• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BUDAYA KERJA PADA PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BUDAYA KERJA PADA PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

 

 

 

TUGAS  MATA  KULIAH  MANAJEMEN  SUMBER  DAYA  MANUSIA  

 

DOSEN  :  

Dr.  Ir.  M.  PARULIAN  HUTAGAOL,  MS  

 

DISUSUN  OLEH  :  

COSMAS  WARDOJO  

[P056132002.46E]

 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

PENERAPAN BUDAYA KERJA

PADA PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA

(2)

BAB I

I. PENDAHULUAN

Secara sederhana Budaya Perusahaan kerap didefinisikan sebagai: Begitulah cara kami bekerja di sini. Namun kalau menginginkan yang lebih “akademis” maka Budaya Perusahaan bisa kita definisikan sebagai: Nilai-nilai pokok yang menjadi inti dari falsafah bekerja dalam organisasi, yang membimbing seluruh karyawan dalam bekerja, sehingga perusahaan akan mencapai sukses dalam usahanya.Setiap perusahaan seharusnyalah memiliki budaya perusahaan atau yang dikenal sebagai corporate culture. Hal ini penting karena berkaitan dengan identitas perusahaan dimata pihak luar, image atau citra perusahaan, dan berkaitan dengan kualitas perusahaan dimasa depan. Eksistensi perusahaan itu bergantung tidak hanya pada hasil produktivitas yang dicapai oleh perusahaan, namun juga dikarenakan pengakuan masyarakat akan perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki Budaya Perusahaan yang kuat akan mampu bertahan lama. Lihat saja IBM dengan IBM means services, P&G dengan Bussiness integrity, fair treatment of employees. Memang, bisa saja perusahaan itu sukses tanpa memiliki Budaya Perusahaan, tetapi keberhasilannya biasanya bersifat sementara. Perusahaan keluarga yang ambruk dua generasi setelah pendirinya meninggal, bisa menjadi contoh yang nyata.

Lalu bagaimana caranya membentuk Budaya Perusahaan yang kuat dan mampu membawa perusahaan bertahan lama? Terdapat sejumlah langkah yang dapat ditempuh dalam membentuk dan memelihara Budaya Perusahaan. Langkah awal adalah usaha mengenali, menemukan, menyadari dan menguraikan Budaya Perusahaan yang build-in di dalam organisasi. Hal-hal yang ditemukan pada usaha itu sendiri dari: norma-norma positif dan norma-norma negatif, atau hal-hal yang hendak dipertahankan atau diperkuat dan hal-hal yang merupakan perselisihan antara apa yang ditemukan dengan Budaya Perusahaan yang dikehendaki.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan sasaran-sasaran yang jelas dan dapat iukur, mengenai bagaimanakah perselisihan dapat dikurangi dan norma-norma positif dipertahankan. Sasaran-sasaran program, dan sasaran kultural yang

(3)

berupa keyakinan, sikap maupun perilaku.

Kegiatan itu disusul dengan perencanaan dan penerapan dari tindakan-tindakan yang secara ideal akan mewujudkan perubahan pada empat dimensi, yaitu pada setiap individu, pada anggota tim sekerja, pada pimpinan, dan pada organisasi secara proses, sistem, kebijakan dan struktur. Karena “cara bekerja” sebuah perusahaan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terus berubah, maka usaha untuk membentuk Budaya Perusahaan sebaiknya ditinjau sebagai suatu sistem. Timbal balik sebaiknya diperoleh secara berkala guna meninjau kembali kecocokan dari asumsi-asumsi semula dan menyesuaikan tindakan selanjutnya.

Citra perusahaan penting bagi setiap perusahaan karena merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak masyarakat tentang perusahaan. Citra dapat berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas komunikasi yang dilakukan oleh setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien perusahaan.

