• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN TENAGA KERJA DAN EKONOMI KREATI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KESIAPAN TENAGA KERJA DAN EKONOMI KREATI (1)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN TENAGA KERJA

DAN

EKONOMI KREATIF INDONESIA

DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

DISUSUN OLEH :

1. ASWIN GANTINA (P056154182.55E) 2. DIAN RINALDY (P056154212.55E) 3. DIENI FITRIANI (P056154222.55E) 4. LUTHFA JAMILAH (P056154302.55E) 5. MUHAMMAD ABDULLAH (P056154322.55E)

DOSEN PENGAMPU :

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Maarif, M.Eng, Dipl.Ing, DEA

(2)

Page 1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR GAMBAR ... 2

DAFTAR TABEL ... 3

1. PENDAHULUAN ... 4

1.1. Latar belakang ... 5

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan ... 9

2. TINJAUAN TEORITIS ... 10

2.1. Sejarah MEA ... 10

2.2. Cetak Biru MEA (AEC Blueprints) 2015 ... 11

2.3. Konsep Cetak Biru MEA dalam arus Tenaga Kerja Terampil ... 13

2.4. Dampak MEA 2015 terhadap Indonesia ... 15

2.5. Indonesia menuju MEA : Situasi Terkini ... 17

2.5.1. Jumlah Angkatan Kerja Terdidik ... 17

2.5.2. Jumlah Pengangguran ... 18

2.5.3. Jumlah Pengusaha di Indonesia ... 18

2.5.4. Jumlah Industri Kreatif ... 18

3. PEMBAHASAN... 22

3.1. Kesiapan Negara-negara ASEAN dalam Arus Tenaga Kerja Terampil MEA ... 22

3.2. Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA 2015 ... 25

3.3. Strategi Menghadapi Kompetisi MEA di Indonesia ... 26

3.3.1 Memenangkan Pasar Tenaga Kerja di Negara Sendiri ... 27

3.3.2 Memenangkan Pasar Ekonomi Kreatif di Negara ASEAN ... 31

4. KESIMPULAN ... 37

(3)

Page 2

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik Upah Tenaga Kerja Negara ASEAN ... 6

Gambar 2. Persentase Angkatan Kerja Lulusan SMA dan Perguruan Tinggi di Negara ASEAN-4 ... 7

Gambar 3. Negara Anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ... 11

Gambar 4. Pilar MEA 2015 ... 13

Gambar 5. Multi-metriks Level Kompetensi KKNI ... 28

Gambar 6. Ilustrasi 9 Jenjang Kualifikasi berdasarkan KKNI ... 29

Gambar 7. SKKNI dalam kaitannya dengan MRA ... 30

Gambar 8. Pilar Utama dalam Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi. ... 30

Gambar 9. Transformasi Orientasi Ekonomi. ... 31

Gambar 10. Model Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 32

Gambar 11. .Jumlah unit usaha di Indonesia ... 33

Gambar 12. Tenun sebagai Salah Satu Warisan Budaya Bangsa Indonesia ... 35

(4)

Page 3

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Produktivitas Sektor Perekonomian Beberapa Negara ... 7 Tabel 2. ASEAN Human Development Indicators ... 14 Tabel 3. Urutan Negara berdasarkan Kemudahan Melakukan Bisnis menurut World Bank ... 15 Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan (juta orang), 2013-2015 ... 17 Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2013-2015 ... 16 Tabel 6. Jenis – Jenis Industri Kreatif di Indonesia ... 20 Tabel 7. Perkembangan Nilai Ekspor Industri Kreatif Indonesia

(5)

Page 4

1. PENDAHULUAN

Pada era tahun 1990-an, lima negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand

da Filipi a se pat e ya da g predikat a a - a a Asia erkat egitu elesat ya laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut. Seiring perubahan jaman dan peta ekonomi-politik global, kesadaran memperkuat kerja sama ekonomi pun seperti tak bisa ditunda-tunda lagi. Terpaan badai krisis 1998 dan 2008 sudah cukup menjadi pelajaran berharga untuk memasang kuda-kuda sebagai langkah antisipasi.

Di tengah hiruk pikuk tarik ulur kepentingan politik-ekonomi antar kawasan terhadap keberadaan ASEAN, para pemimpin ASEAN pun mencoba melihat eksistensi diri dan keluar dengan sebuah sikap proaktif. Sikap proaktif itu direfleksikan dengan membangun komitmen bersama mewujudkan visi bersama, yakni membangun Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Tiga pilar menjadi penopang Masyarakat ASEAN ini, yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN, Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Masyarakat ASEAN membidik menjadi sebuah kawasan yang mampu berkontribusi dalam pertumbuhan dunia, dan dapat mengambil manfaat optimal dari pertumbuhan tersebut.

Salah satu pilar masyarakat ASEAN menyangkut arah dan tujuan kehidupan ekonomi dalam mencapai visi bersama yang dikenal sebagai ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kehadiran MEA merupakan buah dari kesepakatan para pemimpin ASEAN di Bali pada 2003 melalui Bali Concord II. Kesepakatan itu menggariskan MEA 2015 adalah tujuan akhir integrasi ekonomi kawasan dalam mendukung pencapaian Visi ASEAN (ASEAN Vision 2020). Visi ini menginginkan agar ASEAN menjadi sebuah kawasan yang stabil, makmur berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang berimbang serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.

(6)

Page 5

Terdapat 4 (empat) tujuan utama yang kait berkait dalam cetak biru MEA 2015, yaitu:

1. Pembentukan pasar tunggal dan basis produksi (single market and production base). Tujuan ini akan menyasar terjadinya aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil serta aliran modal yang lebih bebas antar negara di kawasan. Sebagai langkah awal disepakati 12 sektor prioritas yang mewakili lebih dari 50% perdagangan intra ASEAN, yaitu sektor pengolahan agro, industri berbasis karet dan kayu, angkutan udara otomotif, elektronik, e-ASEAN, perikanan, kesehatan, logistik, tekstil, serta pariwisata.

2. Peningkatan daya saing kawasan (competitive economic region).

Tujuan ini merupakan prakondisi yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian pasar tunggal dan basis produksi internasional yang berdaya saing. Pencapaian tujuan ini dilakukan melalui kerja sama di berbagai bidang yang meliputi perkembangan infrastruktur (transportasi, informasi, energi, pertambangan dan keuangan), kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, intellectual property rights, perpajakan, dan e-commerce.

3. Pembangunan ekonomi yang berimbang (region of equtable economic development).

Negara-negara ASEAN memiliki kemajuan pembangunan ekonomi yang berbeda, sehingga berdampak pada kesiapan dan kecepatan negara-negara untuk melakukan liberalisasi. Untuk menjaga kesinambungan integrasi ekonomi kawasan, maka ASEAN harus dapat menjamin manfaat integrasi yang dirasakan seluruh negara anggota dan seluruh lapisan masyarakat ASEAN. Kemajuan ekonomi kawasan yang merata ini akan menjadi prasyarat dan pendorong laju pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable).

4. Terintegrasi ke perekonomian global (regional fully integrated into the global economy).

Ketika pasar tunggal ASEAN terbentuk dengan mesin pendorong pertumbuhan yang berkesinambungan, maka di atas kertas keberadaan pasar ini semakin molek dan punya daya tarik kuat menggaet penanaman modal asing dan membangun industri ASEAN semakin kompetitif dalam global production supply chain.

1.1 Latar Belakang

Percepatan target MEA menjadi tahun 2015 dari rencana tahun 2020 dimaksudkan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di pasar global yang semakin berat, terutama dalam menghadapi ekspansi produk China dan India yang tidak terserap oleh negara maju (US dan EU) yang sedang mengalami krisis, dan akan semakin sulit untuk disaingi oleh negara-negara ASEAN secara individual. Dengan pembentukan pasar tunggal ASEAN diharapkan daya saing kolektif regional produk negara ASEAN menjadi lebih kompetitif. Selain mewujudkan integrasi pasar ASEAN, pembentukan MEA juga diharapkan akan mendorong terwujudnya kesatuan basis produksi ASEAN yang didukung oleh aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja, dan modal (investasi), atau yang selanjutnya disebut dengan pasar tunggal.

