• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya maka

dapat disusun Pedoman Teknis Pelaksanaan

Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013.

Tujuan penyusunan pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan.

Pedoman ini masih bersifat umum, sehingga masih perlu dijabarkan kembali menjadi Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupaten/kota guna menyesuaikan dengan kondisi setempat.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sehingga dapat tersusunnya buku pedoman ini.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan khususnya dalam program pengembangan kapas nasional. Terima kasih.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

(3)

DAFTAR ISI

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN 4

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan.... 5

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN... 19

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN

PENDAMPINGAN 19

VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS 24

VII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 27

VIII. PEMBIAYAAN 27

IX. PENUTUP 28

(4)

DAFTAR TABEL

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2013

29

Lampiran 2. Kegiatan Pembangunan Kebun Induk Penanaman Kapas Tahun 2013

30

Lampiran 3. Kegiatan Operasional TKP dan PLP-TKP Kapas Tahun 2013

31

Lampiran 4. Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas

32

Lampiran 5. Rekapitulasi Rencana Usaha Kelompok (RUK)/RUB

33

Lampiran 6. Bagan Pengelolaan Kebun Benih Sebar Kapas

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L) tanaman

penghasil serat yang merupakan bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dari serat alam. Kebutuhan bahan baku kapas terus meningkat, seiring dengan perkembangan jumlah

penduduk yang mendorong semakin

berkembangnya industri TPT di dalam negeri, terlihat dengan meningkatnya industri pemintalan khususnya untuk serat kapas dari sekitar 6,1 juta spdl tahun 1997 menjadi sekitar 7,8 juta spdl pada saat ini, atau dalam 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 2% per tahun.

Pada periode yang sama kebutuhan bahan baku

TPT dari serat kapas terus meningkat,

ketergantungan akan serat kapas impor sekitar 454-762 ribu ton kapas. Kebutuhan serat kapas tersebut setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji atau sekitar 1,2 juta ha pertanaman kapas pada tingkat produksi 1.250 kg/ha. Untuk mendukung

pengembangan pertanaman kapas tersebut

(7)

kapas yang telah dibangun selanjutnya harus memenuhi syarat dan merupakan hasil kebun benih dari beberapa jenjangan (benih dasar menjadi benih pokok; benih pokok menjadi benih sebar).

Kinerja tersebut juga masih sangat rendah jika

dilihat dari segi kapasitas ginnery yang ada dan

aktif sekitar 54.000 ton kapas berbiji hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku serat sebesar 8%. Rendahnya kinerja perkapasan nasional

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya: i) lahan yang tersedia kurang potensial untuk kapas, umumnya lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terbatas; ii) waktu tanam tidak optimal sehingga sering mengalami kekeringan dan gagal panen; iii) benih tidak tersedia secara 6 tepat (jumlah, jenis, mutu, waktu, tempat dan lokasi); iv) aplikasi pemupukan belum memenuhi standar 5 tepat (jumlah, jenis, waktu, tempat dan harga); v) pemeliharaan tanaman belum optimal; dan vi) kelembagaan petani belum tertata dengan baik.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri TPT akan serat kapas, Pemerintah cq. Ditjen Perkebunan sejak tahun 1978 telah melakukan berbagai upaya fasilitasi dan dukungan

peningkatan produksi kapas, mulai dari

(8)

telah memfasilitasi upaya percepatan peningkatan areal dan produksi tanaman kapas. Kondisi saat ini terjadi kelangkaan dalam penyediaan benih sebar, oleh karena itu maka pada tahun 2013 akan difasilitasi untuk pembuatan kebun benih sebar melalui dana APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi, berupa penyediaan benih bermutu (100%), pemberian bantuan sarana produksi (25%),

pendampingan tenaga teknis lapangan dan

pelatihan petani.

Penggunaan dana APBN-TP tersebut diharapkan tepat sasaran meningkatkan kinerja perkapasan nasional, efektif dan efisien, maka perlu adanya

acuan pelaksanaan berupa Pedoman Teknis

Pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun

2013, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam

pelaksanaan oleh Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.

