• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 66 TAHUN 2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR : 66 TAHUN 2017 TENTANG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR

NOMOR : 66 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN

POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kepastian hukum Penyelenggaraan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Blitar, perlu disusun pedoman teknis penyelenggaraan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat Kabupaten Blitar.

(2)

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Dati II Surabaya dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730);

2. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasinal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

(3)

6. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);

(4)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 );

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614) ;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

17. Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 81);

(5)

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Ke dua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;

24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan; 25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016

tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah;

27. Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pokok Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

28. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;

(6)

29. Peraturan Bupati Blitar Nomor 50 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BLITAR.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Blitar.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Blitar. 3. Bupati adalah Bupati Blitar.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar

5. Perangkat Daerah, adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Organisasi Perangkat Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan di Kabupaten Blitar.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.

7. Kepala Dinas Kesehatan yang selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.

8. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis dari organisasi induknya.

9. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya.

(7)

10. Jaringan pelayanan Puskesmas adalah Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan pos kesehatan desa.

11. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan adalah klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

12. Kepala Puskesmas adalah Penanggung jawab Pembangunan Kesehatan di Tingkat Kecamatan.

13. Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas yang memiliki kemampuan menyediakan ruang rawat inap, tempat tidur perawatan dan sarana pendukung lainnya.

14. Puskesmas Non Rawat Inap adalah Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal.

15. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah fungsi pemerintah dalam memberikan dan mengurus keperluan kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

16. Pelayanan Obstetri Neonatus dan Emergensi Dasar selanjutnya disingkat PONED adalah kemampuan Puskesmas untuk memberikan pelayanan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar.

17. Home Care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal pasien yang bertujuan untuk meningkatkan,mempertahankan, atau memulihkan kesehatan, atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakait.

18. One day care adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi mental dan atau upaya pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.

19. Indikator Kinerja adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah.

20. Minilokakarya adalah salah satu bentuk upaya penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan Puskesmas melalui pertemuan.

21. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan penyakit oleh Pemerintah Daerah.

(8)

22. Badan Layanan Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Organisasi Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

23. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

24. Pejabat pengelola BLUD adalah pimpinan BLUD yang bertanggung jawab terhadap kinerja operasional BLUD yang terdiri atas pemimpin, pejabat keuangan dan pejabat teknis yang sebutannya disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku pada BLUD yang bersangkutan.

25. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan tagihan BLUD yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran bersangkutan yang tidak perlu dibayar kembali.

26. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh BLUD.

27. Biaya adalah sejumlah pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana lancar untuk memperoleh barang dan/atau jasa untuk keperluan operasional BLUD.

28. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis yang dapat meningkatkan kemampuan BLUD dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

29. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

30. Rekening Kas BLUD adalah rekening tempat penyimpanan uang BLUD yang dibuka oleh pemimpin BLUD pada bank umum untuk menampung seluruh penerimaan pendapatan dan pembayaran pengeluaran BLUD.

(9)

31. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi sehingga tersaji sebagai satu entitas pelaporan.

32. Rencana Strategis Bisnis BLUD yang selanjutnya disingkat Renstra Bisnis BLUD adalah dokumen lima tahunan yang memuat visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja dan arah kebijakan operasional BLUD.

33. Rencana Bisnis dan Anggaran yang selanjutnya disingkat RBA adalah dokumen usulan perencanaan bisnis dan pengangaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan anggaran BLUD.

34. Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif yang selanjutnya disingkat RBA Definitif adalah dokumen perencanaan bisnis dan pengangaran tahunan yang berisi program, kegiatan, target kinerja dan anggaran BLUD yang telah disusun setelah penetapan APBD.

35. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD yang selanjutnya disingkat DPA-BLUD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi

arus kas, jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh BLUD.

36. Standar Pelayanan Minimal adalah yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 37. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan.

38. Satuan pengawas internal yang selanjutnya disebut SPI adalah perangkat BLUD yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal dan penjaminan mutu dalam rangka membantu pimpinan BLUD untuk meningkatkan kinerja peiayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis sehat.

39. Nilai omset adalah jumlah seluruh pendapatan operasional yang diterima oleh BLUD yang berasal dari barang dan/atau jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat, hasil kerja BLUD dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.

40. Nilai aset adalah jumlah aktiva yang tercantum dalam neraca BLUD pada akhir suatu tahun buku tertentu dan merupakan bagian dari aset pemerintah daerah yang tidak terpisahkan.

(10)

41. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang diberikan oleh BLUD termasuk imbal hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan.

42. Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Pegawai Non PNS adalah Pegawai yang bukan berstatus PNS, atau pensiunan PNS, atau TNI/Polri atau pensiunan TNI/Polri yang dipekerjakan oleh PUSKESMAS yang menerapkan PPK-BLUD.

43. Dokter tamu adalah dokter umum atau dokter gigi yang bukan pegawai Puskesmas yang mempunyai pasien dirawat dan ditindak menggunakan fasilitas Puskesmas.

44. Formasi pegawai adalah kebutuhan tenaga dalam jumlah tertentu yang dibutuhkan untuk mendukung penyelesaian tugas Puskesmas yang menerapkan PPK-BLUD.

45. Remunerasi adalah Imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan, honorarium, insentif dan bonus atas prestasi yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

46. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.

47. Tarif pelayanan kesehatan adalah pembayaran atas pelayanan kesehatan dan pelayanan lain yang ada di Puskesmas yang dibebankan kepada pasien/masyarakat/badan/penjamin pemakai jasa layanan, yang disusun berdasarkan biaya satuan (unit cost) serta dengan mempertimbangkan daya saing dan kemampuan masyarakat.