(7)

Page 6

diperdagangkan memiliki satu harga di seluruh negara. Pada praktiknya, hambatan yang harus dihapuskan tidak saja yang bersifat antarnegara, seperti tarif, kuota impor, dan pembatasan impor lainnya, seperti perizinan, tetapi juga ketentuan di dalam negeri yang memperlambat masuknya asing, seperti peraturan kepabeanan.

Pasar tunggal juga mensyaratkan terjadinya pergerakan bebas dari faktor produksi tenaga kerja. Tenaga kerja yang dapat bebas berpindah antar satu wilayah ke wilayah lain merupakan tenaga kerja terampil (skilled labor). Definisi tenaga kerja terampil sendiri adalah pekerja yang mempunyai keterampilan khusus, pengetahuan, atau kemampuan di bidangnya. Pekerja itu bisa berasal dari lulusan perguruan tinggi, akademi, atau sekolah teknik. Pekerja terampil juga dapat didefinisikan sebagai pekerja yang mempunyai keahlian tertentu yang diperoleh melalui pekerjaan sehari-hari (pengalaman yang diperoleh selama bekerja).

Gambar1. Grafik upah tenaga kerja negara ASEAN, sumber: ILO

Gambar1. Grafik upah tenaga kerja negara ASEAN, sumber: ILO

Praktik liberalisasi tenaga kerja terampil akan difasilitasi dengan penerbitan visa dan

employment pass oleh ASEAN. Tenaga kerja terampil ASEAN bebas masuk negara ASEAN lain memerlukan pengakuan saling kesetaraan profesi yang disebut Pengaturan Saling Pengakuan (Mutual Recognition Arrangement/MRA) atau Kerangka Kerja Perjanjian Saling Pengakuan (Mutual Recognition Agreement Framework/MRA Framework). Melalui pengakuan kesetaraan itu, seorang pekerja yang memiliki sertifikasi kompetensi di level tertentu akan diakui kemampuannya secara sama di semua negara ASEAN. Mereka tak perlu lagi mengikuti ujian tertentu di negara tujuan, cukup menunjukkan sertifikat kompetensi yang diperolehnya di negara asal. Setelah kesepakatan arus bebas tenaga kerja terampil ASEAN disepakati, sejumlah negara bersiap. Tahap awal pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, arus bebas tenaga kerja dibatasi menjadi lima sektor jasa, yaitu jasa pariwisata, pelayanan kesehatan, logistik, telematika, dan transportasi udara, serta tujuh sektor produk, yaitu elektronik, pertanian, perikanan, karet, kayu, otomotif, dan tekstil.

(8)

Page 7

murah. Namun demikian, upah tenaga kerja ASEAN secara umum bervariasi. Dengan rata-rata masih berada di bawah USD500 sebulan, Singapura memiliki upah yang tinggi yaitu USD637 – 2.642 selama sebulan.

Dari sisi produktivitas, dapat terlihat pada tabel 1 di bawah bahwa produktivitas ASEAN 5 masih berada jauh di bawah negara maju. Secara khusus, produktivitas tertinggi dimiliki oleh Singapura terutama pada sektor listrik, gas, dan air bersih. Sementara Indonesia memiliki produktivitas terendah terutama pada tenaga kerja di sektor pertanian.

Tabel 1. Produktivitas Sektor Perekonomian Beberapa Negara

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan

Air Bersih Konstruksi Jasa Total

Jepang 22.32 268.85 237.21 609.4 108.96 130.17 127.14 USA 111.08 304.22 192.98 407.04 96.18 119.6 125.5 Singapura 34.89 77.79 253.18 886.14 46 84.33 120.72 Korea 15.17 123.12 169.76 381.22 70.18 61.2 71.96 Taiwan 20.08 288.09 119.54 185.29 42.43 59.51 68.56 Malaysia 6.41 399.17 57.13 92.84 15.61 15.7 25.98 Thailand 0.97 100.36 30.87 59.61 8.3 11.95 9.12

Filipina 1.3 7.6 23.21 47.64 5.53 5.73 5.56

China 0.68 13.46 18.14 25.96 13.98 5.79 4.37

Indonesia 0.77 58.95 10.29 49.4 7.46 3.83 3.3

Sumber : ADB, 2012

Tenaga kerja terampil Indonesia – dengan menggunakan definisi tenaga kerja dengan lulusan minimal SMA/Perguruan Tinggi – memiliki jumlah yang paling minim. Pada tahun 2006, data JETRO menunjukkan bahwa Indonesia hanya memiliki 5,3% tenaga kerja dengan lulusan perguruan tinggi ke atas, jauh di bawah negara ASEAN 5 lainnya (dengan rata-rata 12,75% dari total keseluruhan tenaga kerja). Sementara itu, angkatan kerja dengan lulusan SMA hanya sebesar 25,5% yaitu pada level yang sama dengan Thailand.

(9)

Page 8

Beberapa potensi dampak negatif MEA terhadap pasar tenaga kerja Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Upah yang rendah di Indonesia disertai dengan produktivitasnya yang juga rendah, sehingga secara relatif tenaga kerja Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif. Tenaga kerja Indonesia akan bersaing langsung dengan Malaysia dan Filipina. Kedua negara ini memiliki upah yang rendah namun dengan produktivitas yang tinggi.

2. Jumlah tenaga kerja terampil (dilihat dari sisi pendidikan, status , dan jenis pekerjaan) yang minim, memberikan kemungkinan Indonesia hanya akan menjadi pasar masuknya tenaga kerja asing, terutama di sektor pertambangan yang menjanjikan upah yang besar.

3. Sektor lain yang memiliki shortage tenaga kerja profesional dengan pendidikan yang tinggi adalah sektor jasa dan keuangan. Sektor ini diindikasikan akan menjadi sasaran masuknya tenaga kerja asing (terutama tenaga kerja dari Singapura dan Malaysia).

4. Perpindahan tenaga kerja masih ke wilayah-wilayah yang menawarkan pendapatan yang lebih tinggi. Sementara itu, tujuan perpindahan tenaga kerja Indonesia masih ke wilayah Singapura, Malaysia dan Thailand.

5. Tenaga kerja yang memiliki peluang tinggi untuk berpindah ke negara ASEAN lain dengan adanya MEA adalah tenaga profesional yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dengan lulusan minimal perguruan tinggi. Pekerja dengan karakteristik tersebut sebagian besar berada di sektor jasa. Akan tetapi di era MEA sekalipun, tenaga kerja Indonesia yang pindah tetap unskilled labor. Hal itu karena produktivitas dari skilled labor utamanya tenaga profesional di sektor jasa masih berada di bawah ASEAN-4 lainnya.

6. Sementara itu, di dalam negeri terdapat potensi perpindahan tenaga kerja ke sektor pertanian dan perdagangan, terutama akibat persaingan yang ketat antar negara ASEAN dan serangan barang dari China/India (menjadi produsen bukan menjadi alternatif bagi TKI).

7. Perpindahan tenaga kerja ke sektor pertanian dan perdagangan menunjukkan degradasi kualitas tenaga kerja Indonesia. Hal ini bukan saja sebagai akibat rata-rata pendidikan tenaga kerja Indonesia yang rendah tetapi juga akibat persaingan yang ketat, serta biaya menjadi produsen terutama di sektor industri yang lebih mahal. Kedua sektor ini buka saja memiliki upah yang rendah tetapi produktivitas yang minim. Isu penurunan produktivitas atau GNP, menjadi isu yang perlu diwaspadai.

8. Perpindahan tenaga kerja bukan saja ke sektor dengan produktivitas dan tingkat kemampuan yang rendah, tetapi juga terdegradasi ke sektor non formal yang tidak mempunyai kepastian usaha, jumlah jam kerja lebih banyak, tetapi pendapatan lebih kecil.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah potensi dampak positif MEA bagi pasar tenaga kerja, yaitu:

(10)

Page 9

2. Dampak positif dari masuknya tenaga kerja terampil ke Indonesia juga akan dirasakan pada era MEA 2015. Pelatihan, transfer knowledge dan skill akan memberikan dampak positif terhadap produktivitas dalam negeri.

