• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peduli Sampai Mati (Yohanes 19:25-27) E-Magazine 07 Februari Pdt. Yakub Tri Handoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peduli Sampai Mati (Yohanes 19:25-27) E-Magazine 07 Februari Pdt. Yakub Tri Handoko"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Peduli Sampai Mati

(Yohanes 19:25-27)

Pdt. Yakub Tri Handoko

Bukan tanpa alasan jika Alkitab mengatakan “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?” (Ams. 20:6). Kesetiaan dan konsistensi menjadi barang sangat langka sekarang ini. Banyak orang cenderung mementingkan ekspresi cinta yang luar biasa daripada kelanggengan cinta. Tidak heran, ketika relasi digerakkan oleh rutinitas dan diterpa oleh berbagai masalah, mereka merasa

(4)

Situasi ini tidak mencerminkan cinta yang sejati. Cinta sejati itu mirip mentari. Kehangatannya memang kadang berkurang karena malam atau awan tebal, tetapi pasti kembali di pagi hari. Cinta seharusnya tidak pudar oleh usia maupun derita.

Mengapa banyak keluarga mengalami perpudaran cinta? Banyak alasan, baik personal maupun kultural. Secara personal mungkin dipicu oleh pertengkaran dan kekecewaan yang berkepanjangan. Secara kultural karena pengaruh semangat zaman. Di tengah zaman yang individual & anti komitmen, kepedulian sepanjang hayat semakin susah didapat.

Melalui teks hari ini kita akan bersama-sama belajar untuk memedulikan keluarga sampai masing-masing menutup usia. Kita akan melihat bagaimana Yesus Kristus tidak mengabaikan nasib ibu-Nya, walaupun Dia sendiri sedang menderita dan tidak memiliki apa-apa. Keluarga tetap ada di hati-Nya.

Klarifikasi seputar persoalan historis (ayat 25)

Peristiwa singkat di kayu salib ini terlihat singkat dan mudah untuk dipahami. Sekilas terlihat tidak ada masalah serius dalam cerita ini. Ternyata beberapa orang mencoba memersoalkan beberapa isu historis.

(5)

kayu salib tampak berkontradiksi dengan kitab Injil lain yang mengatakan bahwa perempuan-perempuan itu berdiri dari jauh (apo makrothen, Mrk. 15:40-41). Bagaimana dua kisah ini dapat diharmonisasikan?

Perbedaan detil antara Yohanes 19:25 dan Markus 15:40 sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Proses penyaliban berlangsung berjam-jam. Apakah para perempuan tetap berada di posisi yang sama selama berjam-jam atau berpindah-pindah lokasi? Kita tidak bisa mengetahuinya. Alkitab tidak menyediakan petunjuk yang cukup untuk mendukung salah satu opsi. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah lokasi penyaliban yang tidak terlalu jauh dari jalan (Mrk. 15:29; Yoh. 19:19-20). Para perempuan bisa saja awalnya melihat dari jauh karena takut atau pertimbangan lain, namun selama proses penyaliban berlangsung dan banyak pejalan kaki yang berkerumun di tepi jalan akhirnya mereka memberanikan diri mendekat. Yang paling penting, kata “jauh” (makrothen) dalam Injil Markus dipakai secara agak ambigu. Maksudnya, jarak yang dipikirkan cukup variatif. Makrothen bisa menyiratkan jarak beberapa kilometer (8:3), tetapi bisa juga hanya beberapa meter (14:54). Klarifikasi historis lain yang perlu disampaikan adalah kehadiran para murid Yesus di sekitar salib. Beberapa orang menganggap situasi seperti ini

(6)

para tentara Romawi tidak mungkin mengizinkan situasi tersebut untuk mencegah murid-murid untuk menurunkan Yesus atau membuat onar di sana.

Sama seperti sebelumnya, keberatan ini sebenarnya cukup mudah untuk dijelaskan. Beberapa catatan kuno menunjukkan bahwa seseorang yang disalibkan boleh ditemani oleh orang-orang yang dekat dengan dia. Sebagai contoh, ada seorang rabi Yahudi yang menangisi seorang muridnya yang digantung di kayu salib. Lagipula kehadiran pengikut Yesus di 19:25-27 tidak akan membawa resiko apapun. Mereka hanyalah para perempuan biasa, bukan pejuang perempuan. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Tentang murid yang dikasihi oleh Tuhan, dia kemungkin besar memiliki akses khusus ke lokasi salib karena kedekatannya dengan imam besar (bdk. 18:15). Yang terakhir, kita juga tidak boleh melupakan bahwa para prajurit Romawi sangat mungkin tidak mampu mengenali siapa murid Yesus dan siapa yang hanya sekadar berhenti untuk menonton penyaliban. Selama jumlah orang di lokasi penyaliban bisa dikendalikan, mereka pasti tidak akan memberikan larangan. Isu terakhir berhubungan dengan penyerahan ibu Yesus kepada murid yang dikasihi oleh Tuhan. Bagi sebagian orang tindakan ini mengagetkan dan membingungkan. Mengapa Yesus tidak menyerahkan Maria pada

(7)

suadara-saudara-Nya?

Walaupun pertanyaan ini masuk akal, isu ini tidak terlalu sukar untuk diterangkan. Penulis Injil Yohanes sudah menginformasikan bahwa saudara-saudara Yesus tidak (atau belum) percaya kepada-Nya (7:3-5). Mereka tidak akan mau mengikuti terus perjalanan pelayanan Yesus ke mana-mana. Mungkin berita penangkapan dan penyaliban Yesus tidak sampai ke telinga mereka. Mereka mungkin tidak sedang berada di Yerusalem selama perayaan Paskah. Kalaupun mereka berada di sana, belum tentu mereka mendapatkan beritanya karena proses dari penangkapan dan penyaliban berlangsung dalam sehari. Seandainya mereka sempat mengetahui kabar itu, belum tentu mereka bersedia mengikuti prosesnya. Mereka bisa saja menganggap penyaliban itu sebagai upah yang layak bagi Yesus yang terlalu berani menyatakan klaim-klaim besar tentang diri-Nya.

Kepedulian Yesus terhadap ibu-Nya (ayat 26-27)

Secara tata bahasa, kisah ini dikontraskan dengan kisah pengundian pakaian Yesus. Kata sambung Yunani men…de (lit. di satu sisi…di sisi lain) muncul di ayat 24 (men) dan 25 (de). Dari penggunaan ini pembaca didorong untuk melihat beberapa kontras yang ada. Yang satu tentang orang-orang asing (para prajurit Romawi), yang satu pengikut

(8)

dikasihi oleh Tuhan). Yang satu seluruhnya laki-laki, yang satu hampir semuanya perempuan. Yang satu menyengsarakan Yesus sampai akhir, yang lain mengasihi Yesus sampai akhir. Yang satu tentang orang-orang yang mempermalukan Yesus, yang lain tentang orang-orang yang tidak malu dengan penyaliban Yesus.

Khotbah hari ini tidak akan mendiskusi terlalu dalam pelbagai usulan tentang makna simbolis dalam kisah ini. Ada penafsir yang melihat Yesus sebagai Adam dan Maria sebagai Hawa. Ada yang mengaitkan ini dengan perempuan dan anaknya di Wahyu 12. Masih banyak usulan lain tentang makna simbolis di dalamnya. Usulan-usulan tersebut terlalu variatif dan spekulatif. Para pembaca tampaknya tidak banyak yang akan mampu menangkap maksud simbolis sampai ke sana. Di samping itu, beragam usulan tersebut gagal untuk menerangkan “makna simbolis” figur-figur lain dalam kisah ini (saudara Maria, Maria isteri Kelopas, dan Maria Magdalane). Khotbah hari ini juga tidak akan menyediakan uraian detil tentang ayat 26-27. Sebaliknya, kita hanya akan menyoroti ini dari perspektif sebuah keluarga: sikap Yesus terhadap ibu-Nya. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini?

