• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010084 12.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010084 12."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

4

II. TELAAH PUSTAKA

Brevipalpus phoenicis merupakan salah satu tungau yang paling sering menimbulkan banyak kerusakan pada areal perkebunan teh di Jawa tengah, Jawa barat dan Sumatera dibandingkan dengan tungau yang lain (Cranham, 1966). Tungau hama

Brevipalpus phoenicis menyerang tanaman sepanjang tahun dan akan meningkat pada musim kemarau. Akibat dari serangan hama ini dapat menimbulkan kerugian yang meliputi kerusakan areal perkebunan mencapai 50% dan terjadinya penurunan pertumbuhan pucuk daun teh hingga 30% (Sudoi et al, 1994).

Larva B. phoenicis mempunyai 6 kaki dan mempunyai warna yang lebih cerah daripada telor dengan panjang kaki dan panjang tubuh 0,17 mm. Nympha dibagi menjadi 2 stadia yaitu Protonympha dan deutronympha. Protonympha berukuran lebih besar daripada larva dan memiliki 8 kaki. Kulit luar transparan, hijau terang, oranye, hitam dan kuning yang dapat terlihat dalam tubuhnya. Sedangkan deutronympha memiliki bentuk yang sama seperti protonympha kecuali sepasang kaki tambahannya, penambahan 3 setae (rambut-rambut) dan menjadi agak besar (Haramoto, 1969). Stadium dewasa tungau B. phoenicis memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Tungau

B. phoenicis stadium dewasa memiliki ukuran tubuh 0,2-0,3 mm. ukuran pada tungau B. phoenicis jantan lebih ramping dibandingkan dengan tungau B. phoenicis betina dan tidak terdapat titik hitam pada bagian tubuhnya (Pratiknyo, 1998).

Sudarmono (1993) menyatakan bahwa siklus hidup dari tungau hama (Brevipalpus phoenicis) yaitu, telur, larva, nympha dan dewasa. Telur dari tungau hama ini mempunyai warna oranye kemerahan terang sehingga lebih mudah dilihat (Haramoto, 1969). Bentuk telur tungau hama ini yaitu bulat panjang serta melekat kuat pada permukaan daun dan berkelompok atau terpisah dan memiliki panjang tubuh 0,10 mm (Pratiknyo, 1998). Larva adalah stadia yang paling rawan karena stadium larva dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu pengendalian alamiah. Dengan demikian proporsi larva menunjukan rasio antara jumlah larva pada suatu stadium dengan jumlah total seluruh stadia. Proporsi larva yang tinggi berpengaruh pada kemampuan tungau predator dalam memangsa tungau hama, karena stadia larva dan telur merupakan stadia yang paling disukai oleh tungau predator dibandingkan dengan stadia yang lain. Nilai proporsi larva yang terletak diantara nilai rendah dan tinggi menunjukkan sabilitas jumlah anggota populasi. Stabilitas jumlah anggota populasi menunjukkan pengaruh

(2)

5

lingkungan yang sama terhadap seluruh individu penyususn populasi (Budianto dan Munadjat, 2012).

Pengendalian terhadap populasi tungau hama perlu dilakukan untuk menekan kehilangan hasil pada tanaman teh. Salah satu alternatif pengendalian yang perlu dikembangkan adalah dengan pemanfaatan musuh alami dengan menggunakan tungau predator (Croft 1994, Zhang dan Sanderson 1995, Grafton et al. 1997). Augmentasi adalah melepaskan musuh alami yang telah dikembangbiakkan dalam jumlah besar dengan tujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami di habitat pelepasan atau membanjiri (inundasi) populasi hama dengan musuh alami (Purnomo, 2010). Teknik augmentasi dibagi menjadi dua teknik yaitu augmentasi inundatif dan augmentasi inokulatif, namun pada penelitian kali ini digunakan teknik augmentasi inundatif. Augmentasi inundatif adalah pelepasan secara besar-besaran dan serentak untuk mengendalikan hama sepenuhnya atau sebagian besar oleh aktivitas musuh alami yang dilepaskan dan bukan oleh progeninya.