Dengan demikian, citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran mental secara selektif. Karena keseluruhan kesan tentang karakteristik suatu perusahaan atau yang disebut corporate culture yang nantinya akan membentuk citra perusahaan dibenak masyarakat. Setiap perusahaan dapat memiliki lebih dari satu citra tergantung dari kondisi interaksi yang dilakukan perusahaan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, seperti: nasabah, karyawan, pemegang saham, supplier dimana setiap kelompok tersebut mempunyai pengalaman dan hubungan yang berbeda dengan perusahaan. Karena itu, citra yang dimiliki perusahaan dapat berperingkat positif atau negatif. Untuk itu, perusahaan perlu mengkomunikasikan secara jelas tentang perusahaan yang diharapkan, sehingga dapat mengarahkan masyarakat dalam mencitrakan perusahaan secara positif. Lebih lanjut, citra merupakan hasil dari penilaian atas sejumlah atribut, tetapi citra bukanlah penilaian itu sendiri, karena citra adalah kesan konsumen yang paling menonjol dari perusahaan, yang dievaluasi dan dipertimbangkan oleh konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai budaya perusahaan PT.Perusahaan Gas Negara (Persero) TBk dan hubungannya dalam meningkatkan

(4)

citra perusahaannya, seperti diketahui bahwa dalam pembentukan citra suatu perusahaan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan tersebut menerapkan budaya perusahaan yang baik. Rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah ” Bagaimana Peran Corporate Culture dalam Meningkatkan Citra Perusahaan di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) TBk” dan Tujuan dari Penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah peran corporate culture dalam meningkatkan citra perusahaan di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) TBk.

(5)

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Teori Komunikasi

Secara umum komunikasi merupakan kegiatan manusia untuk saling memahami atau mengerti suatu pesan antara komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) dan umumnya berakhir dengan suatu hasil yang disebut sebagai efek komunikasi (Caropeboka, 2008)

Masih menurut sumber di atas (Caropeboka, 2008:1), komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna di dalam apa yang dipercakapkan atau disampaikan. Kesamaan makna dalam hal ini yaitu kesamaan bahasa yang dipakai, penggunaan suatu kalimat atau kata yang disampaikan dalam suatu bahasa tertentu, belum tentu menimbulkan kesamaan makna bagi orang lain. Hal ini dapat terjadi kesalahan pengertian dari makna yang terkandung dalam bahasa tersebut, sebaiknya bila kedua orang yang berbahasa dan bermakna sama di dalam suatu pengertian makna disebut sebagai komunikatif.

Kegiatan komunikasi bukan hanya memberikan informasi tetapi juga merupakan kegiatan persuasif, yaitu suatu kegiatan dengan cara membujuk yang bertujuan agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, yang pada akhirnya mau melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi pesan atau komunikator, dengan demikian akan terjadi suatu perubahan sebagai hasil atau efek dari pesan yang diterimanya dalam hal ini penerima pesan disebut sebagai komunikan (Caropeboka, 2008: 1). Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Harold D. Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi dalam Cangara (2007 : 59) antara lain:

1. Manusia dapat mengontrol lingkunganya

2. Beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada

3. Melakuakan transformasi warisan social kepada generasi berikutnya Selain itu ada beberapa pihak menilai bahwa, dengan komunikasi yang baik hubungan antar manusia dapat dipelihara kelangsungannya. Sebab melalui komunikasi dengan sesama manusia kita bisa memperbanyak sahabat, rezeki,

(6)

memperbanyak dan memelihara pelanggan (costumers), dan juga memelihara hubungan yang baik antara bawahan dan atasan dalam suatu organisasi. Pendek kata komunikasi berfungsi menjembatani hubungan antar manusia dalam bermasyarakat (Cangara, 2007: 59).

2.1. Budaya Perusahaan

Terdapat beberapa definisi budaya perusahaan atau budaya organisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli seperti berikut ini :

Menurut Robbins (2001) mendefinisikan bahwa : “Budaya perusahaan adalah

suatu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem-sistem nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi”.

Maasih menurut Robins (2001:57) “Budaya perusahaan merupakan nilai,

kepercayaan, sikap dan perilaku yang dipegang anggota.”

Terdapat beberapa elemen dasar budaya perusahaan, Eugene McKenna dan Nic Beech (2001:15) mengelompokan elemen-elmen budaya perusahaan sebagai berikut :

a. Artifacts

Merupakan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, jika sesorang berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses yang tampak, seperti produk, jasa, dan tingkah laku anggota kelompok

b. Espoused Values

Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa yang dikerjakan. Budaya sebagian besar organisasi dapat melacak nilai-nilai yang didukung kembali kepenemu budaya. Meliputi strategi, sasaran, dan filosofi. c. Basic Underlying Assumption

Yaitu keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi. Budaya menetapkan cara yang tepat untuk melakukan sesuatu di organisasi, seringkali melalui asumsi yang tidak diucapkan namun anggota organisasi

(7)

meyakini ketepatan tindakan tersebut.

