• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dia Datang Untuk Memanggil Orang Berdosa (Mat. 9:9-13) E-Magazine 13 Des Pdt. Yakub Tri Handoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dia Datang Untuk Memanggil Orang Berdosa (Mat. 9:9-13) E-Magazine 13 Des Pdt. Yakub Tri Handoko"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Dia Datang Untuk

Memanggil Orang

Berdosa (Mat. 9:9-13)

Pdt. Yakub Tri Handoko

Bayangkan Anda sedang diberi voucher liburan gratis untuk 10 orang. Anda berhak memilih sendiri siapa saja yang akan diajak dalam liburan tersebut. Kira-kira siapa saja yang akan kita ajak untuk menikmati momen indah ini? Hanya sedikit yang akan mengajak orang lain yang tidak dikenal atau berbeda dengan kita. (Hampir) tidak ada yang akan menyertakan musuh dalam daftar teman liburan.

(4)

Secara naluriah semua manusia memang cenderung bersikap memilih dalam pergaulan. Kita hanya mau berkumpul dengan orang-orang yang memiliki banyak kesamaan atau kecocokan dengan kita. Kita enggan berkumpul dengan orang-orang yang terlalu berbeda dengan kita. Natal mengajarkan kepada kita untuk berani menginjakkan kaki ke dalam komunitas lain yang berbeda dengan kita. Allah bukan hanya menjadi manusia dan tinggal di dunia. Kristus datang untuk mencari orang berdosa. Dia memanggil orang berdosa untuk menikmati persekutuan dengan Dia.

Teks kita hari ini mengisahkan pemanggilan Matius menjadi murid Kristus. Melalui kisah ini kita akan belajar tentang panggilan Kristus yang beranugerah kepada orang berdosa. Dia datang ke dalam dunia untuk orang-orang berdosa.

Panggilan diberikan ketika kita masih berdosa (ayat 9)

Pertemuan Yesus dengan Matius di kisah ini tidak terjadi pada saat Matius berada di bait Allah atau rumah ibadat Yahudi untuk mendengarkan khotbah Yesus. Matius pasif. Yesus yang mendatangi dia.

Yesus mendatangi Matius di rumah cukai (LAI:TB). Istilah “rumah cukai” (telōnion) di sini sangat mungkin merujuk pada kantor cukai yang

(5)

berbentuk tenda. Jika dugaan para penafsir Alkitab benar bahwa pajak di sini lebih mengarah pada bea cukai, lokasi tenda ini kemungkinan berada pada posisi yang sangat strategis di perbatasan, entah di persimpangan jalan besar atau di pelabuhan (salah satu titik di tepi danau). Di sanalah Yesus mendatangi Matius.

Kita tidak dapat mengetahui berapa kali Matius sudah berjumpa dengan Yesus sebelum peristiwa ini. Dia mungkin sudah sering mendengar kabar tentang Yesus, baik ajaran maupun mujizat-Nya. Dia mungkin sebelumnya pernah bertemu secara langsung. Yang jelas, dalam pertemuan di 9:9 Matius masih tinggal dalam kehidupan lamanya. Dia masih sebagai pemungut cukai.

Dalam masyarakat Yahudi para pemungut cukai termasuk orang-orang yang dipandang sebelah mata. Mereka dianggap sebagai antek pemerintah asing yang menyengsarakan bangsa mereka sendiri. Mereka juga dicap sebagai orang yang tidak jujur dan tamak yang suka menarik pajak lebih tinggi daripada seharusnya. Lebih jauh, pergaulan mereka yang sangat akrab dengan orang-orang asing seringkali menempatkan mereka sebagai pelanggar adat-istiadat Yahudi, terutama hukum halal – haram. Di tengah kondisi seperti itu Yesus datang dan memanggil Matius. Panggilan ini diberikan terlepas dari kondisinya yang masih

(6)

carut-marut. Allah memang tidak membutuhkan orang sempurna. Orang yang mengakui dosa-dosanya jauh lebih menjanjikan dalam pelayanan daripada orang yang merasa dirinya sempurna. Panggilan pelayanan ini sama dengan panggilan keselamatan. Kristus mengasihi kita ketika kita masih lemah dan berdosa (Rm. 5:5-8). Dia tidak menunggu kita pulang. Dia mengejar dan menjemput kita. Kasih-Nya lebih dalam daripada kejatuhan kita. Keinginan-Nya untuk mendapatkan kita jauh lebih besar daripada kegigihan kita dalam memusuhi Dia.

Panggilan diberikan beserta dengan persekutuan (ayat 10-11)

Memanggil Matius untuk mengikuti Dia adalah satu hal. Makan bersama Matius dan teman-temannya adalah hal yang sangat berbeda. Seandainya Yesus hanya menarik Matius dari pekerjaan dan pergaulannya dengan orang-orang asing, Yesus mungkin malah dihargai dan dicintai oleh orang-orang Yahudi. Dia telah mengubahkan seorang yang berdosa.

Makan bersama orang berdosa adalah perkara yang sama sekali berbeda. Di mata masyarakat pada waktu itu, makan bersama melibatkan keterikatan yang jauh lebih erat dibandingkan perspektif kita sekarang. Makan bersama seringkali berarti bergaul bersama; berbagi nilai hidup, sikap dan kebiasaan. Hanya orang-orang

(7)

yang dekat yang akan makan bersama, kecuali pada acara-acara tertentu (pernikahan, dsb). Dalam kasus perjamuan makan di rumah Matius (lit. “di rumah itu”), persoalannya menjadi lebih rumit. Teman-teman Matius pasti banyak yang bukan dari kalangan Yahudi. Mereka tidak memelihara hukum kosher (makanan halal). Apa yang dimakan, proses masak dan bagaimana makanan itu disajikan pasti banyak menabrak adat-istiadat Yahudi. Mendapati seorang rabbi berada di tengah kerumunan seperti itu pasti sangat mengagetkan. Yesus seharusnya tidak makan bersama orang-orang berdosa itu.

Kenyataannya, Yesus tetap makan bersama mereka. Dia berbagi sukacita dengan mereka. Dia bergaul dengan mereka. Dia menawarkan persekutuan.

Sikap ini berbeda dengan sikap banyak gereja terhadap orang berdosa. Di satu sisi sebagian gereja mau mencemplungkan diri di antara orang berdosa tanpa berusaha mengubah mereka. Gereja cuma ada dan menerima apa adanya. Tidak ada upaya untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Di sisi lain sebagian gereja menarik diri dari orang-orang berdosa. Mereka hanya berfokus pada jemaat sendiri. Investasi terbesar mereka hanya diletakkan pada orang-orang yang sudah

(8)

percaya. Gereja hanya menunggu orang dunia datang. Penjangkauan yang dilakukan hanya menarik orang untuk masuk ke dalam (gereja), bukan mengutus anggota jemaat keluar (dunia). Strategi ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Yesus. Dia tidak menunggu, apalagi menghindar. Dia mendatangi, memanggil, dan menawarkan persekutuan. Dia bukan hanya menerima mereka apa adanya, tetapi juga mengubahkan mereka. Penerimaan-Nya disertai dengan teguran-Nya.

Panggilan diberikan berdasarkan belas-kasihan (ayat 12-13)

Apa yang mendorong Yesus untuk mengambil inisiatif memanggil Matius dan bergaul bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa? Mengapa Dia mampu melangkahi semua batasan budaya untuk mendapatkan mereka? Jawabannya sederhana: belas-kasihan. Inilah yang membedakan Yesus dan orang-orang Farisi.

