hasil kerja tersebut.

2.1.3.2.Indikator KepuasanKepuasan

Selanjutnya Robbin (2001:22) menyatakan bahwa dimensi kepuasan kerja

adalah:

1. Compensation, tingkat imbalan yang diterima karyawan atas hasil kinerja karyawan tersebut pada suatu perusahaan.

2. Work It Self, tingkat kesulitan pekerjaan itu sendiri.

3. Promotion, tingkat promosi atas prestasi yang diperoleh karyawan untuk dapat menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi.

4. Work Group, tingkat kerja sama antar karyawan dan pimpinan dalam suatu susunan organisasi perusahaan.

(39)

2.1.3.3.Teori Kepuasan Kerja

Teori kepuasan kerja menurut Veitzal Rivai (2004:475) alah sebagai

berikut :

1. Teori ketidaksesuaian (Discrepancy theory).

Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan men ung selisih

antara sesuatu yang seharusnya diterima dengan kenyataan yang dirasakan,

sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka

orang akan menjadi lebih puas, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu

yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

2. Teori keadilan (Equity theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas at tidak

tergantung pada ada atau tidaknya keadilan (equity ) dalam siatusi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah infut

hasil keadilan dan ketidakadilan. Infut adalah faktor bernilai karyawan yang

dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan,

jumlah tugas dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan

pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seseorang

seperti upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol status penghargaan dan

kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Menurut teori ini, setiap

karyawan akan membandingkan infut hasil dirinya dengan rasio infut hasil orang

lain. Apabila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa

(40)

menimbulkan kepuasan bisa juga tidak, tetapi jika perbandingan itu tidak

seimbang akan menimbulkan ketidakpuasan.

3. Teori dua faktor (two factor theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja dan ketidakpuasan ker a itu merupakan

hal yang berbeda, kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan

suatu variabel yang berkelanjutan. Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan

menjadi dua kelompok yaitu atau satisfies motivator dan dissatisfies. Satisfies

adalah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja

yang terdiri dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan

untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi.

Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak

terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene faktors)adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari : gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja, dan

status. Faktor ini diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan

dasar karyawan. Jika faktor ini tidak terpenuhi, karyawan tidak akan puas, namun

biasanya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan akan

kecewa meskipun belum terpuaskan.

2.1.3.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kepuasan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya (Hasibuan, 2008) :

1. Balas jasa yang adil dan layak

2. Penempatan yang layak

(41)

4. Suasana dan lingkungan pekerjaan

5. Peralatan yang menunjang pekerjaan

6. Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya

7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak

Sedangkan aspek – aspek kerja yang mempengaruhi kepuasan kerja (Sopiah,

2008) adalah :

a. Promosi

b. Gaji

c. Pekerjaan itu sendiri

d. Supervisi

e. Teman kerja

f. Keamanan kerja

g. Kondisi kerja

h. Administrasi/kebijakan perusahaan

i. Komunikasi

j. Tanggong jawab

k. Pengakuan

l. Prestasi kerja

m. Kesempatan untuk berkembang

2.1.3.5.Manfaat Kepuasan Kerja

Berdasarkan penelitian (Robinson dan Coners, 2000) yang diperkirakan

(42)

menyebutkan bahwa kepuasan kerja akan memberikan manfaat antara lain sebagai

berikut :

1. Menimbulkan peningkatan kebahagiaan hidup karyawan.

2. Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja

3. Pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan.

4. Meningkatkan gairah dan semangat kerja.

5. Mengurangi tingkat absensi.

6. Mengurangi labor turn over (perputaran tenaga kerja).

7. Menguranggi tingkat kecelakaan kerja.

8. Meningkatkan motivasi kerja.

9. Menimbulkan kematangan psikologis.

10.Menimbulkan sikap positif terhadap pekerjaannya.