48. Ambang batas adalah tingkatan batas yang masih dapat diterima atau ditoleransi.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Peraturan Bupati ini dibuat dengan maksud untuk menjadi pedoman teknis penyelenggaraan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat dengan efektif dan efisien guna mencapai peningkatan kinerja yang optimal, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

(11)

Pasal 3

Peraturan Bupati ini bertujuan agar Puskesmas dapat :

a. menyelenggarakan kegiatan yang dikelola dengan menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, dan independen agar pelayanan lebih berkualitas dan mempunyai daya saing yang kuat di pasar;

b. menyelenggarakan pengelolaan secara profesional, melalui penataan struktur organisasi, agar ada kejelasan tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab masing masing bagian sesuai dengan aturan yang berlaku;

c. melaksanakan kegiatan sesuai standart prosedur kerja, pengelompokan fungsi yang lebih operasional, serta pengelolaan sumber daya yang lebih efektif dan efisien;

d. meningkatkan tingkat kepatuhan petugas terhadap standart pelayanan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

e. meningkatkan kontribusi dalam upaya membangun kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

BAB III

RUANG LINGKUP Pasal 4

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini meliputi: a. tata kelola;

b. SPM;

c. pengelolaan keuangan;

d. akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban; e. tarif layanan kesehatan;

f. remunerasi; dan

g. pembinaan dan pengawasan.

BAB IV TATA KELOLA Bagian Kesatu

Struktur Organisasi PPK-BLUD Pasal 5

Struktur Organisasi PPK-BLUD terdiri atas : a. pejabat pengelola BLUD;

b. satuan pengawas internal; dan c. dewan pengawas.

(12)

Paragraf 1

Pejabat Pengelola BLUD Pasal 6

(1) Pejabat Pengelola BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri dari:

a.pemimpin BLUD; b.pejabat keuangan; dan c. pejabat teknis.

(2) Pemimpin BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dijabat oleh Kepala Puskesmas

(3) Pejabat Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dijabat oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Puskesmas, dan membawahi kegiatan: a.urusan perencanaan dan sistem informasi;

b.urusan keuangan;

c. urusan kepegawaian; dan d.urusan rumah tangga.

(4) Pejabat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dijabat oleh: a.penanggung jawab upaya kesehatan masyarakat essensial dan perawatan

kesehatan masyarakat;

b.penanggung jawab upaya kesehatan masyarakat pengembangan;

c. penanggung jawab upaya kesehatan perorangan, kefarmasian dan laboratorium;dan

d.penanggung jawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(5) Penanggung jawab Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial dan Perawatan Kesehatan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, membawahi:

a.koordinator pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS; b.koordinator pelayanan kesehatan lingkungan;

c. koordinator pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana yang bersifat UKM;

d.koordinator pelayanan gizi yang bersifat UKM;

e. koordinator pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit; dan f. koordinator pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.

(6) Penanggung jawab Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, membawahi:

(13)

b.koordinator pelayanan kesehatan indra; c. koordinator pelayanan kesehatan usia lanjut; d.koordinator pelayanan kesehatan tradisional; e. koordinator pelayanan kesehatan olah raga; f. koordinator pelayanan kesehatan kerja;

g. koordinator pelayanan kesehatan gigi masyarakat;dan

h.koordinator pelayanan pencegahan dan pengawasan penyakit tidak menular.

(7) Penanggung jawab Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), kefarmasian dan laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c, membawahi:

a.koordinator pelayanan pemeriksaan umum;

b.koordinator pelayanan kesehatan gigi dan mulut ; c. koordinator pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP; d.koordinator pelayanan gawat darurat;

e. koordinator pelayanan gizi yang bersifat UKP; f. koordinator pelayanan persalinan;

g. koordinator pelayanan rawat inap bagi Puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat inap;

h.koordinator pelayanan kefarmasian;dan i. koordinator pelayanan laboratorium.

(8) Penanggung jawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d bertugas mengkoordinasikan pelayanan pada jaringan Pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas.

(9) Uraian lebih lanjut mengenai kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sampai dengan ayat (8) diatur dalam Peraturan Bupati tersendiri.

Pasal 7

(1) Pejabat BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dengan Keputusan Bupati.

(2) Pemimpin BLUD bertanggung jawab kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.

(3) Pejabat Keuangan dan pejabat teknis bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD.

(14)

Paragraf 2

Satuan Pengawas Internal Pasal 8

(1) SPI merupakan unit yang dibentuk oleh Pemimpin BLUD untuk membantu terciptanya sistem pengawasan internal dan manajemen mutu yang efektif di Puskesmas.

(2) SPI mempunyai tugas :

a. melaksanakan pengawasan, dan pengendalian di bidang administrasi dan manajemen, pengelolaan keuangan, bidang operasional program dan pelayanan kesehatan Puskesmas;

b. memberikan rekomendasi perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas; dan c. melaksanakan audit internal dan kinerja Puskesmas.

(3) SPI dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Pemimpin BLUD.

Paragraf 3 Dewan Pengawas

Pasal 9

(1) Puskesmas BLUD yang memiliki realisasi nilai omset tahunan menurut laporan operasional atau nilai aset menurut neraca memenuhi persyaratan minimal dapat dibentuk Dewan Pengawas.

(2) Persyaratan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut :

a. realisasi omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir, minimum sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) atau;

b. nilai aset menurut neraca minimum sebesar Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah).

(3) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan paling sedikit 3 (tiga) orang atau paling banyak 5 (lima) orang, dan 1 (satu ) orang diantara anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.

(4) Jumlah anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan sebagai berikut :

(15)

a. sebanyak 3 (tiga) orang apabila nilai omzet berdasar laporan realisasi anggaran tahun terakhir sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) s/d Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dan/atau nilai aset menurut Neraca sebesar Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah) s/d Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah);

b. sebanyak 5 (lima) orang apabila nilai omzet berdasar laporan realisasi anggaran tahun terakhir lebih besar dari Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dan/atau nilai aset menurut Neraca lebih besar dari Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

(5) Pembentukan Dewan Pengawas ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usulan Pemimpin BLUD.

Pasal 10

1) Anggota Dewan Pengawas dapat terdiri dari unsur-unsur: a. Pejabat SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD;

b. Pejabat di lingkungan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah; dan c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD.

2) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola BLUD.

3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas yaitu:

a. memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan BLUD, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris, atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah melakukan tindak pidana yang merugikan daerah; dan

c. mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan, sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pasal 11

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh Bupati. (3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya sebagaimaana

(16)

a.tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

b.tidak melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. terlibat dalam tindakan yang dapat merugikan BLUD;

d.dipidana penjara karena terbukti melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ; dan/atau

e. melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling sedikit 4 (empat) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 12

(1) Bupati dapat mengangkat Sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.