Sikap ini, sayangnya, sukar ditemukan. Ada banyak musuh belas-kasihan. Musuh utama belas-kasihan adalah arogansi spiritual. Merasa diri lebih paham kitab suci. Menganggap diri lebih benar di hadapan Allah.

Mereka perlu diajar bahwa sikap itu bertabrakan dengan kitab suci. Ada yang salah dengan pemahaman mereka terhadap firman Allah.

(9)

Yesus berkata kepada orang Farisi: “pergilah dan pelajarilah arti firman ini” (ayat 13a). Ungkapan ini merupakan sebuah ajakan untuk menggali sesuatu secara lebih mendalam. Seseorang biasanya menggunakan kalimat-kalimat semacam ini untuk mendorong orang lain untuk melihat atau meneliti sesuatu secara lebih seksama. Mungkin ada sesuatu yang terlewatkan. Mungkin ada sesuatu yang perlu diluruskan. Orang-orang Farisi melewatkan sesuatu yang sangat penting: ibadah bukan sekadar tentang liturgi, tetapi kondisi hati. Apa yang diletakkan di atas altar (persembahan) sama pentingnya dengan apa yang disimpan di dalam (sikap hati). Persembahan harus disertai dengan belas-kasihan. Apa yang kita lakukan di hadapan Allah (dalam ibadah personal dan komunal) harus selaras dengan apa yang kita lakukan di hadapan sesama (dalam interaksi sosial).

Ironisnya, orang-orang yang berusaha mengejar kesalehan seringkali mudah terjebak pada kesombongan. Semakin dekat dengan Tuhan malah semakin jauh dari sesama. Semakin mengejar kekudusan malah semakin mengabaikan orang berdosa.

Kesalehan sejati dimulai dari hati, bukan sekadar disiplin rohani. Allah lebih menyoroti kondisi hati daripada semua ritual rohani. Kekudusan dimulai dari kesadaran tentang keberdosaan.

(10)

Tanpa terus-menerus mengingat semua dosa diri sendiri, seseorang akan merasa paling saleh sendiri. Intinya, kesalehan bukanlah sebuah pencapaian, melainkan pemberian. Dari Allah untuk kita, bukan dari kita untuk Allah.

Jika kekudusan dan kesempurnaan adalah pemberian, tidak ada ruang untuk kebanggaan. Yang membedakan kita dari orang berdosa bukanlah apa yang kita lakukan bagi Tuhan (persembahan), tetapi apa yang Kristus lakukan bagi kita (penebusan). Hanya ketika kesombongan spiritual disingkirkan, kita akan mampu menunjukkan belas-kasihan. Soli Deo Gloria.

(11)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 108:

Dosa apa yang dilarang dalam hukum yang kedua?

• Dosa yang dilarang dalam hukum yang kedua ialah, segala upaya mereka- reka,[a]

menganjurkan,[b] memerintahkan,[c] menggunakan,[d] dan dengan cara apa

pun membenarkan jenis ibadah apa pun yang tidak ditetapkan oleh Allah sendiri;[e] membiarkan agama yang tidak benar;[f] membuat sesuatu yang dianggap menggambarkan Allah, apakah ketiga Pribadi-Nya atau salah satu Pribadi dari mereka, apakah secara batin dalam roh kita atau secara lahir berbentuk gambar atau rupa makhluk apa pun;[g] semua cara beribadah kepadanya,[h] atau beribadah kepada Allah di dalam dan melaluinya;[i] membuat apa saja yang hendak menggambarkan dewa-dewa yang direka-reka,[j] dan semua cara beribadah atau berbakti kepadanya;[11] semua rekaan penuh takhayul[1] yang merusak ibadah kepada Allah,[m] dan yang menambahkan unsur-unsur tertentu di dalamnya,[n] baik yang kita pikirkan dan prakarsai sendiri[o] maupun yang kita terima karena diteruskan kepada kita oleh orang

(12)

lain,[p] meskipun dengan nama ketuaan,[q] kebiasaan lama,[r] kesalehan,[s] maksud baik, atau dalih apa pun yang lain.[t] Selanjutnya, simoni,[1u] penodaan barang kudus;[v] segala perbuatan mengabaikan,[w] menghina,[x] menghalangi,[y] dan menentang ibadah serta pranata yang telah ditetapkan oleh Allah.[z] a. Bil 15:39. b. Ula 13:6-8. c. Hos 5:11; Mik 6:16. d. 1Ra 11:33; 12:33. e. Ula 12:30-32. f. Ula 13:6-12; Zak 13:2-3; Wah 2:2, 14-15, 20, Wah 17:12, 16-17. g. Ula 4:15-19; Kis 17:29; Rom 1:21-23, 25. h. Dan 3:18; Gal 4:8. i. Kel 32:5. j. Kel 32:8. k. 1Ra 18:26, 28; Yes 65:11. l. Kis 17:22; Kol 2:21-23. m. Mal 1:7-8, 14. n. Ula 4:2. o. Maz 106:39. p. Mat 15:9. q. 1Pe 1:18. r. Yer 44:17. s. Yes 65:3-5; Gal 1:13-14. t. 1Sa 13:11-12; 15:21. u. Kis 8:18. v. Rom 2:22; Mal 3:8. w. Kel 4:24- 26. x. Mat 22:5; Mal 1:7, 13. y. Mat 23:13. z. Kis 13:44- 45; 1Te 2:15-16.

(13)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk kesembuhan pasien Covid-19 yang semakin bertambah setiap harinya. Berdoa juga supaya masyarakat tetap menjaga kesehatan dan mengikuti protokol kesehatan. Kiranya Tuhan memberikan kesehatan yang prima kepada tim medis dalam merawat pasien Covid-19. Berdoa untuk kebutuhan obat, perlengkapan medis boleh tercukupi untuk merawat pasien Covid-19. 2. Berdoa untuk persiapan hati jemaat dan

simpatisan REC pada acara perayaan Natal hari Sabtu, 19 Desember 2020 dan ibadah Natal hari Jumat, 25 Desember 2020. Kiranya melalui perayaan dan ibadah Natal (baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris) ini setiap umat yang mengikuti makin bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan kasih Kristus yang rela datang ke dunia. Biarlah semangat ini boleh menguatkan setiap umat untuk memasuki tahun 2021 dan makin semangat berbagi kasih seperti kasih yang sudah Kristus teladankan.

3. Bersyukur Pilkada 2020 sudah berjalan dengan baik dan lancar. Berdoa untuk perhitungan suara dapat berjalan dengan lancar.

(14)

Dusta yang Diyakini oleh

Kaum Wanita Mengenai

Diri Sendiri

Salah satu bidang yang sangat dipengaruhi oleh pandangan kita terhadap Allah adalah pandangan kita terhadap diri sendiri. Jika kita tidak melihat Dia sebagaimana adanya – jika kita meyakini hal-hal yang salah tentang Dia – maka cara pandang kita terhadap diri sendiri juga tidak akan benar. Jika kita mempercayai dusta-dusta mengenai Allah, maka kita juga akan mempercayai dusta-dusta mengenai diri kita sendiri, seperti...

(15)

9. “MEMANG SAYA BEGINI, KOK!”

Ini adalah dusta yang membelenggu banyak orang sepanjang hidup mereka. Dusta inilah yang senantiasa kita yakini. Mungkin Anda sama dengan wanita-wanita ini:

Dusta yang saya yakini adalah: “Engkau akan menjadi sama seperti orangtuamu – itu sudah sifat bawaan – tidak ada yang bisa kau lakukan untuk mencegahnya.” Ayah saya adalah seorang pendeta ketika saya tumbuh dewasa. “Beliau dan Ibu berpaling dari Allah dan gereja. Saya percaya bahwa seseorang tidak dapat setia kepada Allah selamanya – karena orangtua saya tidak, maka saya pun begitu.

