KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya maka
dapat disusun Pedoman Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013.
Tujuan penyusunan pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
Pedoman ini masih bersifat umum, sehingga masih perlu dijabarkan kembali menjadi Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupaten/kota guna menyesuaikan dengan kondisi setempat.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sehingga dapat tersusunnya buku pedoman ini.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan khususnya dalam program pengembangan kapas nasional. Terima kasih.
Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan
DAFTAR ISI
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN 4
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan.... 5
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN
BANTUAN... 19
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN
PENDAMPINGAN 19
VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS 24
VII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 27
VIII. PEMBIAYAAN 27
IX. PENUTUP 28
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2013
29
Lampiran 2. Kegiatan Pembangunan Kebun Induk Penanaman Kapas Tahun 2013
30
Lampiran 3. Kegiatan Operasional TKP dan PLP-TKP Kapas Tahun 2013
31
Lampiran 4. Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas
32
Lampiran 5. Rekapitulasi Rencana Usaha Kelompok (RUK)/RUB
33
Lampiran 6. Bagan Pengelolaan Kebun Benih Sebar Kapas
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L) tanaman
penghasil serat yang merupakan bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dari serat alam. Kebutuhan bahan baku kapas terus meningkat, seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk yang mendorong semakin
berkembangnya industri TPT di dalam negeri, terlihat dengan meningkatnya industri pemintalan khususnya untuk serat kapas dari sekitar 6,1 juta spdl tahun 1997 menjadi sekitar 7,8 juta spdl pada saat ini, atau dalam 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 2% per tahun.
Pada periode yang sama kebutuhan bahan baku
TPT dari serat kapas terus meningkat,
ketergantungan akan serat kapas impor sekitar 454-762 ribu ton kapas. Kebutuhan serat kapas tersebut setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji atau sekitar 1,2 juta ha pertanaman kapas pada tingkat produksi 1.250 kg/ha. Untuk mendukung
pengembangan pertanaman kapas tersebut
kapas yang telah dibangun selanjutnya harus memenuhi syarat dan merupakan hasil kebun benih dari beberapa jenjangan (benih dasar menjadi benih pokok; benih pokok menjadi benih sebar).
Kinerja tersebut juga masih sangat rendah jika
dilihat dari segi kapasitas ginnery yang ada dan
aktif sekitar 54.000 ton kapas berbiji hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku serat sebesar 8%. Rendahnya kinerja perkapasan nasional
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: i) lahan yang tersedia kurang potensial untuk kapas, umumnya lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terbatas; ii) waktu tanam tidak optimal sehingga sering mengalami kekeringan dan gagal panen; iii) benih tidak tersedia secara 6 tepat (jumlah, jenis, mutu, waktu, tempat dan lokasi); iv) aplikasi pemupukan belum memenuhi standar 5 tepat (jumlah, jenis, waktu, tempat dan harga); v) pemeliharaan tanaman belum optimal; dan vi) kelembagaan petani belum tertata dengan baik.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri TPT akan serat kapas, Pemerintah cq. Ditjen Perkebunan sejak tahun 1978 telah melakukan berbagai upaya fasilitasi dan dukungan
peningkatan produksi kapas, mulai dari
telah memfasilitasi upaya percepatan peningkatan areal dan produksi tanaman kapas. Kondisi saat ini terjadi kelangkaan dalam penyediaan benih sebar, oleh karena itu maka pada tahun 2013 akan difasilitasi untuk pembuatan kebun benih sebar melalui dana APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi, berupa penyediaan benih bermutu (100%), pemberian bantuan sarana produksi (25%),
pendampingan tenaga teknis lapangan dan
pelatihan petani.
Penggunaan dana APBN-TP tersebut diharapkan tepat sasaran meningkatkan kinerja perkapasan nasional, efektif dan efisien, maka perlu adanya
acuan pelaksanaan berupa Pedoman Teknis
Pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun
2013, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaan oleh Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.
B. Sasaran Nasional
C. Tujuan
Tujuan kegiatan Pembangunan Kebun Benih Sebar Kapas dan Penanaman Tanaman Kapas tahun 2013 adalah:
1. Menyediakan varietas unggul yang didukung
industri benih yang efisien dalam menghasilkan benih bermutu secara 6 (enam) tepat.
2. Meningkatkan produksi, produktivitas dan
mutu kapas berbiji melalui pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas sesuai baku teknis yang benar sehingga mampu meningkatkan kontribusi serat kapas pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.