Menurut Robbins (2001: 16) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya organisasi atau budaya perusahaan sebagai berikut: Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk taking), Perhatian terhadap detail (Attention to detail), Berorientasi Kepada hasil (Outcome orientation), Berorientasi kepada manusia (People orientation), Berorientasi tim (Team orientation), Aggresif (Aggressiveness), Stabil (Stability).

Menurut Veithzal Rivai (2005:430), fungsi budaya perusahaan adalah :

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jels antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain.

2. Budaya memberikan indentitas bagi anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu.

4. Budaya itu mengingkatkan kemantapan sitem sosial.

5. Budaya sebagai mekanisme pmbuat makna dan kendali yang memandu sera membentuk sikap dan perilaku karyawan.

2.3. Citra

Menurut Steinmentz dalam Sutojo (2004:1), citra perusahaan adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk dari perorangan, benda atau organisasi. Menurutnya, bagi perusahaan citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Sedangkan menurut Lawrence dalam Sutojo (2004 : 1), citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai keputusan penting. Setiap perusahaan mempunyai citranya tersendiri di masyarakat. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, ataupun buruk. Pendapat lain mengenai citra, menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations Technique (Soemirat,2004:114) menyimpulkan bahwa secara umum, “citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya”. Jenis – Jenis Citra :

(8)

1. Citra yang diharapkan (wish image) Citraharapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.

2. Citra perusahaan ( corporate image ) Citraperusahaan atau citra lembaga adalah citra dari suatu organisasi

3. Citra bayangan ( mirror image ) Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota anggota organisasi biasanya adalah pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dalam Soemirat (2004 : 114 -115) yaitu public relations digambarakan sebagai input – output, yaitu proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra ini sendiri digambarkan melalui Persepsi – Kognisi – Motivasi – Sikap. Walter Lipman dalam Soemirat (2004 : 114 – 116), menyebutkan terdapat empat komponen pembentukan citra yaitu persepsi – kognisi – motivasi – sikap sebagai yang diartikan citra individu terhadap rangsangan sebagai “ Picture in our head ”

2.4 Peran

Soekanto (2002:243) mengatakan peran merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran.

2.4.1 Konsep Peran

Konsep peran menurut Sastradipoera (1994:768) dalam buku ensiklopedia manajemen mengungkapkan sebagai berikut:

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen. 2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3. Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang apa adanya.

(9)

BAB III

II. PEMBAHASAN

PT PGN (Persero) Tbk merupakan perusahaan infrastruktur yang berpengalaman menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentingan umum (public utility). Sebagai perusahaan infrastruktur, PGN memiliki jaringan pipa transmisi dan distribusi yang handal. Kegiatan usaha PGN adalahtransporter, distributor dan trader di bidang gas bumi. Sebagai transporter, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipa transmisi yang menghubungkan

Budaya Perusahaan merupakan suatu kekuatan yang tidak terlihat namun mampu mempengaruhi pikiran, perasaan, pembicaraan, sikap dan tindakan pekerja di perusahaan. Sejak tahun 2003 melalui SK Direksi No. 004.K/07/UT/2003 tanggal 7 Januari 2003 PGN telah mencanangkan budaya perusahaan untuk pertama kali yang dikenal dengan Budaya SMILE. Nilai yang terkandung dalam Budaya SMILE adalah Satisfaction, Morale, Integrity, Leadership dan Enterprenuership.

Berkaitan dengan perubahan status perusahaan dari Perusahaan Persero ke Perusahaan (Persero) Tbk, maka pada tahun 2004 dilakukan penyempurnaan terhadap budaya SMILE yang didasarkan pada perkembangan visi dan misi perusahaan dan tuntutan perubahan budaya paternalistik menjadi budaya mandiri. Melalui SK Direksi No. 006600.K/131/UT/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penyempurnaan Buku Budaya Perusahaan tersebut dilakukan penyempurnaan terhadap penjabaran nilai-nilai SMILE. Untuk mendukung visi perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia dibidang pemanfaatan gas bumi, maka pada bulan Desember 2008 dilakukan workshop validasi nilai-nilai budaya perusahaan. Dari hasil validasi tersebut dihasilkan 5 nilai budaya yang disebut ProCISE dan 10 Perilaku Utama Insan PGN.

5 Nilai budaya tersebut adalah :

• Professionalism (Profesionalisme).

(10)

kompetensi dibidangnya dan bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil.

