• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks dengan dinamika yang tidak terpisahkan antara interaksi fisik, psikis dan lingkungan. Manusia selama hidupnya secara psikologis memiliki berbagai permasalahan yang menuntut penyelesaian agar tidak menjadi beban pada diri individu.

Manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Seperti dikutip dari Roherni yang mengatakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai Berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1)

Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa seringkali dirasakan sulit untuk diatasi dengan baik. Semakin banyak mahasiswa yang mengalami masalah dan tidak dapat memecahkan atau menyelesaikannya maka akan sulit bagi mahasiswa

(2)

untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk menghadapi masa dewasa yang baik. Selain itu akan sulit pula bagi mahasiswa menjadi sumber daya manusia yang potensial. Gordon dan kawan-kawan menyatakan bahwa dalam mengatasi masalah yang begitu kompleks, ada individu yang dapat mengatasi masalahnya dengan baik namun tidak jarang ada sebagian individu yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan. Individu yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi akademik menurun, hubungan dengan teman menjadi kurang harmonis serta berbagai masalah dan konflik yang terjadi. Permasalahan tersebut menuntut suatu pemecahan agar tidak mengganggu perkembangan selanjutnya. Chauhan menyatakan bahwa masalah dapat timbul saat muncul hambatan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Hambatan tersebut dapat berupa masalah-masalah yang berhubungan dengan fisik, ekonomi,sosial maupun psikologis (Roheani, 2010: 2).

Coleman& Hammen (Pratono,2010:4) mengungkapkan faktor-faktor personal remaja yang mempengaruhi penyelesaian masalah adalah sikap terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi, kemandirian, dan kepercayaan diri. adanya kemandirian dan kepercayaan diri menjadikan remaja tidak tergantung pada oranglain dan yang terpenting ia percaya pada kemampuan dirinya. Lugo dan Hershey menambahkan bahwa untuk mengatasi permasalahan diperlukan adanya kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini meliputi sikap yakin akan kemampuan, rasa aman dan tahu apa yang dibutuhkan, optimis, rancana masa depan, bertanggung jawab dan mandiri.

(3)

Rakhmat (2001) menyatakan bahwa di dalam kemampuan menyelesaikan masalah terdapat beberapa aspek, yaitu : (a) Motivasi yang tinggi. (b) kepercayaan diri dan sikap yang tepat (c) Fleksibilitas (d) Kestabilan.

Belajar di negara asing berarti sama saja kita belajar untuk beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang baru, disinilah kesulitan bagi para mahasiswa yang merantau dari negara yang bahasa nasionalnya berbeda jauh. Terkait dari permasalahan tersebut adalah timbulnya rasa inferiority jika sedang berada dalam kelompok interaksi berbahasa Indonesia khususnya di lingkungan sosial tempat tinggal (komplek).

Keberadaan mahasiswa Patani yang menuntut ilmu di Bandung juga mencerminkan adanya suatu keinginan di kalangan mahasiswa Patani untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka, berdasarkan pendataan dari pengurus organisasi mahasiswa Patani dari tahun 2004 sampai dengan sekarang, mempunyai jumlah mahasiswa 235 orang. Sekarang mengalami penurunan, disamping telah banyak para mahasiswa Patani yang selesai dalam studinya dan kemudian pulang ke daerah masing-masing, juga dikarenakan faktor intervensi dari pemerintah Thailand yang beranggapan bahwa mahasiswa Patani yang melakukan studi ke Indonesia dianggap sebagai embrio awal teroris yang kerap melancarkan serangan teror ke negara tersebut. (Hasil Wawancara Dengan Sarhan Cheleh Ketua PMIPTI, Tanggal 10 november 2016)

PMIPTI (Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) Di Indonesia), merupakan wujud solidaritas mahasiswa Patani yang sedang menuntut

(4)

ilmu di Indonesia. Organisasi PMIPTI ini sangat besar manfaatnya, selain berperan sebagai wadah pemersatu seluruh mahasiswa Patani yang berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda. Organisasi PMIPTI ini juga berperan penting dalam memberikan informasi ke daerah Patani khususnya, mengenai kota Bandung dan perguruan tinggi kota ini, baik negeri maupun swasta.

Mahasiswa Patani di Bandung yang berinteraksi dengan masyarakat setempat tersebut menemukan situasi yang berbeda dengan kehidupan di tempat asalnya. Dalam situasi baru yang berbeda mereka perlu menyesuaikan diri untuk mengurangi gesekan nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat yang telah lama tinggal di daerah itu, yaitu dengan cara memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut masyarakat setempat. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam pergaulan diantara mereka. Apa yang dianggap baik belum tentu dapat diterima dan dianggap baik dan sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya dalam hal berbicara atau berperilaku. Pada dasarnya mereka masing-masing memiliki pandangan yang berbeda terhadap nilai-nilai budaya yang dianggap baik atau sopan. Perbedaan ini berpengaruh pula terhadap sikap, kebiasaan, tingkah laku, dan cara interaksi masing-masing individu dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan ini banyak ditentukan oleh lingkungan sosial di mana mereka berada.

Keberadaan mahasiswa Patani sebagai pendatang di tengah-tengah kehidupan masyarakat desa sudah tentu akan membangun sebuah proses sosial. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antara orang dengan

(5)

orang, antara kelompok dengan kelompok maupun antara orang dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial akan dimulai pada saat itu. Walaupun orang-orang yang bertemu tersebut tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi.