3. Mempersiapkan penyediaan benih untuk
penanaman kapas tahun 2014.
4. Memperluas kesempatan kerja dan peluang
usaha di wilayah pengembangan sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pembangunan kebun benih sebar kapas
dan penanaman kapas dilakukan melalui
pendekatan :
1. Manajemen kelompok dengan tujuan untuk
akses pembinaan, akses perolehan informasi (perkembangan teknologi, pasar, dll.) bagi petani, serta saling memperkuat posisi tawar
petani dengan mitra usahanya yaitu
perusahaan pengelola/mitra.
2. Pembangunan kebun benih sebar kapas seluas
170 ha dilaksanakan di 7 Provinsi yaitu Jawa Tengah, D.I.Y, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan penanaman kapas seluas 3.130 ha dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Pengadaan benih dan pupuk untuk penanaman
tanaman kapas dilakukan dengan mekanisme belanja barang dan jasa oleh Dinas Perkebunan Provinsi sesuai peraturan perudangan yang berlaku.
4. Pembangunan kebun benih sebar kapas
dilaksanakan dengan mekanisme kontraktual oleh Dinas yang menangani bidang perkebunan terkait.
5. Pembangunan kebun benih sebar kapas
dilaksanakan secara monokultur, dimana
6. Proses penyiapan, penyimpanan dan pendistribusian benih dilakukan oleh pengelola sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.
7. Kerjasama kemitraan antara petani dengan
perusahaan pengelola setempat yang telah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan.
Metode pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman tanaman kapas Tahun 2013 dilakukan dengan rangkaian kegiatan, sebagai berikut:
1. Sosialisasi program kepada instansi terkait di
daerah (provinsi/kabupaten/kota) dan
kelompok tani sasaran.
2. Membangun jejaring kerja antar instansi
terkait antara lain: Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (Balittas) Malang,
BBP2TP, UPT/UPTD Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota, tenaga kontrak pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) yang ada di lokasi kegiatan, perusahaan pengelola/mitra dan kelompok tani, sehingga
terjalin keterpaduan dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan.
3. Pemilihan calon petani dan calon lahan
(CP/CL) dilakukan oleh Dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten/kota bersama
lapangan (TKP dan PLP-TKP) setempat. CP/CL terpilih tersebut diusulkan kepada Kepala
Dinas yang membidangi perkebunan di
provinsi/kabupaten untuk ditetapkan sebagai petani peserta kegiatan penanaman kapas MT 2013. Hal ini diharapkan dapat diselesaikan sebelum bulan Februari 2013.
4. Hal-hal pokok yang perlu dimuat dalam
penetapan CP/CL adalah: lokasi penanaman, perusahaan pengelola/mitra, nama kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, nomor rekening kelompok, dan luas lahan terukur peserta.
5. Persyaratan, mekanisme pemilihan dan
penetapan petani/kelompok tani peserta kegiatan penanaman kapas MT 2013 diatur lebih detail dalam: (i) Juklak yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi; dan (ii) Juknis yang dikeluarkan oleh
Dinas yang membidangi perkebunan di
kabupaten/ kota.
Penataan kelembagaan petani/ kelompok tani
mengacu pada ketentuan yang berlaku,
diantaranya:
1. Organisasi kelompok tani kapas seyogyanya
dapat mengakomodir kepentingan dan
perkembangan masing-masing anggotanya,
2. Dalam menjalankan kegiatan kelompok perlu dilengkapi dengan aturan-aturan organisasi yang disepakati bersama anggotanya, antara
lain: tupoksi dalam struktur organisasi
kelompok, tata cara penetapan pengurus kelompok, mekanisme dan tata hubungan
kerja antara berbagai stakeholder kapas, tata
cara pengambilan keputusan kelompok,
pengawasan kinerja pengurus, rapat anggota kelompok, dll.
3. Penataan kelompok tani kapas secara detail
diatur lebih lanjut di dalam Juklak yang
disusun oleh Dinas yang membidangi
Perkebunan di provinsi dan Juknis yang disusun oleh Dinas yang membidangi Perkebunan di kabupaten/kota.
4. Dalam rangka keberlanjutan usaha tani kapas,
disarankan petani dapat menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung pada kelompok sebagai penambahan modal kelompok atas
dasar kesepakatan bersama agar dapat
menghasilkan kegiatan serupa pada musim tanam berikutnya.