Saya mencari-cari alasan untuk membenarkan sikap saya yang malas dan tidak disiplin; saya percaya bahwa memang begitulah sifat saya. Saya percaya bahwa saya mengalami masalah dengan berat badan saya karena semua keluarga Ayah bertubuh gemuk. Bentuk tubuh saya menurun dari mereka, oleh karena itu saya harus terus berjuang. Tidak ada gunanya mencoba mengubahnya – pasti akan begitu lagi. Oleh karena itu, saya menyalahkan mereka atas keadaan saya yang terbelenggu pada makanan.

Kita berharap jika saja keadaan kita tidak demikian. Namun, kita bukannya bertanggung jawab atas pilihan-pilihan, sikap, dan tingkah laku kita, kita

(16)

menyodorkan seribu satu macam alasan untuk berdalih:

• Rumah kami sangat kecil, semuanya membuat saya jengkel.

• Pekerjaan saya menyebabkan stres, saya pasti merasa terganggu dengan anak-anak saya setiap kali saya pulang ke rumah.

• Itu selalu terjadi setiap bulan. • Hormon-hormon saya kacau.

• Saya sangat lelah; saya tidak dapat berfungsi seperti biasa.

• Keluarga saya tidak pernah berusaha menyelesaikan masalah; kami menumpuknya begitu saja dan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Sampai hari ini saya tidak mau dirisaukan dengan masalah.

• Orangtua saya tidak pernah memberi dorongan kepada saya, saya merasa tidak dicintai.

• Ibu saya dan ibunya mengalami depresi berat – saya pikir itu faktor keturunan.

• Ibu saya tidak pernah bersikap layaknya seorang ibu yang sejati – saya tidak pernah memiliki teladan dalam membesarkan anak-anak saya.

• Semasa kecil saya selalu disiksa; saya tidak bisa percaya pada siapapun lagi.

• Mantan suami saya selalu mengecewakan saya, ia menghancurkan harga diri saya.

(17)

bahwa orang lainlah penyebab dari masalah yang kita hadapi – kita hanyalah korban, kita bereaksi pada luka yang ditimbulkan oleh orang lain.

Dusta ini – “saya tidak dapat mengubah diri saya” membuat kita menjadi korban – korban orang-orang lain dan lingkungan sekitar kita. Maksudnya, seseorang atau sesuatu-lah yang bertanggung jawab atas siapa diri kita – bahwa kita tidak dapat memiliki kendali di luar diri kita dan apa yang kita lakukan. Seolah-olah kita ini boneka yang dimainkan dengan seutas tali. Dalam beberapa hal kita percaya bahwa kita ditakdirkan untuk dikendalikan oleh seseorang atau sesuatu yang menarik tali kita.

10. “ITU HAK SAYA.”

“Hak-hak yang tidak dapat diganggu gugat.” “Berbuatlah sesukamu.” “Anda punya hak untuk melakukan yang Anda anggap benar.” Sejak kata-kata “Itu hak saya” telah menjadi semboyan peradaban Barat. Hal ini juga berlaku bagi kaum wanita.

Gerakan feminis telah lahir dan dipertahankan oleh para wanita untuk menuntut “hak” mereka; hak untuk memilih, hak untuk bebas dari ruwetnya pekerjaan rumah tangga, hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam lapangan pekerjaan; hak untuk mendapatkan upah yang sama; hak untuk mengendalikan tubuh kita sendiri;

(18)

hak untuk berbicara; hak untuk melakukan yang kita mau; hak untuk mencari jati diri, hak untuk tidak perlu mencantumkan nama suami, dan hak untuk bebas dari berbagai “dominasi pria.”

Kaum wanita telah dicekoki bahwa menuntut hak-hak mereka adalah tiket menuju kebahagiaan dan kemerdekaan. Karena jika “bukan Anda yang memperjuangkan sendiri hak-hak Anda, tidak seorang pun bersedia untuk memperjuangkannya.” Namun demikian, setiap hari saya selalu mendengar wanita-wanita yang mengaku bahwa “berjuang untuk mempertahankan hak-hak mereka” tidak selalu mendatangkan hasil yang mereka harapkan:

“Saya punya hak” telah menyebabkan timbulnya argumen-argumen yang tidak perlu, dan hal ini tidak mendatangkan kebahagiaan. Ketika saya berjuang mempertahankan hak-hak saya dan bersikeras untuk mengambil jalan sendiri, untuk sesaat saya merasa bahagia namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Kenyataannya adalah, relasi yang sukses dan kebudayaan yang sehat tidak dibangun dengan menuntut hak melainkan dengan mengabaikan hak-hak kita. Bahkan peraturan lalu-lintas pun menganut paham ini. Anda tidak pernah melihat rambu-rambu yang berbunyi, “Anda bebas sebebas-bebasnya.” Sebaliknya rambu-rambu itu menginstruksikan agar kita “memberi jalan”

(19)

kepada orang lain. Itulah cara yang terbaik agar lalu-lintas menjadi lancar, dan hal itu berlaku juga dalam hidup kita.

Tidak dapat disangkal, bahwa gagasan untuk menuntut hak-hak telah meluas ke mana-mana. Pergolakan dan pemberontakan yang terjadi pada tahun 1960-an lahir dari filosofi yang menonjolkan kebebasan. Filosofi ini menyerap ke dalam kebudayaan Kristen. Filosofi ini merasuk ke dalam pembicaraan-pembicaraan. Filosofi ini telah membentuk cara pandang kita. Dewasa ini diasumsikan bahwa…

• Anda berhak untuk merasa bahagia. • Anda berhak untuk dipahami.

• Anda berhak untuk dicintai.

• Anda berhak memperoleh standar kehidupan tertentu, untuk memperoleh upah yang setara, dan memperoleh fasilitas-fasilitas yang memadai.

• Anda berhak untuk membangun rumah tangga yang bahagia.

• Anda berhak untuk mencari kawan hidup. • Anda berhak untuk dihormati di lingkungan

pekerjaan.

• Anda berhak dihargai oleh suami dan anak-anak.

• Anda berhak untuk minta cuti dan memperoleh waktu libur.

• Anda berhak untuk tidur nyenyak setiap malam. • Anda berhak untuk mendapatkan bantuan dari

(20)

suami dalam pekerjaan rumah tangga.

Dan yang paling penting, jika hak-hak Anda dilanggar, Anda berhak untuk protes. Anda berhak untuk marah. Anda berhak untuk merasa tertekan. Anda berhak untuk mengambil tindakan. Anda berhak untuk mempertahankan hak-hak Anda.

---Cuplikan Bab Tiga – Bagian II

(21)

Mengapa Orang-orang

Kristen Harus Merayakan

Natal?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Sebagaimana kita ketahui, sebagian orang Kristen tidak mau merayakan Natal. Mereka menganggap bahwa perayaan ini tidak alkitabiah. Alasan utama yang diajukan ada dua: tanggal yang tidak tepat dan anggapan adanya keterkaitan dengan tradisi Yunani-Romawi kuno yang bertabrakan dengan Alkitab. Isu ini sudah kita telaah dalam artikel sebelumnya.

(22)

Dalam artikel ini saya akan menerangkan bahwa terlepas dari perbedaan opini tentang keabsahan tanggal dan sumber tradisi di balik detil perayaan, Natal tetap harus dirayakan. Pembacaan Alkitab yang lebih teliti memberikan dukungan yang cukup untuk perayaan Natal. Pertama, para malaikat menyambut Natal dengan sukacita (Luk. 2:9-14). Kedatangan para malaikat dalam kisah ini bukan hanya untuk memberikan kabar kepada para gembala (ayat 10-12). Mereka juga memuji Allah (ayat 13-14). Jika para penghuni surga saja datang ke dunia untuk merayakannya, atas dasar apa kita tidak mau merayakannya?