B. Sasaran Nasional

(9)

C. Tujuan

Tujuan kegiatan Pembangunan Kebun Benih Sebar Kapas dan Penanaman Tanaman Kapas tahun 2013 adalah:

1. Menyediakan varietas unggul yang didukung

industri benih yang efisien dalam menghasilkan benih bermutu secara 6 (enam) tepat.

2. Meningkatkan produksi, produktivitas dan

mutu kapas berbiji melalui pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas sesuai baku teknis yang benar sehingga mampu meningkatkan kontribusi serat kapas pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.

3. Mempersiapkan penyediaan benih untuk

penanaman kapas tahun 2014.

4. Memperluas kesempatan kerja dan peluang

usaha di wilayah pengembangan sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan pembangunan kebun benih sebar kapas

dan penanaman kapas dilakukan melalui

pendekatan :

1. Manajemen kelompok dengan tujuan untuk

(10)

akses pembinaan, akses perolehan informasi (perkembangan teknologi, pasar, dll.) bagi petani, serta saling memperkuat posisi tawar

petani dengan mitra usahanya yaitu

perusahaan pengelola/mitra.

2. Pembangunan kebun benih sebar kapas seluas

170 ha dilaksanakan di 7 Provinsi yaitu Jawa Tengah, D.I.Y, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan penanaman kapas seluas 3.130 ha dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Pengadaan benih dan pupuk untuk penanaman

tanaman kapas dilakukan dengan mekanisme belanja barang dan jasa oleh Dinas Perkebunan Provinsi sesuai peraturan perudangan yang berlaku.

4. Pembangunan kebun benih sebar kapas

dilaksanakan dengan mekanisme kontraktual oleh Dinas yang menangani bidang perkebunan terkait.

5. Pembangunan kebun benih sebar kapas

dilaksanakan secara monokultur, dimana

(11)

6. Proses penyiapan, penyimpanan dan pendistribusian benih dilakukan oleh pengelola sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.

7. Kerjasama kemitraan antara petani dengan

perusahaan pengelola setempat yang telah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan.

Metode pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman tanaman kapas Tahun 2013 dilakukan dengan rangkaian kegiatan, sebagai berikut:

1. Sosialisasi program kepada instansi terkait di

daerah (provinsi/kabupaten/kota) dan

kelompok tani sasaran.

2. Membangun jejaring kerja antar instansi

terkait antara lain: Balai Penelitian Tanaman

Tembakau dan Serat (Balittas) Malang,

BBP2TP, UPT/UPTD Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten/kota, tenaga kontrak pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) yang ada di lokasi kegiatan, perusahaan pengelola/mitra dan kelompok tani, sehingga

terjalin keterpaduan dalam pelaksanaan

kegiatan di lapangan.

3. Pemilihan calon petani dan calon lahan

(CP/CL) dilakukan oleh Dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten/kota bersama

(12)

lapangan (TKP dan PLP-TKP) setempat. CP/CL terpilih tersebut diusulkan kepada Kepala

Dinas yang membidangi perkebunan di

provinsi/kabupaten untuk ditetapkan sebagai petani peserta kegiatan penanaman kapas MT 2013. Hal ini diharapkan dapat diselesaikan sebelum bulan Februari 2013.

4. Hal-hal pokok yang perlu dimuat dalam

penetapan CP/CL adalah: lokasi penanaman, perusahaan pengelola/mitra, nama kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, nomor rekening kelompok, dan luas lahan terukur peserta.

5. Persyaratan, mekanisme pemilihan dan

penetapan petani/kelompok tani peserta kegiatan penanaman kapas MT 2013 diatur lebih detail dalam: (i) Juklak yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi; dan (ii) Juknis yang dikeluarkan oleh

Dinas yang membidangi perkebunan di

kabupaten/ kota.

Penataan kelembagaan petani/ kelompok tani

mengacu pada ketentuan yang berlaku,

diantaranya:

1. Organisasi kelompok tani kapas seyogyanya

dapat mengakomodir kepentingan dan

perkembangan masing-masing anggotanya,

(13)

2. Dalam menjalankan kegiatan kelompok perlu dilengkapi dengan aturan-aturan organisasi yang disepakati bersama anggotanya, antara

lain: tupoksi dalam struktur organisasi

kelompok, tata cara penetapan pengurus kelompok, mekanisme dan tata hubungan

kerja antara berbagai stakeholder kapas, tata

cara pengambilan keputusan kelompok,

pengawasan kinerja pengurus, rapat anggota kelompok, dll.