(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan anggota Dewan Pengawas.

(3) Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. (4) Sekretaris Dewan Pengawas dapat diberhentikan oleh Bupati sebelum

berakhir masa jabatannya, apabila:

a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

b. tidak melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD;

d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas BLUD; dan

e. melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling sedikit 4 (empat) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Bagian Kedua

Tata Kerja dan Prosedur Kerja Pasal 13

(1) Pejabat BLUD wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara lintas program maupun lintas sektor, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(17)

(2) Koordinator Urusan dan koordinator upaya pelayanan kesehatan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis setiap akhir bulan.

(3) Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis wajib mengolah dan menganalisa laporan dari Koordinator Urusan dan Koordinator upaya pelayanan kesehatan, serta menyampaikan pada forum minilokakarya setiap bulan. (4) Forum minilokakarya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh

Pemimpin BLUD.

Pasal 14

(1) Dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan PPK-BLUD Pemimpin BLUD menyusun prosedur kerja.

(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

Bagian Ketiga Sumberdaya Manusia

Pasal 15

Sumberdaya manusia pada BLUD Puskesmas terdiri dari: a. pegawai BLUD Puskesmas; dan

b. dokter tamu.

Paragraf 1

Pegawai BLUD Puskesmas Pasal 16

(1) Pegawai BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, terdiri dari unsur:

a.Pegawai Negeri Sipil; dan b.Non Pegawai Negeri Sipil.

(2) Pegawai BLUD Non PNS sebagiman dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a.Pegawai Non PNS yang dibiayai APBN;

b.Pegawai Non PNS yang dibiayai APBD Provinsi Jawa Timur; c. Pegawai Non PNS yang dibiayai APBD Kabupaten Blitar; d.Pegawai Non PNS yang dibiayai BLUD.

(18)

Pasal 17

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan Pegawai BLUD Puskesmas dari unsur Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan Pegawai BLUD Non PNS yang dibiayai dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten Blitar sebagimana dimaksud pada pasal 16 ayat (2) huruf a, b, c dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 18

Pengaturan Pegawai Non PNS BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf d, meliputi:

a. pengadaan pegawai;

b. masa percobaan, penugasan dan pembinaan;

c. pengangkatan, pemindahan, pemberhentian dan pembebasan tugas sementara;

d. batas usia kerja maksimal; e. tugas, hak dan kewajiban; f. waktu kerja, istirahat dan cuti;

g. larangan dan hukuman disiplin pegawai non pns; h. pembinaan, pengawasan dan pengendalian; dan i. perjanjian kerja dan pernyataan kerja.

Pasal 19

Pengadaan Pegawai Non PNS dilaksanakan melalui proses: a. perencanaan kebutuhan;

b. pengumuman pengadaan pegawai Non PNS; c. pendaftaran;

d. seleksi; dan

e. pengumuman hasil seleksi.

Pasal 20

(1) Pengadaan Pegawai Non PNS dilaksanakan oleh Tim Pengadaan Pegawai Non PNS Puskesmas BLUD yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Susunan Tim terdiri atas:

(19)

b. Ketua : Sekretaris Dinas Kesehatan;

c. Wakil Ketua : Kabid Pengadaan Pembinaaan dan Pemberhentian pada BKPSDM;

d. Sekretaris : Kabid SDK Dinas Kesehatan; dan

e. Anggota : Terdiri dari Pemimpin BLUD Puskesmas, unsur BKPSDM, Bagian organisasi, Bagian Hukum dan Dinas Kesehatan.

(3) Tim mempunyai tugas sebagai berikut:

a. membuat pedoman pelaksanaan pengadaan Pegawai Non PNS;

b. menyiapkan bahan, sarana dan prasarana untuk pengadaan Pegawai Non PNS;

c. menyelenggarakan pelaksanaan pengadaan Pegawai Non PNS;

d. melaksanakan pengolahan hasil ujian/seleksi pengadaan Pegawai Non PNS;

e. melaporkan kepada Bupati berupa daftar peringkat nilai yang lulus ujian/seleksi pengadaan Pegawai Non PNS; dan

f. mengumumkan peserta yang diterima.

Pasal 21

(1) Perencanaan Kebutuhan Pegawai Non PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, diusulkan oleh Pemimpin BLUD kepada Kepala Dinas Kesehatan berdasarkan kebutuhan.

(2) Perencanaan kebutuhan Pegawai Non PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. jenis dan sifat pelayanan yang diberikan; b. kemampuan pendapatan operasional; c. prasarana dan sarana yang tersedia; dan d. uraian dan peta jabatan;

e. Analisis beban kerja.

(3) Perencanaan dan pengusulan kebutuhan Pegawai Non PNS BLUD, dilaksanakan pada awal tahun anggaran dan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tahun anggaran berakhir.

Pasal 22

(1) Pemimpin BLUD dalam penerimaan pegawai non PNS BLUD harus didasarkan pada formasi kebutuhan yang telah disusun dan mendapat

(20)

(2) Penerimaan pegawai non PNS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, aspek legalitas dan kompetensi.

Pasal 23

(1) Pengumuman pengadaan pegawai Non PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, dilakukan pada papan pengumuman Dinas Kesehatan, Puskesmas, serta website Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar yang memuat paling sedikit :

a. waktu atau jangka waktu pendaftaran;

b. alamat lamaran ditujukan dan waktu mengirimkan lamaran; c. jumlah kebutuhan pegawai dan formasi yang dibutuhkan; d. persyaratan pendaftar;

e. persyaratan admnistrasi; dan f. waktu dan tempat seleksi.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekurang kurangnya 7 (tujuh) hari kerja.