2.1.3.6.Respon Kepuasan Kerja

Setelah kepuasan kerja karyawan terpenuhi, maka didapatkan empat

respon karyawan terhadap kepuasan kerja (Robins, 2001) yaitu :

1. Penilaian untuk tetap bertahan dalam organisasi.

2. Tidak melakukan upaya menunggu baiknya kondisi organisasi secara pasif.

3. Tidak melakukan upaya aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi.

(43)

2.1.4. Kajian Terdahulu

Dalam sebuah penelitian maka kita akan mengacu pada bebrapa hasil

penelitian terdahuluhasil penelitiannya dapat digunakan sebagai data pendukung

untuk menentukan hasil penelitian yang kita lakukan sekarang. Maka dari itu

peneliti melakukan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

pembahasan dengan variabel yang sedang diteliti, melalui jurnal yang telah

dikumpulkan peneliti. Berikut isi kajiannya dalam bentuk tabel :

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu

No Peneliti dan

tahun

Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

(44)
(45)

Karyawan Unit

Sebuah perusahaan yang terbentuk oleh suatu organisasi dapat mencapai

tujuan perusahaan karena dukungan sumber daya manusia yang baik dengan cara

dapat bekerja sama antar individu dalam organisasi tersebut. Terutama dalam

lingkungan karyawan BUMN dalam menunjang kinerja yang dari

(46)

Dalam memenuhi kepuasan karyawan tentu saja ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya diantaranya iklim organisasi yang merupakan suasana kerja

yang diciptakan oleh hubungan antar pribadi dalam suatu organisasi. Yang salah

satunya dapat diwujudkan dengan perilaku pimpinan terhadap karyawan dalam

mengawasi atas yang dikerjakan oleh karyawan. Dan bagaimana seorang pimpinan

menjaga hubungan baik untuk mendorong karyawan bekerja dengan lebih baik.

Juga bagaimana menciptakan suasana antar karyawan dalam mewujudkan kerja

sama sebagai satu tim.

Namun, dalam mencapai kepuasan kerja diperlukan sikap dari

individu-individu yang merasa nyaman dengan pekerjaan yang dijalankan. Kenyamanan

seseorang dalam bekerja dapat diwujudkan ketika mereka mengerjakan pekerjaan

dengan otonomi yang baik. Juga memiliki karakter yang dapat memotivasi mereka

untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab. Terutama apabila diberi keleluasaan

baik dalam perencanaan atau pelaksanaan pekerjaan.

Sehingga, suatu kepuasan kerja dapat tercapai karena dipengaruhi adanya

suatu iklim organisasi yang baik, dan karaketristik pekerjaan yang sesuai dengan

harapan karyawan. Berikut gambar kerangka pemikiran tersebut pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Iklim Kerja

X1

Karakteristik Pekerjaan

X2

(47)

Keterangan Gambar :

= Hubungan

2.2.1. Keterkaitan Antara Iklim Organisasi dengan Karakteristik Pekerjaan

Iklim organisasi memiliki hubungan dengan karakteristik pekerjaan , hal

ini dibuktikan dari hasil penelititan yang dilakukan oleh Alaydroes (2000:113)

dalam jurnal Moh Irsan Firmansyah dan Raeni Dwisanty vol.6, No.2 yang

membuktian bahwa karakteristik pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan

dengan iklim organisasi meskipun dalam tingkat yang rendah, artinya

karakteristik pekerjaan berperan relatif kecil dalam menumbuhkan iklim

organisasi, karena iklim oeganisasi dibentuk oleh berbagai aspek.

2.2.2. Keterkaitan Antara Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja

Iklim organisasi pada suatu perusahaan akan mendukung terciptanya

suasana kerja yang nyaman, sehingga dapat meningkatkan kepuasan seseorang

terhadap pekerjaan yang dikerjakan. Hubungan antara Iklim organisasi dengan

kepuasan kerja karyawan dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan

Rongga et.al (2001:79) Irsan vol.6, No.2 membuktikan bahwa : ada hubungan

positif antara iklim organisasi dengan kepuasan kerja karyawan. Dalam

penelitiannya ia menunjukan bahwa kepuasan dalam pekerjaan timbul dari akibat

cara yang tunjukan manajer dalam memperhatikan dan meminta pendapat serta

keikutsertaan bawahannya, sehingga pekerja merasa merupakan bagian integral

(48)