3. Penataan kelompok tani kapas secara detail

diatur lebih lanjut di dalam Juklak yang

disusun oleh Dinas yang membidangi

Perkebunan di provinsi dan Juknis yang disusun oleh Dinas yang membidangi Perkebunan di kabupaten/kota.

4. Dalam rangka keberlanjutan usaha tani kapas,

disarankan petani dapat menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung pada kelompok sebagai penambahan modal kelompok atas

dasar kesepakatan bersama agar dapat

menghasilkan kegiatan serupa pada musim tanam berikutnya.

5. Pendampingan teknis secara intensif dilakukan

(14)

2013, dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas yang membidangi perkebunan provinsi sebagai dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Penggunaan dana TP tersebut difokuskan pada kegiatan yang meliputi:

1. Penanaman Tanaman Kapas

Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 dengan dukungan berupa : (i) benih kapas (100 %) sesuai standar kebutuhan teknis lapangan; dan (ii) sebagian sarana produksi (25%) yang pelaksanaannya dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

2. Kegiatan Pembangunan Kebun Benih sebar

Kapas Tahun 2013 dengan dukungan berupa : (i) kompensasi penggunaan lahan, (ii) benih kapas sesuai standar kebutuhan teknis lapangan; dan (iii) sarana produksi.

3. Pemurnian dan sertifikasi kebun dilakukan oleh

UPTD Perbenihan setempat.

4. Prosesing, pengemasan, penyimpanan benih dan

distribusi kepada petani dilakukan oleh

pengelola sesuai dengan wilayah masing-masing.

5. Benih, pupuk, obat-obatan, dan upah tenaga

(15)

6. Operasional Petugas Tenaga Kontrak

Pendamping (TKP) dan Petugas Lapang

Pembantu (PLP-TKP) yang ditetapkan melalui

Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan

sebagai TKP dan PLP-TKP tahun 2013,

Pemberdayaan Petani Kapas, Persiapan,

Pengawalan, dan monev.

7. Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan

dilakukan melalui proses pengadaan barang dan

jasa dengan mengacu pada peraturan

perundangan yang berlaku.

B. Spesifikasi Teknis

1. Pembangunan Kebun Benih Sebar Kapas a. Lokasi

Lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas mempunyai spesifikasi teknis sebagai berikut:

(1)Tanah cukup subur berupa lahan sawah

atau lahan kering (tegalan).

(2)Drainase baik, mempunyai sumber air yang

dapat digunakan saat musim kemarau.

(3)Lahan tidak ternaungi.

(4)Sarana dan prasarana baik.

b. Benih

(1) Benih kapas yang digunakan untuk

(16)

NTB dan NTT dapat menggunakan seri Kanesia atau Kharisma.

(2) Kebutuhan benih sebesar 7 kg/ha.

Pemakaian benih 1-2 butir per lubang.

(3) Benih kapas Benih kapas yang digunakan

merupakan benih delinted dan sudah

disertifikasi oleh BBP2TP/UPTD Perbenihan dengan standar mutu benih seperti pada

Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Benih Kapas

Sumber: STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 01-7163-2006

c. Isolasi

(17)

d. Varietas

Untuk menjaga kemurnian varietas dalam satu lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas sebaiknya menggunakan satu varietas saja.

e. Pemurnian dan sertifikasi

Untuk menjaga kemurnian varietas yang dihasilkan pemurnian kebun benih sebar kapas dilaksanakan sebelum panen dan dilakukan oleh UPTD setempat.

Sertifikasi kebun dilaksanakan sekaligus untuk melakukan taksasi produksi.

f. Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL)

(1) Pembangunan kebun benih sebar kapas

dilaksanakan oleh kelompok tani terpilih

yang sudah berpengalaman dalam

budidaya kapas bekerjasama dengan

pengelola setempat.