Pasal 24

(1) Untuk dapat mengikuti pendaftaran sebagaimaan dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, maka pendaftar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia (WNI);

b. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun dan paling tinggi 45 (empat puluh lima) tahun;

c. sehat jasmani dan rohani; dan

d. mempunyai pendidikan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan. (2) Pelamar harus mengajukan lamaran secara tertulis kepada Kepala Dinas

Kesehatan Cq.Pemimpin BLUD Puskesmas dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai berikut :

a. fotokopi KTP sebanyak 1 lembar; b. daftar riwayat hidup;

c. fotokopi ijazah;

d. surat pernyataan sanggup memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan Puskesmas;

e. foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar;

f. khusus untuk tenaga kesehatan wajib melampirkan Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku;

(21)

g. surat pernyataan tidak sedang terikat kontrak kerja dengan pihak lain; h. surat pernyataan tidak menuntut diangkat menjadi PNS;dan

i. fotokopi Kartu Kepesertaan BPJS Kesehatan.

(3) Pemimpin BLUD Puskesmas dapat menerima pelamar yang berusia lebih dari 45 (empat puluh lima) tahun untuk diangkat sebagai Pegawai Non PNS berdasarkan kebutuhan khusus dengan kriteria dan persyaratan yang diatur lebih lanjut oleh Pemimpin BLUD.

Pasal 25

Seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, dapat dilaksanakan sendiri oleh Tim Pengadaan Pegawai Non PNS Puskesmas atau bekerja sama dengan lembaga profesional.

Pasal 26

(1) Seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

a. seleksi administrasi;

b. ujian tertulis/seleksi akademik; c. praktek; dan

d. wawancara.

(2) Tahap-tahap seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan sistem gugur dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Pasal 27

(1) Pengumuman hasil seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e, harus ditempelkan pada papan pengumuman Dinas Kesehatan, Puskesmas, serta website Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar

(2) Hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Tim Pengadaan Pegawai Non PNS BLUD Puskesmas, bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat hal-hal sebagai berikut:

a. nama dan hasil atau nilai seleksi; dan

b. ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan oleh pendaftar yang telah lulus seleksi.

(22)

Pasal 28

(1) Bagi pelamar yang telah dinyatakan lolos seleksi, dinyatakan sebagai pegawai dalam masa percobaan Puskesmas untuk jangka waktu selama 3 (tiga) bulan.

(2) Calon Pegawai Non PNS BLUD yang lolos seleksi ditugaskan oleh Kepala Puskesmas untuk melaksanakan tugas tertentu.

(3) Selama masa percobaan calon Pegawai Non PNS BLUD akan dievaluasi kinerjanya oleh atasan langsung.

Pasal 29

Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Non PNS BLUD dilaksanakan dengan keputusan Pemimpin BLUD yang bersangkutan.

Pasal 30

(1) Calon Pegawai Non PNS BLUD yang selama masa percobaan dinilai berperilaku dan bekerja dengan baik, dapat diangkat sebagai Pegawai Non PNS BLUD Puskesmas dengan status sebagai Tenaga Kontrak berdasarkan Perjanjian Kerja yang ditandatangani Kepala Puskesmas selaku Pemimpin BLUD berdasarkan prinsip effisiensi dan produktifitas.

(2) Perjanjian Kerja sebagaimana disebut dalam ayat (1) dilaksanakan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun setelah masa percobaan selesai, dan dapat diperpanjang kembali dengan mempertimbangkan kebutuhan dan penilaian kinerja.

(3) Pegawai Non PNS BLUD tidak dapat diangkat menjadi pejabat pengelola BLUD.

(4) Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipindahkan atau dimutasi oleh Pemimpin BLUD, dengan pertimbangan pemerataan jumlah tenaga Puskesmas agar dicapai pelayanan kesehatan yang maksimal.

Pasal 31 (1) Pegawai Non PNS diberhentikan apabila:

a. telah mencapai batas usia kerja maksimal; b. masa berlaku perjanjian kerja telah berakhir; c. mengajukan permohonan pengunduran diri; d. tewas atau meninggal dunia; atau

e. tidak sehat jasmani atau rohani, sehingga tidak dapat melaksanakan tugas.

(23)

f. melakukan pelanggaran disiplin berat.

(2) Pegawai Non PNS melakukan pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, apabila:

a. memberikan keterangan palsu atau dipalsukan;

b. mabuk, madat, memakai obat bius atau narkoba, berjudi di dalam dan/atau di luar lingkungan kerja;

c. melakukan perbuatan asusila di dalam dan/atau di luar lingkungan kerja;

d. menganiaya dan/atau berkelahi, menghina secara kasar atau mengancam pimpinan dan/atau keluarganya, teman sekerja di dalam dan/atau di luar lingkungan kerja;

e. membujuk pimpinan, teman kerja dan atau orang lain untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan kesusilaan;

f. dengan sengaja atau ceroboh merusak, merugikan atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang dan/atau fasilitas milik Puskesmas;

g. mencemarkan nama baik pimpinan, teman kerja, dan Puskesmas;

h. menerima suap, komisi, hadiah atau gratifikasi, dan/atau menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain;

i. tidak masuk kerja 5 (lima) hari secara terus-menerus tanpa alasan yang sah walau telah dipanggil secara tertulis 1 (satu) kali oleh pejabat kepegawaian;

j. tidak masuk kerja selama 15 (lima belas) hari tidak terus menerus dalam 1 (satu) bulan tanpa alasan yang sah;

k. menggunakan dan/atau memanfaatkan fasilitas Puskesmas untuk usaha lain (kepentingan pribadi) baik di dalam maupun di luar jam kerja tanpa izin yang sah dari pejabat yang berwenang;

l. mempunyai usaha dan/atau bekerja di tempat lain tanpa izin dari pimpinan Puskesmas yang bersangkutan; atau

m. dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

(4) Pegawai Non PNS dapat dilakukan Pembebasan tugas sementara apabila dikenakan tahanan sementara oleh pihak berwajib.

(5) Pegawai Non PNS yang dikenai pembebasan tugas sementara tidak diberikan gaji.

(24)

(6) Apabila Pegawai Non PNS yang dikenai pembebasan tugas sementara, dinyatakan tidak terbukti bersalah, maka yang bersangkutan dapat ditugaskan kembali dan diberikan gaji seperti semula.