Pertama, kita harus memedulikan keluarga sampai akhir hidup kita. Dalam budaya Yahudi perintah untuk menghormati orang tua (Kel.

(9)

20:12; Ul. 5:16) bukan hanya ditunjukkan melalui ketaatan. Perintah ini juga dipahami sebagai kewajiban untuk merawat orang tua sampai mereka meninggal dunia. Kegagalan untuk menjalankan kewajiban ini dipandang sebagai pelanggaran yang fatal dan aib bagi orang tua. Orang tua sudah tidak memiliki kekuatan maupun penghasilan. Hidupnya bergantung pada keturunan mereka. Jika tidak ada keturunan yang peduli dengan mereka, orang tua menanggung aib di tengah masyarakat. Jadi, tugas ini benar-benar penting di mata masyarakat Yahudi. Itulah sebabnya orang-orang Farisi ditegur oleh Tuhan Yesus ketika mereka menghabiskan uang pemeliharaan orang tua untuk keperluan bait Allah (Mat. 15:4-6).

Yesus Kristus melakukan yang terbaik untuk memenuhi tugas mulia ini. Dia sudah tidak berdaya di kayu salib. Harta-Nya yang terakhir, yaitu pakaiannya, telah dibagi-bagi kepada para prajurit melalui undian (Yoh. 19:24). Di tengah situasi seperti ini Dia ingin memastikan bahwa ibu-Nya akan tetap memperoleh kehormatan dan perlindungan. Dia memerintahkan murid yang dikasihi untuk menggantikan posisi-Nya. Menariknya, percakapan antara Yesus dan ibu-Nya hanya dicatat dua kali, yaitu di awal pelayanan (perkawinan di Kana, 2:1-11) dan akhir pelayanan (kisah hari ini, 19:26-27). Dua-duanya

(10)

yang nyata diselesaikan oleh Yesus. Sebagaimana ibu-Nya sejak awal percaya bahwa bersama Yesus semua akan baik-baik saja (2:2, 5), di akhir hidup-Nya Yesus ingin melakukan hal yang sama (19:26-27).

Dari sikap ini kita belajar bahwa kewajiban kepada keluarga tidak boleh diabaikan, terlepas dari apapun keadaan kita. Kekurangan bukan alasan untuk melalaikan tugas mulia ini. Persoalannya bukan apa yang kita miliki, tetapi apakah kita peduli. Kalau kita benar-benar peduli, kita pasti akan selalu mencari & memiliki sesuatu untuk dibagi.

Kedua, kita harus meletakkan kepedulian dalam konteks pemuridan. Perhatian kepada Maria, ibu Yesus, memang perlu diperhatikan, tetapi tidak perlu ditekankan secara berlebihan. Relasi yang sedang dibangun di sini bukan hanya antara orang tua dan anak. Yesus tetap memertahankan posisi-Nya sebagai Anak Allah. Sebagaimana sebelumnya di 2:1-11, dalam kisah inipun Dia menyapa Maria dengan “perempuan” (gynē), bukan “ibu” (matēr). Ada “jarak” yang dijaga di sana. Sebagaimana sikap-Nya kepada Maria di 2:1-11 ditentukan oleh “waktu Bapa” (2:4) demikian juga sekarang Dia memerhatikan ibu-Nya dalam kaitan dengan waktu ilahi (19:28).

Ide tentang pemuridan juga terlihat dari penunjukkan murid yang dikasihi sebagai

(11)

pengganti Yesus. Dari perspektif Injil Yohanes, hal ini menyiratkan makna teologis tertentu yang berkaitan dengan kedekatan dan pengenalan. Relasi Yesus – murid yang dikasihi merefleksikan relasi Bapa – Yesus. Sama seperti kedekatan Yesus dengan Bapa digambarkan “berada di dada Bapa” (1:18, LAI:TB “pangkuan” = lit. “dada”), demikian pula murid yang dikasihi berada di dada Yesus (13:23, LAI:TB “bersandar ... di dekat-Nya” = lit. “di dada-dekat-Nya”). Sama seperti Yesus menyatakan tentang Allah apa yang manusia tidak bisa kenal (1:18), demikian pula murid yang dikasihi Tuhan diminta tolong oleh Petrus untuk menanyakan sesuatu kepada Yesus (13:24).

Jika sekarang Maria diserahkan kepada murid yang dikasihi-Nya, keputusan ini pasti bukan sekadar digerakkan oleh keadaan (tidak ada murid lain). Yesus ingin memastikan bahwa secara spiritual ibu-Nya juga berada di tangan yang tepat: di tangan orang yang dekat dan mengenal Dia.

Inilah salah satu poin penting tentang pemuridan dalam kisah ini. Tanggung jawab familial tidak meniadakan kepekaan spiritual. Keduanya tidak terpisahkan. Kita harus memedulikan kebutuhan jasmaniah maupun rohanian dari anggota keluarga kita. Ingatlah bahwa keluarga adalah gereja. Di dalamnya kasih tuhan dibicarakan, diajarkan & diwujudkan. Soli Deo Gloria.

(12)

Katekismus

Westminster

Pertanyaan 116:

Dengan cara apa hari Sabat atau hari Tuhan dikuduskan?

• Hari Sabat atau Hari Tuhan harus dikuduskan dengan istirahat kudus sepanjang hari itu, baik dari perbuatan yang pada waktu apa pun berdosa maupun dari kegiatan dan hiburan duniawi yang diizinkan pada hari-hari lainnya. Seharusnya kita dengan segala senang hati melewatkan seluruh waktu itu (kecuali sebanyak yang harus dipakai untuk tugas-tugas yang mutlak perlu atau karya-karya belas kasih) dengan beribadah kepada Allah, baik dalam lingkungan umum maupun dalam lingkungan pribadi. Untuk tujuan itu, kita wajib mempersiapkan hati kita, dan mengatur urusan duniawi kita menurut jadwal yang tertentu, dengan perencanaan dan kerajinan, serta dengan menghindari kerja keras yang keterlaluan, sehingga kita lebih bebas dan segar untuk menunaikan tugas- tugas kewajiban hari itu. a. Kel 20:8, 10. b. Kel 16:25-28; Neh 13:15-22; Yer 17:21-22. c. Mat 12:1-13. d. Yes 58:13; 66:23; Luk 4:16; Kis 20:7; 1Ko 16:1-2; Maz 92 (bdk. ayat 1); Yes 66:23; Ima 23:3. e. Kel 20:8; Luk 23:54, 56; Kel 16:22, 25-26, 29; Neh 13:19.

(13)

Pokok Doa

Syafaat

1. Berdoa untuk bulan keluarga REC (bulan Februari). Melalui pemberitaan Firman Tuhan dapat membekali jemaat dan simpatisan makin bertumbuh menjadi keluarga-keluarga yang berkenan dan ideal di hadapan Tuhan. Setiap anggota keluarga bisa menjalankan peran sesuai panggilan dan tujuan hidup seturut rencana Tuhan. 2. Tuhan menyembuhkan pasien-pasien

Covid-19 yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Berdoa supaya orang-orang yang sudah sembuh dari Covid-19 berkenan mendonorkan darahnya untuk pengobatan pasien Covid-19.

3. Berdoa untuk para Utusan Lintas Budaya REC dapat menjalankan perannya dalam memberikan nasehat, saran kepada keluarga-keluarga yang sudah Tuhan percayakan. Supaya keluarga-keluarga ini menjadi keluarga yang harmonis dan menghasilkan generasi muda yang takut akan Tuhan.

