• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga: Ujian Kerohanian Yang Sebenarnya (1 Timotius 5:3-8) E-Magazine 14 Februari Pdt. Yakub Tri Handoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keluarga: Ujian Kerohanian Yang Sebenarnya (1 Timotius 5:3-8) E-Magazine 14 Februari Pdt. Yakub Tri Handoko"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Keluarga: Ujian

Kerohanian Yang

Sebenarnya

(1 Timotius 5:3-8)

Pdt. Yakub Tri Handoko

Bagaimana cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar saleh? Jawabannya gampang. Tanyakan saja pada anggota keluarganya. Mereka tinggal bersama-sama tanpa bisa bersandiwara.

(4)

otentisitas dan spiritualitas. Untuk otentisitas, karena seseorang tidak mungkin melakukan pencitraan. Semua topeng terpaksa ditanggalkan. Untuk spiritualitas, karena kesabaran dan kasih sayang benar-benar diuji setiap hari. Tidak ada tempat untuk melarikan diri.

Harus diakui, tidak banyak orang Kristen yang lolos (apalagi lulus) dari ujian ini. Yang penting adalah kemauan untuk mengoreksi dan memerbaiki diri. Slogan “tidak ada keluarga yang sempurna” bukan dalih untuk tetap hidup seadanya. Kita seharusnya bersyukur dan memaksimalkan keluarga sebagai ruang latihan untuk iman dan kesalehan.

Melalui teks hari ini kita akan belajar bahwa keluarga adalah gereja (individual) sekaligus mitra bagi gereja (komunal/institusional). Anggota gereja yang baik adalah anggota keluarga yang baik. Jika seseorang tidak mampu menjadi saksi di keluarga, bagaimana dia layak disebut rohani di gereja? Kalau dia tidak menjadi teladan yang baik di keluarga, bagaimana dia mampu menjalankan peranan dengan baik di gereja?

Dalam teks ini Paulus secara khusus membicarakan tentang perhatian keluarga dan gereja terhadap para janda. Pelayanan kepada para janda memang menjadi salah satu bidang pelayanan yang penting bagi jemaat mula-mula.

(5)

Sejak awal gereja mula-mula ada, mereka sudah menjalankan pelayanan diakonia kepada para janda (Kis. 6:1-7). Rasul Yakobus secara eksplisit mengajarkan bahwa ibadah yang murni adalah mengunjungi janda (dan yatim-piatu) dalam kesusahan mereka (Yak. 1:27).

Gereja di Efesus yang dipimpin oleh Timotius tampaknya bermasalah dengan pelayanan untuk janda-janda. Ada beragam isu yang saling berkaitan. Beberapa janda bertindak telah bertidak tidak senonoh. Mereka suka mengumbar hawa nafsu dan menyebarkan gosip (5:11-15). Paulus menyebut mereka “telah tersesat mengikut Iblis” (ayat 15). Pelayanan diakonia kepada para janda tampaknya juga belum maksimal dan tepat sasaran (ayat 9). Ada sebagian janda yang patut ditolong tapi terabaikan, sedangkan yang tidak terbaikan justru tidak patut ditolong. Jemaat sebagai individu juga kurang memedulikan janda-janda dalam keluarga mereka (5:4, 8, 16). Ada kesan mereka dengan mudah menyerahkan persoalan itu kepada gereja.

Tanggung jawab gereja (secara komunal/institusional)

Situasi di atas tidak boleh dibiarkan. Perintah Tuhan dilanggar. Reputasi gereja bisa dipertaruhkan (ayat 14). Timotius tidak boleh takut untuk mengambil tindakan. Gereja memegang tanggung jawab dan peranan yang besar untuk menyelesaikan persoalan ini.

(6)

Apa saja yang harus dilakukan oleh gereja kepada janda-janda?

Yang terutama, gereja harus menyediakan tunjangan material kepada mereka (ayat 3). Kata “menghormati” (timaō) di bagian ini bukan hanya perasaan atau sekadar sikap, melainkan tindakan yang konkrit berupa bantuan material. Kata Yunani yang sama dikenakan pada para penatua yang bekerja keras dan berhak dihormati dua kali lipat dalam bentuk pemberian upah (ayat 17-18). Selain itu, kata ini juga digunakan dalam perintah ke-5: “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Kel. 20:12; Septuaginta/LXX). Dalam tradisi Yahudi, kewajiban untuk menghormati orang tua mencakup tugas untuk memelihara mereka sampai mereka meninggal dunia (bdk. Mat. 15:3-6). Gereja mengemban tugas yang sama kepada para anggota yang tua, apalagi yang berstatus janda.

Gereja juga patut menyeleksi siapa yang layak untuk menerima bantuan. Istilah “janda” (chēra) bisa merujuk pada siapa saja yang ditinggalkan oleh suaminya, baik ditinggal mati, diceraikan atau ditinggal pergi. Kasus seperti ini mungkin sangat banyak terjadi. Keadaan masing-masing janda juga pasti berbeda-beda. Sebagian lebih beruntung secara finansial daripada lainnya. Gereja perlu melakukan seleksi. Tanpa seleksi, beban gereja akan menjadi sangat berat (bdk. ayat 16 “sehingga mereka jangan menjadi

(7)

beban bagi jemaat”). Tanpa seleksi, bantuan gereja juga bisa disalahgunakan. Beberapa janda seharusnya tidak perlu atau tidak boleh menerima bantuan dari gereja (ayat 11-14).

Yang benar-benar layak dibantu adalah “yang benar-benar janda” (ayat 3, 5). Maksudnya, mereka bukan hanya janda secara status perkawinan, tetapi secara kenyataan. Mereka tidak memiliki siapa-siapa maupun apa-apa. Kriterianya adalah “yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam” (ayat 5). Usia mereka minimal 60 tahun (ayat 9a), memiliki kesaksian pernikahan yang baik (ayat 9b) dan terkenal baik (ayat 10).

Dengan patokan semacam ini, ada beberapa janda yang tidak layak menerima bantuan. Siapa saja yang tidak masuk dalam kategori pantas dibantu? Janda-janda yang tergolong berusia muda. Jika mereka masih muda, mereka masih bisa bekerja atau menikah kembali dengan orang yang percaya (ayat 14). Kemudaan mereka bisa menjadi kemudahan sekaligus persoalan bagi mereka. Beberapa janda yang masih muda juga cenderung mudah digairahkan oleh berahi, sehingga melakukan tindakan yang tidak memuliakan Tuhan (ayat 11-12). Sebagian yang lain suka bermalas-malasan dan menyebarkan gosip (ayat 13). Mereka tidak sepatutnya diberi bantuan, apalagi sampai menelantar

(8)

janda-janda lain yang benar-benar membutuhkan tunjangan.

Tanggung jawab gereja juga berkaitan dengan anggota keluarga dari janda-janda tersebut. Gereja perlu mendorong setiap jemaat untuk memainkan peranan mereka di rumah masing-masing (ayat 4, 16). Keluarga menjadi kepanjangan tangan gereja. Keluarga adalah gereja kecil. Persoalan seputar janda adalah persoalan bersama: jemaat (secara individual) maupun gereja (secara komunal/institusional). Tanggung jawab keluarga terhadap janda

Nasihat untuk melibatkan keluarga dalam pelayanan diakonia kepada janda-janda bukanlah upaya gereja untuk melarikan diri dari tanggung jawab. Paulus justru sedang meletakkan tanggung jawab setiap pihak pada posisinya masing-masing. Ada kemitraan, tetapi juga ada aturan.

Mengapa jemaat perlu dilibatkan untuk mengurusi janda di keluarga mereka masing-masing? Ada empat alasan.