(7) Pembebasan tugas sementara ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

Pasal 32

Batas usia kerja maksimal bagi Pegawai Non PNS BLUD profesi tenaga medis adalah 60 (enam puluh) tahun, sedangkan bagi tenaga lainnya adalah 58 (lima puluh delapan) tahun.

Pasal 33

Pegawai Non PNS wajib untuk melaksanakan tugas: a. pelayanan;

b. penunjang pelayanan; c. administrasi; dan/atau

d. tugas lain yang di berikan oleh Kepala Puskesmas.

Pasal 34 Pegawai Non PNS berhak:

a. menerima remunerasi dari Puskesmas sebagai imbalan jasa sesuai dengan kemampuan keuangan Puskesmas;

b. memperoleh Kesempatan untuk maju dan mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan prestasinya serta kebutuhan Puskesmas;

c. memperoleh Cuti.

Pasal 35 Setiap Pegawai Non PNS wajib :

a. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan

penuh pengabdian dan rasa tanggung jawab; d. menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan;

e. melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kerja;

(25)

g. memelihara dan atau menjaga kerahasiaan,nama baik dan citra positif Puskesmas; dan

h. memenuhi dan menjalankan peraturan dan atau tata tertib Puskesmas.

Pasal 36

(1) Pegawai Non PNS wajib untuk bekerja sesuai dengan ketentuan jam kerja PNS.

(2) Waktu istirahat Pegawai Non PNS BLUD menyesuaikan ketentuan peraturan yang berlaku bagi PNS.

(3) Pegawai Non PNS BLUD berhak untuk mengajukan cuti dengan ketentuan cuti PNS.

(4) Pegawai Non PNS BLUD yang menjalani cuti lebih dari 1 bulan tidak diberikan remunerasi, kecuali cuti melahirkan tetap diberikan gaji pokok. (5) Bagi pegawai Non PNS yang akan mengajukan cuti sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) harus mengajukan ijin secara tertulis kepada Kepala Puskesmas

Pasal 37 Pegawai Non PNS dilarang :

a. menyalahgunakan wewenang;

b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

c. tanpa seizin Pemimpin BLUD, menjadi pegawai atau bekerja untuk Orang lain / Institusi lain / negara lain dan atau lembaga atau organisasi internasional;

d. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing atau lembaga swadaya masyarakat asing;

e. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

f. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau Pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

g. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada orang lain, baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan alasan apapun untuk diangkat dalam jabatan;

(26)

h. menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun dari orang lain yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

i. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan satu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit terselenggaranya pelayanan kesehatan sehingga merugikan masyarakat;

j. menghalangi terselenggaranya tugas kedinasan; k. duduk sebagai anggota atau pengurus partai politik;

l. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara : Ikut serta sebagai pelaksana/ peserta kampanye;

m. mengerahkan pegawai lain dan/atau menggunakan fasilitas negara untuk kegiatan kampanye;

n. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu calon selama masa kampanye;

o. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap salah satu calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada pegawai dalam lingkungan puskesmasnya;

p. memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk;

q. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung pasangan calon Presiden/Wakil Presiden dan/atau Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

r. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

s. pegawai non PNS dilarang melakukan mogok kerja pada saat melaksanakan tugas; dan

t. pegawai non PNS di larang melakukan pelayanan yang bersifat diskriminatif.

Pasal 38

(1) Pegawai Non PNS yang melakukan larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dikenakan hukuman disiplin.

(2) Tingkat dan jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

(27)

a. hukuman disiplin ringan berupa : 1. teguran lisan;

2. teguran tertulis.

b. hukuman disiplin sedang berupa penurunan upah sebesar 10% (sepuluh persen) nilai upah yang tercantum dalam kontrak, untuk paling lama 3 (tiga) bulan;

c. hukuman disiplin berat berupa pemutusan kontrak sebagai pegawai Non PNS BLUD.

Pasal 39

Tatacara penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 adalah sebagai berikut:

a. Pemimpin BLUD wajib memeriksa terlebih dahulu Pegawai Non PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin, sebelum menjatuhkan hukuman disiplin;

b. dalam melakukan pemeriksaan, apabila dipandang perlu Pemimpin BLUD dapat mendengar atau meminta keterangan dari orang lain yang dianggap mengetahui peristiwa atau perbuatan melanggar disiplin tersebut;

c. Pemimpin BLUD dapat melimpahkan kewenangan melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran disiplin, kepada pejabat di lingkungan kerjanya yang mengurus kepegawaian;

d. pegawai non PNS yang pernah dijatuhi hukuman disiplin kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifat dan/atau jenisnya sama, dapat dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat daripada hukuman disiplin sebelumnya;

e. hukuman disiplin sedang yang dijatuhkan kepada Pegawai Non PNS berlaku terhitung mulai tanggal penyampaian keputusan hukuman disiplin oleh Pemimpin BLUD kepada Pegawai Non PNS yang bersangkutan; dan

f. hukuman disiplin berat yang dijatuhkan kepada Pegawai Non PNS mulai berlaku sejak tanggal pemutusan kontrak.

Pasal 40

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pegawai non PNS pada Puskesmas, termasuk proses pengadaan pegawai non PNS, dilaksanakan oleh Pemimpin BLUD.

(28)

Pasal 41

(1) pegawai non PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) wajib untuk menandatangani perjanjian kerja dan membuat pernyataan kerja. (2) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. identitas para pihak; b. obyek perjanjian;

c. hak dan kewajiban para pihak; d. penempatan;

e. jangka waktu; f. sanksi;

g. pemutusan perjanjian kerja; h. addendum;

i. keadaan kahar;

j. penyelesaian perselisihan; k. ketentuan penutup.

(3) Pernyataan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan bermeterai, paling sedikit memuat :

a. bersedia untuk menjadi pegawai Non PNS BLUD;

b. bersedia dan sanggup melaksanakan tugas setiap saat sesuai perintah atasan;

c. bersedia dan sanggup untuk mematuhi semua aturan yang berlaku di Puskesmas;

d. tidak menuntut kesejahteraan lain di luar kemampuan anggaran Puskesmas BLUD;

e. bersedia diberhentikan sewaktu waktu apabila tidak mematuhi ketentuan yang berlaku serta dengan sengaja melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan perundang undangan;

f. tidak menuntut uang pesangon;dan

g. tidak menuntut untuk diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 2 Dokter Tamu

Pasal 42

Puskesmas dapat mempekerjakan dokter tamu berdasarkan perjanjian kerja antara pemimpin BLUD dengan dokter tamu yang bersangkutan.