(2) Kelompok tani terpilih ditetapkan

berdasarkan SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), apabila terjadi perubahan kelompok

tani yang sudah diverifikasi maka

perubahan tersebut atas persetujuan tim verifikator.

(3) Kelompok tani bertanggung jawab

(18)

jawab dalam prosesing, penyimpanan dan pendistribusian benih.

g. Pemeliharaan tanaman untuk

pembangunan kebun benih sebar kapas

dilakukan sesuai dengan pedoman

pembangunan kebun benih kapas yang ada.

2. Penanaman Tanaman Kapas a. Lokasi

Spesifikasi teknis untuk lokasi dilihat dari kesesuaian lahan dan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman tanaman kapas sama dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan untuk pembangunan kebun benih sebar kapas.

Ketepatan pemilihan lokasi dengan

memperhatikan iklim, ketinggian tempat, intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan

dan kelembaban udara, jenis tanah,

kesuburan, tekstur, kedalaman permukaan air tanah, pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman kapas.

b. Petani Sasaran

1) Petani sasaran adalah petani pemilik lahan

(19)

2) Petani peserta tergabung dalam kelompok tani dan mau mengikuti aturan yang ditetapkan Pedtek/Juklak/Juknis, serta bersedia mengikuti petunjuk /bimbingan dan ketentuan teknis dari petugas teknis lapangan/pendamping.

3) Petani peserta penanaman tanaman kapas

dipilih dari petani yang berkemampuan dan mau meningkatkan produktivitas kapas melalui usaha budidaya yang baik dan benar di atas sebidang lahan yang diusahakan sendiri dan melaksanakannya secara berkelompok serta mau memelihara

tanamannya dengan bersedia

melaksanakan budidaya kapas melalui penerapan teknis budidaya yang baik dan benar.

4) Penetapan petani/kelompok tani terpilih

oleh KPA Satker Dinas Provinsi/Kabupaten berdasarkan atas rekomendasi dari tim verifikator (calon petani dan calon lahan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh tim verifikator) demikian juga bila terjadi perubahan

c. Benih Kapas

1) Benih kapas yang digunakan untuk

(20)

2) Bantuan benih kapas yang diberikan kepada petani per hektar sebesar 6 kg untuk benih varietas Kanesia/Karisma atau

benih hibrida. Pemakaian benih

disesuaikan dengan jenis benih dan kondisi lahan.

3) Kemurnian benih >98% dengan daya

kecambah minimal 80%

4) Benih kapas yang disalurkan ke petani yang

berupa benih kapas hibrida impor harus mengacu pada persyaratan impor benih yang telah ditetapkan

Penyiapan lahan, persyaratan tumbuh,

penanaman, pola tanam, pemeliharaan,

pengendalian HPT, dan pemanenan dilakukan sesuai dengan pedoman budidaya tanaman kapas yang ada.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan

pem-bangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas MT 2013 adalah:

1. Fasilitasi Pembangunan Kebun Benih sebar

Tanaman Kapas seluas 170 ha, tersebar pada 29 kabupaten di 7 Provinsi.

2. Fasilitasi penanaman kapas MT 2013 seluas

(21)

pada 4 kabupaten (Bulukumba, Bone, Wajo dan Soppeng).

3. Operasional dan pelatihan tenaga kontrak

pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) di wilayah pengembangan kapas.

4. Pemberdayaan petani kapas di 7 provinsi pada

29 kabupaten, seperti pada lampiran 4.

5. Pembinaan, pengendalian, pengawalan, dan

pendampingan kegiatan pembangunan kebun benih sebar kapas dan penanaman kapas MT 2013.

B. Pelaksana Kegiatan

1. Pelaksana Pusat: Direktorat Tanaman

Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.

2. Pelaksana Provinsi: Dinas yang membidangi

perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT.

3. Pelaksana Kabupaten: Dinas yang membidangi

perkebunan wilayah penanaman kapas di 4 kabupaten dan wilayah pembangunan kebun benih sebar kapas di 20 Kabupaten.

4. Petani/kelompok tani yang berada di wilayah

(22)

C.

Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi penanaman kapas seluas 3.130 ha pada

4 kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan dan pembangunan kebun benih sebar kapas seluas

170 ha (rincian pada lampiran 1).

2. Lokasi pembangunan kebun benih sebar kapas

yang bertujuan untuk menyediakan benih

unggul bermutu seperti pada lampiran 2.

3. Lokasi, jenis dan volume operasional

TKP/PLP-TKP dapat dilihat pada lampiran 3.

4. Lokasi, jenis dan volume pelaksanaan

Pemberdayaan Petani Kapas dapat dilihat pada

lampiran 4.

D. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kapas Tahun 2013 ada beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Adapun simpul kritis dalam kegiatan Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2013 diantaranya adalah :

1. Tahap sosialisasi dan asistensi oleh Pusat, Tim

Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten.

2. Tahap persiapan operasional dan ketepatan

(23)

3. Tahap pengadaan dan penyaluran Benih yang bersertifikat dan berlabel oleh rekanan pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

4. Tahap pengadaan dan penyaluran pupuk

kepada petani/kelompok tani oleh rekanan pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN Bantuan untuk pengembangan kapas tahun 2013 berupa bantuan dana operasional kegiatan dan bantuan bahan dengan tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Dinas Perkebunan Provinsi menyusun Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) yang mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan dari Pusat, dan mensosialisasikan kepada Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten;

2. Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten

menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan;

3. Pemanfaatan belanja barang non operasional

(24)

4. Pencairan dana berdasarkan usulan kelompok tani (RUK) yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan SK penetapan petani atau kelompok tani penerima bantuan;

5. Mekanisme pemanfaatan belanja barang adalah

sebagai berikut:

 Pengadaan benih, pupuk, dan obat-obatan

dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan Perpres No 54 tahun 2010 berikut perubahannya.

 Untuk kegiatan penanaman kapas, penyedia

wajib menyediakan benih dan pupuk paling lambat 1 minggu sebelum waktu tanam, dan menyalurkan benih dan pupuk sampai ke titik bagi. Waktu tanam peridoe I (Januari sampai Maret) sedangkan waktu tanam periode II (Agustus sampai Oktober).

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan, pengendalian, pengawalan dan

(25)

A. Tim Pembina Pusat

Tim Pembina Pusat dikoordinasikan oleh Direktorat

Tanaman Semusim, bertugas:

1. Melakukan koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat Pusat dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan kegiatan.

2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan

Tim Pelaksana Provinsi dalam rangka

pemantauan, evaluasi dan pengendalian serta membantu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di tingkat lapangan.

3. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan program

melalui kerjasama antar instansi non

pemerintah seperti Perusahaan Pengelola/ Mitra, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Petani Kapas Indonesia (APEKINDO), Perguruan Tinggi dan unsur masyarakat lainnya.

4. Menyusun Pedoman Teknis Pelaksanaan

Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013.

5. Menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

B. Tim Pelaksana Provinsi

Tim Pelaksana Provinsi dikoordinasikan oleh

(26)

1. Melakukan koordinasi pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan.

2. Melakukan sosialisasi dengan Tim Teknis

kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan penanaman kapas tahun 2013 di kabupaten/ kota setempat.

3. Melakukan pengawalan, pemantauan,

monitoring, evaluasi serta membantu

mengupayakan penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan.

4. Membuat Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)

Pelaksanaan Penanaman Kapas Tahun 2013 yang ada di daerahnya dengan mengacu Pedoman Teknis Penanaman kapas Tahun 2013 yang dibuat Ditjen. Perkebunan. Juklak

tersebut disampaikan ke Dinas yang

membidangi perkebunan di kabupaten/kota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.

5. Bersama Tim Teknis di kabupaten/kota

membangun kemitraan yang produktif antara

petani dan perusahaan pengelola/mitra/

koperasi.

6. Menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan kinerja per kabupaten kepada Tim Pembina Pusat melalui Direktur Jenderal Perkebunan cq. Direktur Tanaman Semusim,

(27)

(kecamatan); ii) luas areal terdaftar/terukur; iii) jumlah petani peserta/kelompok tani; iv) penyaluran benih dan sarana produksi; v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/ produktivitas; viii) perkembangan jumlah tabungan pada rekening kelompok; dan ix) laporan keuangan Satker pengelola dana TP yang dibuat sesuai sistem/peraturan yang berlaku.