Kedua, para tokoh Alkitab bersukacita merayakan Natal (Luk. 1-2). Salah satu karakteristik kisah Natal di Injil Lukas adalah ungkapan sukacita. Zakharia, Elisabet, Maria dan para gembala semua bersukacita. Ungkapan sukacita mereka juga beragam: pujian, teriakan gembira, nubuat, nyanyian, dsb. Kelahiran Yesus mengingatkan mereka tentang kedaulatan dan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya. Tidak merayakan Natal tampaknya tidak sesuai dengan respons para tokoh Alkitab ini.

Ketiga, kelahiran Yesus merupakan salah satu doktrin dasar. Kekristenan dibangun di atas beberapa fondasi doktrinal. Salah satunya

(23)

adalah inkarnasi Yesus: Allah menjadi manusia. Rasul Yohanes menjadikan doktrin ini sebagai pembeda antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat (1Yoh. 4:1-5). Dengan lugas dia berkata: “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah” (ayat 2). Di tempat lain Yohanes menjadikan doktrin sebagai pembeda antara dosa yang mendatangkan maut dan yang tidak mendatangkan maut (1Yoh. 5:16-17). Dosa yang mendatangkan maut adalah ketidakpercayaan terhadap aspek penting Kristologi (doktrin tentang Kristus). Salah satu yang disinggung oleh Yohanes adalah inkarnasi Yesus. Dia menerangkan: “Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah” (ayat 5-6).

Keempat, Natal membawa penghiburan yang luar biasa. Melalui kisah dan berita Natal kita dihiburkan. Natal mengingatkan kita bahwa Allah beserta dengan kita (Mat. 1:23). Allah memperhatikan kerendahan kita (Luk. 1:48). Melalui Natal kita juga diingatkan bahwa Kristus mengenal semua penderitaan dan pergumulan kita karena Dia telah menjadi sama seperti kita (Ibr. 2:17-18; 4:15). Dengan dasar ini kita memberanikan

(24)

diri untuk menghampiri tahta kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan pada waktu-Nya (Ibr. 4:16). Jika dengan mengingatkan kita bisa dihiburkan, mengapa kita justru memilih untuk mengabaikannya? Soli Deo Gloria.

(25)

Makna Kedaulatan Allah

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 6 Desember 2020)

“KEDAULATAN ALLAH” merupakan suatu pernyataan yang dulu pernah dipahami oleh khalayak umum. “Kedaulatan Allah” merupakan suatu ungkapan yang dulu umum dipakai dalam literatur rohani. “Kedaulatan Allah” dulu merupakan sebuah tema yang sering diuraikan di atas mimbar. “Kedaulatan Allah” dulu menjadi sebuah kebenaran yang membawa penghiburan bagi hati banyak orang, dan memberi kekuatan dan kestabilan bagi karakter orang Kristen. Namun pada zaman sekarang, menyebutkan

(26)

istilah “kedaulatan Allah” – dalam berbagai bentuknya – akan tampat seperti sedang menyebutkan sebuah istilah asing. Seandainya kita menyatakan dari atas mimbar bahwa tema pembahasan kita adalah kedaulatan Allah, maka hal itu kedengarnya seolah-olah kita sedang mengutip sebuah istilah dari bahasa yang telah mati. Sungguh sedih bahwa demikianlah keadaan yang sebenarnya. Sungguh sedih bahwa doktrin yang merupakan inti sejarah, penafsir providensi, dasar Kitab Suci, dan fondasi theologi Kristen tersebut, telah demikian diabaikan secara menyedihkan dan sangat sedikit dipahami.

Kedaulatan Allah! Apa makna dari ungkapan tersebut? Ungkapan itu bermakna supremasi Allah, keberkuasaan Allah, serta keilahian Allah. Menyebut Allah berdaulat sama halnya dengan menyebut Allah adalah Allah. Menyebut Allah berdaulat sama halnya dengan menyebut-Nya sebagai Yang Mahatinggi, yang berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorang pun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya, “Apa yang Kaubuat?” (Dan. 4:35). Menyebut Allah berdaulat sama halnya dengan mengumumkan bahwa Ia adalah Yang Mahakuasa, yang empunya segala kuasa di sorga dan di bumi, sehingga tak seorang pun dapat menggagalkan keputusan-keputusan nasehat-Nya, menghalangi tujuan-tujuan-Nya,

(27)

ataupun menentang kehendak-kehensak-Nya (Mzm. 115:3). Menyebut Allah berdaulat sama halnya dengan menyebut-Nya sebagai yang “memerintah atas bangsa-bangsa” (Mzm. 22:29), yang menegakkan kerajaan, yang meruntuhkan kerajaan-kerajaan dunia, dan yang menggariskan jalan kehidupan dinasti-dinasti sesuai dengan perkenan-Nya. Menyebut Allah berdaulat sama halnya dengan menyatakan bahwa Dia adalah penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan” (1 Tim. 6:15). Demikianlah Allah yang digambarkan di dalam Alkitab.

Betapa berbedanya Allah yang terdapat di dalam Alkitab dengan Allah yang diberitakan di dalam Kekristenan zaman modern sekarang ini! Konsep tentang Allah yang berlaku umum sekarang ini – bahkan di antara mereka yang mengaku mempelajari Kitab Suci – merupakan suatu karikatur yang menyedihkan, suatu olok-olokan yang menyakitkan terhadap Kebenaran. Allah abad ke-20 adalah keberadaan yang tak berdaya dan kewanita-wanitaan, yang tidak membangkitkan rasa hormat orang-orang yang berpengertian. Allah yang ada dalam konsep populer sekarang semata-mata merupakan kreasi dari suatu sentimentalitas cengeng. Allah yang diberitakan di kebanyakan mimbar sekarang ini merupakan objek yang lebih membangkitkan

(28)

rasa kasihan daripada membangkitkan rasa hormat. Dengan mengatakan bahwa Allah Bapa telah merencanakan suatu karya keselamatan bagi seluruh umat manusia, bahwa Allah Anak telah mati untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, dan bahwa Allah Roh Kudus sekarang ini sedang bekerja untuk memenangkan dunia bagi Kristus; ketika dalam kenyataannya, yang begitu umum terlihat, banyak manusia binasa dalam dosa, dan sedang menuju pada kekekalan yang tidak berpengharapan, adalah sama halnya dengan mengatakan bahwa Allah Bapa itu tidak dapat diandalkan, bahwa Allah Anak itu mengecewakan, dan bahwa Allah Roh Kudus itu memang pecundang. Kita telah mengungkapkan masalah ini secara gamblang, namun kita tidak bisa melarikan diri dari kesimpulannya. Argumen yang menyatakan bahwa Allah telah “mengusahakan yang terbaik” untuk dapat menyelamatkan seluruh umat manusia, namun sebagian besar umat manusia tidak menginzinkan-Nya menyelamatkan mereka, akan sama halnya dengan menyatakan secara tidak langsung bahwa kehendak Sang Pencipta tidak memiliki kuasa, dan bahwa kehendak ciptaan-Nyalah yang berkuasa. Menimpakan kesalahan pada Iblis, sebagaimana yang dilakukan banyak orang, sama sekali tidak menyelesaikan persoalan, sebab bila Iblis diyakini dapat menggagalkan rencana Allah, maka berarti Iblislah Sang Perkasa itu dan Allah

(29)

bukan lagi Yang Mahakuasa.