Bandung telah mendapat sebutan sebagai “kota pelajar”. Kota ini tidak lepas dari masalah yang berkaitan dengan pelajar dan mahasiswa. Sebagai kota yang memiliki banyak perguruan tinggi, maka Bandung harus menyediakan juga tempat tinggal bagi mahasiswa, terutama bagi yang berasal dari luar Bandung.

Kebutuhan tempat tinggal seperti kos dan asrama menjadi kebutuhan utama bagi pendatang. Keterbatasan secara pribadi, misalnya kendaraan dan keterbatasan sarana transportasi, membuat mahasiswa Patani maupun mahasiswa yang lainnya sangat memerlukan tempat kos atau asrama yang dianggap mampu memberikan akses yang paling memuaskan, baik transportasi ke kampus maupun ke tempat publik lainnya.

Selanjutnya manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Stevent (2002) mengemukakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan

(6)

pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1).

Seperti hal nya mahasiswa Patani dengan lingkungan setempat tidak selalu dapat berjalan dengan baik. Dalam proses pembaurannya kadangkala terjadi ketegangan-ketegangan. Misalnya adanya suatu upaya penonjolan etnis masing-masing. Dalam sebuah kelompok etnis terdapat sebuah konsep yang jelas tentang siapa ”kita” dan “mereka” yang membedakan dan memberikan petunjuk tentang siapa anggota-anggota kelompok dan siapa orang-orang di luar kelompok. Yang jelas adalah adanya perasaan-perasaan dan sifat etnosentrik, yaitu sikap menganggap bahwa budaya dari kelompoknya sendiri, sebagai yang terbaik sedangkan budaya dari kelompok lainnya merupakan yang buruk serta pinggiran.

Ada kalanya mahasiswa Patani yang bertempat tinggal di Komplek Permai yang berinteraksi kurang baik dengan masyarakat sekitar. Terdapat beberapa kejadian seperti ketegangan keduanya yang mengakibatkan konflik. Akan tetapi, tidak semua interaksi berujung pada konflik, melainkan adanya hubungan kekekerabatan yang baik antar keduanya. Dalam kasus ini penulis mengangkat penilitian skripsi yang berjudul: INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ASING DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT (Penelitian Pada Mahasiswa Patani dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat ditemukan identifikasi masalah, yaitu sebagai berikut:

(7)

1. Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan Mahasiswa Islam Patani di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

2. Kurangnya interaksi sosial antara anggota Persatuan Mahasiswa Islam Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang menghambat terjadinya interaksi social Pada

Mahasiswa Patani di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses interaksi sosial berlangsung antara mahasiswa Patani dengan masyarakat Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung?

2. Bagaimana pola interaksi sosial mahasiswa Patani dengan masyarakat Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui proses interaksi sosial mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

(8)

2. Untuk mengetahui pola interaksi sosial yang dilakukan oleh mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaa Teoritis

Memperkaya Khasanah ilmu sosial lainnya dan menjadi referensi untuk penelitian bidang yang sama.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi mahasiswa Patani

Penelitian ini dapat memberi gambaran bagaimana sesungguhnya interaksi sosial yang terjadi antara mahasiswa patani dengan masyarakat jalan permai desa cipadung kecamatan cibiru kota bandung tersebut, dan juga sebagai acuan untuk mempererat tali persaudaraan yang sudah terjalin sebelumnya.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk terjun ke dalam lingkungan masyarakat serta penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

1.6. Kerangka Pemikiran

Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik merujuk kepada sifat khas dari interaksi antara manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakan dan bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindaan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara

(9)

langsung terhadap tindakan orang lain tetapi didasarkan atas 'makna' yang dioberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu ditandai dengan penggunaan symbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Proses interpretasi di atas menjadi penengah antar stimulus dan respon yang menempati posisi kunci dalam teori interakisonisme simbolik(George Ritzer,2007:61).

Dalam pandangan interakisonisme simbolik ini, proses kehidupan masyarakat secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: individu atau unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang-orang tertentu, saling menyesuaikan atau saling mencocokkan tindakan satu sama lain melalui proses interpretasi. Sedangkan apabila aktor tindakan di atas merupakan tindakan kolektif dari individu yang bergabung ke dalam kelompok itu.

Makna-makna tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam kaitanya dengan 'sesuatu'. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan akan melahirkan batasan bagi orang lain, namun dalam perkembangannya Blumer mengemukakan bahwa actor memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mengkonformir makna dalam hubungannya dengan situasi, di mana dia ditempatkan dan diarahkan tindaknnya seperti yang dikatakan Blumer bahwa sebenarnya interpretasi seharusnya tidak dianggap sebagai proses pembentukan di mana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumens bagi pengarahan dan pembentuk tindakan (Margaret Poloma, 1994:216).

Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat oleh manusia sendiri yang terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan

(10)

melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menfasirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan kemauan, tujuan, sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orag lain, gambaran tentang direi sendiri dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu (Margaret Poloma,1994:268).

Pemakaian pandangan Weber dengan didukung oleh teori interaksionisme simbolik pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melihat interaksi antara mahasiswa Patani dan pemuda asli menghasilkan asimilasi. Beranjak dari teori ini, maka tindakan mahasiswa Patani dan pemuda asli merupakan suatu proses interaksi yang di dalamnya tercakup simbol-simbol yang masing-masing pihak saling menginterpretasikan makna yang ditangkapnya. Artinya tindakan mereka merupakan hasil pemaknaan masing-masing terhadap realitas sosial.Dengan demikian, proses interaksi antara keduannya merupakan proses yang saling menstimulus, merespon tindakan dan hubungan serta sebagai hasil proses interpretasi yang dalam hal ini membawa pada perubahan sosial yang merupakan hasil asimilasi.

