• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAINASE POLDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAINASE POLDER"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DRAINASE POLDER

Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari daerah tersebut. Bangunan-bangunan yang dilibatkan di dalam pembangunan drainase sistem polder antara lain:

1. Pintu klep

2. Tanggul pengaman 3. Stasiun pompa 4. Kolam retensi

5. Jaringan saluran drainase 6. Saluran kolektor

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

Tanggul melindungi wilayah polder dari sungai maupun laut yang mengelilinginya. Tinggi muka air yang berada di dalam wilayah polder dijaga untuk tetap rendah melalui pompa. Kolam penampungan di dalam polder digunakan untuk tempat penampungan air sementara pada saat hujan.

Selain dari struktur utama polder yang disebutkan di atas, pengerukan dan pembuangan sampah dari saluran drainase sangat diperlukan. Pengerukan dilakukan untuk menambah kapasitas saluran/sungai agar dapat menampung air lebih banyak lagi, sementara kebersihan saluran sangat penting untuk mengurangi sedimentasi dan penumpukan sampah serta mendapatkan Sistem Polder yang baik dan bersih.

Drainase sistem polder akan digunakan pada kondisi sebagai berikut:

1. Elevasi muka tanah lebih rendah dibanding dengan elevasi muka air laut pasang, sehingga pada daerah tersebut akan sering terjadi genangan akibat air laut pasang yang masuk ke daratan (rob).

(2)

2. Elevasi muka tanah lebih rendah daripada muka air banjir di sungai (pengendali banjir) yang merupakan outlet dari saluran drainase kota.

3. Daerah yang mengalami penurunan (land subsidence), sehingga daerah yang semula lebih tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir di sungai pengendali banjir diprediksikan akan tergenang akibat air laut pasang maupun backwater dari sungai pengendali banjir.

Sesuai dengan kondisi di lapangan, maka ada 6 bentuk drainase sistem polder, yaitu sebagai berikut :

1. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi di satu tempat. Sistem ini adalah yang paling ideal dan dapat digunakan apabila lahan untuk keperluan kolam retensi tidak bermasalah.

2. Drainase sistem polder dengan hanya menggunakan pompa, tanpa kolam retensi. Sistem ini digunakan apabila kondisi di lapangan tidak dimungkinkan untuk dibangun kolam retensi karena keterbatasan lahan. Bentuk sistem drainase sistem polder ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Keterangan : 1. Pintu air.

2. Tanggul pengaman 3. Stasiun pompa

4. Jaringan saluran drainase 5. Saluran kolektor

Gambar 2.3 Drainase Sistem Polder dengan Hanya Menggunakan Pompa, Tanpa Kolam Retensi

3. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan tampungan memanjang. Sistem ini digunakan apabila kondisi di lapangan terdapat alur saluran/ sungai yang lebar dan mempunyai kapasitas saluran melebihi debit banjir rencana. Bentuk sistem drainase sistem polder ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(3)

Keterangan : 1. Pintu air. 2. Tanggul pengaman 3. Stasiun pompa 4. Tampungan memanjang 5. Saluran kolektor

Gambar 2.4 Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan tampungan memanjang

4. Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi tidak di satu tempat. Sistem ini digunakan apabila lahan yang tersedia untuk keperluan kolam retensi letaknya berjauhan dengan stasiun pompa. Bentuk sistem drainase sistem polder ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Keterangan : 1. Pintu air.

2. Tanggul pengaman 3. Stasiun pompa 4. Kolam retensi

(4)

6. Saluran kolektor

Gambar 2.5Drainase Sistem Polder dengan Menggunakan Pompa dan Kolam Retensi Tidak Di SatuTempat

(Sumber : Al Falah, Drainase Perkotaan)

5. Drainase sistem polder dengan menggunakan kolam dan pintu air (tanpa pompa). Sistem ini digunakan pada daerah yang mempunyai beda pasang surut yang cukup besar, elevasi muka air minimum di kolam lebih tinggi dari muka air laut surut dan lahan yang diperlukan untuk kolam tidak bermasalah. Bentuk sistem drainase sistem polder ini dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Keterangan : 1. Pintu air.

2. Tanggul pengaman 3. Kolam retensi

4. Jaringan saluran drainase 5. Saluran kolektor

Gambar 2.6 Drainase sistem polder dengan menggunakan kolam dan pintu air (tanpa pompa).

6. Drainase sistem polder dengan menggunakan pintu air (tanpa kolam dan pompa). Sistem ini digunakan pada daerah yang mempunyai daerah tangkapan yang sempit (saluran tersier) dan daerah pemukiman yang padat. Bentuk sistem drainase sistem polder ini dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(5)

Keterangan : 1. Pintu air.

2. Tanggul pengaman 3. Jaringan saluran drainase 4. Saluran kolektor

Gambar 2.7 Drainase sistem polder dengan menggunakan pintu air (tanpa kolam dan pompa).

Di dalam drainase sistem polder, dikenal 2 komponen, yaitu :

1. Komponen utama, yaitu komponen yang harus ada di dalam drainase sistem polder, meliputi ; pintu air, tanggul pengaman, dan jaringan saluran drainase.

2. Komponen pelengkap, yaitu komponen yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan, meliputi; stasiun pompa, kolam retensi, dan saluran kolektor.  Pintu Air

Pintu air berfungsi sebagai bangunan yang membatasi masuknya air pasang dari hilir sungai yang melebihi kapasitas dari saluran. Pintu air dibuka apabila muka air hilir berada di bawah ambang kapasitas, sehingga air di saluran dapat mengalir kembali.  Tanggul

Tanggul adalah suatu bangunan yang penting dalam usaha melindungi daerah tangkapan terhadap genangan yang disebabkan oleh banjir.