Pertama, tanda kesalehan yang sejati (ayat 4). Setiap orang Kristen dipanggil untuk “pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri” (LAI:TB). Terjemahan ini tidak tepat dan dapat memberi arti yang keliru. Kata “berbakti” (eusebeō) berarti menunjukkan kesalehan. Objek

(9)

dari tindakan ini adalah Allah (Kis. 17:23). Jadi, di ayat 4 ini Paulus sedang menasihati jemaat untuk menunjukkan kesalehan mereka kepada Allah di depan anggota keluarga mereka. Bukan untuk dipamerkan atau diperlihatkan, tetapi dilaksanakan. Dengan dilaksanakan maka anggota keluarga akan melihat.

Kebenaran ini sangat penting untuk diberitakan dan ditekankan. Kesalehan itu untuk dituntaskan, bukan dipentaskan. Di keluarga, bukan hanya di gereja. Jangan sampai seorang yang mengaku Kristen berperilaku sebagai malaikat di gereja tetapi sebagai monster di rumah. Kesalehan sejati tidak mengenal lokasi.

Kedua, wujud balas budi (ayat 4). Setiap orang Kristen wajib “membalas budi orang tua dan nenek mereka” (LAI:TB). Ungkapan “membalas budi” (amoibas apodidonai) secara hurufiah berarti “membayar balik sebagai kompensasi kepada orang tua” (RSV “make some return to their parents”; NLT “repay their parents by taking care of them”).

Sebagian orang tua merawat anak-anaknya tanpa pamrih. Tugas merawat anak-anak memang kadangkala tidak mudah, tetapi orang tua melakukannya dengan cinta. Kasih sayang mereka melebihi kekesalan hati maupun keletihan tubuh mereka. Mereka tidak menuntut untuk dibayar atau diberi kompensasi. Walaupun

(10)

demikian, sudah sewajarnya dan sepatutnya jika anak atau cucu membalas budi orang tua atau kakek-nenek mereka. Jika anak-anak menghitung pengurbanan orang tua, anak-anak tidak akan hitung-hitungan lagi dengan orang tua.

Ketiga, cara menyenangkan Tuhan (ayat 4). Ada banyak cara untuk menyenangkan hati Allah. Merawat orang tua sampai mereka meninggal dunia merupakan tindakan “yang berkenan kepada Allah” (LAI:TB). Kata sifat “berkenan” (apodektos) berkaitan dengan sesuatu yang baik, dapat diterima atau menyenangkan (2:3). Hati Allah disenangkan jika kita memedulikan keluarga kita.

Kebenaran ini sangat diperlukan oleh banyak orang. Memelihara orang tua jelas bukan tugas yang gampang. Dibutuhkan begitu banyak kesabaran dan pengertian. Tidak sedikit orang yang akhirnya memandang tugas ini sebagai beban yang tidak menyesakkan. Orang-orang yang berada pada posisi ini perlu belajar bahwa menyenangkan orang tua memang kadang tidak menyenangkan (kita), tetapi pasti menyenangkan (Tuhan). Memelihara orang tua adalah kesempatan dan kehormatan. Paling tidak, kesempatan untuk memberi penghormatan kepada Tuhan.

Keempat, ujian iman yang sejati (ayat 8). Orang Kristen yang tidak menghormati orang

(11)

tua disebut sebagai “murtad” dan “lebih buruk daripada orang yang tidak beriman” (LAI:TB). Dua ungkapan yang digunakan ini benar-benar tegas dan keras. Paulus memandang kesalahan ini secara sangat serius.

Kata “murtad” (tēn pistin ērnētai) secara hurufiah berarti “menyangkali iman itu” (mayoritas versi Inggris). Makna yang pasti dari ungkapan ini sukar untuk dipastikan. Jika orang yang dimaksud sudah percaya kepada Yesus Kristus, murtad di sini mungkin lebih ke arah tersesat (sementara) daripada terhilang (seterusnya). Kita percaya bahwa yang sudah ditemukan oleh Allah tidak mungkin terhilang kembali. Jika yang dimaksud adalah orang yang belum sungguh-sungguh percaya, iman yang disangkali di sini bukan merujuk pada iman orang itu, tetapi ajaran Kristen (iman itu). Di suratnya yang lain kepada Timotius, Paulus menyinggung tentang orang-orang tertentu yang secara lahiriah menjalankan ibadah, tetapi pada hakikatnya memungkiri kekuatannya (2Tim. 3:5). Manapun yang benar di antara dua opsi ini, intinya tetap sama: ada orang yang hidupnya tidak sesuai dengan Injil Yesus Kristus. Injil yang menyapa mereka dalam ketidakberdayaan dan ketidakadaan harapan mereka ternyata tidak dipancarkan melalui tindakan nyata kepada mereka yang tidak berdaya dan tidak ada harapan.

(12)

disebut lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. Penelitian sumber-sumber tertulis kuno di luar Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang non-Kristen saja sangat menekankan pentingnya penghormatan kepada orang tua. Ada hukum Yunani kuno yang mencabut kewarganegaraan siapa saja yang tidak mau memelihara orang tua. Orang yang tidak memedulikan keluarga dilarang untuk menjadi seorang orator. Bagaimana mereka bisa menjadi pembicara yang ulung di depan publik tetapi pada saat yang bersamaan menjadi orang yang buruk dalam keluarganya? Mereka yang tidak mau merawat orang tua juga disebut sebagai para pembenci dewa-dewa dan manusia. Jadi, menghormati orang tua merupakan bagian dari hukum moral universal yang ditaruh oleh Allah di dalam hati setiap orang. Kegagalan orang Kristen dalam memenuhi tuntutan moral ini pasti berdampak besar dan buruk. Tidak menghidupi Injil lebih buruk daripada tidak memercayainya. Jika dunia lebih baik daripada gereja, bagaimana dunia akan tertarik kepada kita? Sebuah pertanyaan yang tajam dan patut direnungkan. Soli Deo Gloria.

(13)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 117:

Mengapa tugas memelihara hari Sabat diarahkan secara khusus kepada para kepala keluarga adn orang-orang terkemuka lainnya? • Perintah memelihara hari Sabat diarahkan

secara khusus kepada para kepala keluarga dan orang-orang terkemuka lainnya, karena mereka wajib untuk tidak hanya memelihara sendiri hari Sabat, tetapi juga menjaga agar hari itu dipatuhi oleh semua orang bawahan mereka, dan karena mereka sering cenderung mengganggu pemeliharaannya oleh para bawahan itu dengan kesibukan mereka sendiri.

• a. Kel 20:10; Yos 24:15; Neh 13:15, 17; Yer 17:20-22; Kel 23:12.

(14)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk kesembuhan pasien Covid-19 yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdoa untuk kebutuhan plasma konvalesen untuk pengobatan Covid-19 di Surabaya. Berdoa supaya orang-orang yang sudah sembuh dari Covid-19 dapat mendonorkan diri ke PMI untuk membantu pasien Covid-19.

2. Berdoa untuk pemulihan beberapa daerah di Indonesia yang terkena bencana alam. Tuhan memberikan hikmat kepada pemerintah dalam mengatasi hal tersebut. Tuhan juga memberikan penghiburan, kekuatan dan menyembuhkan trauma para korban bencana alam. Berdoa supaya bantuan dapat diterima dengan baik oleh para korban bencana.

3. Berdoa untuk persiapan panitia dan pembicara Seminar Remaja, Pemuda dan Keluarga

“Wanderer at Home”, dengan pembicara Pdt. Yakub Tri Handoko, M.Th dan Ivan Kwananda, M. Div pada hari Sabtu, 20 Februari 2021 via zoom pk 19.00. Berdoa supaya banyak jemaat maupun simpatisan REC mengikuti acara ini. Kiranya seminar yang diadakan dapat menjawab pergumulan para remaja, pemuda dan orangtua di tengah permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Melalui seminar ini anggota keluarga makin sehati, bertumbuh dan menjalankan perannya masing-masing seturut rancangan Tuhan.