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota dikoordasikan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/ kota, bertugas :

1. Melakukan koordinasi teknis yang bersifat

lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat kabupaten/kota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan teknis lapangan.

2. Melakukan sosialisasi kepada petani/ kelompok

tani sasaran.

3. Melakukan pendaftaran, seleksi dan verifikasi

CP/CL, diharapkan CP/CL.

4. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)

Pelaksa-naan Penanaman Kapas Tahun 2013 yang ada di daerahnya dengan mengacu Juklak yang

dibuat oleh Dinas yang membidangi

(28)

tersebut disampaikan ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan tembusan kepada Ditjen. Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.

5. Bersama Tim Pelaksana Provinsi membangun

kemitraan yang produktif antara petani dan perusahaan pengelola/ mitra/ koperasi.

6. Melakukan bimbingan teknis, monitoring/

pengawalan/pemantauan, dan pengendalian ke lokasi kegiatan.

7. Membantu kelompok tani peserta penanamn

kapas dalam menyusun RUK/RDKK.

8. Menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan kinerja per Kecamatan kepada Tim Pelaksana Provinsi tembusan kepada Dirjen Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim, yang mencakup: i) lokasi (desa); ii) jumlah petani peserta/ kelompoktani; iii) luas areal terdaftar/ terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/ produktivitas; viii) perkembangan jumlah modal usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasalahan serta rencana tindak lanjut.

D. TKP dan PLP-TKP

1. Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas

(29)

pengembangan kapas, mulai dari sosialisasi program, pendataan CP/CL, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen kapas berbiji sampai dengan penimbangan dan

penjualan hasil. Mereka merupakan

penghubung antara petani dengan pihak dinas baik kabupaten, provinsi maupun perusahaan pengelola.

2. TKP dan PLP-TKP berdomisili di lokasi

pengembangan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping petani.

3. TKP menyusun dan menyampaikan laporan

perkembangan kegiatan lapangan per desa kepada Tim Teknis Kabupaten tembusan

kepada Tim Pelaksana Provinsi, yang

mencakup: i) lokasi (dusun/kelompok tani); ii) jumlah petani peserta/kelompok tani; iii) luas areal terdaftar/terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi / produktivitas; viii) perkem-bangan jumlah modal usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasa-lahan serta rencana tindak lanjut.

VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS

(30)

berkesinambungan dalam upaya mengakumulasi potensi yang dimiliki. Diharapkan potensi tersebut

menjadi suatu kekuatan dalam melakukan

kerjasama menuju peningkatan kesejahteraan.

A. Tujuan

Tujuan pemberdayaan petani adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan petani melalui

peningkatan kemampuan petani dalam hal teknis dan administratif. Selain itu juga membina

kebersamaan petani dan pengem-bangan

kelembagaannya agar terbangun usahatani yang mandiri dan berkelanjutan.

B. Sasaran

Terbentuknya kelompok tani mandiri yang

selanjutnya dapat tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan dapat membentuk koperasi yang berbadan hukum.

C. Pelaksanaan

1. Metode Pelaksanaan

Pemberdayaan petani kapas dilaksanakan secara swakelola melalui anggaran APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Pember-dayaan petani difasilitasi oleh Dinas Perkebunan tingkat Provinsi bekerjasama dengan dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten

wilayah pengembangan kapas dengan

(31)

Materi pemberdayaan petani meliputi pembekalan teknis budidaya tanaman kapas sampai dengan panen dan pasca panen serta

fasilitasi penumbuhan dan penguatan

kelompok tani melalui aspek manajerial dan hukum.

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan pemberdayaan petani mencakup:

a. Sosialisasi program kegiatan.

b. Inventarisasi kelompok tani peserta

penanaman kapas dan pembangunan kebun benih sebar kapas.

c. Penetapan calon peserta pelatihan

(pengurus kelompok atau anggota yang ditunjuk untuk mewakili).

d. Penyelenggaraan pemberdayaan petani

kapas.

e. Penyusunan laporan.