(29)

Pasal 43 Setiap dokter tamu wajib:

a. setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian dan rasa tanggung jawab;

d. menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan;

e. memiliki Surat Ijin Praktek di Puskesmas sebagai dokter tamu; dan

f. melaksanakan semua ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kerja.

Pasal 44

Setiap dokter tamu berhak mendapatkan penghasilan atas jasa pelayanannya.

Pasal 45 Setiap dokter tamu dilarang:

a. menyalahgunakan wewenang;

b. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

c. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

d. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

e. menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun dari orang lain yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya; dan

f. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit terselenggaranya pelayanan sehingga merugikan masyarakat.

Pasal 46

(1) Dokter tamu yang melakukan pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dikenakan hukuman disiplin oleh Pemimpin BLUD.

(30)

(2) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. teguran lisan; b. teguran tertulis;

c. pemutusan perjanjian kerja.

(3) Tata cara penjatuhan hukuman disiplin terhadap pegawai Non PNS yang diatur dalam Pasal 39 berlaku mutatis mutandis bagi penjatuhan hukuman disiplin bagi dokter tamu.

BAB V

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) Pasal 47

(1) SPM disusun atas dasar jenis layanan yang tersedia di Puskesmas yang terdiri dari:

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM); b. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

(2) SPM disusun atas dasar peraturan Menteri Kesehatan dan menteri teknis lainnya setelah diadopsi dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

(3) SPM disusun sebagai bagian dari perencanaan BLUD berlaku untuk 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) tahun sekali.

(4) SPM diusulkan oleh Pemimpin BLUD kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.

Pasal 48

(1) Dalam pengusulan SPM sebagaimana dimaksud pada pasal 47 ayat (4), Puskesmas wajib membuat Dokumen Usulan SPM sekurang-kurangnya memuat:

a. pelayanan yang tersedia;

b. standar pelayanan pada setiap jenis pelayanan yang disediakan berupa indikator yang terukur;

c. capaian SPM tahun berjalan dan target 5 (lima) tahun; d. upaya Pencapaian SPM;

e. monitoring dan Akuntabilitas Kinerja Pelaksaan SPM;dan f. definisi operasional indikator.

(2) SPM Puskesmas BLUD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

(31)

a. jenis pelayanan minimal yang harus disediakan Puskesmas BLUD;

b. indikator kualitas pelayanan pada setiap jenis pelayanan yang harus disediakan Puskesmas BLUD; dan

c. definisi operasional indikator.

Pasal 49

(1) Monitoring pencapaian pelaksanaan SPM dilakukan oleh Pemimpin BLUD dan menjadi bagian dari agenda minilokakarya bulanan;

(2) Puskesmas wajib menyusun evaluasi pencapaian SPM dan target pencapaian SPM sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Dewan Pengawas.

Pasal 50

Dokumen evaluasi dan target pencapaian SPM tahunan menjadi bagian dari Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)

BAB VI

PENGELOLAAN KEUANGAN Bagian Kesatu

Perencanaan dan Penganggaran Pasal 51

(1) Puskesmas wajib menyusun Renstra Bisnis BLUD 5 (lima) tahunan, yang disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan.

(2) Renstra Bisnis BLUD harus mendapat pertimbangan dari Dewan Pengawas dan/atau Kepala Dinas Kesehatan.

(3) Renstra Bisnis BLUD ditetapkan oleh Kepala Puskesmas mengetahui Kepala Dinas Kesehatan.

(4) Format susunan Renstra Bisnis BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran peraturan ini.

Pasal 52

(1) Puskesmas wajib menyusun RBA setiap 1 (satu) tahun sekali sebagai pedoman operasional puskesmas.

(2) RBA disusun dengan mengacu pada Renstra Bisnis BLUD dan SPM yang telah ditetapkan.

(32)

(3) RBA sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan prinsip: a. anggaran berbasis kinerja;

b. perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat/badan lain, APBD, APBN, dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya yang sah; dan

(4) RBA yang disusun Puskesmas merupakan bagian dari RKA-Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.

Pasal 53 Susunan RBA terdiri dari :

a. kinerja tahun berjalan; b. asumsi mikro dan makro;

c. sasaran, target kinerja, dan kegiatan; d. analisis dan perkiraan biaya satuan; e. perkiraan harga;

f. anggaran pendapatan dan biaya; g. besaran persentase ambang batas; h. prognosa laporan keuangan;

i. perkiraan maju (forward estimate);

j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan

k. ikhtisar pendapatan dan belanja termasuk rencana belanja modal yang dikonsolidasikan dengan RKA-Dinas Kesehatan

Pasal 54

(1) RBA disertai dengan usulan program, kegiatan, SPM, dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan, disusun sesuai dengan jadwal penyusunan APBD; (2) RBA disampaikan kepada kepala Dinas Kesehatan untuk dibahas sebagai

bagian dari RKA-Dinas Kesehatan;

(3) Belanja puskesmas yang tercantum dalam RKA yang pendanaanya berasal dari pendapatan fungsional BLUD disusun dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, dan jenis belanja;

(4) RKA-Dinas kesehatan beserta RBA disampaikan kepada BPKAD untuk selanjutnya dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah;

(5) Puskesmas wajib menyusun RBA Definitif dengan mengacu pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang telah ditetapkan;

(33)

(6) RBA definitif ditetapkan oleh Pemimpin BLUD mengetahui Dewan Pengawas dan/atau Kepala Dinas Kesehatan.