(11)

DIAGRAM 1.1

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Interaksi sosial

Bentuk

Masyarakat

Lokal

(Masysrakat Komplek Permai Cibiru)

Asing

(Mahasiswa Patani)

Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam lingkungan Sosial (Penelitian pada Mahasiswa Petani dalam Berinteraksi dengan warga sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung)

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

Pada hakikatnya manusia tidak hanya sebagai makhluk inidividu tetapi juga sebagai makhluk sosial. Untuk menjalani kehidupannya manusia pasti membutuhkan bantuan dari manusia lainnya, oleh karena itu manusia melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari kehidupan sosial, karena tanpa adanya interaksi maka tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut Gillin & Gillin (Sosiologi Suatu Pengantar 1954:489) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukantindakan, sehingga menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain,karena itu interaksi terjadi dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakanaspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakandinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya

(13)

masing-masing, yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkatmenjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang terjadi dalam hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan individu Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan, dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar juga di perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari lingkungan agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara keseluruhannya memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial yang lain. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukan-kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.

(14)

Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang dipero leh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto.2000:146).

Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu lainnya, status merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu. Gejala ini terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya atau pada hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda, antara tuan tanah dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin. Dalam hal ini status memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial.

(15)

Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciri-ciri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing anggotanya (Soekanto, 2001:128). Dalam proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

2.2 Pengertian Interaksi Sosial

Istilah sosial bisa disebut juga dengan istilah hidup bermasyarakat yang mempunyai tujuan, aturan atau norma untuk menjalankan hidupnya, untuk membuat aturan tersebut dilakukan dengan cara bermusyawarah atau saling berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sehinngga mempunyai tujuan hidup bersama. Interaksi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan bermasyarakat.

Gillin dan Gillin (dalam Philipus dan Nurul Aini, 2004:22) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Menurut Homans (Ali, 2004:87) mengatakan bahwa interaksi sebagai suatu kejadianketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu

(16)

lain diberi ganjaran atau hukuman dengan mengunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Peter M. Blau (Taufik Rahman, 2011:95) juga menyatakan bahwa Interaksi sosial adalah sesuatu yang menguntungkan pihak yang terlibat, walaupun keuntungan itu tidak semestinya sama rata bagi semua.

Pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Apabila seorang individu dengan individu lainnya bertemu dan terjadi suatu kontak sosial antara individu tersebut seperti, bertegur sapa, berjabatangan, saling berbicara dan berkelahi sekalipun. Maka proses interaksi tersebut dimulai pada saat itu. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk pola interaksi sosial. Sedangkan interaksi yang bernilai positif atau yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang kepada desa bermusyawarah di kantor desa dengan masyarakatnya yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam ruangan tersebut. Di dalam interaksi tersebut pada tarap pertama akan tampak bahwa kepada desa mencoba untuk menguasai ruangannya supaya proses interaksi beriangsung dengan seimbang. Dengan adanya interaksi pola pikir, pola sikap dan pola tingkah laku, secara mutlak yang mau benar dan mau menang sendiri tidak akan muncul dan berkembang bahkan tidak akan berlangsung untuk berkomunikasi seterusnya. Sebaliknya akan adanya toleran, saling menghargai,

(17)

saling menghormati, mempunyai rasa kebersamaan, maka akan berlangsung proses interaksi tersebut sehingga menghasilkan komunikasi yang baik dan tujuan yang diharapkan dengan bersifat positif. Sebagaimana Menurut Blau, interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang pada kehidupan manusia didasari oleh adanya harapan reaksi balasan dari pihak lain. Interaksi itu akan berhenti jika reaksi yang diharapkan tidak kunjung datang (Wahyu, 2007:39).

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu atau makhluk lainya. dalam kehidupan di Cipadung dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik dan benar agar terciptanya hubungan yang baik, tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan diantara dua atau lebih orang, atau tindakan yang saling memiliki timbal balik Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan. Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat diartika sebagai hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial.

Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum pembelajaranyang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerja sama yang dapat untukmenumbuhkan komunikasi yang harmonis antara individu dengan lingkungannya(Hernawan,2010:314).

(18)

Berdasarkan pendapat tersebut dapatdipahami bahwa interkasi sosial sangat penting diberikan sebagai pengetahuan kepada mahasiswa, karena berkenaan dengan keterampilan berkomunikasi dan kerja sama yang dapat menumbuhkan sikap mahasiswa setelah terjun kemasyarakat.

Kimball Young dan Raymond, W. Mack (2005:60) juga mengatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena bahwa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain bahwa interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain.

Bertemunya individu dengan individu lainya secara badaniah belaka atau tidak melakukan suatu kontak sosial secara aktif, itu tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia berkerjasama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Max Weber Menjelaskan bahwa tindakan interaksi sosial adalah tindakan seorang individuyang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam lingkungan sosial.Dalam bertindak atau berperilaku sosial,seorang individu hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lain yang ada dalam lingkungannya. Hal tersebut penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial (Hernawan,2010:14).