3. Terbukanya peluang bagi tenaga kerja terampil Indonesia untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja ASEAN dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di negara lain utamanya Singapura dan Malaysia.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dipaparkan bagaimana persiapan Indonesia menuju MEA 2015, khususnya kesiapan di sektor tenaga kerja terampil dan juga kesempatan/opportunity Indonesia untuk menguasai pasar sektor jasa dan atau sektor produk di negara ASEAN. Melalui studi literatur, makalah ini akan memaparkan mengenai persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam mempersiapkan tenaga kerja terampilnya melalui berbagai lembaga pendidikan formal maupun informal melalui analisa data dan paparan informasi lain dari sumber yang kredibel. Selain itu, akan disampaikan pula perubahan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia agar kompetitif menghadapi MEA khususnya di sektor tenaga kerja terampil.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui kesiapan Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, terutama kesiapan di pilar pertama, yang difokuskan pada tenaga kerja terampil.

2. Mengetahui posisi kesiapan tenaga kerja terampil Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

(11)

Page 10

2.

TINJAUAN TEORITIS

2.1.

Sejarah MEA

Dalam ASEAN Economics Community Blueprint (2008), disebutkan bahwa perjalanan terbentuknya ASEAN Economics Community (AEC) – dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) – dimulai pada ASEAN Leaders Summit pada Desember 1997 di Kualalumpur. Para pemimpin ASEAN kala itu mencetuskan Visi ASEAN 2020, yaitu untuk mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif dengan pengembangan ekonomi yang adil dan dengan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.

Selanjutnya pada ASEAN Leaders Summit (Konferensi Tingkat Tingi – KTT Pemimpin ASEAN) ke-9 di Bali pada Oktober 2003, mencanangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN -MEA (ASEAN Economics Community-AEC) sebagai tujuan integrasi ekonomi regional 2020, bersama-sama Komunitas Keamanan Politik ASEAN (ASEAN Political-Security Community) dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN

(ASEAN Socio-Cultural Community). Ketiga pilar ini diharapkan bekerja bersama untuk mewujudkan ASEAN Community di 2020. Deklarasi pernyataan ini disebut juga sebagai the De laratio of ASEAN Co ord II .

Lalu diikuti oleh Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk mempercepat realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan yang lebih awal, yaitu pada 2015, dari yang sebelumnya 2020.

Pada KTT ASEAN ke-12 Januari 2007 di Cebu, Filipina, kembali ditegaskan komitmen para pemimpin ASEAN untuk mempercepat pembentukan ASEAN Community pada tahun 2015 seperti yang tertuang pada ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Akhirnya disahkan dalam Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 De laratio o the

A eleratio of the Esta lish e t of a A“EAN Co u ity y 5 untuk mempercepat

pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Sebagai landasan legal dan konstitusional bagi negara anggota ASEAN maka disusunlah ASEAN Charter (Piagam ASEAN). Selanjutnya, Indonesia telah meratifikasi piagam tersebut dengan menerbitkan UU no. 38 tahun 2008 sebagai payung berbagai perjanjian kerjasama di tingkat ASEAN.

Akhirnya pada 21 November 2015, dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 21-22 November 2015, Para pemimpin negara dan pemerintahan anggota ASEAN mendeklarasikan ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN. Deklarasi Masyarakat ASEAN tersebut menjadi satu tonggak sejarah bagi ASEAN. Deklarasi ini juga menandai berakhirnya cetak-biru MEA 2015 dan terbitnya cetak-cetak-biru MEA 2025.

(12)

Page 11

GAMBAR 3: NEGARA ANGGOTA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015

2.2.

Cetak Biru MEA

(AEC Blueprint)

2015

Lebih jauh pada tahun 2007 tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun Blue Print A“EAN E o o i Co u ity AEC , dan Cetak Biru tersebut ditandatangani oleh seluruh pemimpin ASEAN pada 20 November 2007. Saat itu Indonesia diwakili oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Cetak Biru MEA tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu:

1. Menjadi arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan modal (Pasar tunggal dan basis produksi)

2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi

3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata melalui pengembangan UKM dan program-program inisiatif untuk integrasi ASEAN (Initiative for ASEAN Integration - IAI)

4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network)

Dalam strategi pertama; menuju Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional, Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

(13)

Page 12

1. Aliran bebas barang (free flow of goods) mencakup penghapusan tariff dan non-tariff barriers terhadap perdagangan internal ASEAN, dan penerapan fasilitas perdagangan termasuk ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN). Dalam konsep ini diidentifikasi 12 sektor prioritas untuk integrasi, yaitu: produk berbasis pertanian (agro-based products),

perikanan (fisheries), produk berbahan dasar karet (rubber-basedproducts), produk berbahan dasar kayu (wood-based products), Tekstil dan Pakaian (textiles and apparel),

Otomotif (automotive), Alat-alat Elektronik (electronics), e-ASEAN, Transportasi udara (air transport), Layanan Kesehatan (healthcare), Logistik (logistics), dan Pariwisata (tourism).

2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice), penghapusan pembatasan atas perdagangan jasa, dengan prioritas dimulai pada sector e-ASEAN, Transportasi udara (air transport), Layanan Kesehatan (healthcare), Logistik (logistics), dan Pariwisata (tourism). Tujuannya adalah untuk secara bertahap memungkinkan partisipasi asing (ASEAN) sebesar 70 persen untuk semua sektor jasa dan termasuk pengaturan untuk layanan profesional seperti arsitek, akuntansi, survei, medis, kedokteran gigi, dan lain- lain.

3. Aliran bebas investasi (free flof of investment), menawarkan perlindungan investasi ditingkatkan untuk semua investor ASEAN dan investasi mereka di negara-negara ASEAN lainnya.

4. Aliran bebas modal (free flow of capital) menawarkan harmonisasi yang lebih besar dalam standar pasar modal di ASEAN

5. Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), memfasilitasi penerbitan visa dan Ijin Kerja untuk para profesional ASEAN.

Strategi kedua; menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi, meliputi kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, Hak Kekayaan Intelektual, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, dan e-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

Strategi ketiga adalah; menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dengan menitikberatkan pada pengembangan UKM dan program-program inisiatif untuk Integrasi ASEAN (IAI), MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

(14)

Page 13

pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.

Gambar 4 dibawah memperlihatkan keempat pilar MEA tersebut.

GAMBAR 4. 4 PILAR MEA 2015

Sumber: Deloitte, The ABC of AEC To 5 a d eyo d , 5

Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut dijabarkan lebih lanjut melalui priority actions

yang pencapaiannya dievaluasi dan dimonitor dengan menggunakan score card. Disamping itu, diperlukan dukungan berupa kemauan politik, koordinasi dan mobilisasi sumber daya, pengaturan pelaksanaan, peningkatan kemampuan (capacity building) dan penguatan institusi, serta peningkatan konsultasi antara pemerintah dan sektor swasta. Pelaksanaan rencana kerja strategis tersebut juga akan didukung dengan program pengembangan sumber daya manusia dan kegiatan penelitian serta pengembangan di masing-masing negara.

2.3.

Konsep Cetak Biru MEA dalam

arus Tenaga Kerja Terampil

(15)

Page 14

berada pada urutan ke-6 setelah Singapura (urutan ke-26 dunia), Brunei Darussalam (33), Malaysia (61), Thailand (103), dan Filipina (112).

Tabel 2. ASEAN Human Development Indicators

disepakatinya Mutual Recognition Arrangements (MRA) terhadap Conformity Assessment untuk sector-sektor spesifik dalam ASEAN Framework, yaitu keteknikan (Engineering), Arsitektur, Survey, Kesehatan, Keperawatan, Akuntansi, dan Kedokteran Gigi. Artinya dalam hal ini ketujuh bidang tersebut sudah memiliki kesamaan dalam persyaratan kualifikasi dan keahlian, sehingga yang diperlukan selanjutnya dalam MEA adalah perjanjian dalam perpindahan tenaga kerja di antara penduduk Negara-negara ASEAN (ASEAN Agreement on Movement of Natural Persons -MNP), meski sampai saat ini belum benar-benar dijelaskan dan disepakati bersama.