Tungau predator A. deleoni merupakan salah satu musuh alami dari familia Phytoseidae yang potensial untuk mengendalikan hama tungau dari familia Tenuipalpidae termasuk di dalamnya B. phoenicis (Oomen 1982). Tungau predator ini banyak dikembangkan pada perkebunan teh, berdasarkan potensi tersebut tungau predator ini perlu dikembangkan sebagai salah satu agen pengendali hayati hama B. phoenicis.

Tungau familia phytoseidae bersifat cosmopolitan dan menyebar dalam area yang sangat luas. Budianto (2001) menyatakan bahwa Phytoseius sp. dan Amblyseius

sp. merupakan tungau predator dengan jelajah yang sangat luas. Kemampuan menyebar yang tinggi ini menjelaskan kemampuan kedua jenis tungau predator mencari iklim mikro untuk bertahan hidup dan melestarikan keturunannya. Hasil penelitian menunjukkan seluruh tungau predator dijumpai pada 4 sampai 5 tangkai terbawah tanaman singkong yang mempunyai temperatur lebih stabil berkisar 24˚C sampai 26˚C di siang hari (pukul 12.00-13.00 WIB) dengan kelembaban udara mencapai 78%. Telur Phytoseidae sukses menetas pada kelembaban relatif sangat rendah di bawah 80 % dan temperatur ± 25˚C.

Klon adalah varietas teh yang ditanam di suatu perkebunan, setiap klon tanaman teh mempunyai perbedaan faktor pembatas yang menentukan intensitas serangan. Ketebalan daun pada klon TRI 2024, CIN 143, TRI 2025 dan Gambung berbeda-beda, semakin tebal lapisan kutikula maka ketahanan daun teh terhadap serangan tungau hama

(3)

6

akan semakin tinggi (de Weille, 1959 dalam Paridah 1996). Setiap klon pada perkebunan teh mempunyai ciri morfologi dan potensi hasil yang berbeda.

Jenis klon tanaman teh yang ditanam di PTPN Semugih yaitu klon TRI 2024, Gambung dan TRI 2025. Menurut Sahid et al., (2000) klon Gambung memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda, permukaan daun kasar bergelombang, posisi daun tegak, daun tebal, internodia sedang, dan memiliki trikoma yang banyak. Klon ini memiliki batang yang keras dan sangat tahan terhadap penyakit cacar ini sangat unggul dalam produktivitas. Klon TRI 2024 memiliki percabangan banyak dan merupakan jenis klon yang ditanam dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Klon ini tidak tahan terhadap penyakit cacar dan responsive terhadap pembusukan bunga. Klon TRI 2025 memiliki permukaan yang beralur halus, pangkal dan ujung daun meruncing, daging daun lebih tebal dari klon Gambung dan berwarna hijau tua (Anonim, 2010).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1 analisis yang dilakukan oleh MTsN Lawang yang menghasilkan kegiatan keagamaan sebagai upaya menjawab kebutuhan lembaga pendidikan dalam

Pengujian pada penelitian ini adalah pengujian sifat hidrofobik dan ESDD dengan bahan pengisi silicone rubber dan sekam padi dengan kadar dari 10% sampai 40% dari berat bahan

Komitmen terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Ibtidaiyah se-Kota Cimahi?.. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diuraikan dalam

Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8 benda besar yang berhasil “membersihkan lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus),

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, yaitu pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.Hasil

Sehingga, dengan demikian tidak perlu ada keraguan bahwa konsep dan proses pendidikan telah tercakup di dalam istilah ta'dib dan bahwa istilah yang tepat untuk menunjukkan

Untuk menghindari bencana yang menimpa desa tersebut, maka dengan kesepakatan masyarakat Desa Jumpai diadakanlah pementasan Tari Telek Anak-Anak dengan Barong Ket

[r]