2.2.3. Keterkaitan Antara Karakteristik Pekerjaan dengan Kepuasan Kerja

Untuk mencapai kepuasan dalam bekerja bukan hanya bicara tentang

kompensasi, gaji atau incentive , akan tetapi banyak hal yang berhubungan dengan kepuasan kerja, salah satunya adalah karakteristik pekerjaan. Dimana dengan

memiliki otonomi dalam bekerja, akan memberikan rasa puas terhadap pekerjaan

yang dijalankan. Menurut Robbins (2001:446) model karakteristik pekerjaan

berupaya mengidentifikasi pekerjaan, bagaimana karakteristik itu digabung untuk

membentuk pekerjaan yang berbeda, dan hubungan dari karakteristik tersebut

dengan motivasi, kepuasan dan kinerja karyawan.

2.2.4. Keterkaitan Antara Iklim Organisasi, Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan kerja

Ketika seseorang memutuskan untuk bekerja pada suatu tempat, maka

terbesit dalam dirinya seperangkat keinginan, kebutuhan, dan pengalaman yang

berkolaborasi membentuk suatu harapan dari pekerjaannya.

Dalam Teori Perbedaan (Discrepancy theory) yang dipelopori oleh Porter, dijelaskan bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung

selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.

Menurut Locke (Ernie,2002:30) kepuasan atau ketidakpuasan pegawai tergantung

pada perbedaan antara apa yang didapat dengan apa yang diharapkan pegawai.

Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari apa yang diharapkan, maka

pegawai tersebut menjadi puas, sebaliknya apabila yang didapat pegawai lebih

(49)

Pada umumnya setiap organisasi termasuk organisasi pemerintah,

mengharapkan agar setiap pegawai yang bekerja didalamnya mempunyai tingkat

kepuasan kerja yang tinggi, sehingga perilaku negatif akibat dari rendahnya

kepuasan pegawai dapat dihindari.

Ostroff (1992:971) yang dikutip Irsan dalam majalah ilmiah Unikom Vol 6

no.2 : 227 penelitiannya mengemukakan bahwa antara iklim organisasi,

karakteristik pekerjaan, dan partisipasi dalam menentukan keputusan memiliki

hubungan yang sangat erat dengan kepuasan kerja karyawan. Dari uraian diatas

dan beberapa hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa iklim organisasi dan

karakterisik pekerjaan dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya. Berdasarkan uraian kerangka

pemikiran di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bagan paradigma penelitian

(50)

X1 = Iklilm Organisasi X2 = Karakteristik Pekerjaan Y = Kepuasan Kerja

Iklim Organisasi (X1)

Leader facilitation and support

(fasilitas dan dukungan pemimpin),

Workgroup cooperation,

friendliness and warmth

(kerjasama kelompok, keramahan dan kehangatan),

Conflict and pressure (konflik dan tekanan kerja),

Organizational planning (rencana organisasi),

Job standards (Standar kerja), Jones et.al. (dalam Davidson,

2000:28) openness (Perencanaan

organisasi yang terbuka)

Hackman & Oldham (dalam Robbins 2001:447)

Kepuasan Kerja (Y)

Compensation (kompensasi) Work it self

(51)

2.3. Hipotesis

Menurut Umi Narimawati (2007 : 73) “Hipotesis dapat dikatakan sebagai

pendugaan sementara mengenai hubungan antar variabel yang akan diuji

kebenarannya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung

implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran diatas, maka penulis berasumsi

mengambil keputusan sementara (hipotesis) dalam penelitian ini sebagai berikut :

Hipotesis Utama:

Iklim organisasi dan karakteristik pekerjaan berpengaruh terhadap kepuasan kerja

pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung baik secara parsial

maupun simultan.

Sub Hipotesis:

1. Iklim organisasi pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung

tinggi.