Mengatakan bahwa rencana semula Sang Pencipta telah dikacaukan oleh dosa sama artinya dengan menurunkan Allah dari takhta. Menyatakan bahwa Allah terperanjat dengan peristiwa di Taman Eden itu dan bahwa sekarang sedang berupaya mengatasi suatu bencana tak terduga berarti menurunkan Yang Mahatinggi ke derajat yang sama dengan manusia fana yang terbatas. Argumen yang menyatakan bahwa manusia merupakan penentu nasibnya sendiri dan, dengan demikian, memiliki kuasa untuk mengalahkan Penciptanya, sama artinya dengan menanggalkan atribut Kemahakuasaan Allah. Dengan mengatakan bahwa ciptaan telah berhasil melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta, dan bahwa Allah sekarng ini hanyalah Penuntun yang tanpa daya melihat dosa dan berbagai penderitaan yang diakibatkan oleh kejatuhan Adam ke dalam dosa, itu sama artinya dengan mengingkari pernyataan Kitab Suci yang berbunyi, “Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagi-Mu, dan sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan” (Mzm.76:11). Kesimpulannya, menyangkal kedaulatan Allah itu sama artinya dengan melewati sebuah jalan setapak yang bila diikuti akan menghantar kita pada atheisme.

(30)

Apa Fungsi Kerubim

di Kejadian 3:24

Ev. Nike Pamela, M.A.

Ada yang menanyakan buat apa Allah perlu menempatkan kerub(im) pada saat Adam dan Hawa diusir dari taman Eden? Bukankah cukup berkuasa Allah mengusir mereka untuk tidak akan kembali ke taman Eden? Baiklah kita mempelajarinya.

Ketika Allah mengusir mereka, ada penegasan yang muncul melalui penggunaan 2 kata berbeda. Dalam ay. 24 ada kata kerja gāraš (LAI: menghalau) yang berguna untuk memberikan ketegasan bagi kata kerja şālah di ayat sebelumnya (ay.23 menggunakan

(31)

kata şālah yang diartikan ‘mengusir). Kata şālah kadangkala masih memiliki makna yang halus (tidak selalu pengusiran, bdg. Kej. 8:7, 8, 12; 21:14; 25:6). Tidak demikian halnya dengan kata gāraš. Kata ini dipakai untuk tindakan Allah mengusir Kain (4:14) atau Sara mengusir Hagar (21:10). Dalam tulisan Musa yang lain gāraš digunakan dalam konteks perceraian (Im 21:7, 14; 22:13) dan penaklukan suatu daerah (Kel 23:28-30; 33:2; Bil 22:11; Ul 33:27; Hak 2:3; 6:9). Baik şālah maupun gāraš muncul bersamaan di Keluaran 6:1 dan 11:1 untuk mempertegas sesuatu. Tambahan kata gāraš di 3:24 menunjukkan bahwa perpindahan geografis yang akan dijalani manusia bukanlah atas kehendak mereka sendiri. Mereka juga bukan sedang dikirim keluar (şālah) oleh Allah ke dalam dunia. Allah benar-benar menghalau manusia dari taman Eden.

Untuk mencegah mereka datang kembali dan mengambil buah pohon kehidupan, Allah menempatkan kerubim di sebelah timur taman Eden. Kerubim adalah salah satu jenis malaikat yang biasanya digambarkan dengan wajah manusia dengan badan singa yang bersayap. Pemunculan kerubim di taman Eden semakin menegaskan fakta bahwa taman tersebut merupakan simbol kehadiran Allah di muka bumi: (1) Dalam budaya Timur Dekat kuno figur ini sering muncul sebagai penjaga tempat kudus; (2) Kerubim juga terlihat cukup dominan dalam ibadah di bait Allah. Pahatan kerubim dapat ditemukan di dinding tabernakel (Kel 26:31; 1 Raj 6:29), di atas tabut perjanjian (Kel 25:18-22; 37:7-9), tirai ruang maha kudus (Kel 26:1, 31; 36:8,

(32)

35) maupun ruangan bagian dalam (1 Raj 6:23-28); (3) ‘Pergerakan’ Allah beberapa kali dinyatakan melalaui gambaran Allah sedang mengendarai kerubim (2 Sam 22:11; Mzm 18:10; Yeh 10) atau bertahta di atas-Nya (2 Sam 6:2; 2 Raj 19:15; 1 Taw 13:6).

Penempatan kerubim di sebelah timur semakin memperkuat kesan di atas. Kata kerja ‘menempatkan’ (šākan, 3:24) berbagi akar kata yang sama dengan ‘tabernakel’ (miškan). Kata ini juga berkali-kali merujuk pada tindakan Allah berdiam di tengah umat-Nya (Kel 25:8; 29:45; Yos 18:1). Ketika membaca 3:24 bangsa Israel pasti akan mengaitkan hal tersebut dengan orang-orang Lewi yang berjaga-jaga di jalan masuk menuju tabernakel supaya orang awam tidak masuk dan dihukum mati oleh TUHAN (Bil 1:51, 53).

Pedang api yang dipegang oleh para kerubim bukan hanya menunjukkan kehadiran Allah (Kel 19:18) atau status mereka sebagai utusan Allah (Mzm 104:4), tetapi juga bahwa mereka merupakan alat penghukuman (Ul 32:41-42; Mzm 83:15-16). Pada waktu Bileam hendak pergi untuk mengutuki bangsa Israel, malaikat TUHAN menghadang dengan pedang di tangan (Bil 22:23, 31, 33).

Posisi penjagaan di sebelah timur taman Eden merupakan keterangan yang perlu diperhatikan. Sebagai sudah dijelaskan di 2:8, kata “timur” di kitab Kejadian memiliki konotasi khusus yang hampir semuanya bermakna negatif. Setelah diusir oleh TUHAN, Kain pergi ke sebelah timut (4:16). Para

(33)

pendiri menara Babel pun bergerak ke arah timur untuk menemukan sebuah tanah datar (11:2). Lot meninggalkan Abraham dengan memilih daerah di sebelah timur (13:8-11). Keturunan Keturah yang dilepas Abraham mengambil jurusan yang sama (25:6). Ini menyiratkan bahwa manusia semakin jauh dari hadirat TUHAN, yang pada waktu itu disimbolkan dengan keberadaan taman Eden. Posisi kerubim di sebelah timur taman Eden (3:24) menyiratkan bahwa taman itu memiliki gerbang masuk. Menariknya, posisi jalan masuk ini sama dengan tabernakel. Pelataran di dekat pintu masuk tabernakel memiliki pintu yang terletak di sebelah timur (Kel 27:13; 38:13-14). Di dekat posisi ini Musa, Harun, dan para imam mendirikan kemah mereka (Bil 3:38).

Dari semua penjelasan di atas terlihat jelas bahwa apa yang terjadi taman Eden merupakan gambaran dari relasi Allah dan manusia. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah (59:2). Setiap kali manusia ingin bersekutu dengan Allah di bait-Nya yang kudus, manusia harus mempersembahkan korban. Syarat ini di kemudian hari dipenuhi secara sempurna oleh Tuhan Yesus, sehingga setiap orang percaya memiliki jalan masuk kepada Allah (Ibr 9:6-14). Pada akhir jaman setiap orang percaya dengan bebas memakan buah pohon kehidupan di sorga (Why 2:7; bdk. Kej 4:22-24) yang terletak di tengah jalan di Yerusalem baru (Why 22:2; bdk. Kej 2:9).