(15)

Dusta yang Diyakini

oleh Kaum Wanita

Mengenai Prioritas

Ngomong-ngomong, jika hari ini Anda bertanya pada seorang wanita, “Apa kabar?” kemungkinan besar jawabannya berupa keluhan atau erangan, yang diikuti dengan kata-kata seperti:

• Saya sibuk sekali!

• Begitu banyak hal terjadi dalam keluarga kami!

“Saya tidak punya waktu” - “Saya mampu melakukannyaa semuanya”

(16)

• Saya tidak dapat menangani pekerjaan yang harus saya selesaikan!

• Saya capek sekali!

Seringkali, saya mendapati bahwa kaum wanita (tidak terkecuali wanita-wanita Kristen) merasa terbebani dengan betapa banyaknya tugas yang harus mereka selesaikan dan betapa sedikitnya waktu yang tersedia. Sebagai akibatnya, banyak wanita hidupnya serasa dikejar-kejar waktu, kelelahan, dan patah semangat.

Saya pernah membaca bahwa rata-rata wanita dewasa ini diperlengkapi dengan lima puluh pelayan full-time, dalam bentuk peralatan modern yang hemat waktu. Angka itu mungkin tidak akurat, akan tetapi tentu saja kita memiliki banyak peralatan rumah tangga modern yang tidak dikenal oleh wanita-wanita dari generasi yang lalu. Bayangkan kita kembali ke masa di mana tidak ada mesin pencuci piring, microwave, mesin cuci, mesin pengering pakaian, atau mobil – atau mungkin lebih jauh ke masa di mana orang-orang tidak pernah mendengar tentang air ledeng atau listrik.

Kenyataannya, waktu berjalan sama, tidak lebih cepat atau lebih lambat, bagi semua orang yang pernah hidup di bumi ini. Tidak seorang pun, tanpa memandang kedudukan atau tanggung

(17)

jawabnya, memiliki waktu tidak lebih dari 24 jam setiap hari, 168 jam dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun.

Tidak akan cukup waktu bagi saya selama dua puluh empat jam sehari untuk melakukan segalanya yang orang lain ingin agar saya lakukan. Secara fisik itu sangat tidak mungkin. Sungguh melegakan ketika saya menyadari bahwa saya tidak perlu melakukan semua itu. Kenyataannya, yang harus saya kerjakan adalah pekerjaan yang ditugaskan Allah kepada saya. Sungguh melegakan ketika saya menerima bahwa ada waktu bagi saya untuk melakukan segalanya yang Allah tugaskan kepada saya sepanjang hari, minggu, bahkan seumur hidup saya.

Rasa frustrasi itu muncul apabila saya mencoba untuk mengambil alih tanggung jawab yang bukan merupakan rencana-Nya bagi saya. Pada saat saya menentukan agenda saya sendiri, atau membiarkan orang lain menentukan prioritas dalam hidup saya, dan bukannya meluangkan waktu untuk merenungkan apa yang Allah ingin agar saya lakukan, saya akan terkubur di bawah tumpukan proyek-proyek atau tugas-tugas yang tidak terselesaikan. Saya hidup dengan

(18)

rasa bersalah, frustrasi, dan selalu terburu-buru, bukannya menikmati kehidupan yang damai dan teratur yang telah Ia siapkan bagi saya.

Penting untuk diingat bahwa daftar “tugas-tugas” yang Allah sediakan bagi saya tidak sama dengan daftar yang Ia berikan kepada orang lain. Lebih lanjut lagi, ada berbagai musim dalam hidup kita, dan tugas-tugas Allah bagi saya ketika saya berumur empat puluhan, tidak akan sama dengan yang Ia berikan kepada saya ketika saya masih remaja, atau apabila saya sudah tua nanti. Ngomong-ngomong, ada dusta lain yang masih berhubungan dan diyakini oleh wanita-wanita dalam generasi kita. Dusta ini mengatakan bahwa kita mampu melakukan semuanya – bahwa saya seharusnya bisa menjadi istri dan ibu yang ideal, menjaga rumah agar selalu bersih dan teratur rapi, menyiapkan hidangan sehat bagi keluarga saya, aktif di sekolah anak-anak saya, gereja, dan masyarakat, tetap fit, selalu mengikuti berita terbaru, dan bekerja full-time di luar tugas saya sebagai ibu rumah tangga.

Wanita-wanita yang secara tidak sadar percaya bahwa mereka seharusnya dapat memainkan semua peran itu akan mengalami kelelahan dan kerepotan untuk membagi waktu.

(19)

menjalankan semua peran dengan efektif. Lambat laun, sesuatu (atau seseorang) akan menderita.

Rasa frustrasi adalah produk sampingan, karena kita berusaha untuk memenuhi kewajiban yang tidak Allah maksudkan agar kita tanggung. Kebebasan, sukacita, dan menghasilkan buah yang banyak didapat dengan mencari prioritas yang Allah berikan dalam setiap tahapan kehidupan, dan kemudian bertekad untuk menjalankan prioritas ini, dengan kuasa Roh-Nya, sadar bahwa Ia telah menyediakan waktu yang diperlukan dan kemampuan untuk melaksanakan panggilan-Nya atas kita.

Kesaksian berikut ini mengilustrasikan bagaimana dusta Setan mengenai prioritas dan waktu membuat kita terbelenggu dan bagaimana Kebenaran berkuasa untuk memerdekakan kita:

# Saya merasa bersalah apabila saya tidak dapat hidup sebagai “Kristen yang baik”. Saya tidak pernah merasa bahwa saya berhasil atau melakukan apa pun dengan baik. Sungguh melegakan ketika saya belajar bahwa “ada cukup banyak waktu untuk melakukan segala sesuatu yang Allah ingin agar saya lakukan.” Apabila saya merasa tertekan, saya mengulangi Kebenaran itu

(20)

berulang kali. Hanya dengan mengucapkan Kebenaran itu menenangkan saya. Sekarang hari-hari tidak berlalu begitu cepat lagi, dan saya dapat benar-benar “menikmati hidup” bukan sekadar “menjalani hari-hari lagi.” # Saya percaya pada dusta yang mengatakan bahwa saya tidak punya waktu untuk menyelesaikan segala sesuatu. Saya tidak pernah berhasil memenuhi kewajiban saya, dan saya merasa putus asa karena rumah saya selalu berantakan dan anak-anak saya tidak tahu aturan.

Sekali saya sadar bahwa saya punya waktu untuk melakukan apa yang telah Allah tugaskan kepada saya, saya harus menyadari bahwa saya mencoba untuk melakukan sesuatu yang tidak Ia tugaskan kepada saya. Saya mulai menyingkirkan hal-hal yang saya pandang tidak harus saya lakukan dan menemukan hal-hal yang dapat saya limpahkan kepada orang lain. Saya juga belajar untuk berkomunikasi dengan suami saya supaya ia dapat membebastugaskan saya dari hal-hal yang tidak penting baginya dan menjelaskan apa yang penting. Ini bukanlah proses yang mudah, tetapi saya telah menyederhanakan beberapa hal, dan saya berharap untuk memperoleh momentum selagi saya berjalan

(21)

terus, sampai hidup saya dapat dikendalikan dan saya bebas untuk melakukan tugas yang telah Allah limpahkan kepada saya. Ini hanya mungkin terjadi dengan bimbingan dan kasih karunia Allah.

# Saya percaya bahwa adalah tugas saya untuk melayani kapan pun gereja membutuhkan saya. Jika saya melihat ada sesuatu yang harus dikerjakan, saya harus mengerjakannya. Akibatnya, saya kewalahan melakukan sesuatu di gereja hampir setiap hari dalam seminggu. Saya melakukannya karena saya “harus”, bukan karena saya menginginkannya. Saya tidak ingin meminta pertolongan orang lain karena saya tidak mungkin meminta orang lain untuk bekerja serajin saya. Saya berpikir bahwa “sayalah satu-satunya” yang dapat melakukannya. Setelah saya kewalahan, pendeta saya membantu saya untuk melihat bahwa saya tidak perlu melakukan segalanya sendiri – hanya hal-hal yang saya tahu Allah ingin agar saya melakukannya. Saya belajar untuk mengatakan tidak apabila saya tahu bahwa yang saya kerjakan itu bukanlah panggilan Allah.