5. Pendampingan teknis secara intensif dilakukan
2013, dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas yang membidangi perkebunan provinsi sebagai dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Penggunaan dana TP tersebut difokuskan pada kegiatan yang meliputi:
1. Penanaman Tanaman Kapas
Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 dengan dukungan berupa : (i) benih kapas (100 %) sesuai standar kebutuhan teknis lapangan; dan (ii) sebagian sarana produksi (25%) yang pelaksanaannya dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.
2. Kegiatan Pembangunan Kebun Benih sebar
Kapas Tahun 2013 dengan dukungan berupa : (i) kompensasi penggunaan lahan, (ii) benih kapas sesuai standar kebutuhan teknis lapangan; dan (iii) sarana produksi.
3. Pemurnian dan sertifikasi kebun dilakukan oleh
UPTD Perbenihan setempat.
4. Prosesing, pengemasan, penyimpanan benih dan
distribusi kepada petani dilakukan oleh
pengelola sesuai dengan wilayah masing-masing.
5. Benih, pupuk, obat-obatan, dan upah tenaga
6. Operasional Petugas Tenaga Kontrak
Pendamping (TKP) dan Petugas Lapang
Pembantu (PLP-TKP) yang ditetapkan melalui
Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan
sebagai TKP dan PLP-TKP tahun 2013,
Pemberdayaan Petani Kapas, Persiapan,
Pengawalan, dan monev.
7. Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan
dilakukan melalui proses pengadaan barang dan
jasa dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku.
B. Spesifikasi Teknis
1. Pembangunan Kebun Benih Sebar Kapas a. Lokasi
Lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut:
(1)Tanah cukup subur berupa lahan sawah
atau lahan kering (tegalan).
(2)Drainase baik, mempunyai sumber air yang
dapat digunakan saat musim kemarau.
(3)Lahan tidak ternaungi.
(4)Sarana dan prasarana baik.
b. Benih
(1) Benih kapas yang digunakan untuk
NTB dan NTT dapat menggunakan seri Kanesia atau Kharisma.
(2) Kebutuhan benih sebesar 7 kg/ha.
Pemakaian benih 1-2 butir per lubang.
(3) Benih kapas Benih kapas yang digunakan
merupakan benih delinted dan sudah
disertifikasi oleh BBP2TP/UPTD Perbenihan dengan standar mutu benih seperti pada
Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Benih Kapas
Sumber: STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 01-7163-2006
c. Isolasi
d. Varietas
Untuk menjaga kemurnian varietas dalam satu lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas sebaiknya menggunakan satu varietas saja.
e. Pemurnian dan sertifikasi
Untuk menjaga kemurnian varietas yang dihasilkan pemurnian kebun benih sebar kapas dilaksanakan sebelum panen dan dilakukan oleh UPTD setempat.
Sertifikasi kebun dilaksanakan sekaligus untuk melakukan taksasi produksi.
f. Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL)
(1) Pembangunan kebun benih sebar kapas
dilaksanakan oleh kelompok tani terpilih
yang sudah berpengalaman dalam
budidaya kapas bekerjasama dengan
pengelola setempat.
(2) Kelompok tani terpilih ditetapkan
berdasarkan SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), apabila terjadi perubahan kelompok
tani yang sudah diverifikasi maka
perubahan tersebut atas persetujuan tim verifikator.
(3) Kelompok tani bertanggung jawab
jawab dalam prosesing, penyimpanan dan pendistribusian benih.
g. Pemeliharaan tanaman untuk
pembangunan kebun benih sebar kapas
dilakukan sesuai dengan pedoman
pembangunan kebun benih kapas yang ada.
2. Penanaman Tanaman Kapas a. Lokasi
Spesifikasi teknis untuk lokasi dilihat dari kesesuaian lahan dan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman tanaman kapas sama dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk pembangunan kebun benih sebar kapas.
Ketepatan pemilihan lokasi dengan
memperhatikan iklim, ketinggian tempat, intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan
dan kelembaban udara, jenis tanah,
kesuburan, tekstur, kedalaman permukaan air tanah, pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman kapas.
b. Petani Sasaran
1) Petani sasaran adalah petani pemilik lahan
2) Petani peserta tergabung dalam kelompok tani dan mau mengikuti aturan yang ditetapkan Pedtek/Juklak/Juknis, serta bersedia mengikuti petunjuk /bimbingan dan ketentuan teknis dari petugas teknis lapangan/pendamping.