Bagian Kedua Pelaksanaan Anggaran

Pasal 55

Pengaturan mengenai pelaksanaan anggaran meliputi: a. pendapatan; b. biaya; c. pengelolaan kas; d. piutang; e. utang; f. investasi; g. kerjasama;

h. pengadaan Barang dan Jasa; i. pengelolaan Barang;

j. surplus dan Defisit;

k. penyelesaian Kerugian;dan l. penatausahaan Keuangan. Paragraf 1 Pendapatan Pasal 56 Sumber Pendapatan BLUD terdiri dari:

a.jasa layanan; b.hibah;

c. hasil kerja sama dengan pihak lain; d.APBD;

e. APBN; dan

f. lain-lain pendapatan BLUD yang sah, antara lain: 1) hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan; 2) hasil pemanfaatan kekayaan;

3) jasa giro;

4) pendapatan bunga;

(34)

6) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa; dan

7) hasil investasi.

Pasal 57

(1) Pendapatan BLUD yang bersumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf a, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, dapat dikelola untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA.

(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b, hanya dapat dipergunakan sesuai dengan tujuan pemberian hibah.

Pasal 58

(1) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan, hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf f, selanjutnya disebut sebagai pendapatan fungsional BLUD.

(2) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui rekening kas BLUD dan dicatat dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan BLUD.

(3) Pengelolaan pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD dan APBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf d dan huruf e, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 59

(1) Pemimpin BLUD wajib menyampaikan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan dan belanja (SP3B) setiap bulan sekali kepada BPKAD melalui Kepala Dinas Kesehatan.

(2) SP3B sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggungjawab Mutlak (SPTJM) ditandatangani Pemimpin BLUD.

Paragraf 2 Biaya Pasal 60 (1) Biaya BLUD terdiri dari :

(35)

b. biaya non operasional.

(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari: a. biaya pelayanan, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan

langsung dengan kegiatan pelayanan, meliputi: 1. biaya pegawai;

2. biaya bahan;

3. biaya jasa pelayanan; 4. biaya pemeliharaan;

5. biaya barang dan jasa; dan 6. biaya pelayanan lain-lain.

b. biaya umum dan administrasi, mencakup seluruh biaya operasional yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan, meliputi:

1. biaya pegawai;

2. biaya administrasi kantor; 3. biaya pemeliharaan;

4. biaya barang dan jasa; 5. biaya promosi; dan

6. biaya umum dan administrasi lain-lain.

(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri dari:

a. biaya bunga;

b. biaya administrasi bank;

c. biaya kerugian penjualan aset tetap; d. biaya kerugian penurunan nilai; dan e. biaya non operasional lain-lain.

Pasal 61

(1) Pengeluaran biaya BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan, dan merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan serta signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan secara definitif.

(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya ini hanya berlaku untuk biaya BLUD yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/APBD dan hibah terikat.

(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD diberikan pada BLUD dengan status BLUD Penuh.

(36)

(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD melalui Dinas Kesehatan dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBD kepada BPKAD dengan persetujuan Sekretaris Daerah sesuai dengan mekanisme perubahan APBD.

(5) BLUD dapat melakukan pengeluaran biaya atas pendapatan yang melebihi target pendapatan yang telah ditetapkan dan kelebihan target pendapatan ini dapat langsung dipergunakan, didasarkan pada ambang batas RBA. (6) Besaran ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan

dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD dan ditetapkan dalam RBA dan DPA-BLUD oleh BPKAD.

Pasal 62

(1) Sekurang-kurangnya 40% (empat puluh persen) dari pendapatan Puskesmas dari Dana Kapitasi dan Non Kapitasi JKN dialokasikan untuk membiayai kegiatan operasional, pemeliharaan dan pengembangan puskesmas yang meliputi belanja pegawai, pemeliharaan sarana prasarana, obat dan alat, bahan habis pakai, ATK , perjalanan, konsumsi peserta rapat/pertemuan, keperluan kantor lainnya, dan belanja modal.

(2) Setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen) pendapatan Puskesmas dari Pendapatan Dana Kapitasi JKN dan Non Kapitasi JKN dialokasikan untuk insentif manajemen, insentif pegawai, dan pemberian penghargaan/ bonus/ insentif kesejahteraan pegawai .

(3) Sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) pendapatan Puskesmas selain dari Pendapatan Dana Kapitasi dan Non Kapitasi JKN dialokasikan untuk membiayai kegiatan operasional, pemeliharaan dan pengembangan puskesmas yang meliputi belanja pegawai, pemeliharaan sarana prasarana, obat dan alat, bahan habis pakai, ATK , perjalanan, konsumsi peserta rapat/pertemuan, keperluan kantor lainnya, dan belanja modal;

(4) Setinggi-tingginya 40% (empat puluh persen) pendapatan Puskesmas selain dari Pendapatan Dana Kapitasi dan Non Kapitasi JKN dialokasikan untuk insentif manajemen, insentif pegawai, dan pemberian penghargaan/ bonus/ insentif kesejahteraan pegawai .

(5) Besaran alokasi biaya untuk kegiatan operasional puskesmas akan diatur sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Puskesmas, yang tertuang dalam RBA.

(37)

Paragraf 3 Pengelolaan Kas

Pasal 63

(1) Dalam pengelolaan kas, puskesmas wajib menyelenggarakan: a. perencanaan kas;

b. mekanisme penerimaan dan pengeluaran kas; c. penyimpanan kas dan pengelolaan rekening bank; d. pencatatan dan pelaporan

(2) Puskesmas wajib menyusun perencanaan kas sekurang-kuranya 3 (tiga) bulan sekali yang memuat:

a. perkiraan saldo kas awal b. rencana penerimaan c. rencana penarikan

d. perkiraan saldo kas akhir

(3) Penerimaan kas puskesmas dikelola dengan mekanisme sebagai berikut ini: a. pendapatan yang dipungut dan/atau diterima langsung oleh kasir

dan/atau bendahara penerimaan pembantu puskesmas , harus disetor ke rekening puskesmas selambat-lambatnya 1 x 24 jam kecuali untuk pendapatan yang diperoleh pada hari Jumat dan Sabtu

b. dalam melakukan penyetoran, bendahara penerimaan pembantu wajib mengarsip bukti setor yang telah divalidasi oleh Bank

c. pendapatan diperoleh puskesmas melalui mekanisme transfer dari rekening bank dibuktikan dengan nota kredit dari bank atau copy rekening Koran

d. setiap pendapatan dicatat oleh bendahara penerimaan pembantu pada buku kas umum penerimaan, buku pengendali pendapatan per sumber pendapatan, dan buku bank