Tidak satu pun dari hal-hal yang saya lakukan itu buruk – hanya saja semua itu bukan apa

(22)

yang Allah ingin agar saya kerjakan. Dengan melakukan itu saya telah memadatkan hal-hal yang merupakan panggilan Allah bagi saya. Allah telah membebaskan saya dari belenggu kesibukan dan mengizinkan saya untuk sungguh-sungguh menjadi pelayan-Nya. Saya tidak lagi mencari-cari kesempatan untuk melayani-Nya, tetapi untuk menghadap Allah sebagai pelayan-Nya, siap sedia untuk pergi ke manapun Ia menginginkannya.

---Ringkasan Bab 5 – bagian II

(23)

Bagaimana Menyikapi

Kegagalan Anak?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Kegagalan terasa menyesakkan dan menyakitkan. Bagi sebagian orang kegagalan bahkan bisa memalukan. Tidak heran semua orang berusaha menghindari kegagalan.

Demikian pula dengan orang tua. Mereka cenderung mengupayakan agar anak mereka sebisa mungkin tidak mengalami kegagalan. Ada banyak yang dilakukan, dari memberikan perlindungan yang berlebihan sampai mengancam dengan hukuman yang menakutkan.

(24)

Walaupun ada orang tua tertentu yang lebih siap menerima kegagalan anak, yang lain mengalami kesulitan untuk berdamai dengan keadaan itu. Bagaimana orang tua menyikapi kegagalan secara tepat? Apa yang harus dilakukan?

Hal pertama dan terutama yang perlu dilakukan adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang wajar. Semua orang pasti mengalami pelbagai kegagalan. Bahkan semua tokoh iman dalam Alkitab - kecuali Yesus Kristus - pernah gagal. Beberapa bahkan gagal secara fatal dan mengenaskan. Dengan kesadaran tentang hal ini orang tua akan ditolong untuk tidak memberikan respons berlebihan, entah secara positif (menghibur dan menguatkan secara berlebihan) maupun negatif (menyalahkan dan memarahi secara berlebihan). Respons berlebihan akan semakin menenggelamkan anak seolah-olah kegagalannya begitu serius dan dalam. Jangan sampai anak menangkap kesan bahwa kegagalan mereka adalah akhir dari alam semesta.

Hal kedua adalah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang tidak terelakkan. Poin ini mirip dan masih berkaitan dengan poin sebelumnya, hanya saja penekanannya berbeda. Dengam menyadari bahwa kegagalan memang sebuah keniscayaan, orang tua

(25)

tidak akan memberikan perlindungan dan bantuan yang berlebihan kepada anak-anak mereka. Tidak peduli seberapa besar perhatian kita kepada mereka, anak-anak tetap akan menghadapi kegagalan. Tugas utama kita bukan menghindarkan mereka dari kegagalan, melainkan melatih mereka untuk meresponi kegagalan dengan benar. Seorang anak yang dituntut untuk berhasil dan dilindungi secara berlebihan justru akan mudah gagal dalam menghadapi kegagalan. Mereka cenderung akan menutupi kegagalan, memberikan pembelaan atau mencari kambing hitam, entah orang lain, Tuhan atau keadaan.

Contoh yang baik tentang ini adalah Saul dan Daud. Keduanya pernah beberapa kali gagal menaati firman Tuhan. Saul berusaha membela diri dan melemparkan kesalahan pada orang lain (1Sam. 15). Daud langsung mengakui dosa dan menerima konsekuensinya (2Sam. 12, 24). Jatuh beberapa kali bukan hanya wajar tetapi kadangkala tidak terhindarkan. Yang penting adalah bangun kembali (Ams. 24:16a).

Orang tua juga perlu untuk memberikan dukungan seperlunya kepada anak-anak. Walaupun pemberian penghiburan dan penguatan secara berlebihan adalah kontraproduktif, namun bukan berarti orang tua tidak memberikan dukungan apa-apa. Sebuah pelukan seringkali memberi

(26)

kekuatan yang melebihi berjuta-juta perkataan. Memberikan beberapa kalimat dorongan yang tepat juga membuat anak tidak patah semangat. Mengungkapkan apresiasi atas usaha anak-anak akan memberikan pelajaran penting bahwa proses lebih penting daripada hasil. Jika anak belum siap mendiskusikan kegagalannya, orang tua tidak perlu memaksa. Anak-anak kadangkala membutuhkan waktu sendirian untuk berduka dan introspeksi diri. Katakan kepada mereka bahwa kita siap menjadi pendengar yang baik kapanpun mereka membutuhkannya.

Apabila waktu yang tepat telah tiba, orang tua bisa membimbing anak-anak untuk menarik pelajaran spiritual dan moral dari kegagalan mereka. Bimbinglah mereka untuk berani merengkuh kegagalan tanpa menyalahkan apapun maupun siapapun. Ajarkan kepada mereka bahwa setiap pelajaran adalah berharga, jauh melebihi semua kerugian dan kesakitan dalam kegagalan. Kegagalan sesungguhnya adalah orang yang tidak mau belajar dari kegagalan. Apakah anak terlalu terburu-buru dan kurang berhikmat dalam mengambil keputusan? Apakah anak kurang berusaha dengan sungguh-sungguh? Apakah anak terlalu menggampangkan tantangan? Deretan pertanyaan ini tentu saja masih dapat diperpanjang. Pelajaran akan lebih lengkap apabila orang tua juga mau belajar dari kegagalan anak-anak. Mungkin orang tua kurang

(27)

memberi arahan dan dukungan? Mungkin orang tua terlalu berlebihan memberikan tuntutan dan tekanan pada anak-anak? Deretan pertanyaan ini juga masih bisa diperpanjang.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan dari pemberian konsekuensi. Poin ini sekilas bertentangan dengan semua nasihat positif sebelumnya. Namun, dalam kenyataannya tidak demikian. Seandainya kegagalan disebabkan oleh kesalahan anak-anak, orang tua perlu menolong mereka untuk berani bertanggung-jawab. Belajar dari kesalahan adalah satu hal. Menanggung akibat dari kesalahan itu adalah hal yang berbeda. Dua-duanya penting bagi kedewasaan anak-anak.

Yang terakhir, orang tua juga harus menunjukkan kasih tanpa syarat kepada anak-anak. Keberhasilan maupun kegagalan anak-anak tidak seharusnya mendefinisikan siapa mereka di hadapan orang tua. Kasih orang tua tidak ditentukan oleh prestasi anak-anak. Sama seperti Allah Tritunggal mau menerima kita apa adanya dengan semua kegagalan dan kehancuran kita, demikian pula orang tua harus menerima setiap anak dengan penuh cinta tidak peduli seberapa besar pencapaian mereka. Soli Deo Gloria.

(28)

Kedaulatan Allah

dalam Memerintah

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 7 Februari 2021)

Contoh-contoh tersebut sama sekali bukan kasus-kasus yang hanya satu-satunya. Atas perintah-Nya, api dan hujan belerang turun dari sorga dan menghancurkan kota Sodom dan Gomora, dan lembah yang subur di ubah menjadi lautan kematian yang mengerikan. Atas perintah-Nya, air Laut Merah terbelah sedemikian rupa sehingga bangsa Israel dapat menyeberang melewati

(29)

jalan setapak yang kering, dan atas perintah-Nya pula, air tersebut berbalik dan meliputi bangsa Mesir yang mengejar mereka. Sepatah kata dari-Nya, bumi membuka mulutnya dan menelan Korah beserta rekan-rekan pemberontaknya. Dapur api Raja Nebukadnezar dibuat “tujuh kali lebih panas” dari biasanya dan ke dalamnya dicampakkan ketiga anak Allah yang taat, namun api yang membakar habis orang-orang yang mencampakkan mereka ke dalamnya itu justru sama sekali tidak menghanguskan ketiganya, bahkan jubah mereka pun tidak.