(14)

Dusta yang Diyakini

oleh Kaum Wanita

Tentang Dosa

Ketika keluarga Romero pertama kali mengambil Sally sebagai hewan peliharaan, ular itu panjangnya hanya satu kaki. Delapan tahun kemudian, panjangnya sudah mencapai sebelas setengah kaki dan beratnya delapan puluh pon. Lalu, pada tanggal 20 Juli 1993 Sally, seekor ular piton Burma, menyerang Derek yang berusia lima belas tahun, membelit remaja itu sampai mati tercekik. Dalam sekejap, makhluk yang tampak

(15)

begitu jinak dan tidak berbahaya ternyata merupakan binatang buas yang mematikan. Demikian pula dengan dosa. Sekalipun mungkin awalnya dosa menghibur kita, bermain-main dengan kita, tidur dengan kita, dan menyenangkan hati kita, sifat asalnya tidak pernah berubah. Tidak dapat dipungkiri, dosa akan selalu menghancurkan siapa pun yang mendekatinya.

13. “SAYA DAPAT SAJA BERDOSA DAN

MELOLOSKAN DIRI DARI AKIBAT-AKIBATNYA.”

Seorang kolumnis dalam majalah Self menyarankan, “Perselingkuhan akan menolong Anda untuk bertahan hidup dalam suatu perkawinan yang mengecewakan dan secara teratur memberikan energi kepada seorang wanita… yang diperlukan untuk meninggalkan perkawinan yang tidak memberi kebahagiaan.” Menurut Ibrani 11:25, dosa memang membawa kesenangan – untuk sementara waktu. Namun pada akhirnya, dosa terbukti menimbulkan kehancuran. Tidak ada perkecualian.

Setelah bertahun-tahun bergelimang dosa dan menikmati “kesenangan-kesenangannya,” akhirnya Raja Salomo (sekalipun terlambat) menyadari bahwa

(16)

…Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat. – Pengkhotbah 12:14

14. “DOSA-DOSA YANG SAYA LAKUKAN TIDAK BEGITU BURUK.”

Jika saja kita dapat melihat bahwa setiap dosa bagaimana pun kecilnya adalah sesuatu yang serius, bahwa setiap dosa merupakan tindak pemberontakan dan pengkhianatan, bahwa setiap kali kita memilih untuk mengikuti jalan kita, dan bukan jalan Allah, kita sedang memberontak kepada Allah dan Raja alam semesta.

Seperti perkataan John Bunyan, “Kebocoran sedikit saja akan menenggelamkan kapal, dan dosa yang kecil dapat menghancurkan seorang pendosa.”

Atau seperti yang dikatakan oleh penyair sezaman Bunyan, Jeremy Taylor, “Tidak ada dosa yang kecil. Tidak ada butiran pasir boleh dianggap remeh dalam mekanisme sebuah jam.”

15. “ALLAH TIDAK AKAN MENGAMPUNI PERBUATAN SAYA.”

Di atas Kalvari-lah belas kasih dan cinta Allah bagi para pendosa dan kebencian-Nya akan para pendosa bertemu. Di Kalvari, Allah menimpakan

(17)

kepada Yesus semua hukuman bagi semua dosa dunia. Pada saat yang sama, Ia menawarkan perdamaian dan pemulihan bagi para pendosa yang hidup terasing dari-Nya. Salib menunjukkan kepada kita pandangan Allah yang sebenarnya terhadap dosa, salib mengungkapkan harga yang harus Ia bayar untuk membebaskan kita dari “kelemahan-kelemahan” yang kita pandang remeh dalam pikiran kita. Salib juga menunjukkan cinta dan belas kasih tak terhingga yang Allah rasakan bagi “para pendosa berat.”

16. “SAYA TIDAK SEPENUHNYA BERTANGGUNG JAWAB ATAS TINDAKAN DAN REAKSI SAYA.”

Jika kita mengingat kembali apa yang terjadi di Taman Eden, maka jelas bahwa ini adalah salah satu bentuk dusta yang paling tua. Allah tidak bertanya apakah seseorang menyebabkan mereka berdosa. Ia meminta Adam dan Hawa untuk bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri. Tidak peduli apa yang telah mempengaruhi mereka untuk membuat pilihan itu, tetap pilihan itu adalah pilihan mereka.

Kebenarannya adalah bahwa hanya dengan menerima tanggung jawab atas tindakan-tindakan dan sikap kita, maka kita dapat sepenuhnya bebas dari rasa bersalah itu. Seperti yang dikatakan oleh seorang penulis:

(18)

“Dosa adalah berita baik, berita terbaik dalam keadaan sulit. Karena jika ada dosa, berarti ada jalan keluar… Anda dapat bertobat karena dosa. Dosa dan pertobatan adalah satu-satunya landasan bagi pengharapan dan sukacita.”

17. “SAYA TIDAK MUNGKIN MENANG MELAWAN DOSA.”

Ada begitu banyak dosa yang menguasai hidup saya. Kapan saya bisa terbebas? Saya merasa bahwa keadaan saya sudah tak tertolong lagi. Saya sangat ingin meninggalkan dosa-dosa ini, tetapi dosa itu sudah menguasai saya. Saya merasa malu apabila saya menghampiri Allah dengan masalah yang sama berulang-ulang. Apabila saya menumpukkan semua masalah itu menjadi satu, malah lebih buruk lagi. Bagaimana saya dapat terbebas dari semua dusta ini? Saya ingin diubahkan.

Kata-kata ini mengingatkan saya akan jeritan hati rasul Paulus:

Demikianlah aku mendapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan

(19)

hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? – Roma 7:21-24

Seperti ayat-ayat di atas, seseorang yang telah menjadi anak Allah yang sejati telah menerima sifat baru – suatu keinginan untuk mematuhi Allah. Jauh di lubuk hati mereka, setiap orang percaya yang sejati ingin menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah.

Namun, menurut Kitab Suci, bahkan setelah kita lahir baru pun, “kedagingan” kita (kecenderungan yang wajar) terus berperang melawan Roh Allah yang diam di dalam kita.

ROH: Ampunilah.

Daging: Jangan ampuni. ROH: Kendalikan dirimu.

Daging: Makan apa pun yang engkau mau, kapan pun engkau menginginkannya.

ROH: Berilah uang kepada mereka yang membutuhkan.

Daging: Belanjakan uang itu untuk kepentinganmu sendiri.

(20)

ROH: Luangkan waktu untuk membaca Firman dan berdoa.

Daging: Hari ini cukup melelahkan. Malam ini nonton TV saja.

ROH: Perkataan ini tidak perlu diucapkan. Daging: Bicaralah sesuka hatimu!

Setiap kali kita memilih untuk menyerah kepada daging, bukannya tunduk kepada Roh Allah, kita mengizinkan dosa menang atas diri kita. Sebaliknya, setiap kali kita taat kepada Roh, kita memberikan kepada-Nya kendali atas hidup kita. Kebenarannya adalah bahwa Anda dan saya tidak berkuasa mengubah diri kita sendiri, karena “Di luar Aku,” kata Yesus, “kami tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Jadi apa yang kita lakukan? Bagaimana kita dapat terbebas dari kebiasaan kita yang berdosa? Kebenaran itulah yang membebaskan kita.

Kebenarannya adalah bahwa melalui karya penyelamatan Kristus di atas kayu salib, kita dapat menang atas dosa-dosa kita, Setan bukan lagi tuan kita, dan kita tidak lagi harus hidup sebagai hamba dosa. Jika engkau ada di dalam Kristus, Kebenaran mengatakan bahwa:

(21)

Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran… Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. – Roma 6-18, 8:2

---Ringkasan Bab 4 – bagian II

(22)

Apa Yang Perlu

Dipertimbangkan Sebelum

Mengunggah di Internet

atau Medsos?

Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.