(19)

Bentuk interaksi sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih yang akan berdampak pada sifat seorang individu yang dapat mempengaruhi sebuah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Artinya dalam interaksi sosial terdapat hubungan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun kelompok, yang merupakan hubungan yang dilakukan oleh manusia untuk bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian makna interaksi,kemudian makna yang dimiliki oleh manusia itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya.

Interaksi sosial secara konkret,meupakan interaksi sosial yang dapat dipahami oleh semua manusia sejak lahir,karena pada dasarnya kehidupan manusia tidak terlepasdari lingkungan dimana dia berada. Di lingkungan tersebut manusia saling berkomunikasi dan berinterakasi, sehingga secara tidak sadar manusia telah melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut kemudian menjadi ciri khas sikap dan perilaku manusia dalam lingkungan.

Interaksi sosial dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari termasuk kita sendiri, yang kita ketahui, bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan dalam intelektual individu. Karena manusia itu sendiri senantiasa melakukan hubungan yang dapat mempengaruhi hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lain, dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa interaksi sosial merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam melakukan hubungan baik antara rekan-rekannya,antara mahasiswa dan dosen maupun

(20)

mahasiswa dengan orang tuanya, baik dalam menerima, maupun menolak dan menilai komunikasi yang diperoleh dalam bentuk proses interaksi. Interaksi sosial seseorang sesuai dengantingkat keberhasilan dalam menjalin sebuah hubungan yang dinyatakan dalam bentuk prialaku sosial yang baik,yang dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

2.3 Pola Interaksi Sosial

Didalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat tiga pola interaksi sosial. Pola-pola interaksi sosial itu adalah interaksi antarindividu, interaksi antara individu dan kelompok, serta interkasi antara kelompok dengan kelompok (antarkelompok)

1. Interaksi antara individu

Interaksi itu terjadi apabila individu memberi pengaruh, rangsangan dan stimulus. Sementara itu individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi, tanggapan ataupun sebuah respons. Jadi, walupun kedua individu yang bertemu itu tidak saling melakukan kegiatan, interaksi sosial di antara mereka tetap terjadi karena masing-masing pihak menyadari kehadiran pihak lain.

2. Interaksi antara individu dan kelompok.

Pada interaksi ini seorang individu dapat berperan sebagi inspirator dan motivator. Di sini seorang individu akan dihadapkan pada sekelompok orang dalam berbagai macam situasi, kondisi dan kepentingan. Contohnya, seorang pembicara dan peserta dalam sebuah seminar. Pembicara mengharapkan

(21)

pembicaraannya akan menarik dan peserta akan menyimak pembicaraan yang disampaikan pembicara.

3. Interaksi antara kelompok dan kelompok (antarkelompok)

Contohnya, seperti OSIS SMK N 4 Bandar Lampung yang melakukan studi banding ke OSIS SMA N 48 Jakarta. Kedua kelompok itu akan bertemu dan bertatap muka. Kegiatan tersebut dapat dijadikan contoh interaksi antara kelompok dengan kelompok.

Ada selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang tercakup dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif, mnusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain. Hal ini disebut dengan naluri gregariousness. Dengan demikian, faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan orang lain adalah sebagai berikut:

a. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

b. Dorongan untuk mempertahankan diri

c. Dorongan untuk meneruskan generasi atau turunan

d. Dorongan untuk hidup bersama yang di wujudkan dalam bentuk hasrat untuk menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjaadi satu dengan suasana alam sekitarnya (Narwoko, 2007:62).

(22)

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dan integratif dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial. Menurut Kinball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Menurut Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara perorangan, antara individu, dan antar kelompok manusia. Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:

Interaksi Sosial Antar Individu

Apabila dua individu bertemu, proses interaksipun dimulai pada saat mereka saling menegur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain-lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang bersangkutan.

Interaksi Sosial Antar Individu dan kelompok Ditunjukkan dalam contoh seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok-kelompok siswa ( Paul Johnson, 1982:32).

(23)

Sedangkan dipandang dari segi psikologi melihat bahwa ada bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologitentang pengertia sikap, dunia psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih yang dinamakan sikap,Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, lembaga, ide dan sebagainya.

Menurut Sarnoff mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu. D. Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

Sedangkan La Pierre memberikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Lebih lanjut soetarno memberikan definisi sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain (H. Ahmadi dkk,2005:155).

(24)

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situsi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya (Turner dan West, 2008:17).

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat (Soerjono Soekanto,2012:55).

teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi social, yaitu terjadinya kontak social dan komunikasi (J. dwiNarwoko&Bagong Suyanto,2007:10).

Pandanganlain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S. Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat

(25)

ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antara individu dan kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

2.4 Proses interaksi sosial

Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan system serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses social diartikan sebagai pengaruh timbalbalik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soerjono Soekanto,2012:54).

Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi

(26)

antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang disampaikan. (karp dan yoels) menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial (Lipwijayanto,2005:109).

2.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat faktok-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut (Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut:

a. Situasi sosial

b. Kekuasaan norma kelompok

c. Tujuan pribadi masing-masing individu

d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu e. Penafsiran situasi

(27)

a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lainnya yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.

b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.

c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berinteraksi dengan seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya

(28)

seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok sosialnya.

e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan.

2.6 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

(29)

Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama.

Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup- nya). Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menyingkirkan pihak lawan secara damai atau tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak pertama (yang melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian diantara kepentingan kepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi penghalang (Soekanto, 2001:76-107).

Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses (Young dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada

(30)

usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha-usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangankepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai macam bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingku ngan masyarakat, sehingga di dalam berinteraksi terdapat kerjasama, persaingan ataupun pertikaian. Dengan demikian aktivitas sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan individu yang lain.

2.7 Perilaku dan Adaptasi Sosial

Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk yang terdiri atas beraneka ragam masyarakat dan kebudayaan, yang secara keseluruhan mempunyai suatu kebudayaan nasional yaitu kebudayaan Indonesia. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bertingkah lakunya. Setiap kebudayaan terdiri atas unsur-unsur yang universal yaitu: sosial, sistem politik, sistemekonomi dan teknologi, agama dan komunikasi. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota-anggota masyarakat yang penyebarannya kepadaanggota-anggota masyarakat yang bersangkutan dan pewarisnya kepada generasi berikutnya, dilakukan dengan melalui suatu proses belajar dan dengan mengutamakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapakan maupun tidak. (Parsudi Suparlan, 1984:114)

(31)

Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain, dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-lapisan secara bertingkat ( hierarkis). Bentuk konkrit lapisan-lapisan masyarakat indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi, politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling kait-mengkait.

Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain, dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-lapisan secara bertingkat (hierarkis). Bentuk konkrit lapisan-lapisan masyarakat indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi, politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling kait-mengkait.

Proses penggabungan golongan dalam masyarakat atau dapat disebut asimilasidalam kenyataan sosiologis merupakan salah satu faktor dari pola-pola antar hubungan kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini berkaitan dengan multi etnik yang ada dalam masyarakat Indonesia termasuk dengan keberadaan Warga Negara Asing yang memerlukan pembauran sebelum

(32)

mereka berusaha mencapai tujuannya. Proses sosial pembauran dengan warga Negara Indonesia sebagaimana menjadi pokok penelitian ini, dalam interaksi sosial memerlukan konsep yang diwujudkan dalam tindakan yaitu asimilasi kebudayaan/perilaku (akulturasi), dalam pengertian lain adalah, proses pertemuan unsur-unsur dari pelbagai kebudayaan yang berbeda, kebudayaan Thailand dan kebudayaan Jawa secara temurun, yang diikuti dengan percampuran unsur-unsur tersebut. Perbedaan anatar unsur-unsur asing dengan yang asli masih tampak-dalam arti proses adalah, hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa diantara anggota-anggota dua masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau (bilingualisme) yaitu yang bertalian dengan perubahan dalam pola-pola kebudayaan guna menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas.

Tentang pembauran, W.J.S Poerwadarmita di dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1996) membedakan tiga macam pembauran:

1. Pembauran sebagai suatu percampuran dimana unsur-unsur yang asli melebur dan kehilangan identitasnya, misalnya: “Sesendok teh gula dibaurkan dengan air putih satu gelas”.

2. Pembauran dimana unsur-unsurnya nyaris kehilangan identitasnya tetapi masih mempunyai kaitannya secara samar-samar, misalnya, “ Kebudayaan Thailand dan kebudayaan Jawa yang telah berbaur”.

3. Pembauran dimana unsur-unsurnya tidak kehilangan identitasnya, melainkan mengalami suatu penggabungan yang erat, misalnya: “ Dalam perayaan yang demikian, biarlah mahsiswa Patani dan masyarakat

(33)

setempat diperbaurkan supaya dapat saling kenal-mengenal.” (Gema Duta Wacana, 1985:4).

Kebudayaan memang suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu banyak orang yang berkonsentrasi penuh untuk belajar tentang kebudayaan Indonesia khususnya, termasuk mahasiswa Patani . budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda.

Bidang pendidikan tentang kebudayaan yang berkaitan dengan aspek sosiologis, diantaranya bisa terjadi dari berinteraksinya dua kelompok masyarakat atau lebih. Dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda, antara lain bisa terdapat: konflik, integrasi sosial, budaya maupun adaptasi perilaku. Cara kita berinteraksi dan komunikasi sangat bergantung pada budaya kita yaitu bahasa, aturandan norma kita masing-masing.

Adaptasi perilaku sendiri merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan, pekerjaan atau pelajaran, yang ditunjukan untuk memuaskan motif tertentu dimana perilaku sendiri mengalami serangkaian kegiatan aktifitas-aktifitas yang mengarah ketujuan. Pada dasarnya merupakan perilaku yang termotivasi yang mengarah pada pencapaian tujuan. Sebaliknya, aktivitas tujuan merupakan keterlibatan dalam tujuan itu sendiri.

Ketika kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang lain, kita dihadapkan dengan bahasa-bahasa, aturan-aturan, dan nilai-nilai yang berbeda. Adanya interaksi sosial yang semakin intensif antar mahasiswa patani dengan masyarakat setempat sebagai akibat adanya tujuan kepentingan

(34)

yang sama yaitu kegiatan masyarakat di dalam dinamika kehidupan masyarakat, akan mempertemukan individu-individu yang tadinya hanya berdiam diri, akan bergaul dengan individu lain dalam kerjasama untuk mencapai tujuannya. Pertemuan , merupakan interaksi sosial yang wajar yang akhirnya akan melahirkan sesuatu yang baru, tetapi tidak luput dari hambatan-hambatan yang ada dalam proses interaksi tersebut.

Hambatan-hambatan atau masalah-masalah dalam rangka proses interaksi sosial antar Culture antara lain meliputi: etnosentrisme, stereotipe, prasangka dan diskriminasi. Sulit bagi kita untuk memahami komunikasi mereka bial kita sangat etnosentrik.

Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan individu yang melihat nilai dan norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu untuk yang mutlak serta mengutamakannya sebagai tolak ukuruntuk menilai dan memahami kebudayaan-kebudayaan lain. (Gema Duta Wacana, 1985:13).

Dalam fenomena kehidupan sosial antar pergaulan, etnosentrisme merupakan penghambat dalam komunikasi dan bisa menjadi penyebab utama kesalahpahaman.

Dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa ada interaksi sosial antar individu, antar kelompok, antar bangsa. Hubungan ini merupakan suatu dinamika tersendiri dan diwarnai oleh bermacam-macam sikap, pandangan maupun tingkah laku. Adapun materi dalam interaksi ini tergantung kepada motivasi dan tujuan interaksi sosial tersebut.sebelum mengalami interaksi,

(35)

maka individu yang memasuki arena sosial yang baru memerlukan adaptasi dan kontaks lingkungan.

Adaptasi perilaku mahasiswa Patani, merupakan aktivitas yang mengarah pada tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk menuju terciptanya harmoni kelompok, sedangkan aktivitas-aktivitas untuk adaptasi merupakan aktivitas tujuanya. Selain interaksi sosial, ada hubungan timbal balik dimana terlihat bentuk-bentuk dari komunikasi antar kedua obyek yang terjadi dengan sendirinya. Bentuk komunikasi ini dapat bersifat penuh dengan kehangatan, kebencian, agresifitas yang semuanya ini merupakan dimensi dari interaksi sosial dan komunikasi sosial. Komunikasi ( communication) berasal dari perkataan latin communis yang berarti saling (common). Jika kita melakukan komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan ( communnes) dengan orang lain. Ini berarti kita sedang berusaha memberikan informasi, gagasan atau sikap. (Uchjana Effendi, 1986:28).

Tanpa komunikasi, masyarakat manusiatidak akan berjalan. Komunikasi selalu merupakan rantai penghubung antara pribadi-pribadi dalam kelompok yang biasa kita sebut sebagai “ masyarakat” organisasi sosial atau jaringan hubungan antar manusia yang kompleks atau rumit dihubungkan oleh jembatan bersama-sama dengan komunikasi. Dengan mengetahui prinsip-prinsip komunikasi, khususnya yang menyangkut antar budaya dan kemudian mempraktekannya dengan baik, maka diharapkan kesalahpahaman-keslahpahaman tentang persepsi perbedaan antar budaya dapat dikurangi

(36)

dengan memahami juga sedikitnya mengetahui, bahasa (yang merupakan salah satu cara berekspresi) dari perilaku budaya orang lain.

Interaksi antar dua kelompok individu dengan kebudayaan berbeda, memerlukan strategi komunikasi yang efektif. Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi. Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang Amerika belajar berkomunkasi seperti orang-orang korea, orang-orang Mesir, orang-orang Amerika, atau orang-orang Thailand lainnya. Perilaku mereka dapat mengandung makna, sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui, dan perilaku itu terikat oleh budaya. Orang-orang memandang dunia mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budaya mereka. (Deddy Mulyana,1990:26).

Dalam pergaulan sosial terutamalintas budaya, kadang-kadang nilai yang dianggap positif dalam suatu budaya dipandang negatif atau netral dalam budaya lain. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan personal dalam berhubungan dan berinteraksi antar individu sehingga paling tidak bisa menepis perbedaan nilai-nilai (yang berhubungan dengan pandangan) tersebut untuk dapat berkomunikasi sejajar. Jadi komunikasi benar-benar merupakan jalur utama masyarakat manusia.

(37)

2.8 Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan perkembangan belajar siswa. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 162-130).

Pendapat Sertain yang dikutip oleh Suryadi (2002:131-133) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “masyarakat (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan masyarakat (to provide environment) bagi gen yang lain. Masyarakat yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benat mempengaruhi kita”.

Dalam kutipan yang sama, Sertain juga membagi masyarakat menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Masyarakat lingkungan alam, adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya.

b. Lingkungan masyarakat, adalah semua orang atau manusia yang mempengaruhi kita. (Suryadi, 2002:133)

(38)

Salah satu teori belajar Kurt Lewin memandang masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis yang mencakup masyarakat, misalnya orang-orang yang dijumpai, objek material yang dihadapi, serta fungsi jiwa yang ia miliki (Sunarto dan Hartono, 2002:122).

Menurut Woodworth yang dikutip oleh Suryadi (2002), cara-cara individu berhubungan dengan masyarakatnya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: individu bertentangan dengan masyarakatnya, individu menggunakan masyarakatnya, individu berpartisipasi dengan masyarakatnya, dan individu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Menurut Hadari Nawawi (2003:63-64) dan Moh. Nazir (1988:68) ciri metode deskriptif adalah seperti memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian di lakukan atau masalah yang bersifat aktual, serta di iringi dengan interpretasi rasional yang tepat. Caranya dengan mengumpulkan, dan menganalisa data-data yang ada kaitannya dengan obyek kajian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi mengenai persoalan yang sedang berlangsung. Secara bahasa bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang di maksudkan untuk membuat deskripsi (penggambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang tengah berlangsung. Sumadi Suryabrata (1998:18-19), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara penggambaran semata-mata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Begitupun dalam penelitian ini, akan menggambarkan dan menjelaskan Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam Lingkungan Masyarakat,Pendekatan