Bukti yang dahsyat kendali Allah atas unsur-unsur adalah ketika Dia menjelma menjadi manusia dan diam di antara kita. Perhatikan juga ketika Dia tidur di buritan perahu ketika badai sedang mengamuk. Angin bertiup dahsyat oleh ombak bergulung-gulung mengerikan. Para murid yang sedang bersama-Nya – khawatir perahu kecil tersebut akan tenggelam – membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya, “Guru, “Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Dan selanjutnya ada tertulis, “Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali” (Mark. 4:39). Perhatikan pula bagaimana laut – atas kehendak Sang Pencipta - menahan gelombangnya. Oleh hardik-Nya, pohon ara menjadi kering; dan oleh jamahan-Nya, berbagai penyakit lenyap seketika.

(30)

Benda-benda langit juga diatur oleh Sang Pencipta dan melaksanakan kehendak-Nya yang berdaulat. Mari kita memperhatikan dua ilustrasi berikut ini. Atas perintah Allah, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas mundur kebelakang sepuluh tapak untuk menguatkan iman Hizkia. Pada zaman Perjanjian Baru Allah menempatkan sebuah bintang untuk mengabarkan inkarnasi Anak-Nya, yakni bintang yang ditampakkan kepada orang-orang majus dari Timur. Bintang yang mereka lihat di Timur itu “mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada” (Mat.2:9). Betapa dahsyatnya pertanyaan berikut ini, “Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu. Ia melemparkan air batu seperti pecahan-pecahan. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi dingin-Nya? Ia menyampaikan firman-Nya, lalu mencairkan semuanya, Ia meniupkan angin-Nya, maka air mengalir” (Maz. 147:15-18). Perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai benda mati juga tunduk di bawah kontrol Allah yang berdaulat. Allah sendirilah yang mengendalikan hujan; dan Allah sendirilah yang menurunkan hujan - kapan pun, di mana pun, dengan cara bagimana pun, kepada siapa pun – menurut kerelaan kehendak-Nya semata. Kantor meteorologi boleh saja mempublikasikan apa

(31)

yang mereka sebut sebagai “perkiraan cuaca, “ namun betapa sering Allah menertawakan perhitungn mereka. “Bintik-bintik” pada matahari, aktivitas planet-planet yang sangat beragam, muncul dan menghilangnya komet (yang kadang kala di sebut sebagai penyebab cuaca yang tidak normal), berbagai gangguan cuaca, semata-mata merupakan penyebab sekunder, sebab di balik semua itu terdapat keberadaan Allah sendiri. Biarlah firman-Nya kembali dinyatakan, “’Akupun telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering; penduduk dua tiga kota pergi kehuyung-huyung ke satu kota untuk minum air, tetapi mereka tidak menjadi puas; namun kamu tidak berbalik kepadaku, ‘ Demikian firman TUHAN. ‘Aku telah melepas penyakit sampar ke antaramu seperti kepada orang Mesir; Aku telah membunuh terunamu dengan pedang pada waktu kudamu dijarah; Aku telah membuat bau busuk perkemahanmu tercium oleh hidupmu; namun kamu tidak berbalik kepada-Ku, ‘demikian firman TUHAN” (Ams. 4:7). Dengan demikian, Allah Allah memang berkuasa atas benda-benda mati. Bumi dan air, api dan air, salju dan hujan es, angin ribut dan laut yang mengamuk, semuanya menyatakan kuasa firman-Nya dan menggenapi kedaulatan

(32)

kehendak-Nya. Oleh karena itu, bila mengeluh tentang cuaca, kita sesungguhnya bersungut-sungut terhadap Allah.

(33)

Mengapa “buah kemiri”

merupakan salah satu

hasil terbaik yang dibawa

kepada orang-orang

Mesir (Kej. 43:11)?

Denny Teguh Sutandio

Memberikan yang terbaik mungkin sudah pernah kita lakukan, meskipun definisi “yang terbaik” bagi kita beraneka ragam tergantung pada kemampuan kita dan siapa yang akan kita berikan. Yakub pun juga demikian memberikan yang terbaik kepada raja Mesir. Sebelumnya

(34)

Yakub menyuruh kesepuluh anaknya ke Mesir untuk pertama kalinya untuk membeli gandum dari Mesir (Kej. 42:1-3) karena terjadi kelaparan di Kanaan (ay. 2). Sesampainya di Mesir, Yusuf yang menjadi pejabat Mesir memberikan gandum yang mereka perlukan, namun mereka harus membawa Benyamin, saudara bungsunya ke Mesir (ay. 19-20). Kemudian untuk kedua kalinya, terjadilah kelaparan yang sangat hebat dan gandum yang telah mereka bawa dari Mesir sudah habis (Kej. 43:1-2). Alasan inilah yang mendorong Yakub untuk menyuruh anak-anaknya untuk pergi lagi ke Mesir untuk membeli gandum (ay. 2b). Setelah terjadi perdebatan antara anak-anak Yakub dan ayahnya, Yakub (ay. 3-10), Yakub menyuruh mereka untuk membawa hasil terbaik dari Kanaan, salah satunya “kemiri” (ay. 11). Mengapa “kemiri” termasuk salah satu hasil terbaik dari Kanaan yang hendak diberikan Yakub kepada Yusuf?

(35)

“Kemiri” dalam bahasa Ibraninya botnim yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan “pistachio nuts” (ESV dan NASB). Kacang pistachio yang hanya disebutkan di ayat ini merupakan daftar hadiah yang pantas diberikan untuk seorang pria terhormat karena kacang ini dianggap sebagai salah satu buah terlezat di Kanaan. Kacang ini mungkin berasal dari Betonim (Yos. 13:26), daerah suku Gad di selatan Transyordania, daerah yang cocok untuk pistachio. Dalam bahasa Arab, kacang ini disebut butm yang mungkin merujuk pada Pistacia palaestina (Michael Zohary, Plants of the Bible, 65). Pohon kacang ini adalah tanaman asli Asia Kecil, tetapi ditemukan juga di Palestina dan Suriah, terutama di wilayah Damaskus dan Beirut. Tanaman ini tidak tumbuh di Mesir, sehingga kacang pistachio ini cocok diberikan Yakub sebagai hadiah bagi Yusuf di Mesir (Fauna and Flora of the Bible, 165). Pohon ini tumbuh liar di negara-negara semi-gersang di Asia Barat Daya dan di tengah semak belukar kerdil yang mirip stepa (dataran yang kering dan berumput). Pohon ini mungkin diperkenalkan ke Israel dari Suriah atau langsung dari Persia bersama dengan tanaman budidaya lainnya. Pohon ini termasuk pohon yang daunnya gugur setiap tahun dan tinggi pohon ini hingga 30 kaki (David Noel Freedman, ed., The Anchor Bible Dictionary, 2:808). Pohon ini memiliki daun kecil yang batangnya memiliki banyak cabang. Daunnya sendiri terdiri dari 3 sampai 5 daun

(36)

yang berbentuk seperti kepala tombak dan bulat panjang. Bunga dari pohon ini tidak mencolok dan berkelamin tunggal di mana bunga jantan dan betina di pohon yang berbeda (Freedman, ed., The Anchor Bible Dictionary, 2:808 dan Zohary, Plants of the Bible, 65). Berbeda dengan buah jenis Pistacia vera yang agak besar, buah Pistacia palaestina yang matang pada bulan Oktober ini kecil, memiliki ukuran hampir sama dengan hazelnut, agak panjang, dan berbentuk segitiga. Selain itu, buah ini memiliki bau terpentin (minyak tusam) yang tajam (Freedman, ed., The Anchor Bible Dictionary, 2:808). Berbeda dengan buah Pistacia vera yang rasanya kurang enak, buah Pistacia palaestina ini rasanya enak dan dapat dimakan mentah atau dipanggang dengan merica dan garam (Fauna and Flora of the Bible, 165).