Perkembangan teknologi menyediakan beragam peluang dan tantangan, manfaat dan mudarat. Hal yang sama berlaku dalam dunia maya (internet) dan media sosial (medsos). Di satu sisi, jangkauan dan kemudahan memberikan keluasan dan efisiensi. Hanya dengan usaha sedikit, dampak yang diberikan bisa begitu jauh. Di sisi lain, dampak yang ditimbulkan juga buruk

(23)

dengan keluasan dan efisiensi yang sama.

Ada banyak aspek yang perlu dibicarakan sehubungan dengan dua kemungkinan di atas. Dalam artikel ini kita hanya akan berfokus pada satu pertanyaan saja, seperti yang tertulis di judul. Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum kita mengunggah sesuatu di internet atau medsos. Yang perlu dipertimbangkan pertama adalah tujuan. Sebuah unggahan pasti didorong oleh suatu alasan maupun tujuan, entah itu sepele atau serius. Alasan atau tujuan ini juga beragam: dari memberikan hiburan, menunjukkan keisengan, membagikan informasi sampai menyediakan pengetahuan. Pada dirinya sendiri tidak ada yang salah dengan tujuan ini. Walaupun demikian, sebagai seorang Kristen kita perlu mengarahkannya untuk kemuliaan Allah. Tanyakanlah kepada diri sendiri: Bagaimana unggahan ini akan membawa kemuliaan bagi Allah (1Kor. 10:31)? Kita memang tidak harus selalu terkesan spiritual dengan jargon-jargon khas kekristenan, tetapi apapun substansi unggahan harus melayani kemuliaan Allah di muka bumi. Motivasi juga seharusnya menjadi bahan pertimbangan. Sebuah alasan atau tujuan yang benar bisa saja digerakkan oleh motivasi yang keliru. Sebagai contoh, Simon, mantan penyihir

(24)

menerima tanda ajaib dari Roh Kudus, tetapi keinginan itu digerakkan oleh hati yang jahat (Kis. 8:18-23). Kesalahan serupa sering terdeteksi di medsos. Seseorang mungkin ingin berbagi kesaksian bagaimana Allah telah menolong dia atau membuat anaknya berprestasi, tetapi unggahan itu bisa digerakkan oleh kesombongan (ingin pamer).

Pertimbangan yang matang juga perlu diberikan pada aspek kebenaran. Apa gunanya tujuan dan motivasi yang benar kalau yang diunggah tidak mengandung kebenaran? Pastikan substansi unggahan sesuai dengan logika, fakta dan ajaran di Alkitab kita. Kita harus berhati-hati agar tidak dikoreksi dan selalu membuka diri untuk diverifikasi oleh bukti maupun argumentasi. Ingatlah bahwa kita perlu menyerahkan diri untuk dipertimbangan oleh semua orang (2Kor. 4:2). Hal berikutnya adalah dampak. Memprediksi dampak sebuah unggahan tidak mudah. Pembaca atau penonton sangat heterogen. Mereka juga mengakses unggahan itu dalam situasi dan konteks yang berlainan pula. Unggahan yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang-orang yang berbeda. Sesuatu yang memiliki tujuan baik dan digerakkan oleh motivasi yang baik kadangkala berdampak buruk jika tidak disampaikan dengan baik. Setiap unggahan harus memiliki kepekaan

(25)

terhadap perbedaan supaya tidak menjadi batu sandungan. Menimbulkan ketidaksetujuan kadang tidak terelakkan, tetapi menjadi batu sandungan perlu dijauhkan. Apa yang benar dan diperbolehkan bukan berarti harus dilakukan. Kita harus menjaga supaya kebebasan kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (1Kor. 8:9). Sebaliknya kita menjadi segalanya bagi semua orang (1Kor. 9:19-23). Gunakanlah bahasa yang santun dan inklusif, terutama pada saat unggahan kita mungkin terkesan ofensif dan sensitif bagi orang lain.

Mengontrol perasaan juga patut dipikirkan. Setiap unggahan merupakan undangan bagi orang lain untuk berkomentar. Yang tidak siap menerima masukan atau kritikan ya tidak usah mengungkapkan sesuatu di ranah publik. Dunia maya bukanlah tempat permainan bagi mereka yang suka terbawa perasaan. Jagalah hati dari semua yang jahat (Ams. 4:23; Mat. 15:19). Pikirkan perkataan yang tepat dan lemah-lembut (2Tes. 3:15; 2Tim. 4:2). Pikirkan juga waktu yang tepat untuk menjawabnya (Ams. 25:11).

Hal terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah aturan legal. Pemerintah sudah menetapkan undang-undang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE). KUHP juga mengatur beberapa hal yang sering dilanggar dalam komunikasi di dunia

(26)

atau ujaran kebencian. Sebagai warga negara yang baik, kita patut memerhatikan dan menaati semua aturan legal ini (Rm. 13:1-7). Hindarilah konten yang bisa memicu konflik SARA (penistaan agama, diskriminasi rasial, stereotipe negatif terhadp kelompok tertentu, dsb). Hindari konten pornografi. Kuncinya adalah ini: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu” (Flp. 4:8).

Kiranya kita menjadi lebih bijak dalam berkomunikasi di dunia maya. Kiranya kita juga tidak terlalu takut atau kuatir mengoptimalkan internet dan medsos sebagai sarana pelayanan. Soli Deo Gloria.

(27)

Kedaulatan Allah

dalam Memerintah

Sumber : Sovereignity of God (Kedaulatan Allah) Penulis Arthur W. Pink

(Lanjutan tgl 31 Januari 2021)

Singkatnya, setelah menunjukkan kebutuhan imperatif akan pemerintahan Allah atas dunia ini, mari kita sekarang lebih jauh menjajaki fakta bahwa Allah memang memerintah, benar-benar memerintah, dan bahwa pemerintahan-Nya meliputi dan menjangkau segala hal dan makhluk ciptaan-Nya.

(28)

1. Allah Memerintah atas Benda-benda Mati

Bahwa Allah memerintah atas benda-benda mati, bahwa benda-benda mati menaati perintah-Nya dan melaksanakan ketetapan-Nya, telah ditunjukkan dengan jelas semenjak awal pewahyuan Allah. Berfirman Allah, “Jadilah terang, “ lalu “Terang itu jadi.” Berfirmanlah Allah, “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. ‘Dan jadilah demikian.” Dan sekali lagi, “Berfirmanla Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi. ‘Dan jadilah demikian.” Dan pemazmur menyatakan, Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.”

Apa yang dinyatakan pada pasal pertama dari Kitab Kejadian itu kwmudian diilustrasikan dalam seluruh bagian Alkitab. Ketika keberdosaan orang-orang pada zaman Nuh itu telah mencapai puncaknya, berfirmanlah Allah kepada Nuh, “Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa;” dan mengenai penggenapan firman ini, ada tertulis, “Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas

(29)

bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh empat puluh malam lamanya” (Kej. 6:17;7:11-12).

Perhatikan kontrol Allah yang absolut (dan berdaulat) atas benda-benda mati dalam peristiwa sepuluh tulah yang menimpa bangsa Mesir. Atas perintah Allah, gelap gulita meliputi seluruh tanah Mesir dan air sungai berubah menjadi darah; hujan es dan kematian terjadi di daearah Kafir di tepian Sungai Nil tersebut sedemikian rupa sehingga bahkan Firaun yang spmbong dan keras hati itu pun terpaksa memohonkan berkat kelepasan. Perhatikan juga betapa catatan yang diilhamkan ini menekankan kontrol mutlak Allah atas benda-benda mati tersebut, Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke langit, maka TUHAN mengadakan guruh dan hujan es, dan api pun menyambar ke bumi, dan TUHAN menurunkan hujan es meliputi tanah Mesir. Dan turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-tengah hujan es itu, terlalu dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi di seluruh negeri orang Mesir, sejak mereka menjadi suatu bangsa. Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan

(30)

segala pohon di padang ditumbangkannya. Hanya di tanah Gosyen, tempat kediaman orang Israel, tidak ada turun hujan es” (Kel.9:23-26). Hal serupa terlihat jelas sehubungan dengan tulah kesembilan: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap itu.’ Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari. Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya” (Kel. 10:21-23).