Stasiun Pompa

Untuk mencegah terjadinya genangan yang cukup lama, maka dermaga yang elevasi lantainya lebih rendah dibandingkan muka air pasang, dibangun pompa air drainase yang berfungsi sebagai pompa pengangkat air dari elevasi yang lebih rendah ke elevasi yang lebih tinggi.Pompa drainase pada umumnya beroperasi pada saat terjadi banjir dan tinggi tekanan serta debitnya berubah-ubah sepanjang waktu. Dalam perencanaan hidraulik sistem pompa, perlu dipelajari hal-hal sebagai berikut :

(6)

Dalam perencanaan drainase sistem pompa yang perlu diperlukan tidak hanya debit puncak banjir, tetapi juga hidrograf banjir.

b. Tinggi Muka Air Sungai

Fluktuasi ketinggian muka air saluran induk di titik outlet saluran drainase perlu dipelajari.Pada sistem drainase yang terletak di dekat laut, perlu dipelajari adanya pasang surut dan pengaruhnya terhadap muka air di saluran induk, khususnya periode dan simpangannya.

c. Kolam Penampungan dan Kapasitas Tampungan

Hubungan antara aliran masuk, kapasitas pompa dan/atau aliran keluar, dan kapasitas tampungan dinyatakan dalam persamaan kontinuitas dalam bentuk sebagai berikut:

Qi – Qo Di mana :

Qi = laju aliran masuk (m3/dt)

Qo = laju aliran keluar atau kapasitas pompa (m3/dt) V = volume tampungan (m3)

t = waktu (detik)

Pada kasus sistem drainase pompa, maka debit keluar maksimum sama dengan kapasitas pompa. Mengingat biaya operasi dan konstruksi pompa sangat mahal, maka luas atau kapasitas kolam penampung harus direncanakan dapat beroperasi selama mungkin. Dasar kolam direncanakan berdasarkan elevasi dasar penguras. Elevasi muka air rendah dan volume mati perlu diperhatikan untuk memperlancar aliran maupun untuk menampung sampah dan sedimen yang masuk.

d. Ketinggian Air Maksimum dan Kapasitas Pompa

Muka air maksimum harus ditentukan berdasarkan elevasi muka air terendah dan tata guna lahan di daerah dataran rendah (di daerah perkotaan tidak diijinkan ada genangan). Dalam banyak kasus kita kesulitan mendapatkan lahan yang cukup untuk membuat kolam penampung, sehingga diperlukan kapasitas pompa yang terlalu besar dibanding dengan daerah yang dilayani. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk merencanaka muka air maksimum di atas elevasi muka tanah rendah.

e. Pengaruh Pompa

Pengaruh pompa yang dinyatakan dalam penurunan muka air maksimum harus diperkirakan untuk beberapa periode ulang untuk memperkirakan keuntungan stasiun pompa. Tidak seperti pada pekerjaan perbaikan sungai, keuntungan pompa akan selalu tampak sekalipun hujan yang terjadi melebihi hujan rencana. Untuk f. Pola Operasi Pompa dan Pintu Air

(7)

Pola operasi sistem drainase dengan sistem pompa berdasarkan pada muka air pada saluran drainase pelamar dan kolam penampung. Pada saat muka air pada kolam lebih rendah dari muka air di sungai induk, pintu dibuka dan pompa dioperasikan.Sebaliknya pada saat muka air di kolam lebih tinggi dinbanding dengan tinggi muka air di sungai induk, operasi pompa dihentikan dan pintu dibuka. Debit pintu jauh lebih besar dibanding dengan kapasitas pompa dan operasi pompa selama aliran gravitasi menyebabkan permasalahan mekanis pada pompa

Gambar

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal
Gambar 2.3 Drainase Sistem Polder dengan Hanya Menggunakan Pompa, Tanpa Kolam  Retensi
Gambar 2.4 Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan tampungan  memanjang
Gambar 2.5Drainase Sistem Polder dengan Menggunakan Pompa dan Kolam Retensi Tidak  Di SatuTempat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kerjaan Penulis/Praktikan selama disana hanya disuruh membuat desain set panggung acara natal,hikmah pagi,pembuatan logo HUT TVRI yang ke 52 tahun dan membantu

Pada skenario kedua, sebelum melakukan simulasi perubahan garis pantai, model di kalibrasi dengan menggunakan bantuan tool DSAS (Digital Shoreline Analisis

menimbulkan kegoncangan karena hal tersebut telah menyimpang dari ketentuan yang ada. Pengabaian tugas seorang kepada orang lain merupakan penyebab utama terjadinya

Ikan nila di Indonesia merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting. Berbagai upaya terus dilakukan dalam meningkatkan produksi ikan

Berdasarkan kedua teori tersebut yaitu Teori Interaksi Simbolik dan Teori Pengurangan Ketidakpastian, maka diperoleh hasil bahwa tindakan yang diambil atau

Penggunaan media gambar picture story dalam bercerita narrative text pada siswa kelas IXC SMPN 3 Sungai Tebelian Tahun Ajaran 2014/2015 dapat meningkatkan aktivitas

Hasil dari penelitian ini yang didapat adalah bahwa Gereja Setan bukanlah sebuah gereja pada umumnya, melainkan sebuah sekte yang mereka namakan sebuah gereja dan itu

Lokasi penelitian A merupakan daerah penelitian yang memiliki paling banyak jenis capung, yaitu lima jenis capung pada pagi dan empat jenis pada pengamatan sore, lokasi penelitian