• Continuous Improvement (Penyempurnaan terus menerus). Berkomitment untuk melakukan penyempurnaan terus menerus.

• Integrity (Integritas).

Jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain. Konsisten antara pikiran, perkataan dan perbuatan berlandaskan standar etika yang luhur.

• Safety (Keselamatan Kerja).

Senantiasa mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, baik untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

• Excellent Service (Pelayanan Prima).

Mengutamakan kepuasan baik pelanggan internal mapun eksternal dengan memberikan pelayanan terbaik. Budaya perusahaan yang ditanamkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui ”proCISE” yaitu Profesionalism, Continous Improvement, Integrity, Safety,dan Excellent merupakan ujung tombak perusahaan dalam meningkatkan citra perusahaan, citra yang diharapkan oleh perusahaan adalah wish image yaitu image yang yang diharapkan terbentuk oleh perusahaan yang sudah disiapkan dan dituju dan juga masuk dalam corporate image yaitu image atau citra yang dibentuk oleh perusahaan.

Dalam hal ini, citra PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) juga dipengaruhi oleh budaya perusahaan / corporate culture yang dibentuk oleh manajemen yang salah satunya bertujuan untuk Melestarikan Budaya Perusahaan yang telah lama ada yang telah dijalankan dan terbukti berdampak positif terhadap perkembangan Perusahaan.

Citra perusahaan berkembang salah satunya adalah dengan memiliki fondasi yang kuat di dalam perusahaan tersebut, karena secara tidak

(11)

langsung tim manajemen yang kuat berbudaya atau berciri khas baik maka akan kuat di sektor luar atau external. Hal ini terbukti dengan kendali PGN dalam memelihara hubungan baik dengan public Internal dan public external nya, public internal perusahaan antara lain karyawan, top level manajemen, stake holder, investor, labour public, retirees / pensiunan, keluarga karyawan, dll. Sedangkanpublic external nya antara lain media, pemerintah, klien, partner perusahaan, masyarakat, custormer, dll.

Dalam memlihara citra yang sudah terbentuk dan ingin dikembangkan, PGN sudah berhasil menerapkan budaya perusahaan melalui 10 (sepuluh) perilaku budaya perusahaan yang menjadi andalan dari PGN dan terbukti efektif dijalankan dengan penuh dedikasi oleh seluruh karyawan PGN, yaitu :

1. kompetensi di bidangnya 2. bertanggung jawab 3. kreatif dan inovatif

4. adaptif terhadap perubahan 5. jujur, terbuka dan berpikir positif 6. disiplin dan konsisten

7. mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja 8. peduli lingkungan sosial dan alam

9. mengutamakan kepuasan 10. proaktif dan cepat tanggap

Perilaku budaya perusahaan diatas merupakan turunan dari ”proCISE” yang menjadi basic budaya perusahaan PGN yang kuat. Beberapa perusahaan mitra dari PGN mengakui bahwa semangat PGN dalam meningkatkan citra di mata pihak luar sangat dipengaruhi oleh bagaimana PGN memlihara 10 nilai budaya prerusahaan diatas.

Mengapa PGN memiliki citra yang kuat? Hal ini dikarenakan pandangan ataupun persepsi seseorang akan suatu perushaan tidak semata – mata dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut melayani pihak lain, tapi bagaimana perusahaan mementingkan kesejahteraan karyawannya terlebih dahulu, karena secara

(12)

otomatis apabila suatu perusahaan menjaga dan memelihara kesejahteraan karyawannya terlebih dahulu, karyawan / pekerja di perusahaan tersebut akan menyayangi perusahaan nya dan mejadi loyala akan pekerjaannya, dan hal tersebut secara langsung juga dapat dinilai oleh pihak luar perusahaan dan dengan sendirinya citra perusahaan pun akan terbentuk dengan baik.

Citra perusahaan tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu factor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif . Upaya membangun cira perusahaan tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang. Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman .

Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau. Perusahaan yang mempunyai citra baik dimata konsumen , produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang tidak mempunyai citra.

Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen cenderung survive pada masa krisis. Kalaupun menderita kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki pelayanan dan kualitas yang baik.

Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif seperti PT.PGN memiliki rasa bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat. Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini berpengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian PT.PGN yang memiliki citra positif akan

(13)

lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk berkembang. Sejumlah perusahaan besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya, terbukti dengan semakin meningkatnya hubungan dengan pihak luar dalam hal sektor kemajuan perusahaan dan juga semakin kokohnya persatuan dan kesatuan internal karyawan.