(31)

Apa yang dimaksud

dengan “lalang”

di Matius 13:25?

Denny Teguh Sutandio

Di dalam kehidupan kita, kita mungkin sulit membedakan sesuatu yang asli dan palsu apabila sesuatu yang palsu itu sangat mirip dengan sesuatu yang asli. Hal yang sama juga terjadi dengan orang Kristen asli vs palsu. Konsep ini dijelaskan Kristus ketika Ia membentangkan suatu perumpamaan antara lalang dan gandum (Mat. 13:24-30) untuk mengajarkan adanya perbedaan warga kerajaan Allah dan yang

(32)

Morris, Injil Matius, 356-357). Apa itu lalang?

Di dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum, Kristus berfirman bahwa seorang petani menaburkan benih yang baik di ladang gandum (ay. 24), kemudian pada waktu semua orang tidur, datanglah seorang musuh menaburkan lalang di antara gandum, setelah itu pergi. (ay. 25). “Lalang” (ESV, NET, NIV, dan NRSV: “weeds”; NASB, KJV, dan NKJV: “tares”; NJB: “darnel”) dalam teks Yunaninya zizanion dari kata zizania yang berarti “rumput liar yang menganggu di ladang gandum” (A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, s.v. “ζιζάνιον, ου, τό”). Kemungkinan jenis lalang yang dimaksud Kristus adalah (Fauna and Flora of the Bible, 194 dan Donald A. Hagner, Matthew 1-13, 383). Nama lain rumput ini adalah darnel (rumput Eurasia yang ditanam sebagai makanan ternak) dan

(33)

sesuai dengan bahasa Ibrani zun dan bahasa Arab ziwan (Lolium) (Michael Zohary, Plants of the Bible, 161). Rumput ini merupakan rumput tahunan asli Asia Barat dan sekarang menyebar ke seluruh dunia sebagai tanaman pakan ternak yang penting. Rumput ini memiliki ketinggian 50 sampai 100 cm dengan batang lurus dengan lima sampai tujuh daun (Fauna and Flora of the Bible, 194 dan Lytton John Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 134). Rumput ini bercabang dari pangkalnya menjadi batang sekunder yang berakhir dengan ujung yang panjangnya sekitar 6-12 cm dan bulir-bulirnya berbintik. Masing-masing bulir tersebut mengandung beberapa bunga yang menghasilkan biji-bijian yang mirip dengan gandum. Biji darnel ini tumbuh secara eksklusif di ladang biji-bijian di seluruh Timur Tengah. Biji-bijiannya telah ditemukan di sebuah makam Mesir berusia 4.000 tahun (Zohary, Plants of the Bible, 161). Meskipun rumput itu sendiri tidak beracun untuk ditelan, rumput ini dapat terinfeksi oleh mikroorganisme yang dapat membuatnya beracun (Musselman, A Dictionary of Bible Plants, 134).

Bentuk rumput ini mirip dengan gandum (Morris, Injil Matius, 357). Bentuknya yang mirip dengan gandum mengakibatkan lalang dan gandum susah dibedakan sampai ketika dua tanaman ini bertumbuh (ay. 26). Ketika kedua tanaman ini

(34)

lalang dan gandum. Oleh karena itu, hamba dari tuan pemilik ladang gandum bertanya kepada tuannya tentang dari mana asalnya lalang? (ay. 27) Kemudian si tuan menjawab bahwa musuh yang menanam lalang (ay. 28a). Setelah itu, hamba bertanya, “Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?” (ay. 28b). Lalu si tuan menolak keinginan si hamba (ay. 29). Mengapa? Ada dua alasan. Alasan pertama dijelaskan di ayat 29, “mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu” (ay. 29). Mengapa sang tuan menjelaskan hal tersebut? Karena nampaknya musuh menyebarkan benih lalang berdekatan dengan gandum ditambah akar lalang lebih kuat dari akar gandum, sehingga ketika lalang dicabut, maka gandumnya ikut tercabut juga (Craig L. Blomberg, Matthew, 219 dan France, Matthew, 225). Alasan kedua, praktik penyiangan yang disebutkan oleh si hamba (ay. 28b) merupakan tindakan balas dendam dan praktik ini dapat dihukum di dalam hukum Romawi (France, Matthew, 225).

Kemudian si tuan berkata kepada para hambanya agar lalang dan gandum dibiarkan tumbuh hingga saatnya penuaian (ay. 30). Bukankah lalang termasuk rumput liar? Apakah tumbuhnya lalang tidak mengganggu tumbuhnya gandum? Jawabannya tidak (Morris, Injil Matius, 358). Pada waktu penuaian, si tuan berkata kepada para penuai, “Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan

(35)

ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku” (ay. 30). Ini berarti pada waktu penuaian, lalang dan gandum yang sudah matang dengan mudah dapat dibedakan (Morris, Injil Matius, 358), sehingga lalang dapat dikumpulkan pertama kali untuk dibakar. “untuk dibakar” di sini berarti lalang (kering) dipakai sebagai bahan bakar untuk pembakaran kalau kekurangan kayu (Hagner, Matthew 1-13, 384 dan Barclay M. Newman dan Philip C. Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 423). Kemudian gandum baru dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lumbung atau rumah penyimpanan (Newman dan Stine, A Handbook on the Gospel of Matthew, 423).

(36)

BAB III - Apakah Dasar

yang Alkitabiah untuk

Panggilan Misi?

(Diambil dari buku “Panggilan Misi” dengan judul asli “Misionary Call: Find your Place in God’s Plan for the World, 2008, David Sills, penerbit Momentum)

(Lanjutan tgl 31 Januari 2021)

Yesus telah memerintahkan Paulus untuk membawa Injil kepada orang-orang non Yahudi. Ketika Roh Kudus menyuruh untuk mengkhususkan dia dan Barnabas untuk misi, dia tidak melawan. Melainkan, sikapnya adalah, “Ya, Tuhan! Sekarang, apa yang Engkau ingin aku

(37)

lakukan?” Paulus menerima arahan yang Roh Kudus berikan kepada jemaat Siria Antiokhia, dan menjadi misionaris terhebat yang dunia pernah dikenal. Sementara panggilan pribadinya datang langsung dari suara Allah dalam sebuah penglihatan. Kita harus ingat, bahwa pengalaman ini menggambarkan tentang apa yang terjadi kepada Paulus, bukan sesuatu yang menentukan bagaimana seharusnya setiap panggilan misi itu pada setiap orang.

Tidak ada definisi alkitabiah tentang panggilan misi; beberapa orang terkejut, sebagai tambahan, bahwa tidak ada ayat Alkitab yang menjelaskan komponen-komponen penting dari panggilan misi. Karenanya, banyak orang menyatakan bahwa panggilan tidaklah penting, dan bahwa ini hanya sekedar sebuah opsi lapangan pekerjaan, sama halnya dengan menjadi seorang bankir atau tukang ledeng. Yang lainnya merasakan kebebasan untuk menemukan definisi mereka sendiri dalam interpretasi mereka, tentang ayat-ayat yang berbicara mengenai panggilan dari nabi-nabi dan murid-murid. Masih saja ada yang lain berkata, bahwa setiap orang Kristen telah menerima panggilan misi beserta panggilan keselamatan. Apa yang dapat kita katakan dengan pasti adalah, bahwa paling sedikit, Allah memanggil orang Kristen untuk hidup dengan hati misi. Pertimbangkanlah tugas-tugas yang

(38)

Amanat Agung, Hukum yang terutama, dan Belas Kasih yang Agung.