(4) Puskesmas wajib memiliki rekening kas BLUD dengan mekanisme sebagai berikut:

a. rekening atas nama kepala puskesmas dengan penetapan Bupati b. rekening dapat lebih dari 1 (satu) bergantung pada peruntukannya

c. pendapatan jasa giro dan/atau bunga atas pengelolaan rekening kas BLUD menjadi pendapatan puskesmas

d. biaya administrasi berkaitan dengan pengeloalan rekening kas BLUD tersebut menjadi biaya puskesmas

(5) Puskesmas dapat menyimpan kas dalam bentuk uang tunai dengan ketentuan sebagai berikut ini:

(38)

a. jumlahnya tidak terlalu besar dan hanya diperuntukkan untuk memperlancar mekanisme pembayaran di loket yang diadministrasikan dalam buku panjar

b. dalam jumlah tertentu yang merupakan uang muka kegiatan dan wajib diadministrasikan dalam buku panjar

c. dalam jumlah tertentu yang merupakan sejumlah kas yang akan dibayarkan kepada pihak ketiga melalui bendahara pengeluaran pembantu jika tidak memungkinkan adanya pembayaran transfer antar rekening dan/atau cek

d. penyimpanan kas dalam bentuk uang tunai ditempatkan dalam brankas dan/atau tempat penyimpan lainnya yang aman dengan kunci yang dipegang oleh kasir dan/atau bendahara Puskesmas, dengan besaran maksimal yang ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan Kepala Dinas Kesehatan.

(6) Pengeluaran kas puskesmas diatur sebagai berikut ini:

a. pengeluaran kas untuk dana yang berasal dari pendapatan APBD dan APBN mengikuti mekanisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan

b. pengeluaran kas untuk dana fungsional BLUD didasarkan pada RBA dan perencanaan kas, dan diatur dengan mekanisme pengeluaran kas yang menerapkan praktik bisnis yang sehat

(7) Setiap mutasi kas yang terjadi dicatat dan diadministrasikan secara tertib melalui penggunaan buku kas secara manual atau terkomputerisasi

(8) Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu wajib membuat laporan mutasi dan saldo kas kepada kepala puskesmas sekurang kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

Paragraf 4 Piutang Pasal 64

(1) BLUD dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan BLUD.

(2) BLUD melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo. (3) BLUD untuk melaksanakan tagihan piutang sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), menyiapkan bukti dan administrasi penagihan, analisis umur piutang, dan menyelesaikan tagihan atas piutang BLUD.

(39)

(4) Piutang yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundangundangan.

(5) Piutang dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dengan penetapan oleh:

a. Pemimpin BLUD untuk jumlah sampai dengan Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) per penanggung utang;

b. Pemimpin BLUD dengan persetujuan Dewan Pengawas untuk jumlah Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) s.d. Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per penanggung utang;

c. Bupati untuk jumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah); dan

d. Bupati dengan persetujuan DPRD untuk jumlah lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(6) Penghapusan terhadap piutang BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan setelah dinyatakan tidak dapat ditagih oleh pihak yang berwenang sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 5 Utang Pasal 65

(1) Puskesmas dapat melakukan utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak lain.

(2) Utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa utang jangka pendek atau utang jangka panjang.

(3) Utang jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rangka untuk keperluan belanja operasional termasuk untuk menutup defisit kas. (4) Utang jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya

diperuntukan pada BLUD yang berstatus Penuh dan atas persetujuan Bupati.

(5) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang hanya untuk pengeluaran investasi/belanja modal.

(6) Setiap utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk perikatan pinjaman.

(40)

Pasal 66

(1) Puskesmas dalam mengajukan permohonan persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (4) wajib menyampaikan permohonan secara tertulis dengan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan dan disertai dengan studi kelayakan utang.

(2) Bupati dapat memberikan persetujuan atau penolakan dengan memperhatikan studi kelayakan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar

perikatan utang Puskesmas.

Pasal 67

(1) Pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, menjadi tanggung jawab Puskesmas.

(2) Pemimpin BLUD dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok utang sepanjang tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA.

Paragraf 6 Investasi

Pasal 68

(1) Puskesmas dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pendapatan dan pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan Puskesmas.

(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan Puskesmas apabila melaksanakan PPK BLUD dengan status BLUD Penuh.

(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.

Pasal 69

(1) Puskesmas dapat melakukan investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3), atas persetujuan Bupati.

(2) Puskesmas dalam mengajukan permohonan persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Bupati dengan persetujuan Kepala Dinas Kesehatan dan disertai dengan studi kelayakan investasi.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jika dijumpai perbaikan waktu koagulasi maka penyebabnya adalah defisiensi faktor pembekuan, akan tetapi jika tidak dijumpai perbaikan waktu koagulasi maka inhibitor faktor

(www.timlo.net).. Alasan pemilihan Klinik VCT di Kabupaten Karanganyar dibanding Kota Solo yaitu penyebaran kasus HIV/AIDS di Karanganyar cenderung mengarah ke

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan faktor rendahnya sikap motivasi dalam memberikan dukungan pada responden yang pertama adalah

Memaksakan kehendak (insisting) dalam penelitian ini, merujuk pada tuturan yang bersifat mendesak, berkali-kali menyuruh atau meminta dengan paksa mitra tutur agar

menyelenggarakan  tugas  pokok  di  bidang  pemasyarakatan,  antara  lain  melakukan  pembinaan  terhadap  narapidana,  memberikan  bimbingan,  mempersiapkan  sarana 

Keberadaan karikatur maupun gambar kartun dalam media massa cetak, khususnya pada majalah tidak hanya melengkapi artikel tulisan-tulisan dimajalah saja, tetapi juga

Peneliti mengambil judul ini, karena pada saat ini khususnya di era yang semakin modern begitu banyak budaya asing yang telah masuk ke Indonesia khususnya di pedesaan, hal

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala ratio yang digunakan untuk mengukur data yang berupa hasil belajar siswa dari tes yang diberikan setelah