3) Petani peserta penanaman tanaman kapas
dipilih dari petani yang berkemampuan dan mau meningkatkan produktivitas kapas melalui usaha budidaya yang baik dan benar di atas sebidang lahan yang diusahakan sendiri dan melaksanakannya secara berkelompok serta mau memelihara
tanamannya dengan bersedia
melaksanakan budidaya kapas melalui penerapan teknis budidaya yang baik dan benar.
4) Penetapan petani/kelompok tani terpilih
oleh KPA Satker Dinas Provinsi/Kabupaten berdasarkan atas rekomendasi dari tim verifikator (calon petani dan calon lahan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh tim verifikator) demikian juga bila terjadi perubahan
c. Benih Kapas
1) Benih kapas yang digunakan untuk
2) Bantuan benih kapas yang diberikan kepada petani per hektar sebesar 6 kg untuk benih varietas Kanesia/Karisma atau
benih hibrida. Pemakaian benih
disesuaikan dengan jenis benih dan kondisi lahan.
3) Kemurnian benih >98% dengan daya
kecambah minimal 80%
4) Benih kapas yang disalurkan ke petani yang
berupa benih kapas hibrida impor harus mengacu pada persyaratan impor benih yang telah ditetapkan
Penyiapan lahan, persyaratan tumbuh,
penanaman, pola tanam, pemeliharaan,
pengendalian HPT, dan pemanenan dilakukan sesuai dengan pedoman budidaya tanaman kapas yang ada.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan
pem-bangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas MT 2013 adalah:
1. Fasilitasi Pembangunan Kebun Benih sebar
Tanaman Kapas seluas 170 ha, tersebar pada 29 kabupaten di 7 Provinsi.
2. Fasilitasi penanaman kapas MT 2013 seluas
pada 4 kabupaten (Bulukumba, Bone, Wajo dan Soppeng).
3. Operasional dan pelatihan tenaga kontrak
pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) di wilayah pengembangan kapas.
4. Pemberdayaan petani kapas di 7 provinsi pada
29 kabupaten, seperti pada lampiran 4.
5. Pembinaan, pengendalian, pengawalan, dan
pendampingan kegiatan pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas MT 2013.
B. Pelaksana Kegiatan
1. Pelaksana Pusat: Direktorat Tanaman
Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.
2. Pelaksana Provinsi: Dinas yang membidangi
perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT.
3. Pelaksana Kabupaten: Dinas yang membidangi
perkebunan wilayah penanaman kapas di 4 kabupaten dan wilayah pembangunan kebun benih sebar kapas di 20 Kabupaten.
4. Petani/kelompok tani yang berada di wilayah
C.
Lokasi, Jenis dan Volume1. Lokasi penanaman kapas seluas 3.130 ha pada
4 kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan dan pembangunan kebun benih sebar kapas seluas
170 ha (rincian pada lampiran 1).
2. Lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas
yang bertujuan untuk menyediakan benih
unggul bermutu seperti pada lampiran 2.
3. Lokasi, jenis dan volume operasional
TKP/PLP-TKP dapat dilihat pada lampiran 3.
4. Lokasi, jenis dan volume pelaksanaan
Pemberdayaan Petani Kapas dapat dilihat pada
lampiran 4.
D. Simpul Kritis
Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kapas Tahun 2013 ada beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Adapun simpul kritis dalam kegiatan Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2013 diantaranya adalah :
1. Tahap sosialisasi dan asistensi oleh Pusat, Tim
Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten.
2. Tahap persiapan operasional dan ketepatan
3. Tahap pengadaan dan penyaluran Benih yang bersertifikat dan berlabel oleh rekanan pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.
4. Tahap pengadaan dan penyaluran pupuk
kepada petani/kelompok tani oleh rekanan pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN Bantuan untuk pengembangan kapas tahun 2013 berupa bantuan dana operasional kegiatan dan bantuan bahan dengan tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Dinas Perkebunan Provinsi menyusun Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) yang mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan dari Pusat, dan mensosialisasikan kepada Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten;
2. Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten
menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan;
3. Pemanfaatan belanja barang non operasional
4. Pencairan dana berdasarkan usulan kelompok tani (RUK) yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan SK penetapan petani atau kelompok tani penerima bantuan;
5. Mekanisme pemanfaatan belanja barang adalah
sebagai berikut:
Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan
dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan Perpres No 54 tahun 2010 berikut perubahannya.
Untuk kegiatan penanaman kapas, penyedia
wajib menyediakan benih dan pupuk paling lambat 1 minggu sebelum waktu tanam, dan menyalurkan benih dan pupuk sampai ke titik bagi. Waktu tanam peridoe I (Januari sampai Maret) sedangkan waktu tanam periode II (Agustus sampai Oktober).