Amanat Agung, Hukum yang terutama dan Belas Kasih yang Agung

Amanat Agung adalah perintah Yesus untuk pergi kepada suku-suku bangsa dan memuridkan mereka. Setiap Injil dan Kitab Kisah Para Rasul mencatat hal tersebut (Mat 28:18-20: Mark 16:15; Luk 24:47: Yoh 20:21; Kis 1:18). Dengan perkataan ini, Yesus memerintahkan para pengikutNya untuk pergi kepada suku-suku bangsa dan memberitakan pesan Injil. Kata kerja perintah dalam perikop adalah kata “memuridkan mereka”, bukan “pergi”, seperti yang kelihatannya. Kita telah mengobservasi, bahwa penekanan Yesus bukan pada bangsa-bangsa secara geopolitik, atau Negara-negara, namun kelompok suku-suku bangsa. Kata tersebut dalam bahasa aslinya adalah ethne, yang dalam bahasa kita disebut etnik (suku bangsa). Jelaslah bahwa Yesus sedang memerintahkan umatNya, untuk menjadikan murid-murid di antara suku-suku bangsa di dunia, yang terdiri lebih dari ribuan suku bangsa. Sejumlah orang boleh berkata, bahwa inilah satu-satunya panggilan alkitabiah, dan oleh karenanya panggilan yang kita dibutuhkan.

Yesus juga memerintahkan juga kepada kita untuk memuridkan mereka, dan mengajar mereka untuk menaati segala sesuatu yang telah Dia

(39)

perintahkan kepada kita, di dalam Hukum yang terutama, Matius 22:37-40. Di bagian pertama, kita melihat kebutuhan untuk mengenal Allah dan FirmanNya, sebagai langkah-langkah awal dalam perjalanan untuk mengenal kehendakNya. Semakin Anda belajar tentang Allah, semakin Anda mengasihi Dia. Walaupun begitu, mengasihi Allah lebih dari mengasihi diri sendiri, bukanlah sesuatu yang mudah, atau terjadi secara otomatis. Marthin Luther menyimpulkan, bahwa jika mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu adalah hukum yang terutama, maka tidak melakukan perintah seperti ini merupakan dosa yang terbesar.

(40)

TOLERANSI

Senin, 8 Februari 2021

Tidak jarang gereja menyuarakan kritik melawan kebobrokan moral yang terjadi di dunia. Gereja juga dapat mengecam para pelaku dosa dan ketidakadilan. Namun pada saat kita perlu melakukan yang sama kepada orang yang kita cintai, yaitu teman atau anggota keluarga kita, kita cenderung mentolerir dosa mereka. Kita mungkin merasa tidak tega, terlalu sayang, ingin diterima, takut penolakan, atau tidak mau mengkhianati. Apapun alasannya, kita sulit melakukan konfrontasi dengan orang yang dekat dengan kita dan membongkar kesalahan mereka.

Bahaya dari sikap ini adalah kita dapat terus membiarkan dosa merusak segalanya. Dalam surat kepada tujuh gereja di kitab Wahyu, Yesus menghakimi jemaat di Tiatira karena mereka membiarkan Izebel untuk “mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala” (Wahyu 2:20). Dengan kata lain, ada toleransi yang bertanggung jawab namun ada pula toleransi yang berdosa. Kita perlu mengasihi semua orang, namun kasih tidak berarti menyetujui semua pendapat atau ajaran.

(41)

Kasih yang sejati akan selalu melawan kejahatan namun siap menerima mereka yang bertobat. Mari kita minta hikmat dan keberanian dari Tuhan untuk menyuarakan kebenaran dengan kasih. Mari kita bergantung pada anugrah Tuhan dan pimpinan Roh Kudus agar dapat berdiri teguh atas keyakinan kita meskipun itu berarti berkonflik dengan orang yang kita cintai. Karena pada akhirnya, kita harus lebih taat kepada Tuhan daripada kepada manusia. (EW)

(42)

DIDORONG OLEH

BELAS KASIHAN

Selasa, 9 Februari 2021

Berbuat baik merupakan perkataan yang sangat biasa kita dengar dan coba lakukan. Walaupun memang tidak jarang orang melakukan kejahatan tapi sebetulnya cukup banyak juga orang mencoba melakukan kebaikan terhadap sesama. Nah yang membedakan dari sekian banyak orang yang melakukan kebaikan adalah motivasi. Ada beberapa orang melakukan kebaikan karena mengharapkan kebaikan tersebut kembali kepada dirinya. Ada juga orang menolong atau berbuat baik karena ingin mendapatkan pahala atau berkat. Atau ada juga orang berbuat baik kepada orang lain untuk memanipulasi orang tersebut agar ia mendapatkan keuntungan. Berbeda dengan itu semua Tuhan Yesus justru memberi makan 5000 orang bukan untuk mendapatkan ketenaran dari orang-orang tersebut. Sebab setelah itu kita melihat bahwa orang-orang tersebut akan meninggalkan Tuhan Yesus. Bahkan pada akhirnya beberapa dari mereka akan menghina Yesus dan memberikan cercaan. Namun disini kita melihat bahwa Yesus melakukannya karena memang terdorong

(43)

karena kasih kepada orang-orang tersebut. Walaupun Yesus tau bahwa mungkin saja orang-orang tersebut akan meninggalkan diri-Nya. Namun Ia tidak mementingkan diri-Nya supaya Bapa dimuliakan di dalam pekerjaan-Nya di dunia.

Bagaimana dengan setiap kita, apakah kita masih berbuat baik karena ingin mendapatkan keuntungan. Ataukah kita menolong orang lain atau berbuat baik karena kita memang merasa berbelas kasihan terhadap orang tersebut. Kita tidak memikirkan kepentingan kita dan kita mau menolong dan berbuat baik kepada orang lain. Bukan untuk mendapatkan keuntungan akan tetapi karena kita sudah mendapatkan kasih tersebut dari Allah kita Yesus Kristus. (EG)

(44)

PEDULI SAMPAI MATI

Rabu, 10 Februari 2021

Mulai bulan Februari 2021, REC memasuki bulan keluarga. Satu hal yang harus ada di dalam sebuah keluarga adalah kasih yang salah satunya ditunjukkan dengan adanya kepedulian. Hal ini Kristus tunjukkan secara langsung kepada ibu-Nya. Setelah dipaku di atas salib dalam keadaan telanjang dan malu, Kristus masih menunjukkan kepeduliannya kepada keluarga-Nya, yaitu ibu kandung-Nya dan saudara ibu kandung-Nya yang bernama Maria (istri Kleopas). Selain itu, Ia juga peduli pada Maria Magdalena, seorang wanita yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat (Luk. 8:2) (Yoh. 19:25). Namun ayat 26, Yohanes mencatat bahwa ketika Ia melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi berdiri di samping ibu-Nya, Ia berkata, “Ibu, inilah, anakmu!” (ay. 26) dan Ia berkata kepada murid yang Ia kasihi, “Inilah ibumu!” (ay. 27a).