(32)

VII.MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Agar penggunaan anggaran APBN menjadi tertib sesuai dengan output kegiatan dan dapat dipertanggung jawabkan secara administrasi, keuangan maupun fisik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan

kegiatan, yaitu (1) sebelum mulai kegiatan (

ex-ante) untuk mengetahui persiapan pelaksanaan di

lapangan dan mengantisipasi potensi masalah yang

mungkin timbul, (2) saat dilakukan kegiatan (on

going) untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi, dan (3) setelah

dilakukan kegiatan (ex-post) untuk mengevaluasi

kegiatan berdasarkan pencapaian target yang ditetapkan.

Laporan dibuat secara berjenjang, mulai dari petugas TKP dan PLP-TKP, tingkat kabupaten/ kota, tingkat provinsi sampai dengan tingkat pusat di Jakarta.

VIII. PEMBIAYAAN

Kegiatan pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA

Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas

(33)

IX. PENUTUP

Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2013 ini dibuat sebagai acuan umum bagi setiap pihak terutama petugas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan penanaman kapas. Hal-hal yang belum terakomodir dalam Pedoman Teknis ini, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat diakomodir dalam Juklak dan Juknis. Dalam penyusunan Juklak/Juknis tersebut

harus memperhatikan DIPA dan Petunjuk

(34)

Lampiran 1.

Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2013

No. Provinsi Kabupaten Volume

(Ha)

1 Sulawesi Selatan Bulukumba 1.000

Bone 940

Bantaeng 450

Soppeng 440

Wajo 300

(35)

Lampiran 2. Kegiatan Pembangunan Kebun Benih sebar Kapas Tahun 2013

No Provinsi Kabupaten Volume (Ha)

(36)

Lampiran 3.

Kegiatan Operasional TKP dan PL-TKP Kapas Tahun 2013

NO PROVINSI VOLUME

1 JATENG 16 Orang

2 DIY 6 Orang

3 JATIM 6 Orang

4 BALI 16 Orang

5 NTB 21 Orang

6 NTT 14 Orang

7 SULSEL 33 Orang

(37)

Lampiran 4.

Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas Tahun 2013

No. PROVINSI VOLUME

1 JATENG 3 Paket

2 DIY 1 Paket

3 JATIM 1 Paket

4 BALI 2 Paket

5 NTB 5 Paket

6 NTT 4 Paket

7 SULSEL 5 Paket

(38)

Lampiran 5.

REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/ RENCANA USAHA BERSAMA

Kepada Yth :

Kuasa Pengguna Anggara …...

Provi si/Kab/Kota ………

Sesuai de ga Surat Keputusa *)……… o or...ta ggal...te ta g pe etapa

kelompok tani sasaran kegiatan... sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut :

No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)

1 2 3

1. Dst.

Jumlah

Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor...tanggal....,

Menyetujui,

Ketua Kelompok, Ketua Tim Teknis,

... ...

(39)

Gambar

Tabel 1.  Standar Mutu Benih Kapas

Referensi

Dokumen terkait

Pada praktikum yang telah dilakukan yang bertujuan dapat memahami dan mengoperasikan alat rotary drum filter dari mulai prosedur start up, operasi normal sampai

Saat ini lembaga sekolah sedang mengalami krisis civic education. Dalam hal ini, pendidikan sejarah merupakan salah satu alternatif yang perlu

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

 Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al- Hadits,

Bila dilihat dari beberapa bentuk kelompok sosial, PMIPTI dapat di kategorikan dalam beberapa bentuk kelompok sosial tersebut. Antara lain, kelompok primer yakni

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan mencuci tangan (posttest) sebagian besar atau 63,2% responden diketahui memiliki perilaku mencuci tangan yang cukup dan

Proses penginputan data aset yang tidak lengkap tersebut yang membuat keakuratan dan kelengkapan dalam kualitas informasi SIMDA BMD belum dapat dipenuhi sehingga belum

Fakta yang ada yaitu pelayanan angkutan intermoda yang sudah tersedia di bandara Adisutjipto belum dimanfaatkan secara efektif oleh penumpang angkutan udara.Sebagian besar