(37)

BAB III - Apakah Dasar

yang Alkitabiah untuk

Panggilan Misi?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 7 Februari 2021)

Apa yang ditemukan banyak orang sama sulitnya adalah, mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Bukan hanya hukum Taurat dan para nabi yang meringkasnya, dalam usaha memelihara perintah-perintah ini, kita juga melihat awal panggilan misi di dalamnya. Ketika

(38)

Anda mengasihi Allah, Anda akan rindu untuk memuliakan Dia, dan melihat seluruh suku bangsa berlutut di kakiNya, dalam penyembahan. Ketika Anda mengasihi sesama, seperti diri sendiri, maka Anda rindu untuk membagikan Injil kepada mereka, dan mencoba memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dengan segala cara yang Anda bisa. Termasuk melihat dia mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamatnya. Ketika Matthew Henry memberi komentar terhadap prinsip yang sama dalam I Kor 10:31, dia berkata, “Ini adalah prinsip mendasar dari kesalehan praktis. Tidak boleh dilakukan berlawanan dengan kemuliaan Allah dan kebaikan dari sesama kita.”

Belas Kasih yang Agung merujuk kepada detak jantung Yesus di Markus 6:34, “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.” Belas kasih yang Agung di hati Yesus juga ada di hati setiap orang percaya, untuk rindu memuridkan semua suku bangsa.

Semua orang percaya, harus memahami dan menerima Amanat Agung, Hukum Yang Terutama, dan Belas Kasih yang Agung. Semua ini adalah komponen penting ketika mencari bukti tentang

(39)

panggilan misi.

Sejumlah pembicara misi sangat termotivasi, untuk membuat calon-calon misionaris bergerak secara suka rela. Bahkan para pembicara sensitive sekalipun, kadang melihat orang-orang yang mau mendaftar menjadi misionaris, hanya karena manipulasi rasa bersalah yang tak disengaja. Para pendengar sering merasa, bahwa jika mereka tidak menyerahkan diri kepada misi, mereka merasa berdosa, atau telah menyia-nyiakan hidup mereka. Namun demikian, Alkitab mengajarkan, bahwa tidak semua orang harus pergi ke ladang misi. Cara tertinggi dan terbaik dalam menggunakan hidup seseorang adalah, dengan melakukan tepat seperti apa yang Allah pimpin dalam hidup mereka untuk dilakukan, ke tempat manapun yang Ia kehendaki. Allah tidak memanggil semua orang Kristen untuk pergi! Paulus memberitakan dalam Roma 1:16, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” Di Roma 10:13, “Barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” Ke dua ayat ini merupakan deklarasi yang sangat kuat dari pesan misi Kristen.

(40)

Kasih yang Agung

Dalam Roma 10:14-15a, “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka dapat mendengar tetnang Dia, jika tidak ada yang memberitakannya, jika mereka tidak diutus?” John Stott mengamati, “Esensi dari argument Paulus dapat kita lihat apabila kita menaruh keenam kata kerja tersebut dalam susunan yang terbalik: Kristus mengutus pembawa berita; pembawa berita mengabarkan kabar baik; orang-orang mendengar; para pendengar percaya; orang-orang percaya berseru kepadaNya; dan mereka yang berseru kepadaNya diselamatkan.

Allah telah memanggil setiap orang kepada misi internasional, namun Dia tidak menginginkan setiap orang pergi. Allah memanggil sejumlah orang untuk menjadi pengutus.

(41)

KENYAMANAN

Senin, 15 Februari 2021

Dengan kemajuan teknologi, banyak hal menjadi lebih mudah dan praktis. Mulai dari belanja kebutuhan sehari-hari sampai pendidikan sekolah dapat dilakukan secara online. Bahkan hal yang paling repot yaitu urusan yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah, yang biasanya harus mengantri berjam-jam dan mengisi berbagai macam formulir, sekarang dapat dilakukan lewat komputer atau smartphone. Kecanggihan teknologi membuat hidup serba nyaman.

Namun dalam hal memperdulikan anggota keluarga, kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam kenyamanan. Sebagai orang tua Kristen misalnya, kita dipanggil untuk mendidik anak-anak kita agar takut akan Tuhan. Mendidik seperti ini butuh waktu, tenaga, strategi, doa, dan dukungan tubuh Kristus. Namun karena kita sudah terbiasa serba nyaman, akan sangat mudah kita menyerahkan didikan anak kita kepada gadget atau televisi karena itulah yang paling praktis. Anak kita tidak rewel dan kita dapat terus melanjutkan kesibukan kita.

Memperdulikan keluarga tidak mudah. Akan

(42)

ada waktu-waktu dimana kita tergoda untuk mengambil jalan pintas atau cara yang ternyaman. Toh kita mampu dan sarananya tersedia. Kenyamanan adalah anugrah Tuhan namun bukan pilihan utama dalam mengasihi dan mendidik keluarga kita. Mari kita tunjukkan teladan iman dengan mengambil jalan yang benar. (EW)

(43)

KELUARGA: UJIAN

KEROHANIAN YANG

SEBENARNYA

Selasa, 16 Februari 2021

Ketika orang-orang Kristen membaca atau mendengar kata “rohani,” maka mayoritas mereka mengidentikkannya dengan aktivitas-aktivitas “rohani” seperti berdoa, membaca Alkitab, mengikuti webinar, dll atau perasaan rohani yang dekat dengan Tuhan. Bertolak belakang dengan konsep tadi, Alkitab mengajarkan kerohanian atau kesalehan sebagai kehidupan yang utuh yang berpusat pada Allah. Salah satu wujudnya adalah memperhatikan keluarga. Konsep ini diajarkan Paulus di 1 Timotius 5:3-8.

Di ayat 3, Paulus menyebutkan orang percaya harus menghormati janda. Mengapa? Karena Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah bapa bagi orang-orang yatim dan para janda (Mzm. 68:6). Sebagaimana Allah mengasihi mereka, orang percaya pun harus mengasihi dan menghormati mereka (John R. W. Stott, Guard the Truth: The Message of 1 Timothy & Titus, 127). Salah satu cara menghormati dijelaskan di ayat 4 di mana kalau janda itu memiliki anak atau cucu, maka mereka harus memperhatikan (ESV:

(44)

“menunjukkan kesalehan”) dan membalas budi ibu atau nenek mereka (ay. 4). Anak atau cucu memperhatikan ibu atau nenek mereka dengan cara menyediakan kebutuhan material (Daniel C. Arichea dan Howard Hatton, A Handbook on Paul’s Letters to Timothy and to Titus, 113). Misalnya, membelikan barang-barang yang mereka perlukan atau menyiapkan makanan yang mereka perlukan ketika mereka sakit atau tidak mampu membelinya. Ketika mereka menyediakan kebutuhan material ibu atau nenek mereka, mereka sebenarnya telah membalas budi para orang tua mereka yang terlebih dahulu telah menyediakan kebutuhan material bagi anak-anak mereka (Thomas D. Lea dan Hayne P. Griffin, 1, 2 Timothy, Titus, 147).

Menariknya, ketika Paulus menyebut tindakan memelihara kehidupan orang tua dan sanak saudara sebagai tindakan yang “berkenan kepada Allah” (ay. 4). Dengan kata lain, tindakan tersebut dapat disebut tindakan yang saleh/ rohani. Bahkan di ayat 8, Paulus menyimpulkan tindakan orang yang tidak memelihara kehidupan anggota keluarga atau sanak saudaranya sebagai orang-orang yang menyangkal imannya dan lebih buruk dari orang yang tidak percaya. “Menyangkal iman” berarti orang-orang yang gagal menyatakan kesalehan Kristen (Tit. 1:16) (Lea dan Griffin, 1, 2 Timothy, Titus, 148). Dengan kata lain, mereka tidak melakukan apa yang mereka

(45)

percayai. Selain itu, mereka juga lebih parah dari orang-orang yang tidak percaya karena mereka yang percaya seharusnya meneladani Allah dan Kristus yang mengasihi para janda dibandingkan orang-orang yang tidak percaya yang tidak memiliki teladan hidup.