(34)

BAB II : Bagaimana Saya

dapat Mengenal

Kehendak Allah?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 6 Desember 2020)

Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu, dan ajarilah aku.” Ia juga mengajarkan kepada kita dalam ayat 8 dan 9, “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang sesat. Mengenal Firman Allah

(35)

Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” Pemberian janji akan pimpinan TUHAN, juga terdapat dalam Mazmur 25 ayat 12, “Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya.” Allah mengajarkan kepada kita di dalam FirmanNya, bahwa kita harus bijaksana dalam pilihan-pilihan kita, dan cara menginventasikan hidup kita. Bagaimanapun juga, kita harus bersandar pada pengetahuan yang pasti, bahwa Ia berdaulat atas setiap detil. Amsal 16:9, “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya.” Ketika kita memerlukan pimpinan, jalan hikmat adalah percaya kepadaNya, bukan pada upaya-upaya kita sendiri. amsal 3:5-6, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu.” Hikmat dan firman Allah memberikan pimpinan yang sangat baik, dan damai sejahtera yang besar dalam proses mencari kehendak Allah.

DOA

Doa adalah berbicara kepada Allah. Berbicara, adalah sebuah interaksi yang alamiah dan nyaman ketika Anda bersama seseorang yang

(36)

anda kenal dan kasihi. Seseorang pernah berkata, bahwa membaca alkitab adalah cara utama Allah berbicara kepada kita dewasa ini, dan bahwa ketika kita berdoa, kita sedang balik berbicara kepadaNya. Pembacaan Alkitab dan doa berjalan berdampingan dalam percakapan ini. Tentu saja, adalah juga benar bahwa Allah berbicara kepada kita sementara kita berdoa. Namun ilustrasi ini masih berlaku: membaca Alkitab dan berdoa harus menjadi 2 pilar kembar yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari dari seorang murid Kristus yang sejati.

Banyak sekali definisi dan studi mengenai doa yang telah tersedia selama berabad-abad. Sebuah prinsip seringkali diulang adalah bahwa doa tidak mengubah Allah; melainkan doa mengubah kita. Doa membawa detak jantung kita seirama dengan detak jantung Allah sendiri. Di dalam doa, kita datang kepada Allah dalam penyembahan. Selama waktu penyembahan dan pengagungan, kita sungguh-sungguh menyadari siapa Dia sesungguh-sungguhnya, apa yang telah Dia lakukan, dan apa yang FirmanNya ajarkan kepada kita. Kasih kepada Allah ini menghantarkan kita untuk merenungkan kesempurnaan dan kekudusanNya. Seperti Yesaya, ketika melihat Allah begitu tinggi dan ditinggikan, segala keangkuhan kita hilang dan secara mendalam dosa kita dinyatakan. Bagaimana bisa Allah yang kudus mengijinkan

(37)

kita datang ke dalam hadiratNya? Mengingat kemahatahuan-Nya akan segala hal, termasuk kegagalan-kegagalan kita, maka kita sepakat denganNya, bahwa kita adalah manusia-manusia berdosa. Kita mengakui dan berbalik dari dosa-dosa kita. Pada sat ini, kebenaran dari 1 Yohanes 1:9, sangat bernilai bagi kita, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Kita melimpah dengan pujian dan rasa syukur. Kita juga harus berdoa bagi yang sakit, yang terhilang, bagi yang lapar, bagi suku-suku bangsa, dan juga bagi kebutuhan-kebutuhan diri kita sendiri. kita berdoa bagi anak-anak kita, pasangan kita, pekerjaan, gereja-gereja, dan hamba-hamba Tuhan. Tentu saja, dalam masa-masa krisis, banyak orang yang bergegas masuk ke hadirat Allah, dan mengeluarkan permohonan mereka tanpa pengagungan, pengakuan ucapan syukur, dan Allah tetap tidak mengesampingkan mereka.

(38)

Hati Yesus

Senin, 14 Desember 2020

Di dalam Perjanjian Baru, khususnya keempat kitab injil, kita dapat menemukan banyak hal tentang Yesus seperti ajaran dan perumpamaan-Nya, kehidupan-Nya bersama para murid, dan tentu saja karya kematian dan kebangkitan-Nya. Hanya ada satu tempat dalam kitab injil, dimana Yesus membuka diri-Nya kepada kita dengan menunjukkan hati-Nya. Di dalam Matius 11:28-30, Yesus berjanji memberi kelegaan kepada semua yang letih lesu dan berbeban berat karena “Aku lemah lembut dan rendah hati.”

Dari tempat terdalam Juruslamat kita, kita menemukan bukan hati yang menuntut, yang melayani, bahkan bukan juga hati yang penuh sukacita. Kita menemukan sebuah hati yang lembut dan rendah. Dua kata ini membawa arti Yesus adalah orang yang sangat pengertian, penuh belas kasihan, terbuka, tidak akan menolak siapapun yang datang kepada-Nya. Di hadapan dosa dan kebobrokan manusia, Yesus tergerak untuk menjangkau, menolong, dan bahkan mati untuk menebus kita.

Hal ini semakin luar biasa saat kita mengingat siapa Yesus. Dia adalah Alfa dan Omega, Hakim

(39)

yang kudus, dan Raja segala raja. Harusnya Dia menjauhi dosa sekecil apapun. Sudah sepantasnya Tuhan menghukum para pendosa. Namun di dalam kekayaan anugrah Tuhan dan misteri kedaulatan Allah, kita menemukan justru dosa kita lah yang “melayakkan” kita untuk dikejar oleh Yesus. Yesus melihat kita yang berdosa, bukannya menghindar atau menghukum, namun mendekat, memeluk, membersihkan, mengampuni, dan memulihkan kita. Sudahkah kita tahu hati Yesus yang suka mencari orang berdosa? Kita patut mengucap syukur setiap hari karena hati Yesus yang begitu mulia. (EW)

(40)

Dia Datang untuk

Memanggil Orang Berdosa

Selasa, 15 Desember 2020

Apa yang ada di benak kita ketika kita mendengar atau membaca berita tentang koruptor, teroris gangster? Kita pasti menganggap mereka adalah orang-orang yang layak dihindari dan dihukum karena mereka adalah pelaku kejahatan. Hal yang sama juga terjadi pada pemungut cukai dan orang-orang berdosa yang ikut makan bersama Yesus dan para murid-Nya di rumah Matius, pemungut cukai yang disebutkan di Matius 9:10. Pemungut cukai adalah jabatan yang dibenci oleh orang-orang Yahudi karena mereka memungut cukai/pajak dari orang-orang Yahudi untuk diserahkan kepada pemerintah Romawi. Mereka juga berinteraksi dengan orang-orang non-Yahudi dan menurut hukum Yahudi pada waktu itu, tindakan ini najis karena orang-orang non-Yahudi dianggap kafir (Leon Morris, Injil Matius, 228). Yesus bukan hanya makan di rumah pemungut cukai, Matius, tetapi Ia juga menerima kedatangan banyak pemungut cukai dan orang berdosa. Ini berarti Yesus menerima banyak orang yang dianggap najis oleh para pemuka agama Yahudi waktu itu. Tidak

(41)

heran, ketika orang-orang Farisi melihat fakta itu, mereka menegur para murid-Nya: mengapa Yesus yang katanya guru agama malah berelasi dengan orang-orang yang tidak beragama? (ay. 11) (Morris, Injil Matius, 229) Bukankah kita juga berpikir mirip dengan pikiran orang-orang Farisi bahwa para koruptor, teroris, gangster layak dihukum mati? Hal ini dibuktikan dengan kita berteriak, “Rasain lu” ketika mereka ditangkap polisi, dipenjara, atau bahkan dihukum mati. Hal ini berbeda dengan sikap Kristus.