(40)

yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Maksudnya adalah data yang terkumpulkan bersifat kualitatif, yaitu berupa kata,kalimat, dan gambar, sehingga pendekatan ini bukan kuantitatif yang menggunakan alat-alat pengukur data statistik. Maksud penelitatif menurut Meleong yaitu:

“penelitian adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Lexy J.Moleong , 1989 ; 6)

Adapun teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik kualitatif. Teknik ini seringkali di anggap sebagai paradigma alamiah (Moleong, 1996:16). Menurut Kirk dan Miller sebagaimana di kutip oleh Lexy J.Moleong (1996:3), di jelaskan bahwa penlitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa peristilahannya. Di perkuat oleh S.Nasution (1992:5), menjelaskan bahwa pada hakikatnya pendekatan kualitatif adalah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi dengan me reka dunia sekitarnya.

Memilih metode Kualitatif dalam penelitian ini pertama masalah dalam penelitian belum jelas atau belum ada data tentang masalah yang akan diteliti.

(41)

Oleh karena itu peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan eksplorasi objek penelitian.kedua untuk memahami makna fenomena. Metode kualitatif melakukan pengamatan mendalam terhadap sebuah fenomena sehingga hal benar secara kualitatif akan dilakukan pengamatan untuk mengetahui kebenarannya.Keiga memahami interaksi sosial. Interaksi sosial terkait dengan pola hubungan dalam lingkup sosial, sehingga untuk mengetahui pola yang ada maka peneliti harus terjun langsung ke dalam lingkup sosial yang akan telitinya.Keempat memahami perasaan seseorang. Melalui wawacara secara mendalam dan observasi serta turut merasakan apa yang dirasakan oleh objek maka peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan tentang perasaan yang dialami oleh seseorang.kelima mengembangkan teori. Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk mengembangkan sebuah teori yang telah ditemukan sebelumnya.Keenanm memastikan kebenaran data. Metode kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi atau gabungan dengan pengujian data sampai data itu jenuh maka akan lebih memberikan kepastian terhadap kredibilitas datanya.Ketujuh meneliti sejarah perkembangan. Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti sejarah perkembangan dengan menggunakan pengumpulan data dokumentasi dan wawancara secara mendalam terhadap tokoh yang diangap tahu tentang kondisi perkembangan objek yang akan diteliti.

(42)

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat di peroleh (Arikunto, 2002:129). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang di peroleh langsung dari sumbernya, di amati dan di catat untuk pertama kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau di pergunakan orang yang tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari Biro Statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya (Marzuki, 1986:56-57).

Data penelitian kualitatif ini penulis mengklasifikasikan dan berdasarkan sumbernya ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Sumber data primer adalah sumber pokok dan utama atau tangan pertama. Sumber primer penelitian ini di ambil dari wawancara dengan pihak-pihak yang terkait di antaranya Masyarakat Cipadung dan Mahasiswa Patani.

2. Sumber data sekunder adalah sumber tambahan atau suplemen atau juga tangan kedua. Data pelengkap yang sumbernya dari buku-buku, majalah, informasi dasar organisasi dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan permasalahan yang akan di teliti.

(43)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang bersifat data primer seperti mahasiswa Patani di masyarakat Komplek Permai, aparatur kecamatan empat provensi di Cipadung Permai, adalah melalui observasi dan wawancara mendalam (Sugiyono,2009: 239).

Sedangkan untuk data yang bersifat data sekunder seperti teori, pandangan-pandangan, hasil penelitian, buku dan arsip lainnya di gunakan studi dokumentasi dan kepustakaan.

1. Observasi

Observasi atau disebut juga pengamatan secara luas artiannya adalah kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap lapangan penelitian, tetapi observasi atau pengamatan disini diartikan dengan artian lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan sehingga pengamatan ini tidak perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2008:69).

Berdasarkan keterlibatan pengamat terhadap kegiatan kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menajdi dua bagian yaitu: (1) Participant Observation: dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati. (2) Nonparticipant Obsevation: dalam observasi takpartisipan, pengamat berada diluar subjek yang diamati dan tidak ikut serta didalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan (Soehartono, 2008:69-70).

(44)

Adapaun dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan obsevasi terlibat (participant Obsevation), artinya peneliti juga ikut menjadi bagian dari objek yang diteliti dan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sehingga data yang diperoleh adalah data yang masih aktual, dalam artian data yang dikumpulkan dan diperoleh dari subjek pada saat terjadinya tingkah laku, dan keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung, karena peneliti terlibat langsung kedalam kegiatan-kegiatan yang lakukan oleh subjek penelitian, sehingga peneliti seolah-olah merupakan bagian dari mereka.

2. Wawancara mendalam (depth interview)

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian kualitatif dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanyadengan responden dengan menggunakan alat yang di namakan interview guide (Moh. Nazir.1988:212).Wawancara secara mendalam (depth interview) untuk mengetahui Interaksi Sosial Mahasiswa Asing Lingkungan dalam Masyarakat.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan menyiapkan beberapa pertanyaan sebelumnya.Wawancara di lakukan untuk mengetahui keterangan, informasi, pandangan, pendapat dan kenyataan-kenyataan yang di lihat dan di ketahui oleh responden dan informan. Wawancara di tujukan kepada warga masyarakat di Patani. Wawancara juga di lakukan di sela-sela pengamatan terlibat.