Sudahkah kita mengasihi orang tua atau sanak saudara kita yang memerlukan sebagai salah satu bentuk kesalehan yang Alkitab ajarkan? Amin. Soli Deo Gloria. (DTS)

(46)

KUCINTA KELUARGA TUHAN

Rabu, 17 Februari 2021

Belakangan ini bilangan research mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai keputusan para generasi muda dalam mengikut Yesus sebagai juruselamat. Hasil dari penelitian tersebut 73,1% generasi muda yang telah mengakui dan menerima Yesus sebagai juruselamat mengatakan bahwa orang tua atau keluargalah pihak yang berpengaruh dalam perjalanan spiritual mereka untuk menerima Yesus sebagai juruselamat. Pendeta/rohaniawan hanya 10%, guru agama hanya 2% dan kaka-kaka rohani hanya 0,9%. Melalui data ini kita bisa melihat bahwa peran keluarga atau orang tua itu sangat penting dalam pertumbuhan spiritualitas anak-anak.

Itulah yang disadari oleh Paulus juga ketika ia menulis surat untuk jemaat di Efesus. Pada bagian yang kita baca kita melihata bagaimana nasihat yang praktis bagi keluarga di jemaat Efesus. Kita melihat bagaimana Paulus mengutip sepuluh perintah Allah (ay.2) untuk menasihati para anak-anak menghormati orang tua. Melalui bagian ini Paulus ingin mengingatkan paraktik sederhana dari bukti seorang ditebus oleh darah kristus adalah ketika anak-anak

(47)

menghormati orang tua mereka. Supaya mereka mendapatkan bahagia dan panjang umur di bumi (ay. 3), hal ini menggambarkan selain bahwa menghormati orang tua adalah perintah Allah dan benar, tetapi ada konsekuensi manis dari menghormati orang tua itu sendiri bahwa anak-anak akan mendapatkan berkat Tuhan. Walaupun konsekuensi ini bukan menjadi motivasi dari anak-anak mentaati orang tua. Selanjutnya juga Paulus mengatakan bahwa dari orang tua (ay.4) juga memberikan teladan dan didikan yang baik kepada anak-anak mereka. Walaupun disini dituliskan kata “bapa-bapa” namun yang termasuk disini bukan hanya kaum pria tetapi kedua orang tua yaitu ibu juga termasuk didalamnya. Sehingga nasehat Paulus disini mengharapkan bahwa orang tua bukan hanya menafkahi anak-anak mereka akan tetapi mengajarkan serta memuridakan anak-anak mereka.

Biarlah renungan hari ini merefleksikan kehidupan keluarga kita, sudahkah kita memuridkan anak-anak kita. Sudahkah kita menghormati dan mengasihi orang tua kita, melalui perhatian dan pemberian kasih. Marilah kita saling membangun menjadi keluarga yang mencintai Allah dan menjadi terang bagi keluarga-keluarga di dunia. (EG)

(48)

BERSERAH PADA ALLAH

Kamis, 18 Februari 2021

Pada usia 16 tahun, Jeanne Guyon (1648-1717) dipaksa menikah dengan pria cacat berusia 22 tahun. Namun dalam pernikahannya itu ia merasa sangat direndahkan. Suaminya kerap marah-marah dan bersikap melankolis. Ibu mertuanya seorang pengkritik yang kejam. Bahkan pembantunya pun berani merendahkan dia. Meski telah berusaha keras membaktikan diri kepada suami dan keluarganya, ia tetap dikecam dengan kejam. Karena dilarang ke gereja oleh suaminya, ia mencari Allah melalui Alkitab dan beribadah secara sembunyi-sembunyi. Ia belajar bahwa di tengah keadaannya yang suram sekalipun, ia “berada dalam kondisi sangat baik, dalam tangan Allah yang aman”. Dalam bukunya Experiencing The Depths Of Jesus Christ, ia menulis, “Sikap berserah penuh merupakan kunci untuk mendapat pemahaman yang sulit dimengerti. Sikap berserah adalah suatu kunci dalam kehidupan rohani.” Melalui persekutuan yang akrab dengan Kristus, akhirnya ratapan dan penderitaan madame Jeanne Guyon diubah oleh Tuhan menjadi pengakuan dan ketegaran iman yang luar biasa.

(49)

Di dalam Mazmur ini, si pemazmur kelihatannya sedang mengalami sakit parah. “TUHAN, Allahku, kepadaMu aku berteriak minta tolong.” KepadaMu TUHAN aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon: apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke lobang kubur? Kemungkinan ia sedang sekarat dan berada di ambang kematian. Tetapi di tengah-tengah keadaan yang parah itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Allah mendengarkan doanya dan meluputkan dia dari maut! (ay 6, 12). Melalui pengalaman imannya ini, lahirlah pengakuan iman yang sangat indah! Ia mendeklarasikan imannya bahwa ia akan bergantung kepada tuhan yang sanggup meluputkan dia dari maut (ay 7-8). Ia mau bersyukur atas hikmat dan kebaikan tuhan yang tak pernah berkesudahan (ay 5-6). I mempersembahkan seluruh hidupnya kepada tuhan (ay 5). Ia pun berkomitmen untuk memuliakan tuhan selama-lamanya (ay 13). Kita menghadapi masa sulit yang berbeda-beda, ada yang mengalami masa sulit terkait dengan Kesehatan sebagaimana yang Daud alami, ada yang mengalami masa sulit terkait dengan ekonomi, ada yang mengalami masa sulit terkait dengan rumah tangga, dan lain sebagainya. Yang bis akita lakukan adalah tambatkan iman di dalam Tuhan kita. Kita hanya akan mampu melewati segala kesulitan ini bersama Tuhan. (NL)

(50)

TORANG SAMUA BASUDARA

Jumat, 19 Februari 2021

Torang samua basudara. Artinya kita semua bersaudara. Ikatan saudara adalah ikatan yang sangat dekat karena ada dalam ikatan keluarga. Kata tersebut menggambarkan tentang keutuhan hubungan, keintiman relasi, identitas yang sama dan mengikat semua orang yang ada di dalam keluarga.

Demikian juga dalam hal spiritual, orang yang ditebus oleh Kristus diikat dalam satu ikatan anggota keluarga Allah. Hal ini bukan ikatan dan status secara jasmani tetapi secara rohani. relasi ini tidak dibatasi suku, wilayah, warna kulit, jenis kelamin dan miskin atau kaya. Utuh, bersatu dan tidak dapat terpisahkan dari Allah dalam kehendak dan kehendaknya. Itulah yang dinamakan saudara seiman. Firman Tuhan berkata: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus. 2:19).

Karena itu tidak ada hak atau otoritas apapun untuk membedakan, merendahkan dan tidak mempedulikan sesama anggota keluarga Allah.

(51)

Dasarnya adalah karena kita semua diikat oleh karya Yesus yang sama dan topangan anugerah Allah yang sama. Tidak boleh ada tembok yang memisahkan satu dengan yang lainnya. Jangan sampai membuat perbedaan dari apa yang sudah dipersatukan Allah. Semua tembok prasangka harus dihancurkan, supaya bersama-sama menikmati kasih Allah dan memuliakan Dia. Torang samua basudara. (YDI)

(52)

BAGAIMANA KITA MULAI?

Sabtu, 20 Februari 2021

Bila kita melihat sekelilling, mungkin kita menemukan orang-orang yang kesulitan mencari makan untuk bertahan hidup. Terhadap mereka tidak ada alasan untuk tidak membantu. Tapi dari mana kita akan mulai? Kebutuhan begitu banyak dan ketidakadilan begitu mengerikan. Kita mungkin pernah mendengar cerita tentang pembusukan makanan di gundang di negara-negara tertentu, sementara ada orang-orang yang mati kelaparan di negera tersebut.