PT. PGN juga menjalin hubungan dengan masyarakat yang ingin mengenal PT.PGN lebih lanjut dengan menggunakan media online berupa website yaituwww.pgn.co.id, di website tersebut juga PT.PGN memberikan berbagai informasi dan penjelasan dengan visualisasi yang menarik dan dapat meyakinkan publiknya. Dengan corporate culture dan berbagai kemajuan PT.PGN pun berhasil manjadi salah satu perusahaan yang mendapatkan award / penghargaan dari Investor daily magazine sebagai salah satu perusahaan BUMN terbaik di tahun 2010.

Salah satu point pada 10 perilaku budaya perusahaan PT.PGN nomor delapan berbicara mengenai peduli lingkungan sosial dan alam, hal itu juga menjadi pengaruh positif bagi pencitraan perusahaan, kegiatan yang biasa disebut corporate social responsibility (CSR) ini juga kerap dilakukan PT.PGN dan mendukung peningkatan citra perusahaan karena memiliki budaya perusahaan yang baik dan juga dilaksanakan. Program CSR yang dilakukan dibidang-bidang seperti pendidikan, keagamaan, BUMN Peduli, fasilitas publik, kesehatan, lingkungan, bencana alam, seni dan budaya.

(14)

4. KESIMPULAN

Budaya perusahaan yang ditanamkan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) melalui ”proCISE” yaitu Profesionalism, Continous Improvement, Integrity, Safety,dan Excellent merupakan ujung tombak perusahaan dalam meningkatkan citra perusahaan, citra yang diharapkan oleh perusahaan adalah wish image yaitu image yang yang diharapkan terbentuk oleh perusahaan yang sudah disiapkan dan dituju dan juga masuk dalam corporate image yaitu image atau citra yang dibentuk oleh perusahaan. Dalam hal ini, citra PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) juga dipengaruhi oleh budaya perusahaan / corporate culture yang dibentuk oleh manajemen yang salah satunya bertujuan untuk Melestarikan Budaya Perusahaan yang telah lama ada yang telah dijalankan dan terbukti berdampak positif terhadap perkembangan citra Perusahaan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raya Grasindo Persada.

Caropeboka, Ratu M. (2008). Dasar – Dasar Ilmu Komunikasi. Palembang: UBD.

McKenna, Eugene; Nic Beech (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Andi

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja RosdakaryaRobbin, (2001). Teori Organisasi,

Arcan, Jakarta.

Sastradipoera, Komaruddin. (1994). Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soemirat, Soleh; Elvinaro, Ardianto. (2002). Dasar-dasar Public Relations. Remaja Rosdakarya, 2002 Bandung.

Sutojo, Siswanto. (2004). Membangun Citra Perusahaan. Damar Mulia Pustaka. Jakarta.

Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Referensi dari internet :

http://www.pgn.co.id/au_csr.htm http://www.pgn.co.id/pdf/PGN%20Corporate%20Culture.pdf          

(16)

 

Referensi

Dokumen terkait

sebagai wider context pada penelitian tersebut dibatasi dalam konteks budaya komunikasi. Struktur budaya komunikasi

Subjek penelitian yang pertama adalah diri peneliti sendiri sebagai seorang warga Mojokerto dan sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, peneliti memilih

Proses pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih menggunakan sistem manual banyak mengalami kendala antara lain sering terjadi kesalahan ketik identitas

(2) Biaya untuk mediator atau pihak ketiga lainnya pada penyedia jasa yang dibentuk oleh Pemerintah selain dibebankan atas kesediaan dari salah satu pihak atau para pihak

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Gambar 1) bahwa kadar MDA pada mencit yang diberi timbal asetat tanpa diikuti dengan pemberian jus bayam merah (K 1 ) lebih tinggi dibanding

(Coordinate values in a GridCRS are NOT in the referenced GridBaseCRS.) To refer to a recorded pixel, each coordinate value will be an integer. However, to refer to a general

sifat dari gejala matematis untuk membuat solusi adalah kemampuan memberikan solusi berdasarkan apa yang sudah diketahui untuk menyelesaikan permasalahan atau

Dari perhJtungan metode pendekatan biaya dan metode pendekatan pendapatan, dilakukan rekonsiliasi indikasi nilai properti dengan melakukan pembobotan sehingga