AEC Blueprint (2008) pada section A5. Free flow of skilled labour menambahkan bahwa ASEAN sedang bekerja dalam harmonisasi dan standarisasi dengan cara:

1. Meningkatkan kerja sama antara jaringan Universitas di ASEAN (ASEAN University Network- AUN) anggota untuk meningkatkan mobilitas bagi mahasiswa dan staf di kawasan ASEAN; 2. Mengembangkan kompetensi inti dan kualifikasi untuk pekerjaan / kerja dan keterampilan

pelatih yang dibutuhkan dalam sektor jasa prioritas (pada tahun 2009); dan di sektor jasa lainnya (2010-2015)

(16)

Page 15

2.4.

Dampak MEA terhadap Indonesia

Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan di antara Negara-negara ASEAN akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Dari sisi Investasi, Negara-negara ASEAN bervariasi dalam hal penyelenggaraan iklim usaha yang ramah, seperti terlihat pada ranking Negara-negara ASEAN menurut World Bank dalam Urutan Negara berdasarkan Kemudahan untuk Melakukan Bisnis, yaitu pada Tabel 3 berikut. Terlihat bahwa Indonesia berada pada urutan ke-7 dari 10 negara ASEAN dalam iklim Investasi.

Tabel 3. Urutan Negara berdasarkan Kemudahan untuk Melakukan Bisnis menurut World Bank

country

Dalam Tabel itu terlihat, pada umumnya Negara-negara ASEAN memiliki potensi besar untuk lebih banyak berkontribusi dalam perdagangan dunia dan iklim investasi dunia, sehingga investasi-investasi yang masuk bisa mendorong perekonomian nasional. Namun di sisi lain, hal tersebut menggambarkan tantangan sekaligus resiko bagi khususnya Indonesia, dalam hal perdagangan internasional. Resiko yang dihadapi Indonesia berupa:

1. Resiko Kompetisi, muncul berupa banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.

(17)

Page 16

kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

3. Risiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.

Untuk itu beberapa strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah; sinkronisasi program dan kebijakan antara pemerintah daerah dan pusat, perbaikan kualitas tenaga kerja, perbaikan infrastruktur negara, meningkatkan jumlah pelaku usaha dan memfasilitasi kebutuhan serta sosialisasi MEA 2015, mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten, memperkuat sektor pembina dalam mempersiapkan peraturan domestik, meningkatkan koordinasi lintas sektoral dengan seluruh pemangku kepentingan bidang jasa, memperkuat industri jasa domestik, menstimulasi pelaku bidang jasa untuk melakukan joint venture dengan pelaku jasa negara-negara ASEAN, serta yang paling utama adalah pemerintah perlu menyiapkan kebijakan resmi yang memuat strategi pemerintah untuk menghadapi MEA 2015.

Selain itu dalam hal strategi peningkatan sumberdaya UMKM, Indonesia juga perlu memfokuskan diri pada strategi pemanfaatan potensi komoditi ekspor. Indonesia memiliki beberapa komoditi yang menjadi Produk Unggulan Ekspor Indonesia ke ASEAN, yaitu:

• Tekstil dan produk tekstil: Malaysia, Thailand, dan Vietnam

• Elektronik: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

• Karet: Singapura

• Produk hutan: Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand.

• Otomotif: Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar

• Udang: Vietnam, Singapura, dan Malaysia

• Coklat: Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand

• Kopi: Malaysia dan Singapura

Disamping itu Indonesia juga masih menyimpan potensi akan Produk Potensial Ekspor Indonesia Ke ASEAN, diantaranya:

• Kulit dan produk kulit: Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

• Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

• Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand.

(18)

Page 17

Essential oil: Singapura.

• Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

• Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia.

• Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia.

• Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

• Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura.

2.5.

Indonesia menuju MEA : Situasi terkini

2.5.1

Jumlah Angkatan Kerja Terdidik di Indonesia

Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah yaitu SD ke bawah sebanyak 54.6 juta orang (45.19%) dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 21.5 juta (17.77 %). Penduduk Berkeja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 13.1 juta mencakup 3.1 juta orang (2.60 %) berpendidikan Diploma dan sebanyak 10 juta orang (8.29 %) berpendidikan Universitas

Perbaikan kualitas Penduduk bekerja ditunjukan oleh kecenderungan menurunnya penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) dan meningkatnya penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma dan Universitas). Dalam setahun terakhir, peduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari sebanyak 76.4 juta orang (64.63 %) pada Februari 2014 menjadi 76.1 juta orang (62.69%) pada Februari 2015. Sementara penduduk bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 12 juta orang (10.14%) pada Februari 2014 menjadi 13.1 juta orang (10.89%) pada Februari 2015.

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (juta orang), 2013-2015

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2013 2014 2015

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD ke bawah 55.95 53.81 55.31 53.96 54.61

Sekolah Menengah Pertama 20.37 20.56 21.06 20.35 21.47 Sekolah Menengah Atas 17.97 17.88 18.91 18.58 19.81 Sekolah Menengah Kejuruan 10.34 9.97 10.91 10.52 11.8

Diploma I/II/III 3.25 2.93 3.13 2.96 3.14

Universitas 8.05 7.61 8.85 8.26 10.02

Jumlah 115.93 112.76 118.17 114.63 120.85

(19)

Page 18

2.5.2

Jumlah Pengangguran

Jumlah Pengangguran pada Februari 2015 mencapai 7.4 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun dari 5.94 % pada Agustus 2014 menjadi 5.81 % pada Februari 2015. Pada Februari 2015, TPT pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9.05 %, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 8.17 %, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sekitar sebesar 3.61 %. Jika dibandingkan keadan Agustus 2014, TPT yang mengalami peningkatan yaitu pada tingkat pendidikan Diploma I/II/III dan SD ke bawah

Tabel 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (persen), 2013-2015

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2013 2014 2015

Februari Agustus Februari Agustus Februari

SD ke bawah 3,55 3,44 3,69 3,04 3,61

Sekolah Menengah Pertama 8,21 7,59 7,44 7,15 7,14 Sekolah Menengah Atas 9,45 9,72 9,10 9,55 8,17 Sekolah Menengah Kejuruan 7,72 11,21 7,21 11,24 9,05 Diploma I/II/III 5,72 5,95 5,87 6,14 7,49

Universitas 5,02 5,39 4,31 5,65 5,34

Jumlah 5,88 6,17 5,70 5,94 5,81

Sumber : BPS

2.5.3

Jumlah Pengusaha di Indonesia

Jumlah pengusaha atau wirausaha di Indonesia jauh lebih sedikit, dibandingkan negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Singapura masih menjadi yang terdepan dalam mencetak pengusaha di negara ASEAN. Di Singapura, jumlah pengusaha sudah mencapai 7% (dari jumlah penduduk), Malaysia 5%, Thailand 3%, sedangkan di Indonesia yang jumlah penduduknya 250 juta jiwa hanya 1,65%. Meskipun jumlah pengusaha di Indonesia masih sangat minim, namun survey yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM) pada tahun 2013, menunjukkan bahwa keinginan berwirausaha masyarakat Indonesia adalah yang kedua tertinggi di ASEAN setelah Filipina. Di belakang Indonesia terdapat negara Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia.

2.5.4

Jumlah Industri Kreatif

Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya kegiatan perekonomian hanya bertumpu pada perekonomian berbasis sumber daya alam, seperti pertanian. Kini, perekonomian dunia sudah bergeser ke perekonomian berbasis sumber daya manusia, yakni industri dan teknologi informasi.

(20)

Page 19

perekonomian yang didominasi oleh kegiatan industri, serta gelombang ekonomi ketiga berupa perekonomian yang berbasis teknologi infomasi.

Setelah gelombang ekonomi ketiga tersebut, bakal muncul gelombang ekonomi keempat atau yang disebut gelombang ekonomi kreatif, yakni perekonomian yang berbasis pada ide-ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif. Gelombang keempat inilah yang kini sudah mulai terlihat nyata di Tanah Air. Secara kebetulan, Indonesia memiliki banyak insan kreatif yang mampu menghasilkan produk industri kreatif yang khas dan andal. Jadi, wajar jika pemerintah maupun pelaku industri memberikan perhatian serius terhadap perkembangan industri kreatif.