Menyejahterakan masyarakat adalah tugas yang tidak gampang bagi pemerintah. Terutama bagi negara yang yang sedang bergejolak. Otoritas negara yang berdaulat harus diakui, hambatan pengiriman dan distribusi harus ditangani dengan baik, dan hambatan yang berasal dari kejahatan manusia harus diatasi. Tidak heran rasul Paulus memberi tahu kita bahwa penguasa (pemerintah) dan otoritas semuanya perlu didamaikan dengan Allah (Kolose 1:16, 20).

Jadi bagaimana kita memulai? Kita harus berpikir secara global tetapi bertindak secara lokal. Paulus menyarankan agar kita mulai dari rumah.

(53)

Kita tidak dapat menangani masalah global dan kegagalan sistem kecuali kita dapat mengatasi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan kemurahan hati kita. Ini membutuhkan sikap rendah hati yang besar.

Tapi kita tidak bisa berhenti di situ. Meskipun memerangi kelaparan dalam skala global adalah misi yang sangat besar, Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita bukan atas kemenangan tetapi atas seberapa setia kita berjuang. Seberapa besar kepedulian kita terhadap mereka yang kelaparan? Jika itu sangat kecil bahkan tidak ada, maka kita telah menyangkal iman. Tuhan telah mendamaikan kita dengan-Nya, maka pedulilah dengan sesama. (HK)

(54)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 15 Feb ‘21

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM 23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Sdri. Maria Monika Wijaya HUT: Anak Beny Indra Setia HUT: Anak Gaven Suyoto Selasa

16 Feb ‘21 HUT: Anak Jovan Nicodemus

Rabu 17 Feb ‘21

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN) 19.00 Latihan Musik KU 3

Kamis 18 Feb ‘21

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

(55)

Jum’at 19 Feb ‘21

HUT: Sdri. Jacintha Moira HUT: Ibu Lusiana Hariono HUT: Sdr. Ivan Nondolesmono HUT: Anak Owen

Sabtu 20 Feb‘ 21

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH) 22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM Minggu

(56)

IB ADAH MINGGU 14 FEBRUARI 2021 www .y ou tube.co m/RECIndo ne sia Pdt. Yakub T ri Handok o Ke luar ga: Ujian K er ohanian Yang Sebe narny a (1 Timo tiu s 5:3-8) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 21 FEBRUARI 2021 Ev . Edo W alla

Tidak Ada Ruang Bagi K

etidakpedulian (Ma tiu s 15:1-9) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(57)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

14 Februari 2021

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks 1 Timotius 5:3-8 di TV (atau dicetak/le-wat HP saja) sambil memutar lagu Jesus Paid It All - Kim Walker-Smith (https://youtu.be/ Ymkl0t0FOcw)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah men-gajak semua anggota keluarga berdiri. langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(58)

Jemaat dipersilakan duduk.

Sangat Besar AnugerahNya- KPPK 335 (https://www.youtube.com/

watch?v=3MZgXXUW08Q) Verse 1

Sangat besar anug’rah-Nya, Pembaru hidupku,

dulu sesat, kini pulang, buta disembuhkan.. Verse 2

Ketika insaf, ‘ku cemas, dan kini ‘ku lega,

anug’rah-Nya, kudapatkan, saat kupercaya.

Chorus

Jerat dosa Kaulepaskan Engkaupun rela menebusku Dan kasih-Mu tak terkira Sungguh besar anug’rah-Mu Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” – Mazmur 32:5

(59)

Verse 3

‘Ku dapat janji yang teguh, kuharap sabda-Nya, dan Tuhanlah, Perisaiku, Pelindung hidupku. Chorus2x

Jerat dosa Kaulepaskan Engkaupun rela menebusku Dan kasih-Mu tak terkira Sungguh besar anug’rah-Mu

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri)

Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

(60)

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

Kamu akan Kuberikan hati yang baru , dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. - Yehezkiel 3:26

Nyanyian jemaat S’gala Puji Syukur

( https://www.youtube.com/watch?v=M-wMszPZSKtE)

Verse

Segala puji syukur (yi qie ge song zan mei) Hanya bagiMu Tuhan (dou gui wo zhu wo di shen) Sebab kaulah yang layak dipuja

(61)

(ni shi pei de ge song yu zan mei) Kami mau bersorak,

(wo yao gao sheng hu han) tinggikan namaMu

(gao ju ye su zhi ming) Haleluyah

(ha li lu ya) Verse

Segala puji syukur (yi qie ge song zan mei) Hanya bagiMu Tuhan (dou gui wo zhu wo di shen) Sebab kaulah yang layak dipuja (ni shi pei de ge song yu zan mei) Kami mau bersorak,

(wo yao gao sheng hu han) tinggikan namaMu

(gao ju ye su zhi ming) Haleluyah

(ha li lu ya) Chorus2x

Soraklah Haleluyah (zan mei zhu ha li lu ya ) Soraklah Haleluyah (zan mei zhu ha li lu ya) Haleluyah

(62)

6. Pujian Firman:

S’panjang Jalan Anugerah

( https://www.youtube.com/watch?v=nprp-FkMBI18)

Verse

Ni shi wo de zhu (Kaulah Tuhanku) Yin wo zou zheng yi lu (penuntun hidupku) Gao shan huo di gu (Di gunung di lembah) Do shi ni zai bao hu (menyertai selalu) Wan ren zhong wei du (Di lautan manusia ) Ni ai wo ren shi wo (Kau mengenaliku)

Yong yuan bu bian de ying xu (JanjiMu tak berubah)

Zhe yi sheng do shi zhu fu (berkatMu dihidupku) Chorus

Yi bu you yi bu (Setiap langkah ku ) Zhe shi en dian zhi lu (ada anugerahMu)

Ni ai ni shou jiang wo jin jin zhua zhu (Tangan kasihMu pandu hidupku) Yi bu you yi bu

(63)

(Setiap langkah ku ) Zhe shi pang wang zhi lu. (ada anugerahMu)

Ni ai ni shou qian yin wo zou zhe ren shing lu. (Tangan kasihMu pandu hidupku)

7. Khotbah

Lampiran halaman 03. 8. Persembahan.

No. Rekening BCA REC

---REC Pusat: 0882-8257-77 REC Nginden: 0882-8888-50 REC Merr: 0882-8888-09 REC Batam: 0887-8888-29 REC Kutisari: 0887-8888-61 REC Darmo: 0889-8888-75 Diakonia REC: 0889-8888-16 Misi REC: 0887-8888-96

*Semua Rekening Lokal REC atas nama: GKRI Exodus

HITUNG BERKAT (KPPK 233) (https://www.youtube.com/ watch?v=-qZ8szx0CGw) Verse 1

Bila g’lombang kehidupan menimpa, hati jadi takut dan putus asa,

(64)

pasti kau tercengang akan karya-Nya. Verse 2

Adakah berat bebanmu menekan? Dan salib yang kau pikul melelahkan? Hitung berkat-Nya pastilah kau lega, kau ‘kan bergirang dan t’rus memuji-Nya. Chorus

Hitung berkat satu per satu, dan lihatlah karya Tuhan-mu. Hitung berkat. Satu per satu.

Hitung berkat yang melimpah pada-mu.

Verse 4

Dalam pergumulanmu di dunia, jangan kuatir Tuhan akan beserta, Ia mengirim malaikat-Nya menjaga,

membimbing, menghiburmu sampai sorga. Chorus 2x

Hitung berkat satu per satu, dan lihatlah karya Tuhan-mu. Hitung berkat. Satu per satu.

(65)

10. Doa syafaat Lampiran halaman 12 11. Pengumuman 12. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(66)
(67)

Referensi

Dokumen terkait