Mendengar pertanyaan sekaligus teguran orang-orang Farisi, Kristus langsung menjawab mereka bahwa Ia datang untuk memanggil orang berdosa karena bukan orang yang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (ay. 12-13). Orang yang sehat ini bukan berarti sehat secara fisik, tetapi orang yang merasa diri “sehat” dan ini jelas merujuk kepada orang-orang Farisi, sedangkan orang sakit berarti orang yang dianggap “sakit” oleh orang-orang Farisi yaitu para pemungut cukai dan orang berdosa (Morris, Injil Matius, 230). Orang yang sehat seharusnya membawa orang sakit ini kepada tabib, tetapi faktanya orang sehat malah menelantarkan orang sakit bahkan menyuruh orang-orang sehat lainnya menjauhi orang sakit. Kristus menegur orang-orang Farisi dengan cara menyadarkan mereka akan kesombongan religius mereka sekaligus mengingatkan mereka bahwa Ia

(42)

datang justru untuk memanggil orang berdosa untuk bertobat, bukan memanggil orang yang merasa diri “sehat” dan “benar.” Orang-orang Farisi menganggap orang-orang berdosa sebagai orang sakit dan dimusuhi, sedangkan Kristus menganggap orang-orang berdosa sebagai orang-orang yang dikasihi. Biarlah sikap Kristus menyadarkan dan mendorong kita untuk terus berdoa bagi para koruptor, teroris, gangster agar mereka bertobat dan percaya kepada Kristus. Amin. (DTS)

(43)

Yesus Mencari Domba

yang Tersesat

Rabu, 16 Desember 2020

Perumpamaan dalam bagian Lukas 15:1-7 ini dikisahkan oleh Yesus pada saat orang farisi bersungut-sungut melihat para pemungut cukai datang kepada Yesus. Para pemungut cukai adalah orang-orang Yahudi yang bekerja kepada penjajah Romawi dan upah mereka diambil dari pungutan pajak yang dilebih-lebihkan dari seharusnya, Sehingga tidak heran apabila para pemungut cukai itu dianggap serakah, tamak dan pengkhianatan bagi bangsa sendiri. Orang-orang farisi menganggap orang seperti ini adalah orang yang najis, berdosa dan tidak layak. Maka tidak heran apabila orang-orang farisi bersungut-sungut ketika melihat pemungut cukai datang dan makan bersama dengan Yesus. Namun disini Yesus meresponi orang farisi tersebut dengan mengisahkan seorang gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan kawanan domba demi mencari satu domba yang terhilang. Dan akan ada sukacita yang besar bagi sang gembala ketika berhasil menemukan domba tersebut dan menggendongnya

(44)

membawa pulang dengan sukacita. Demikianlah Yesus yang adalah sang gembala agung datang untuk mencari domba yang terhilang orang-orang berdosa. Akan ada sukacita besar ketika Yesus berhasil menemukan dan menebus orang-orang berdosa, sebab Yesus datang untuk setiap kita orang-orang berdosa.

Marilah kita mengambil moment untuk kembali merenungkan bagaimana Yesus mau menjumpai kita ditengah dunia yang rusak ini, Ia datang untuk setiap kita orang-orang berdosa. Yesus memanggil kita dan mengejar kita orang berdosa dengan kasihNya. Sehingga kita orang-orang berdosa dapat dibenarkan didalam namaNya. Dan biarlah kasih yang sudah kita dapat ini membuat kita juga mau menerima orang-orang berdosa disekitar kita. Sebagaimana Yesus sudah mengasihi kita orang berdosa marilah kita juga mengasihi mereka orang berdosa. (EG)

(45)

Dia Mencari Orang Berdosa

Kamis, 17 Desember 2020

Malam pemutaran film yang sudah lama didoakan untuk diadakan di persekutuan pemuda gereja itu akhirnya tiba juga. Poster telah dipajang di seluruh penjuru kota dan pizza sudah siap dihidangkan. Steve, pembina kaum muda gereja itu, berharap bahwa film tentang para anggota geng di New York yang mengenal Yesus setelah dilayani oleh seorang pendeta muda itu akan membawa banyak jiwa baru ke dalam persekutuan pemudanya. Namun Steve tidak menyadari bahwa pada malam itu di televisi sedang ditayangkan sebuah pertandingan sepakbola, sehingga jumlah peserta yang hadir jauh dari harapan. Sambil mendesah, ia mulai meredupkan lampu ruangan dan memutar filmnya. Tiba-tiba, lima pemuda anggota geng motor di kota itu memasuki ruangan. Steve pun menjadi pucat. Pemimpin geng itu, yang dikenal dengan sebutan TDog, menoleh ke arah Steve. “Ini gratis dan untuk umum, kan?” tanyanya. Awalnya, Steve hendak mengatakan, “Hanya untuk jemaat persekutuan.” Namun TDog membungkuk dan memungut sebuah gelang yang bertuliskan WWJD (What Would Jesus Do—Apa yang akan Yesus Lakukan). “Milikmu, bro?” tanya TDog. Steve mengangguk dengan wajah yang tersipu, lalu

(46)

menanti sampai semua anggota geng motor itu mendapatkan tempat duduk.

Terkadang kita memiliki sikap yang sama dgn Steve. Kita memang rindu membagikan kabar baik tentang Yesus, tetapi diam-diam kita “menyeleksi” siapa saja yang kamu pikir pantas menerima kabar baik itu. Kita cenderung menghindari mereka yang hidup dalam dosa dan berkarakter keras, seolah kita meletakkan mereka di luar garis pelayanan kita. Berbeda dengan kita Yesus justru datang mencari dan menyelamatkan mereka yang berdosa. Berkali-kali orang Farisi dan ahli Taurat mengecam Nya karena Dia seringkali memilih untuk berkumpul dengan orang-orang yang dikenal sebagai pendosa. Dia menegaskan kepada mereka bahwa Dia datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa supaya mereka dapat bertobat.

Kita harus menyamakan persepsi kita dengan Persepsi Yesus Kristus tentang orang berdosa. Mulai saat ini doakanlah, beritakanlah Injil kepada mereka yang dianggap orang berdosa atau orang-orang yang sulit oleh lingkungan kita. (NL)

(47)

Tiga Macam Hati

Jum’at, 18 Desember 2020

Dalam kisah natal yang diceritakan Alkitab setidaknya ada tiga tokoh yang bisa mewakili hati orang percaya hari ini. Pertama adalah Herodes. Herodes mewakili hari orang yang menolak berita natal. Setelah orang Majus dari timur memberitahukan tentang adanya seorang raja yang telah lahir, maka dia berupaya untuk membinasakan Raja itu. Dia tidak mau ada penguasa lain yang mengambil kekuasaannya. Hatinya yang jahat membuat dia memerintahkan membunuh bayi-bayi yang berusia di bawah dua tahun. Dia tidak mengharapkan natal.

Kedua adalah orang Majus dari timur. Mereka adalah perwakilan dari setiap orang yang mencari Raja dan Juruselamat. Saat melihat tanda bintang istimewa itu dan mengetahui artinya, mereka tidak tinggal diam sebab itu adalah tanda kelahiran Raja yang besar. Mereka pergi dan mencari dimana raja besar itu lahir. Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh. Setelah mereka bersuka cita setelah menemukan raja yang mereka cari. Dengan rasa hormat mereka juga memberikan persembahan minyak, kemenyan dan mur. Ini adalah contoh hati yang

(48)

mencari.