Cetak biru rencana pengembangan industri kreatif yang terfokus pada 14 subsektor industri kreatif, yakni arsitektur, desain, fashion, film, video dan fotografi, kerajinan, layanan komputer dan peranti lunak, musik, pasar barang seni, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni pertunjukan, serta televisi dan radio. Meski begitu, selama ini, yang paling menonjol dalam kontribusi perekonomian adalah fashion dan kerajinan.

Industri Kreatif sangatlah perlu dikembangkan di Indonesia karena:

1. Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, yaitu meningkatkan PDB, Menciptakan lapangan kerja, dan juga meningkatkan ekspor

2. Menciptakan iklim bisnis yang positif, dengan menciptakan lapangan usaha baru, sekaligus juga memiliki dampak pada bidang yang lain, contohnya bidang pemasaran.

3. Membangun citra dan identitas bangsa, melalui kepariwisataan, menggunakan ikon nasional, membangun dan mempertahankan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal

4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan berbasis pengetahuan, teknologi, dan green community

5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa 6. Memberikan dampak sosial yang positif dengan meningkatkan kualitas hidup, pemerataan

kesejahteraan, dan peningkatan toleransi sosial.

(21)

Page 20

Tabel 6. Jenis – Jenis Industri Kreatif di Indonesia

Sumber: Departemen Perdagangan RI

Perkembangan ekspor industri kreatif di Indonesia sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dibawah ini.

NO JENIS KETERANGAN

1 Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, antara lain: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak dan elektronik 2 Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi

produksi antara lain: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, dokumentasi lelang, dll.

3 Pasar seni dan barang antik

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. 4 Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan antara lain barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi

5 Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas perusahaan.

6 Desain Fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen

7 Video, Film

dan Fotografi Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film. Termasuk didalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film

8 Permainan interaktif

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi

9 Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik.

10 Seni

Pertunjukan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan, pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik,desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata

panggung, dan

tata pencahayaan. 11 Penerbitan &

Percetakan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor

Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak & piranti keras, serta desain portal

13 Televisi dan radio

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi televisi dan radio.

14 Riset dan Pengembang an

(22)

Page 21

(23)

Page 22

3

PEMBAHASAN

Pada bagian ini kami akan memaparkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA yang akan dimulai sejak 1 Januari 2016. Ruang lingkup bahasan kami adalah pada 2 hal, yaitu i) Kesiapan dalam menghadapi arus bebas tenaga kerja terampil terhadap pasar tenaga kerja, khususnya di Indonesia, dan ii) Kesiapan dalam memanfaatkan potensi perdagangan terbuka di ASEAN dengan memaksimalkan UMKM berbasis Ekonomi Kreatif. Dalam bagian ini kami juga akan membahas strategi-strategi yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk memanfaatkan keuntungan dari MEA dan meminimalkan efek negatifnya.

Sejauh ini , persiapan untuk mengimplementasikan AEC BluePrint (Cetak Biru MEA) pada 1 Januari 2016 telah memperlihatkan perubahan-perubahan positif. Implementasi ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah yang paling signifikan, yaitu dengan mengurangi tarif menjadi nol atau mendekati nol. Peningkatan pengangguran dari sepuluh negara ASEAN bisa ditekan kurang dari 3,3 persen, karena ASEAN atraktif menarik penanaman modal asing langsung. Kontribusi ASEAN terhadap produk domestik bruto global telah meningkat dua kali lipat. Bahkan pertumbuhan ekonomi di ASEAN yang ditopang oleh pertumbuhan negara-negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam kini jauh lebih cepat dibanding dengan kawasan lain. Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi ASEAN mencapai 4,4 persen, dengan permintaan domestik yang tetap tinggi sebab didukung oleh konsumsi regional, Sementara itu, total perdagangan di kawasan ASEAN pada 2014 tercatat sebesar US$ 2,53 triliun atau meningkat 0,6 persen dari 2013. Di sisi investasi, terdapat aliran masuk investasi ke ASEAN mencapai US$ 136,2 miliar atau meningkat 11,3 persen.

3.1

Kesiapan Negara-negara ASEAN dalam Arus Tenaga Kerja Terampil MEA

Monika Aring (Februari 2015) dalam ASEAN Economic Community 2015 mempublikasikan

E ha i g o petitive ess a d e ploya ility through skill develop e t yang mengulas daya saing ekonomi kawasan dan negara anggota ASEAN, kualitas sumber daya manusia serta akses dan kualitas pendidikan dan pelatihan, lembaga pendidikan dan kebijakan masing-masing negara, khususnya pada pendidikan teknis dan kejuruan dan pelatihan (TVET), di negara-negara ASEAN yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu Negara dengan Pendapatan per Kapita Tinggi seperti Singapura dan Brunei, group ASEAN-4 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand; dan CLMV countries; Kamboja

(Cambodia), Laos the Lao People’s De o rati Repu li , Myanmar dan Viet Nam.

(24)

Page 23

pembuatan kapal. Untuk Thailand, sektor prioritas adalah otomotif, listrik dan elektronik dan perhotelan. Sektor prioritas Singapura fokus pada green technology, jasa keuangan, bioteknologi dan produksi kimia dan petrokimia. Akhirnya, untuk Brunei, sektor prioritas untuk investasi pertanian dan non-migas dan kegiatan ekonomi berbasis pengetahuan.

Untuk menyelaraskan tujuan ekonomi negara dengan rencana pengembangan sumber daya manusia, dibutuhkan kerangka TVET (Technical and Vocational Education and Training) atau Teknis dan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan dan sistem pendidikan tinggi yang merespon permintaan dari industri, serta memastikan lembaga dan institusi pendidikan memiliki jaminan kualitas, dan melibatkan mitra sosial; pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja dalam dialog untuk menentukan kebutuhan negara akan keahlian apa di masa sekarang dan masa depan. Sebagai contoh, delapan dari sepuluh negara ASEAN telah menjadikan peningkatan produktivitas pertanian sebagai prioritas utama, seperti negara-negara CLMV dengan 37 persen dari PDB di Kamboja, 31 persen di Laos, 57 persen di Myanmar dan 22 persen di Vietnam. Imbas dari peningkatan produktivitas pertanian ini akan menyebabkan pekerjaan tradisional berketerampilan rendah di sektor informal akan diganti oleh pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang lebih kompleks.

Bagi banyak negara-negara ASEAN, meningkatkan keterampilan untuk daya saing ekonomi akan membutuhkan Kerangka Kerja Kualifikasi Nasional yang baik yang dikembangkan bersama dengan industri dan institusi pendidikan untuk menentukan kompetensi pekerja yang diinginkan dan memberikan keterampilan yang diperlukan. Sebagai contoh, salahsatu kompetensi yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualifikasi tenaga kerja di ASEAN adalah Bahasa. Bahasa Inggris adalah bahasa bisnis internasional dan lingua franca di banyak wilayah di dunia. Bahasa Inggris menjadi lebih penting lagi di ASEAN karena sepuluh negara ASEAN membutuhkan bahasa umum yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi melintasi perbatasan mereka, juga untuk bersaing dengan India, Cina dan seluruh dunia. Bahasa Inggris masih menjadi tantangan bari Negara-negara ASEAN, terlihat pada referensi dari ILO tentang peringkat Negara-negara yang perlu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris adalah Thailand (53 dari 54 negara), Vietnam (31 dari 54 negara) dan Indonesia (di 27 dari 54 negara).