Dari tiga ayat ini, kita belajar tentang kepedulian Kristus kepada ibu-Nya. Pertama, perkataan Kristus baik kepada ibu-Nya maupun kepada Yohanes, murid yang Ia kasihi menunjukkan kepedulian-Nya kepada keluarga-Nya. Ketika Ia berkata kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah, anakmu!,” Ia sebenarnya ingin berkata, “Ibu/Perempuan,

(45)

lihatlah anakmu yang akan merawatmu.” Lalu Ia juga berkata kepada Yohanes untuk merawat ibu-Nya (George R. Beasley-Murray, John, 350). Kepedulian-Nya ini merupakan bentuk kasih-Nya yang sangat dalam dan luas kepada orang-orang yang telah Ia kasihi di dunia (bdk. 13:1 dst) (Herman N. Ridderbos, Injil Yohanes, 664). Ini berarti Kristus benar-benar memperhatikan ibu-Nya jangan sampai ibu-ibu-Nya (yang ditinggal mati oleh suaminya) tidak dirawat oleh siapa pun. Kedua, Ia mempercayakan ibunya bukan kepada orang sembarangan, tetapi kepada orang yang Ia kasihi di mana di dalam diri Yohanes, “Maria dapat menemukan anaknya kembali” (Ridderbos, Injil Yohanes, 664). Ketiga, ketika Ia berkata demikian, Ia mengatakannya di dalam penderitaan yang sangat berat di salib (mau mati; ay. 28).

Sudahkah kita benar-benar mempedulikan keluarga kita khususnya ibu/ayah yang mungkin merupakan single parent? Kepedulian itu ditunjukkan dengan usaha kita memperhatikan dan merawat mereka semaksimal mungkin (“sampai mati”). Kepedulian itu merupakan wujud kasih yang telah Allah nyatakan kepada kita. Amin. Soli Deo Gloria. (DTS)

(46)

SATU TUBUH

Kamis, 11 Februari 2021

Salah satu istilah indah bagi komunitas orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus adalah tubuh Kristus. Hal ini menyiratkan bahwa masing-masing memiliki fungsinya dan saling melengkapi. Berbeda tetapi tidak terpisah. Karena itu setiap bagian tubuh tidak berdiri sendiri melainkan menjadi anggota yang seorang terhadap yang lain. Alkitab mengatakan: Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain (Roma. 12:4-5 ITB). Ikatan intim ini bukan hanya fungsi tetapi juga bagaimana salah satu anggota berhubungan, menilai, menghargai dan menganggap penting bagi yang lain. Sebab jika satu anggota sakit dan lemah, maka seluruh tubuh akan menderita. Dalam kehidupan nyata, orang-orang percaya yang diikat menjadi satu tubuh tetaplah beda perut. Artinya sesama anggota tubuh Kristus, masing orang memiliki kondisi, beban, berkat bahkan penderitaan masing-masing. Dalam hal

(47)

ini kepekaan terhadap saudara seiman sangat diperlukan. Empati harus menjadi buah dari kasih yang mengikat persekutuan orang percaya secara nyata.

Kepedulian harus terus dijalankan karena sebenarnya kita adalah satu tubuh dengan mereka. Kasih harus menjadi dasar kita berinteraksi dengan sesama tubuh Kristus sehingga saling menolong, saling mendukung dan saling menguatkan. Ingatlah bahwa Kristus telah menjadikan kita anggota tubuh-Nya melalui anugerah karya keselamatan yang harus menjadi dasar kita mengasihi, melindungi dan peduli. Selamat menjadi anggota tubuh Kristus. Selamat menyalurkan kasih Tuhan Yesus Kristus. (YDI)

(48)

KASIH YANG SEMPURNA

Jumat, 12 Februari 2021

Saya mengenal sebuah keluarga muda yang nyaris hancur karena campur tangan banyak pihak luar. Persoalan rumah tangga mereka begitu pelik sehingga terpaksa harus tinggal secara terpisah. Walau demikian diam-diam mereka mengatur waktu untuk berjumpa, dan sang istri membawa anaknya pada kesempatan itu agar sang ayah dapat mencurahkan kasih sayangnya. Dengan demikian sang anak tetap dapat merasakan kasih dari ayah dan ibunya, walaupun kasih yang diterima tidak sempurna. Kasih yang mengalir dari Allah atas umatnya tidaklah demikian. Kasih yang mengalir bagi umat Allah tidak keluar dari kasih yang tidak sempurna seperti kisah di atas. kasih yang dimiliki Allah Tritunggal begitu sempurna, kasih itulah yang mengalir keluar untuk umatNya. Frase “Kasih Allah” dalam teks ini maknanya lebih daripada sekadar suatu sikap atau perasaan; tapi sebuah karakter yang sempurna yang tidak dapat berubah. Frase “persekutuan Roh Kudus” adalah suatu kesatuan yang mempersatukan kita dengan Tuhan dan dengan sesama. Frase penuh berkat ini berbicara tentang kasih yang berasal

(49)

dari Allah Tritunggal.

Kasih yang dijanjikan bagi seluruh jemaat Allah itu bersumber dari kasih Allah Tritunggal yang sempurna tanpa cacat. Itu sebabnya kasih yang diterima oleh umatNyapun tanpa cacat. Kasihnya utuh dan sempurna. Kasih ini sekaligus menjadi pendorong bagi umatnya untuk hidup dalam kasih Allah sekaligus menjadi menjadi teladan dalam hal mengasihi. Hidup mengacu pada kasih Allah akan menolong kita mengurai tiap persoalan yang kita hadapi. Tidak selalu mudah dalam prosesnya, namun tidak ada cara yang lebih baik dari ini. (NL)

(50)

TUHAN AKAN MENJAGA

Sabtu, 13 Februari 2021

Sesaat setelah Paulus selamat dari badai dan bisa mendarat di pulau Malta, Paulus dijamu dan berkumpul dengan penduduk setempat sambil membuat api unggun. Ketika seekor ular berbisa menyerang Paulus, penduduk pulau setempat mengira Paulus pasti akan mati. Tetapi Paulus mengusir ular itu, dan tidak ada bahaya yang menimpanya. Ketika Paulus tidak mati, orang-orang mengira dia adalah seorang dewa. Paulus bukanlah dewa. Ada Tuhan yang hidup dan berkuasa yang menyertai Paulus. Paulus hampir sampai ke Roma, tetapi kesaksian Allah melalui dia terus berlanjut di setiap langkahnya. Paulus berada di Malta karena badai dan kapal karam. Dan Tuhan terus merawatnya dengan cara yang berbeda. Tuhan juga menjaga orang-orang Malta. Pejabat kepala pulau membuka rumahnya untuk menyambut penumpang kapal yang karam. Tuhan menyembuhkan ayah pejabat yang sakit melalui Paulus. Keramahan pejabat tersebut menjadi awal untuk melihat kekuatan Tuhan dalam penyembuhan. Bahkan setelah

(51)

peristiwa itu banyak penduduk Malta yang mendapat jamahan dari Tuhan melalui Paulus. Mereka melihat Tuhan nya Paulus yang hidup. Sekilas, kita melihat Paulus terdampar di sebuah pulau, tertunda selama tiga bulan dalam perjalanannya ke Roma. Tetapi segera kita dapat melihat bahwa Tuhan telah membawa Paulus dan yang lainnya ke sana untuk membawa kesembuhan dan kabar baik tentang Yesus. Selain itu, kita melihat Tuhan menjaga Paulus dan rombongan dengan membawa mereka ke Malta. Kemudian kita juga melihat bahwa Tuhan menjaga Malta dengan membawa Paulus dan rombongan ke sana. Dan saat mereka melakukan perjalanan ke Roma, mereka bertemu orang lain yang juga menyambut dengan ramah serta memberikan dukungan bagi Paulus beserta rombongan. P

aulus setia dalam pelayanannya karena dia tahu Tuhan terlebih dahulu telah menyelamatkan dan setia menopangnya. Kesetiaan Tuhan melebihi kesetiaan siapapun. Kepedulian Tuhan terhadap diri kita, jauh lebih besar daripada kepedulian kita sendiri terhadap diri kita. Tetap setialah. (HK)

(52)

Agenda Minggu Ini

Hari/Tgl Pukul Keterangan

Senin 08 Feb ‘21

05.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM 23.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM HUT: Sdr. Alfa Zera Tasidjawa