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan, pengendalian, pengawalan dan
A. Tim Pembina Pusat
Tim Pembina Pusat dikoordinasikan oleh Direktorat
Tanaman Semusim, bertugas:
1. Melakukan koordinasi perencanaan dan
pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat Pusat dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan
Tim Pelaksana Provinsi dalam rangka
pemantauan, evaluasi dan pengendalian serta membantu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di tingkat lapangan.
3. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan program
melalui kerjasama antar instansi non
pemerintah seperti Perusahaan Pengelola/ Mitra, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Petani Kapas Indonesia (APEKINDO), Perguruan Tinggi dan unsur masyarakat lainnya.
4. Menyusun Pedoman Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013.
5. Menyusun dan menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.
B. Tim Pelaksana Provinsi
Tim Pelaksana Provinsi dikoordinasikan oleh
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan.
2. Melakukan sosialisasi dengan Tim Teknis
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan penanaman kapas tahun 2013 di kabupaten/ kota setempat.
3. Melakukan pengawalan, pemantauan,
monitoring, evaluasi serta membantu
mengupayakan penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan.
4. Membuat Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)
Pelaksanaan Penanaman Kapas Tahun 2013 yang ada di daerahnya dengan mengacu Pedoman Teknis Penanaman kapas Tahun 2013 yang dibuat Ditjen. Perkebunan. Juklak
tersebut disampaikan ke Dinas yang
membidangi perkebunan di kabupaten/kota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.
5. Bersama Tim Teknis di kabupaten/kota
membangun kemitraan yang produktif antara
petani dan perusahaan pengelola/mitra/
koperasi.
6. Menyusun dan menyampaikan laporan
perkembangan kinerja per kabupaten kepada Tim Pembina Pusat melalui Direktur Jenderal Perkebunan cq. Direktur Tanaman Semusim,
(kecamatan); ii) luas areal terdaftar/terukur; iii) jumlah petani peserta/kelompok tani; iv) penyaluran benih dan sarana produksi; v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/ produktivitas; viii) perkembangan jumlah tabungan pada rekening kelompok; dan ix) laporan keuangan Satker pengelola dana TP yang dibuat sesuai sistem/peraturan yang berlaku.
C. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota dikoordasikan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/ kota, bertugas :
1. Melakukan koordinasi teknis yang bersifat
lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan teknis lapangan.
2. Melakukan sosialisasi kepada petani/ kelompok
tani sasaran.
3. Melakukan pendaftaran, seleksi dan verifikasi
CP/CL, diharapkan CP/CL.
4. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)
Pelaksa-naan Penanaman Kapas Tahun 2013 yang ada di daerahnya dengan mengacu Juklak yang
dibuat oleh Dinas yang membidangi
tersebut disampaikan ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan tembusan kepada Ditjen. Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.
5. Bersama Tim Pelaksana Provinsi membangun
kemitraan yang produktif antara petani dan perusahaan pengelola/ mitra/ koperasi.
6. Melakukan bimbingan teknis, monitoring/
pengawalan/pemantauan, dan pengendalian ke lokasi kegiatan.
7. Membantu kelompok tani peserta penanamn
kapas dalam menyusun RUK/RDKK.
8. Menyusun dan menyampaikan laporan
perkembangan kinerja per Kecamatan kepada Tim Pelaksana Provinsi tembusan kepada Dirjen Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim, yang mencakup: i) lokasi (desa); ii) jumlah petani peserta/ kelompoktani; iii) luas areal terdaftar/ terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/ produktivitas; viii) perkembangan jumlah modal usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasalahan serta rencana tindak lanjut.
D. TKP dan PLP-TKP
1. Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas
pengembangan kapas, mulai dari sosialisasi program, pendataan CP/CL, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen kapas berbiji sampai dengan penimbangan dan
penjualan hasil. Mereka merupakan
penghubung antara petani dengan pihak dinas baik kabupaten, provinsi maupun perusahaan pengelola.
2. TKP dan PLP-TKP berdomisili di lokasi
pengembangan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping petani.
3. TKP menyusun dan menyampaikan laporan
perkembangan kegiatan lapangan per desa kepada Tim Teknis Kabupaten tembusan
kepada Tim Pelaksana Provinsi, yang
mencakup: i) lokasi (dusun/kelompok tani); ii) jumlah petani peserta/kelompok tani; iii) luas areal terdaftar/terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi / produktivitas; viii) perkem-bangan jumlah modal usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasa-lahan serta rencana tindak lanjut.
VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS
berkesinambungan dalam upaya mengakumulasi potensi yang dimiliki. Diharapkan potensi tersebut
menjadi suatu kekuatan dalam melakukan
kerjasama menuju peningkatan kesejahteraan.
A. Tujuan
Tujuan pemberdayaan petani adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan petani melalui
peningkatan kemampuan petani dalam hal teknis dan administratif. Selain itu juga membina
kebersamaan petani dan pengem-bangan
kelembagaannya agar terbangun usahatani yang mandiri dan berkelanjutan.
B. Sasaran
Terbentuknya kelompok tani mandiri yang
selanjutnya dapat tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan dapat membentuk koperasi yang berbadan hukum.
C. Pelaksanaan
1. Metode Pelaksanaan
Pemberdayaan petani kapas dilaksanakan secara swakelola melalui anggaran APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Pember-dayaan petani difasilitasi oleh Dinas Perkebunan tingkat Provinsi bekerjasama dengan dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten
wilayah pengembangan kapas dengan
Materi pemberdayaan petani meliputi pembekalan teknis budidaya tanaman kapas sampai dengan panen dan pasca panen serta
fasilitasi penumbuhan dan penguatan
kelompok tani melalui aspek manajerial dan hukum.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
Tahapan pemberdayaan petani mencakup:
a. Sosialisasi program kegiatan.
b. Inventarisasi kelompok tani peserta
penanaman kapas dan pembangunan kebun benih sebar kapas.
c. Penetapan calon peserta pelatihan
(pengurus kelompok atau anggota yang ditunjuk untuk mewakili).
d. Penyelenggaraan pemberdayaan petani
kapas.
e. Penyusunan laporan.
VII.MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Agar penggunaan anggaran APBN menjadi tertib sesuai dengan output kegiatan dan dapat dipertanggung jawabkan secara administrasi, keuangan maupun fisik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan
kegiatan, yaitu (1) sebelum mulai kegiatan (
ex-ante) untuk mengetahui persiapan pelaksanaan di
lapangan dan mengantisipasi potensi masalah yang
mungkin timbul, (2) saat dilakukan kegiatan (on
going) untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi, dan (3) setelah
dilakukan kegiatan (ex-post) untuk mengevaluasi
kegiatan berdasarkan pencapaian target yang ditetapkan.
Laporan dibuat secara berjenjang, mulai dari petugas TKP dan PLP-TKP, tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi sampai dengan tingkat pusat di Jakarta.
VIII. PEMBIAYAAN
Kegiatan pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA
Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas
IX. PENUTUP
Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 ini dibuat sebagai acuan umum bagi setiap pihak terutama petugas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penanaman kapas. Hal-hal yang belum terakomodir dalam Pedoman Teknis ini, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat diakomodir dalam Juklak dan Juknis. Dalam penyusunan Juklak/Juknis tersebut
harus memperhatikan DIPA dan Petunjuk
Lampiran 1.
Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2013
No. Provinsi Kabupaten Volume
(Ha)
1 Sulawesi Selatan Bulukumba 1.000
Bone 940
Bantaeng 450
Soppeng 440
Wajo 300
Lampiran 2. Kegiatan Pembangunan Kebun Benih sebar Kapas Tahun 2013
No Provinsi Kabupaten Volume (Ha)
Lampiran 3.
Kegiatan Operasional TKP dan PL-TKP Kapas Tahun 2013
NO PROVINSI VOLUME
1 JATENG 16 Orang
2 DIY 6 Orang
3 JATIM 6 Orang
4 BALI 16 Orang
5 NTB 21 Orang
6 NTT 14 Orang
7 SULSEL 33 Orang
Lampiran 4.
Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas Tahun 2013
No. PROVINSI VOLUME
1 JATENG 3 Paket
2 DIY 1 Paket
3 JATIM 1 Paket
4 BALI 2 Paket
5 NTB 5 Paket
6 NTT 4 Paket
7 SULSEL 5 Paket
Lampiran 5.
REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/ RENCANA USAHA BERSAMA
Kepada Yth :
Kuasa Pengguna Anggara …...
Provi si/Kab/Kota ………
Sesuai de ga Surat Keputusa *)……… o or...ta ggal...te ta g pe etapa
kelompok tani sasaran kegiatan... sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut :
No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)
1 2 3
1. Dst.
Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor...tanggal....,
Menyetujui,
Ketua Kelompok, Ketua Tim Teknis,
... ...