Negara-negara ASEAN mengakui bahwa untuk meningkatkan daya saing mereka, mereka menghadapi permasalahan berikut:

1. Ribuan anak muda memasuki pasar tenaga kerja setiap tahun tanpa keterampilan yang memadai.

2. Kurangnya kesempatan kerja dengan sangat signifikan, khususnya di negara-negara miskin dan Negara pasca-konflik

3. Rendahnya kualitas Pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan para pemuda masuk ke pasar tenaga kerja.

(25)

Page 24

pemecahan masalah, berpikir kreatif dan komunikasi interpersonal. Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris dan komputer yang terkait atau keterampilan teknis lainnya juga tantangan lainnya. Peringkat atas Kualitas sistem pendidikan Negara-negara ASEAN disajikan dalam Tabel 8 Global Competitiveness Survey (2013) berasal dari World Economic Forum :

1. Singapura peringkat ketiga dari 148 negara yang diukur; Brunei peringkat 32.

2. Dalam ASEAN-4 negara, peringkat tertinggi adalah Malaysia, pada 19 dari 148 negara, Indonesia di 36, Filipina pada 40 dan Thailand di 78.

3. Di negara-negara CLMV, peringkat tertinggi dari 148 negara adalah Laos di 57, diikuti oleh Kamboja di 76, Vietnam pada 95 dan Myanmar di 125.

Tabel 8. Global Competitiveness Survey versi World Economic Forum (2013)

Tabel 8tersebut menunjukkan, bahwa daya saing Negara-negara ASEAN dalam hal pendidikan masih cukup baik. Hal yang diperlukan adalah menyelaraskan karakter pendidikan dan keahlian yang dikuasai dengan yang dibutuhkan Industri. Contohnya Indonesia. Indonesia memiliki angkatan kerja yang hampir setengahnya adalah berumur kurang dari 30 tahun. Institusi Pemerintah telah banyak menyediakan pelatihan tenaga kerja, namun pelatihan tersebut kurang berbasis Industri dan perlengkapan pembelajaran yang relevan terhadap Industri juga masih kurang. Untuk itu ILO merekomendasikan:

1. Merampingkan dan merasionalisasi peran Pemerintah dalam Teknis dan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan atau TVET (Technical and Vocational Education and Training)

2. Memastikan kerangka kualifikasi nasional memiliki jaringan terhadap industri dan kualifikasi tersebut dikembangkan dengan masukan dari industri dan badan-badan profesional yang sesuai.

3. Meningkatkan Pelatihan berbasis kompetensi dan penilaian berdasarkan sistem TVET

(26)

Page 25

ILO juga merekomendasikan pada Negara-negara ASEAN untuk memfokuskan strategi pengembangan sumber daya manusia masing-masing berdasarkan dengan keungulan dan kekhasan terhadap penguasaan salahsatu dari 12 sektor yaitu: produk berbasis pertanian, perikanan (produk berbahan dasar karet, produk berbahan dasar kayu, Tekstil dan Pakaian, Otomotif, Alat-alat Elektronik, e-ASEAN, Transportasi udara, Layanan Kesehatan, Logistik, dan Pariwisata. Beberapa diantaranya adalah:

1. Untuk seluruh Negara ASEAN : Fokus untuk meningkatkan produktivitas dan keahlian dalam UMKM

2. Untuk Myanmar: fokus untuk meningkatkan keahlian di bidang Agrikultur.

3. Untuk Kamboja: fokus untuk meningkatkan keahlian di bidang manufaktur khususnya industri tekstil dan garment

4. Untuk Thailand: fokus untuk meningkatkan keahlian di bidang manufaktur khususnya industry otomotif

5. Untuk Filipina: fokus untuk meningkatkan keahlian di bidang jasa, dan

6. Untuk Indonesia: fokus untuk meningkatkan keahlian di bidang kepariwisataan. Rencana strategis Kelompok Kerja Pariwisata ter-Integrasi ASEAN (ASEAN Tourism Integration Working Group) bertujuan untuk membangun Asia Tenggara sebagai tujuan wisata global terkemuka pada tahun 2015, dan Indonesia adalah salahsatu tujuan favorit wisata tersebut.

3.2

Kesiapan Indonesia menghadapi MEA 2015

Untuk memastikan kesiapan setiap negara ASEAN dalam menghadapi MEA, Sekretariat ASEAN melakukan pemantauan melalui AEC Scorecard yang dilakukan dalam empat fase, yaitu fase I (2008-2009), fase II (2010-2011), fase III (2012-2013), dan fase IV (2014-2015). Capaian Indonesia hingga fase III adalah 81,3% atau di atas rata-rata capaian ke 10 negara Asean yang hanya sebesar 74,5%. Pada fase III, Indonesia menempati peringkat 6 dari 10 negara Asean atau meningkat dari fase sebelumnya (peringkat 9 pada fase I dan peringkat 8 pada fase II). Kendati pemerintah mengklaim kemajuan implementasi MEA 2015 mencapai 77% atau di atas rata-rata kawasan Asean 72,2%, pencapaian Indonesia terburuk kedua setelah Laos pada kurun 2008-2013. Singapura menjadi negara dengan kemajuan implementasi paling cepat, yaitu 81,3%. Disusul, Thailand 81,1%, Vietnam 80,1%, Malaysia 80%. Adapun, negara dengan kemajuan implementasi terburuk ditempati Laos, yaitu 76,9%.

Indonesia memiliki beberapa keunggulan dan sekaligus juga kelemahan dalam posisinya di MEA, apabila dibandingkan dengan dengara-negara ASEAN lainnya. Keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah:

(27)

Page 26

2. Sebaran usia produktif angkatan kerja yang baik, seperti diketahui dalam data BPS bahwa lebih dari setengah populasi angkatan kerja Indonesia adalah berusia dibawah 30 tahun. 3. Dukungan Institusi Pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi, untuk meningkatkan kualitas

lulusan mahasiswa supaya bisa mengurangi skill mismatch antara industry dan lembaga pendidikan. Pada tahun 2015 jumlah total perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 4.327 dengan total mahasiswa 7.014.563 orang.

Sementara kelemahan Indonesia diantaranya:

1. Sebaran geografis dengan bentuk demografi kepulauan, sehingga menyulitkan bagi transportasi dan logistik

2. Infrastruktur yang belum memadai

3. Birokrasi yang rumit, Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan efisiensi dalam birokrasi dan proses perizinan, sehingga dapat mempercepat arus investasi ke dalam negeri.

3.3

Strategi Menghadapi Kompetisi MEA di Indonesia

Sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, pada 1 September 2014 telah terbit Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2014 tentang Komite Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian Nations atau MEA, yang selanjutnya disebut Komite Nasional. Menurut Keppres ini, tugas Komite Nasional adalah:

1. Mengoordinasikan persiapan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

2. Mengoordinasikan percepatan peningkatan daya saing nasional dalam rangka pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN

3. Mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional

4. Mengoordinasikan pelaksanaan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap persiapan dan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN serta peningkatan daya saing nasional.

Komite Nasional dipimpin oleh Ketuanya Menko Perekonomian, didampingi 3 (tiga) wakil ketua, yaitu: Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan, dan Ketua Umum KADIN. Adapun bertindak selaku Sekretaris adalah Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia. Sementara anggotanya ada 47 orang, terdiri atas 17 menteri, ditambah Kepala BKPM, Kepala Badan Standardisasi Nasional, dan Kepala BPOM. Selain itu masuk dalam daftar anggota Komite Nasional adalah para Ketua Forum Gubernur dan para Rektor Universitas terkemukan di Indonesia, serta Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.

(28)

Page 27

sehingga adanya MEA ini pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Dalam makalah ini akan dipaparkan 2 strategi untuk menghadapi kompetisi MEA di Indonesia, yaitu yang pertama terkait dengan pasar tenaga kerja di dalam negeri, dan yang kedua adalah terkait dengan pasar barang dan jasa di Negara-negara ASEAN.

3.3.1

Memenangkan pasar tenaga kerja di negara sendiri

Salah satu keunggulan SDM yang dimiliki Indonesia adalah kuantitas tenaga kerja produktif (usia 15-55 Tahun) yang besar. Untuk meningkatkan kualitas SDM, Pemerintah Indonesia menyikapi tantangan ini dengan beberapa kebijakan andalan dalam peningkatan kualitas SDM. Pertama adalah pengembangan SDM melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Masterplan ini merupakan salah satu dokumen percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang mempercepat pembangunan suatu wilayah dengan membangun konektivitas antara infrastruktur, pengembangan kebijakan, dan SDM-IPTEK serta mengintegrasikannya dalam satu kawasan perhatian investasi dengan suatu sentra kegiatan ekonomi utama sebagai fokus pengembangannya sehingga dapat menjadi pembangkit ekonomi wilayah di sekitarnya. Hal ini akan memberi dampak yang luar biasa pada peningkatan pendapatan per kapita di wilayah itu. Program nasional ini disesuaikan dengan Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dengan menargetkan pendapatan per kapita sebesar 13 juta-15 juta rupiah pada tahun 2025.