Selasa

09 Feb ‘21 HUT: Sdr. Felix Tanzil Rabu

10 Feb ‘21

18.30 Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Ev. Heri Kristanto (DILIBURKAN) 19.00 Latihan Musik KU 3

Kamis 11 Feb ‘21

18.30

Pembinaan Jemaat modul 2 “Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto (DILIBURKAN)

19.00 Latihan Musik KU 1 dan KU 2

Jum’at

(53)

Sabtu 13 Feb‘ 21

06.30 Doa Pemuridan (DOA DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC Kutisari(IBADAH DIRUMAH) 18.00 Persekutuan Pemuda REC MERR(IBADAH DIRUMAH) 22.00 Siaran rohani “Grace Alone”Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M

di Radio Mercury, 96 FM HUT: Bp. Perry Huang

HUT: Sdri. Penila Medad Gedalya Arindong

HUT: Sdr. Cleming Tedjokusumo

Minggu

(54)

IB ADAH MINGGU 07 FEBRUARI 2021 KU 1 08.00 WIB http s:// you tu.be/DR2qcOLtruU KU 2 10.00 WIB http s:// you tu.be/0Fd3pOPf y-I KU 3 17.00 WIB http s:// you tu.be/Ggpg_TQfpSc Pdt. Yakub T ri Handok o Peduli Sampai Ma ti ( Yohane s 19:25-27) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S COMMUNITY pk. 08.00 | 10.00 | 17.00 IB ADAH MINGGU 14 FEBRUARI 2021 Pdt. Yakub T ri Handok o Ke luar ga: Ujian K er ohanian Yang Sebe narny a (1 Timo tiu s 5:3-8) IB ADAH LI VE STRE AMING SELURUH CAB

ANG REFORMED EXODU

S

COMMUNITY

(55)

PANDUAN IBADAH BERSAMA KELUARGA Reformed Exodus Community (REC),

07 Februari 2021

(Bila ingin mengadakan ibadah langsung, bukan lewat live streaming)

1. 15 menit sebelum ibadah, kepala keluarga (pemimpin ibadah) mengajak semua ang-gota keluarga untuk bersiap-siap. Tampilkan teks Yohanes 19:25-27 di TV (atau dicetak/ lewat HP saja) sambil memutar lagu Jesus Paid It All - Kim Walker-Smith (https://youtu. be/Ymkl0t0FOcw)

2. 5 menit sebelum ibadah, pemimpin ibadah mengajak yang lain untuk mengambil saat teduh

3. Ibadah dimulai. Pemimpin ibadah men-gajak semua anggota keluarga berdiri. langsung diikuti dengan votum

“Ibadah ini kita mulai dengan keyakinan bah-wa satu-satunya jalan menuju takhta karunia Bapa sudah dibuka yaitu melalui pengurba-nan Yesus Kristus yang sempurna di atas kayu salib dan yang telah diterapkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Turunlah atas kita semua rahmat, berkat, dan anugerah dari Allah Tritunggal dalam ibadah ini. Amin.”

(56)

Jemaat dipersilakan duduk. Kau yang Terindah

(https://youtu.be/FCQSUza-toI) 1

Kau yang terindah Di dalam hidup ini

Tiada Allah Tuhan yang seperti Engkau Besar perkasa penuh kemuliaan

2

Kau yang termanis Didalam hidup ini

Ku cinta Kau lebih dari segalanya Besar kasih setiaMu kepadaku Reff:

Ku sembah Kau ya Allahku Ku tinggikan namamu selalu Tiada lutut kan berteluk

Menyembah Yesus Tuhan Rajaku Ku sembah Kau ya Allahku Ku tinggikan namamu selalu Tiada lidah tak mengaku Engkaulah Yesus Tuhan Rajaku Pengakuan Dosa Pribadi – Duduk “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ‘Aku akan mengaku kepada TUHAN

(57)

pelanggaran pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.” – Mazmur 32:5

Pandanglah Pada Yesus (Sovereign Grace) (https://youtu.be/F2tKVqZZiI4)

2

Pandang pada bukit-Nya Kasih-Nya t’lah dinyatakan

Sang Anak Allah b’rikan hidup-Nya Hutang dosaku dihapuskan

3

Pandang pada paginya Lihatlah Kristus yang bangkit Hari yang mulia, maut dikalahkan Ska’rang Dia hidup di dalamku Reff

Yesus, kupandang wajah-Mu Yesus, harta abadiku

Kau kupuja, kusembah, Peny’lamat sejati Oh Yesus, kupandang wajah-Mu

Doa Pengakuan dosa dan Pembukaan 4. Pengakuan Iman Rasuli

(jemaat dipersilahkan berdiri)

(58)

Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi.

Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita.

Yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.

Yang menderita sengsara di bawah pe-merintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.

Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa.

Dan dari sana Ia akan datang

untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh Ku-dus, Gereja yang kudus dan am, perseku-tuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal. Amin.

(Jemaat dipersilakan duduk) 5. Petunjuk hidup baru

“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk

(59)

selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” - Mazmur 103:8-10 Nyanyian jemaat Bersinar Bagimu (JPCC) (https://youtu.be/b8rYvX6C1l4) Verse 1 Kuasa-Mu membebaskanku Tebus hidupku

Kebaikan-Mu nyata atasku Ubah hidupku

Pre-Chorus

Kasih-Mu termegah Di bumi di surga

Ajaib kuasa nama Yesus Chorus

‘Kau sempurna di hidupku Menerangi tiap langkahku Kebenaran kuatkanku Bersinar bagi-Mu Verse 2

‘Kau kuatku

Dalam hidupku takkan kutakut ‘Kau Allahku

(60)

Dalam terang-Mu takkan kuragu 6. Pujian Firman:

Jesus at the Center

(https://youtu.be/cF8IfktCgqk) Verse 1

Jesus at the center of it all Jesus at the center of it all

From beginning to the end it will always be It’s always been You, Jesus, Jesus

Chorus

Nothing else matters Nothing in this world will do Jesus You’re the center

Everything revolves around You Jesus, You, at the center of it all Verse 2

Jesus be the center of my life Jesus be the center of my life From beginning to the end It will always be

It’s always been You, Jesus, Jesus Bridge

From my heart to the heavens Jesus be the center

It’s all about You Yes it’s all about You

(61)

Verse 3

Jesus be the center of Your church Jesus be the center of Your church And every knee will bow

And every tongue will confess You Jesus, Jesus

7. Khotbah

Lampiran halaman 03. 8. Persembahan.

No. Rekening BCA REC

---REC Pusat: 0882-8257-77 REC Nginden: 0882-8888-50 REC Merr: 0882-8888-09 REC Batam: 0887-8888-29 REC Kutisari: 0887-8888-61 REC Darmo: 0889-8888-75 Diakonia REC: 0889-8888-16 Misi REC: 0887-8888-96

*Semua Rekening Lokal REC atas nama: GKRI Exodus

Ku Cinta Keluarga Tuhan

(https://youtu.be/vGKyfCTILRY) Verse

Ku cinta keluarga Tuhan Terjalin mesra sekali Semua saling mengasihi

(62)

Betapa s’nang ku menjadi keluarganya Tuhan Bridge 2x

Verse Reff

Kau sahabatku, Kau saudaraku Tiada yang dapat memisahkan kita Kau sahabatku, Kau saudaraku Tiada yang dapat memisahkan kita Reff

Ending

Semua saling mengasihi Betapa s’nang ku menjadi keluarganya Tuhan 10. Doa syafaat Lampiran halaman 12 11. Pengumuman 12. Doxology

Puji Allah Bapa Putera Puji Allah Rohul Kudus Ketiganya Yang Esa

(63)
(64)

Referensi

Dokumen terkait