Ketiga, adalah para gembala. Kelompok orang-orang sederhana yang terkadang tidak dihargai di beberapa kalangan. Meski demikian mereka mewakili orang yang bersukacita ketika mendengar berita bahwa juru selamat telah lahir. Berita karya keselamatan dari Allah disampaikan oleh malaikat yang bersukacita memuji Allah. Para gembalapun memuji dan memuliakan Allah. Pada saat menjelang natal bagaimana sikap hati kita? Ketika kita mendengar berita keselamatan dari Allah yang digenapi melalui Yesus, apakah respon hati kita? Banyak Kristen hanya memikirkan hadiah, pesta dan kemeriahan perayaan Natal. Yesus bukan hal yang utama dan terutama untuk dinantikan. Bagaimana hati kita menyambut natal? Adalah kita adalah orang yang mencari Yesus dan bersuka cita karena rahmat keselamatan dari Allah di dalam Yesus? (YDI)

(49)

Harapan untuk Pendosa

Sabtu, 19 Desember 2020

Apakah masih ada harapan? Mungkin banyak dari kita pernah memiliki pemikiran seperti itu. Pemazmur menggunakan gambaran seseorang yang tenggelam atau terjebak di dalam jurang sedang berteriak minta tolong.

Rasa putus asa menjadi lebih buruk karena pemazmur menyadari bahwa hidupnya dalam kehancuran : penuh dengan dosa. Bukan karena Tuhan gagal. Tapi kita yang gagal dan telah mengecewakan Tuhan. Namun Pemazmur juga mempercayai ada sumber harapan: Tuhan sendiri.

Tuhan dalam belas kasihan-Nya menawarkan harapan yang nyata, bukan angan-angan yang sering kita sebut “harapan”. Harapan manusia gagal dan gagal; tetapi pengharapan yang kita taruh dan tujukan kepada Tuhan “tidak membuat kita malu” (Roma 5: 5).

Mengapa pengharapan dari Tuhan pasti?

Bagian Mazmur ini menunjuk kasih Tuhan yang tidak pernah gagal, firman yang tidak berubah, dan penebusan penuh. Di Natal kita melihat

(50)

betapa besarnya kasih Tuhan. Tuhan rela turun ke dunia demi kita. Dalam kasih-Nya yang tiada henti, Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menjadi penyelamat kita (Yohanes 3:16). Pada hari Natal, Friman Tuhan digenapi, Yesus sang Firman Tuhan datang dalam daging untuk menyatakan kasih Tuhan dan membawa keselamatan. Keselamatan ini tidak hanya membawa pengampunan atas dosa-dosa kita tetapi juga penebusan penuh dan masa depan di mana konsekuensi dosa (maut) sepenuhnya dihapuskan. Kristus Yesus adalah harapan kita! Pada masa raya Natal, marilah kita menaruh harapan kita pada Tuhan. Permasalahan terbesar manusia (dosa) telah terselesaikan karena Kristus telah datang dan menang. (HK)

(51)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 14 Des ‘20

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM

23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Bp. Suyono

HUT: Bp. Charlie Picauly HUT: Bp. Hardy

Rabu 16 Des ‘20

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”

Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 3

HUT: Bp. Cristyan Jan Samuel

Kamis 17 Des ‘20

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

(52)

Sabtu 19 Des‘20

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH)

18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH)

22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM HUT: Ibu Dessy Andriani Minggu

(53)

IB ADAH MINGGU 06 DESEMBER 2020 KU 1 | 08.00 WIB | http s:// you tu.be/ heVK8_fo f2g KU 2 | 10.00 WIB | http s:// you tu.be/Knk6 W7T w cYM KU 3 | 17.00 WIB | http s:// you tu.be/ MNI_6Zuuzo w Pdt. Yakub T ri Handok o Dia da tang un tuk me manggil o rang be rdo sa (Ma t. 9:10-13) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 13 DESEMBER 2020 Pdt. Yakub T ri Handok o Dia da tang un tuk me mba w a pe rte ntangan (Luk. 12:4 9-53) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(54)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

13 Desember 2020

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Matius 5:17-19 di TV (atau dicetak/lewat HP saja) sambil memutar lagu Jesus Paid It All - Kim Walker-Smith (https://youtu.be/ Ymkl0t0FOcw)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah men-gajak semua anggota keluarga berdiri. langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(55)

Jemaat dipersilakan duduk. KJ 94 - Hai Kota Mungil Betlehem (https://youtu.be/OuCN9J56gO0) Verse 1

Hai kota mungil Betlehem, betapa kau senyap;

bintang di langit cemerlang melihat kau lelap.

Namun di lorong g’lapmu bersinar T’rang baka:

Harapanmu dan doamu kini terkabullah. Verse 2

Sebab bagimu lahir Mesias, Tuhanmu; malaikatlah penjagaNya

di malam yang teduh. Hai bintang-bintang fajar, b’ritakan Kabar Baik:

Sejahtera di dunia! Segala puji naik! Verse 3

Tenang di malam sunyi t’rang sorga berseri; demikianlah karunia bagimu diberi.

DatangNya diam-diam di dunia bercela; Hati terbuka dan lembut ‘kan dimasuki-Nya Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk

2 Korintus 5:21 “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh

(56)

Allah.”

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri)

Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang

(57)

kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melaku-kan pekerjaan baik, yang dipersiapmelaku-kan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”

Nyanyian jemaat

NP 223 - Berdiri di Atas Janji Penebus (https://youtu.be/kkhiSPhHqQU) Verse 1

Ku berdiri atas janji Rajaku; Puji syukur bagi Kristus ku seru;

S’panjang abad bergema nyanyianku; Yakin akan janji Penebus.

Verse 2

Ku berdiri atas janji yang teguh, Walau topan bimbang ragu berderu; Firman Allah sumber kemenanganku; Yakin akan janji Penebus.

Chorus

Ku berdiri, ku berdiri atas janji Tuhan Yesus; Ku berdiri, berdiri atas janji Penebus.

(58)

Verse 4

Ku berdiri atas janji yang kukuh; Kudengar suara RohNya yang merdu; Ku bersandar pada Juru S’lamatku, Yakin akan janji Penebus.

6. Pujian Firman:

NDC Worship - Berkat Kemurahan-Mu (https://youtu.be/Hy-TIN1LLs4)

Verse

Kau hiasi kehidupanku Dengan kemurahan-Mu

Kau rancangkan masa depanku Penuh dengan harapan

Chorus

Aku ada saat ini

Semuanya karna kasih-Mu Aku hidup hari ini

Semua berkat kemurahan-Mu Terima kasih, Yesus

Engkau sangat baik Teramat baik bagiku 7. Khotbah

Lampiran halaman 03.

8. Persembahan. Melalui transfer ke BCA 088 2825 777 a/n GKRI Exodus

(59)

Mazmur 9:2 “Aku mau bersyukur kepada Tu-han dengan segenap hatiku, aku mau men-ceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;” KPPK 22 - Sukacita Kusembahkan

(https://youtu.be/xSzeJ-svAtY) Verse 1

Sukacita kusembahkan hanya pada Tuhanku, hatiku bagaikan bunga, mekar kar’na sinar-Nya. Awan maut ketakutan, dienyahkan oleh-Nya;

B’ri padaku sukacita, hatiku dicerahkan. 2

Langit, bumi alam semua menyatakan mulia-Nya, bintang, malaikat menyanyi, mengitari takhta-Nya. Ladang, hutan, gunung,

lembah, padang hijau, samud’ra; Burung nyanyi, air mengalir, ajak kami senanglah.

3

Sumber berkat pohon rahmat anugrah-Nya kekallah,

sukacita kehidupan, mengalir memancarlah. Anak Tuhan bersaudara,

(60)

hidup dalam kasih-Nya; Kita saling mengasihi, dalam suka yang baka. 9. Doa syafaat

Lampiran halaman 12 10. Pengumuman

11. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(61)

Referensi

Dokumen terkait