2. Karakteristik pekerjaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II

Bandung tinggi.

3. Kepuasan kerja pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung

(52)

39

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pegawai di lingkungan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung. Sasaran pengamatan difokuskan pada

suasana lingkungan kerja dalam organisasi pemerintah daerah PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP II Bandung yang dirasakan oleh pegawai atau disebut

dengan iklim organisasi.

Selanjutnya untuk karakteristik pekerjaan difokuskan pada sifat dari

pekerjaan pekerjaan yang dirasakan oleh pegawai serta untuk kepuasan kerja

pegawai difokuskan kepada sikap dan perasaan pegawai atas hasil yang didapat

melalui pekerjaan yang telah dilakukan.

Populasi yang dijadikan unit pengamatan adalah pegawai negeri sipil yang

bekerja di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung yang

jumlahnya sebanyak 1837 orang pegawai.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh

iklim organisasi dan karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja pegawai

dilingkungan pemerintahan daerah Kabupaten Sukabumi. Sehubungan dengan hal

tersebut maka dalam pelaksanaan penelitian ini jenis atau bentuk penelitian yang

(53)

suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang

lebih luas”. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh gambaran ciri-ciri variabel.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan

bahwa, “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”. Penelitian

verifikatif dilakukan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang

dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

Mengingat jenis atau bentuk penelitian adalah deskriptif-verifikatif yang

dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian

yang dilaksanakan adalah metode survey. Metode survey yaitu pengumpulan data

yang dilakukan terhadap suatu objek dilapangan dengan mengambil sampel dari

populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok

(Masri dan Sopian,1989:5). Selanjutnya dijelaskan bahwa jika suatu penelitian

ingin menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesa,

maka penelitian ini disebut penelitian penjelasan (explanatory research).

3.2.2. Desain Penelitian

Untuk mencapai hasil penelitian yang sistematis maka peneliti harus

membuat desain penelitian. Desain penelitian adalah rencana yang dibuat peneliti

(54)

seperti teori sebagai berikut :

Proses penelitian meliputi :

1. Sumber masalah (mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi di PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung yang kemudian ditetapkan sebagai

judul penelitian)

2. Rumusan masalah : (merumuskan masalah penelitian)

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis : (mengajukan hipotesis penelitian yang sesuai dengan

fenomena yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

5. Metode penelitian : (menentukan metode yang akan digunakan untuk

melakukan penelitian)

6. Menyusun instrument penelitian : (menyusun dan menetapkan data-data yang

akan digunakan untuk mengetahui pengaruh Iklim Kerja dan Karakteristik

Pekerjaan terhadap kepuasan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II

Bandung.

7. Kesimpulan: (menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari

(55)

Desain Penelitian

Unit analisis Time horizom

T-1 Descriptive Descriptive

3.2.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Menurut Nur Indriantoro (2002:69) definisi operasionalisasi variabel

menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh penenltit dalam

mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replika pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik. Operasionalisasi variable yaitu memecah variabel-variabel yang terkandung dalam masalah

tersebut diatas menjadi bagian-bagian yang paling kecil, sehingga dapat diketahui

klasifikasi ukurannya.

Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu yaitu variabel

(56)

adalah sebagai berikut: “Variabel independent (bebas) adalah variabel yang

menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel

dependent (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi

oleh variabel independent”.

Sesuai dengan judul yang diambil peneliti yaitu pengaruh iklim organisasi

dan karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung. Maka penulis menggunakan 2

variabel independent dan 2 variabel dependent, yaitu :

1. Variabel independent (X1) dalam penelitian ini adalah iklim organisasi.

2. Variabel independent (X2) dalam penelitian ini karakteristik pekerjaan.

3. Variabel dependent (Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja.

Definisi tabel operasionalisasi sesuai dengan variabel-variabel tersebut

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Indikator Ukuran

(57)

that

(58)
(59)
(60)
(61)

(promosi) :