Upaya lainnya untuk memenangkan MEA dalam hal arus tenaga kerja adalah dengan memberikan sertifikasi sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di bidang-bidang keahliannya, seperti pariwisata, konstruksi, kedokteran, teknik, dan lain-lain. Dalam AEC Blueprint 2015, terkandung persyaratan dalam Mutual Recognition Agreement (MRA) bahwa ASEAN akan memiliki Standar Kualifikasi Keprofesian yang sama, sehingga nantinya hanya pekerja profesional yang menyandang kualifikasi ASEAN itulah yang bisa bekerja di ASEAN.

Strategi Pemerintah menghadapi MEA adalah:

1. Percepatan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKNNI) di semua sektor,

2. Percepatan penerapan sertifikasi kompetensi kerja bagi pekerja Indonesia yang diakui secara nasional dan internasional,

(29)

Page 28

Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan / atau pelatihan yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. Setiap jenjang kualifikasi memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaran dalam bentuk sertifikat (ijazah yang diperoleh melalui pendidikan dan sertifikat kompetensi yg diperoleh melalui pelatihan kerja) yang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pengalaman kerja dinyatakan dlm bentuk keterangan (sertifikasi kompetensi) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dengan metriks keahlian dan kompetensi yang digagas KKNI, setiap orang bisa meningkatkan kompetensinya melalui setidaknya 4 jalur, yaitu jalur pendidikan, jalur pengalaman bekerja, jalur karir di perusahaan, dan jalur professional dengan sertifikasi dna kualifikasi yang mengacu kepada standar tertentu. Dengan multi-metriks keahlian dan kompetensi ini, diharapkan KKNI menyediakan kerangka yang fleksibel untuk mencapai output standar kualifikasi yang diakui secara nasional, dan bahkan dunia Internasional, termasuk ASEAN. Gambar 5 dibawah mengilustrasikan peningkatan level KKNI melalui berbagai jalur

Gambar 5. Multi-metriks Level Kompetensi KKNI

Dengan penerapan KKNI di seluruh sektor di Indonesia, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memiliki kesetaraan keahlian yang dibutuhkan sesuai dengan MRA ASEAN, agar mampu bersaing secara internal maupun internasional,-minimal di kawasan ASEAN- untuk memenangkan pasar tenaga kerja. Hingga bulan Agustus 2015 telah ditetapkan 482 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk semua sektor.

(30)

Page 29

Gambar 6 mengilustrasikan 9 jenjang kompetensi berdasarkan pendidikan, kompetensi, dan pengalaman.

Gambar 6. Ilustrasi 9 Jenjang Kualifikasi berdasarkan KKNI

Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional adalah tatanan keterkaitan komponen standardisasi kompetensi kerja nasional yang komprehensif dan sinergis dalam rangka mencapai tujuan standardisasi kompetensi kerja nasional di Indonesia. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

SKKNI disusun dengan pendekatan bidang pekerjaan dan bukan jabatan. Setiap bidang pekerjaan diurai tugas- tugasnya, dan setiap tugas distandarkan unit kompetensinya. SKKNI adalah standar industri, berlaku umum untuk perusahaan sejenis. SKKNI dapat dikemas dengan pendekatan Okupasi, Kualifikasi, atau Klaster Kompetensi. Setiap perusahaan dapat mengemas SKKNI sesuai dengan kebutuhannya. SKKNI juga menjadi acuan untuk perancangan program DIKLAT dan Uji Kompetensi atau Assessment.

SKKNI juga mengacu dan menyesuaikan dengan MRA (Mutual Recognition Agreement) –

(31)

Page 30

Gambar 7. SKKNI dalam kaitannya dengan MRA

Untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia berbasis Kompetensi yang sesuai dengan MRA ASEAN, dimulai dari KKNI dan SKKNI setiap sektor untuk menerjemahkan kebutuhan Industri. Industri memberikan input berupa standar kompetensi keahlian di berbagai fungsi kerja, dan pada berbagai tingkatan organisasi perusahaan. SKKNI lalu dijadikan pedoman untuk Sertifikasi, Akreditasi, dan

Competency Based Training. Gambar 8 memperlihatkan 3 pilar utama pengembangan SDM berbasis Kompetensi.

Gambar 8. Pilar Utama dalam Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi

Sumber: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kemendikbud, 2012

(32)

Page 31

3.3.2

Memenangkan pasar ekonomi Kreatif di Negara ASEAN

Keberadaan MEA diharapkan mampu memberi peluang positif bagi bangsa Indonesia. Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia diproritaskan kepada kemampuan setiap individual angkatan kerja dalam mengisi lapangan pekerjaan internal. Dalam jangka panjang, sumber daya manusia mampu menembus bursa kerja di negara ASEAN. Selain peningkatan SDM, strategi dalam menghadapi MEA dapat difokuskan kepada penguatan daya saing ekonomi berbasis produksi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan peningkatan mutu dan kualitas setiap produksi barang atau produk dalam negeri. Dengan hadirnya MEA, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan dengan meningkatkan skala ekonomi agregat, sebagai dasar untuk memperoleh keuntungan, dengan menjadikannya sebagai sebuah momentum untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Studi banding yang dilakukan Departemen Perdagangan Indonesia pada tahun 2007 dengan beberapa negara maju menunjukkan bahwa keberadaan sektor industri kreatif berkontribusi besar pada jumlah GDP negara tersebut dan pertumbuhan industri kreatif itu sendiri yang berlangsung relatif tinggi. Di Singapura, misalnya, industri kreatif menyumbang nilai GDP sebesar 2,8 persen dengan tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor ini sebesar 3,4 persen. Di Inggris, kontribusi pada GDP sebesar 7,9 persen dengan tingkat pertumbuhan mencapai 16 persen.

Hal tersebut memunculkan pandangan bahwa ekonomi tidak seharusnya terus bergantung kepada keberadaan bahan baku, jarak distribusi, modal kapital dan sebagainya. Sebagai alternatif, muncul gagasan bahwa gagasan atau ide adalah modal itu sendiri. Sehingga yang diperlukan adalah memperluas ekonomi ke sektor layanan atau sektor jasa. Dengan demikian, keberadaan barang modal dalam bentuk fisik mulai direduksi. Transformasi orientasi ekonomi dinegara maju diilustrasikan pada Gambar 9 dibawah ini.

Gambar 9. Transformasi Orientasi Ekonomi (Sumber : RDI, 2015)

(33)

Page 32

Transformasi ekonomi Indonesia ke menjadi ekonomi kreatif diharapkan dapat meningkatkan citra dan identitas bangsa, terutama dalam menghadapi MEA. Ekonomi kreatif merupakan sektor yang berbasis kepada sumber daya yang terbarukan yaitu ide, kreativitas, dan inovasi dari SDM. Selain itu, ekonomi kreatif juga berperan dalam melestarikan budaya lokal, meningkatkan pemanfaatan bahan baku lokal dan ramah lingkungan, serta meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan.

Model pengembangan ekonomi kreatif untuk menjawab isu strategis dapat dianalogikan sebagai sebuah bangunan yang terdiri dari fondasi, pilar, dan atap, yang digerakkan oleh quad-helix. Fondasi pengembangan ekonomi kreatif adalah orang kreatif. Pilar pengembangan ekonomi kreatif ada lima yaitu, sumber daya kreatif berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya, industri yang terdiri dari core creative industry (industri inti) dan backward and forward linkage creative industry, pembiayaan, teknologi dan infrastruktur, dan pemasaran. Pilar ini akan diperkuat oleh quad-helix melalui kelembagaan berupa norma, nilai, peraturan, dan perundangan hukum yang mengatur interaksi para aktor-aktor utama (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dalam pengembangan ekonomi kreatif. Kokohnya fondasi, kuatnya pilar dan harmonisnya kelembagaan menjadi kunci pengembangan ekonomi kreatif.Model pengembangan ekonomi kreati diilustrasikan pada Gambar 10 sebagai berikut.