(45)

Dalam hal ini peneliti terjun secara langsung dengan subjek penelitian. Peneliti mewawancarai secara langsung tentang masalah penelitian, sehingga peneliti mendapatkan data yang menguatkan saat mengadakan pengamatan terlibat. Selain itu wawancara juga di tujukan pada informan pendukung lainnya yaitu, di Masyarakat Cipadung Permai.

Penulis memilih informan tersebut karena informan sangat mengetahui tentang permasalahan terkait dengan upacara adat perkawinan dalam masyarakat Cipadung Permai. Sehingga dapat memberikan informasi dengan benar dan data yang valid karena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan yang bertujuan untuk menambah dan menguatkan data yang di peroleh penulis melalui wawancara secara terbuka dan mendalam untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian.

3.4 Analisis Data

Setelah data terkumpul, tahapan berikutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh Lexy J.Moleong (1996:103). Pendapat yang lengkap sebagaimana di jelaskan oleh Sugiyono (2009:244) mengatakan:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

(46)

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Sedangkan tujuan penelitian dalam analisis adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi satu data yang teratur serta tersusun dan lebih berarti (Marzuki, 1986: 87).Teknik yang di gunakan adalah analisis data kualitatif dari Milcs dan Hubermen, dalam Sugiyono (2009;246) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila di perlukan. Setelah data di reduksi, selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.Dan yang paling sering di gunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2009: 249).

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan simpulan adalah peninjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat di tinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus

(47)

di uji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu merupakan validitasnya. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan peninjauan ulang dari catatan yang di peroleh peneliti di lapangan untuk di tarik suatu kesimpulan untuk selanjutnya di laporan penelitiannya.

3.5 Tempat Penelitian dan Jadwal

Penelitian ini di lakukan di masyrakat di Masyarkat Cipadung Permai. Penentuan Lokasi ini di pilih di karenakan beberapa alasan : Pertama, adanya masalah yang layak untuk di teliti; kedua, tempat tinggal peneliti sehingga informasi mudah di jangkau dan tidak memerlukan waktu yang lama; ketiga, adat perkawinan dalam masyrakat di Patani Thailand Selatan menjadi tempat yang strategis untuk di jadikan sebagai lokasi penelitian dalam kegiatan pembuatan proposal ini sebagaimana dalam tabel 3.1

(48)

3.6 JADWAL PENELITIAN Keterangan Bulan Ok t No v Ja n Me i Ju N Jul i Agu s Se p Ok t 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul Pembuatan Proposal Penelitian Bimbingan Proposal Penelitian Seminar Proposal Penelitian Pengumpulan dan Pengolahan Data Bimbingan dan penyusuaian skripsi Penyelesaian Skripsi Sidang Skripsi

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Kondisi Objektif Mahasiswa Patani yang berada di Komplek Permai

Latar belakang berdirinya Organisasi PMIPTI tidak lepas dari eksodus atau berpindahnya remaja-remaja dari wilayah Patani Thailand Selatan untuk menuntut ilmu khususnya Perguruan Tinggi di Indonesia. Kondisi ini tidak lepas dari adanya kondiri politis yang terjadi pada masyarakat Islam Malayu yang hidup di Wilayah Patani Thailand dimana notabene pemerintahan Thailand mayolitas dikuasai oleh pemeluk agama Budha.

Rasa kedaerahan yang juga dilatarbelakangi oleh perbedaan keyakinan menyebabkan motivasi mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMIPTI pada umumnya berusha untuk menampilkan ciri yang berbeda dengan masyarakat Thailand pada umumnya. Dalam usaha dalam menampilkan ciri-ciri yang berbeda

dengan masyarakat Thailand oleh mahasiswa Patani, namun mereka juga selalu ada interaksi dengan masyarakat di lingkungan mereka tinggal.

Proses interaksi sosial antar mahasiswa Patani dan masyarakat komplek itu sudah terjalin dari tahun 1972 sejak berawal nya berdirinya organisasi mahasiswa Pelajar dari Selatan Thailand atau sering disebut PMIPTI( Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thialand di Indonesia . Mahasiswa patani sangat mudah menyesuaikan diri dengan masyarakat komplek karena tidak jauh berbedanya budaya dan agama.

Gambar

Tabel : Jumlah anggota PMIPTI Bandung tahun 2010-1017

Referensi

Dokumen terkait

operator seluler , maka XL adalah merek pertama kali yang muncul dibenak saya. 3 Saya dapat langsung

Riset yang dikembangkan di Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa, Teknik Kimia ini, salah satunya adalah mengembangkan metode packed sieve tray column, dengan

Nilai R² menunjukkan perubahan persen pemanjangan 98,70% dipengaruhi oleh konsentrasi sorbitol dan nilai r yang diperoleh menunjukkan persen pemanjangan memiliki keeratan yang

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Pipit Noviani, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH PENGADOPSIAN IFRS TERHADAP RELEVANSI NILAI DAN

Metode lainnya yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan menghitung koliform adalah metode Milipore Membrane Filter (MF) yang dapat mendeteksi dan menghitung koliform dalam

Bagi Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif MANDIRI INVESTA

Dalam hal ini pelatih sangat berperan penting, maka dari itu peneliti berusaha untuk merubah pandangan beberapa pelatih bahwa komponen biomotor khususnya

Retensi memori pasca penyuluhan Keluarga Berencana yang diukur melalui selisih hasil kuesioner sesaat dan 7 hari setelah penyuluhan dengan media ceramah lebih