Indikator variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala ordinal dengan teknik skala Likert. Menurut Sugiyono (2001:86) mengemukakan bahwa : “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial. Dengan skala Likert variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator yang dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa

pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan

(62)

skor dengan ketentuan sebagai berikut :

Jawaban responden Skor pernyataan positif Skor pernyataan negative

Sangat setuju (SS) Setuju (S)

Ragu-ragu (R) Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

5

3.2.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer berupa himpunan informasi yang diperoleh dalam

survei dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner terstruktur yang

diberikan kepada pegawai yang menjadi responden terpilih. Data sekunder

didapat dengan menelaah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen instansi

terkait, laporan peneliian dan literatur lain yang mendukung penelitian.

3.2.5. Sumber danTeknik Penentuan Data 3.2.5.1.Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah temasuk ke dalam

jenis data sekunder, jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)mengenai

data terkait dengan pengaruh iklim kerja dan karakteristik pekerjaan terhadap

kepuasan kerja karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung.

Menurut Sugiyono (2009:137) sumber data sekunder adalah sumber yang

(63)

Dalam menentukan data terlebih dulu dikemukakan mengenai populasi

dan sampel sebagai berikut.

1. Populasi

Menurut Umi Narimawati (2008:161) populasi adalah objek atau subjek

yang memiliki karakterisitik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh

peneliti, sebagai unit analisis penelitian.

Tabel 3.3

Jumlah Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung

No Golongan Total karyawan

1 Golongan I 218

2 Golongan II 1236

3 Golongan III 378

4 Golongan IV 3

5 PKWT 2

JUMLAH 1837

Sumber :PT Kereta Api Indonesia DAOP II Bandung 2014

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit

pengamatan dalam penelitian (Umi Narimawati, 2008). Menurut Umi Narimawati

(2008), Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:38) menerangkan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit

pengamatan dalam penelitian. Penarikan sampel dilakukan dalam penelitian ini

dengan menggunakan teknik penarikan statified random sampling.

(64)

kemudian memilih secara acak sederhana setiap stratum.

Menurut Umi Narimawati (2008), Sri Dewi Anggadini dan Linna

Ismawati (2010:38) menerangkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi

yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian. Penarikan sampel

dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik penarikan statified random sampling.

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

kepada pendekatan Solvin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut :

Sumber : Umi (2010:38)

Ket :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan dalam penelitian 10% atau 0,1

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

(65)

alokasi sampel proporsional dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

Newman sebagai berikut :

Dimana :

ni = besarnya sampel pada strata ke-i

Ni = besarnya populasi pada strata ke-i

N = besarnya populasi keseluruhan

n = besar ukuran sampel

Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh jumlah responden setiap stratum

dan alokasinya pada setiap unit yang terpilih sebagai berikut:

1. Golongan I

2. Golongan II

3. Golongan III

Gambar

Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
Gambar 2.2
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan perubahan disegala bidang kehidupan. Kemajuan ini memberi dampak pada bidang pendidikan. Perubahan

Demikian pengumuman ini kami sampaikan, apabila ada peserta yang berkeberatan dengan pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis dan diterima paling

 Dari grafik diatas didapat pelet dengan komposisi bahan serbuk kayu 50% + tandan kosong kelapa sawit 50% menunjukkan laju pembakaran tertinggi, yaitu 0,14 gram/detik.

Abstrak: Siswa SMK wajib untuk mengikuti kegiatan praktik kerja industri. Praktik kerja industri merupakan kegiatan yang dimaksudkan agar siswa menerapkan antara

Mahmudi 2009 menyatakan bahwa jika dilihat dari hubungan biaya dengan suatu aktivitas, maka biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Biaya langsung

Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, pp. Care Yourself,

Setelah alamat yang berasal dari Link Url yang diberikan tadi, telah di paste/ dipindahkan pada “Image URL” maka bila berhasil secara otomatis menu tersebutmemberi tanda

dikatakan bahwa spike merupakan teknik pukulan dalam permainan bola voli yang dilakukan di atas net dengan maksud memberikan pengembalian bola ke permainan lawan