Gambar 10. Model Pengembangan Ekonomi Kreatif (Buku RPJM Ekonomi Kreatif)

Pengembangan jangka menengah ekonomi kreatif Indonesia tahun 2015-2019 akan dilaksanakan melalui tiga misi utama yaitu :

(34)

Page 33

3. Menciptakan lingkungan yang kondusif untukpengembangan ekonomi kreatif yang berdaya saing global.

Konsep ekonomi kreatif akan melahirkan industri kreatif, yag merupakan subsistem dari ekonomi kreatif yang terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, serta penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan.Dari sisi intensitas sumber daya, industri-industri yang ada pada ekonomi kreatif dapat dikelompokkan kepada dua kelompok besar, yaitu industri kreatif yang masih membutuhkan input yang berwujud (tangible-based) dalam memproduksi karyanya, dan karya kreatif yang sepenuhnya menggunakan input produksi tidak berwujud (intangible-based). Meskipun demikian, dalam proses produksi industri kreatif, yang utama adalah input berupa ide, inovasi, dan kreativitas karena ekonomi kreatif merupakan proses penciptaan nilai tambah yang lahir dari kemampuan orang kreatif untuk menciptakan karya dan jasa dari ide dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi. Sedangkan berdasarkan substansi dominan, maka kelompok industri kreatif dapat dibedakan menjadi kelompok berbasis media, berbasis seni dan budaya, serta berbasis desain. Kelompok industri kreatif yang dikembangkan pada tahun 2015–2019 adalah: (1) arsitektur; (2) desain; (3) film, video, dan fotografi; (4) kuliner; (5) kerajinan; (6) mode; (7) musik; (8) penerbitan; (9) permainan interaktif; (10) periklanan; (11) penelitian dan pengembangan; (12) seni rupa; (13) seni pertunjukan; (14) teknologi informasi; dan (15) televisi dan radio.

Berdasarkan konsep tersebut, pengembangan sektor industri kreatif di Indonesia dapat dibangun dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah ke arah ekonomi kreatif. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa 98.82% (sekitar 54.599 juta unit) jenis usaha di Indonesia berada di level Mikro dengan omzet pertahun sekitar 300 juta rupiah. UMKM juga merupakan penyumbang 50% dari PDRB Indonesia.

Gambar 11. Jumlah unit usaha di Indonesia (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2011)

(35)

Page 34

terhadap devisa negara tersebut jauh lebih kecil daripada kontribusi usaha besar, sehingga UMKM lebih diberdayakan. UMKM juga berperan dalam pembentukan investasi nasional. Investasi UMKM mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Tabel 9. Perkembangan Tenaga Kerja Industri Kreatif

(36)

Page 35

UMKM sektor Usaha Kuliner, UMKM sektor Usaha Pertanian, Perikanan, dan Peternakan, UMKM sektor Usaha Fashion, UMKM sektor Usaha Internet, UMKM sektor Usaha Otomotif. Dalam menjawab tantangan MEA, peran UMKM sangat dibutuhkan agar dapat bersaing dengan pasar internasional. UMKM sektor Mode mampu menyerap tenaga kerja paling besar yaitu, diikuti dengan sektor kuliner dan kerajinan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 diatas.

Peningkatan kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan UMKM tersebut, salah satunya dengan meningkatkan nilai dari produk dalam negeri. Bagaimana penciptaan produk dalam negeri ditingkatkan dari segi efisiensi produksi dan kualitas barang, dan dapat tembus ke pasar internasional. Beberapa contoh industri kreatif yang dapat menginspirasi UMKM di Indonesia, diantaranya adalah:

1. UMKM sektor fesyen

Industri fesyen merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga kerja dan mampu bersaing dengan dalam pasar internasional. Salah satu contoh indusri kreatif di bidang mode yang mampu masuk ke pasar internasional adalah design mode yang diciptakan oleh Dian Pelangi. Dian Pelangi merupakan icon busana muslim modern saat ini di Indonesia.

2. UMKM sektor kuliner

Ruang lingkup subsektor kuliner di Indonesia dibagi ke dalam dua kategori utama jika, ditinjau dari jenis produk yang ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner. Jasa kuliner

(foodservice) ditinjau dari aspek persiapan dan penyajiannya, dapat dibagi ke dalam dua kategori umum, yaitu restoran dan jasa boga. Sedangkan barang kuliner yang dimaksud adalah produk makanan hasil olahan atau kemasan, khususnya kategori specialty foods. Produk makanan khusus ini semakin berkembang saat ini. Pada umumnya, specialty foods diproduksi dalam jumlah tidak terlalu besar dan produk ini memiliki keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam penciptaannya. Beberapa produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk makanan yang menggunakan bahan organik atau bahan baku khas dari suatu daerah yang kemudian dikemas secara menarik. Nilai budaya dan konten lokal suatu daerah juga menjadi salah satu sumber keunikan produk jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas suatu daerah.

3. UMKM sektor Kerajinan

(37)

Page 36

Kerajinan (kriya) merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga dari tematik produknya.

4. UMKM bidang Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan sistematis untuk mengumpulkan memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengonfirmasi dan/atau merancang dan/atau mengembangkan suatu hal (objek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan manfaat ekonomi.

Gambar 13. Grow Box - Pemanfaatan Limbah Kayu sebagai Media Tumbuh jamur

(38)

Page 37

4

KESIMPULAN

Keberadaan MEA bagi bangsa Indonesia diharapkan mampu membawa peluang positif bagi bangsa Indonesia. MEA merupakan peluang bagi Indonesia untuk mendorong arus investasi masuk ke dalam negeri yang menciptakan multiplier effect, dimana adanya pertambahan investasi yang akan mengakibatkan pertambahan permintaan bahan baku, dan tenaga kerja.

Kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA dihitung dalam AEC scorecard pada empat fase, dimana capaian Indonesia hingga fase III adalah 81,3% atau di atas rata-rata capaian ke 10 negara Asean. Untuk menjawab tantangan MEA yang masih difokuskan pada pilar pertama, terdapat dua hal yang perlu dikembangkan agar Indonesia menjadi kawasan unggulan. Indonesia memiliki peluang untuk memenangkan sektor dalam negri (pasar tenaga kerja) dan sektor luar negri (transformasi UMKM berbasis ekonomi kreatif).

Gambar

Tabel 1.  Produktivitas Sektor Perekonomian Beberapa Negara
GAMBAR 3:  NEGARA ANGGOTA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
Gambar 4 dibawah memperlihatkan keempat pilar MEA tersebut.
Tabel 2. ASEAN Human Development Indicators
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepadatan ( density ) merupakan permukaan kepadatan menunjukkan di mana fitur titik atau garis terkonsentrasi. Misalnya, Anda mungkin memiliki nilai titik untuk setiap kota

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inkuiri efektif digunakan dalam pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari prestasi belajar karena (1) rerata

pemasaran Bank khususnya mengenai reputasi Bank, kepercayaan dan komunikasi word of mouth nasabah terhadap niat masyarakat untuk membuka. rekening di

Makna filosofi yang terkandung dalam bentuk penyajian tari ranup lampuan di sanggar lempia dan Sanggar Nurul Alam adalah berupa gerak, musik iringan, kostum, properti dan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan penggunaan aditif dedak padi dan inokulum bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO nyata mempengaruhi kenaikan

Ketika seorang pengguna masuk log ke dalam sebuah komputer berbasis Windows NT/2000/XP/Server 2003, pengaturan registry yang dimiliki oleh pengguna yang

Dilihat dari pentingnya pemahaman tentang public speaking tersebut, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung memasukkan mata kuliah public speaking untuk

Bidang pembinaan keluarga berencana, mempunyai tugas menyelenggarakan dan membina pelayanan keluarga berencana dan advokasi, komunikasi, informasi, dan edukasi