BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Sesungguhnya ilmu adalah samudera yang sangat luas dan tak ada
seorangpun yang dapat menggapainya.1 Setiap orang yang telah terjun di
dalamnya justru ingin mengarunginya dan dia juga tidak akan dapat
mencapai segala perinciannya. Dialah Allah yang maha mengetahui atas
segala sesuatu. Hal ini sesuai dengan sifat- sifat Allah dalam asmaul
husna, al-ilm
ملعل
ا ) (.Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai sektor
kehidupan terutama perilaku peserta didik. Ilmu pengetahuan berkembang
dengan adanya akal pikiran manusia dengan berbagai latar belakang dan
tujuan yang berbeda, tergantung dari sudut pandang mana kita
membicarakannya. Masing- masing memiliki tujuan dan kepentingan,
tergantung peran dan bidang yang ditekuninya.
Terkait teknologi informasi, komunikasi dan transportasi global
yang berkembang sekarang ini membawa perubahan yang begitu besar.
Bidang pendidikan begitu juga bidang ekonomi mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Pelayanan pendidikan yang semakin baik oleh
pemerintah, pertumbuhan ekonomi yang samakin tinggi. Banyak kemajuan
dan perubahan ini juga berdampak pula pada sendi-sendi etika dan
moralitas kehidupan bangsa.
Revolusi di bidang teknologi mengguncang stabilitas kehidupan
masyarakat.2 Kecenderungan manusia untuk tidak mengindahkan
nilai-nilai moral membuka kehidupan yang permisif. Baik dan buruk dikemas
1 Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al- Itqon fi Ulumil Quran ( Surabaya : PT. Bina Ilmu, 2006), V.
sedemikan rupa sehingga memikat semua orang terjun di dalamnya,
dengan dasar yang penting baguskan niat menjalin silaturohmi.
Nilai-nilai moral bagi masyarakat modern saat ini semakin longgar.
Batas antara baik dan buruk, halal dan haram semakin kabur. Upaya-upaya
memperjelas batasan agama melalui syariat agama oleh sebagai orang
justru digembosi. Bahkan aturan-aturan yang yang membatasi
kemungkaran; prostitusi, miras, judi direkomendasikan untuk dihilangkan.
Bahkan oleh sebagian orang dianggap melanggar hak asasi manusia dan
kebebasan berpendapat.
Dengan munculnya berbagai alat dan media yang dapat dinikmati
oleh peserta didik seperti pesawat telepon, radio, televisi, komputer,
handphone, play station, media player, internet dan perangkat sejenisnya.
Di dalamnya menyediakan fasilitas yang dapat dinikmati oleh
penggunanya seperti informasi, layanan dan hiburan yang setiap saat dapat
dinikmati atau diakses langsung ataupun siaran ulangnya oleh peserta
didik. Fasilitas yang luar biasa bagi siapa saja yang mau dan mampu
memanfaatkannya, baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan
manusia secara menyeluruh.3
Menurut Istiqlal Arif Lazim dalam Mimbar menyatakan bahwa
arus globalisasi tak bisa dibendung karena alirannya deras seperti air
terjun.4 Tentunya dari satu tinjauan dapat kita lihat kehidupan di zaman
serba modern ini akan semakin mudah dan cepat, menembus jarak, ruang
dan waktu. Walaupun kita hendak bepergian ke tempat tujuan yang jauh,
2 Imam Mawardi, “Dakwah Menyelamatkan Moral Bangsa,”MPA, Maret 2010), 6.
3 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah (Yogyakarta: Diva Press, 2011), 7.
kita tidak harus datang ke tempat transaksi pembelian tiket salah satu alat
trasportasi yang kita inginkan. Dengan melalui HP, semua persoalan akan
terselesaikan dengan mudah dan cepat, hanya butuh beberapa saat untuk
bertransaksi. Walaupun jarak yang secara realita sangat jauh, akan tetapi
dapat semakin terasa dekat dan mudah. Dengan kemajuan Iptek, hal yang
luar biasa dapat kita saksikan pada era sekarang ini.
Terutama yang terkait dengan berkembangnya kenakalan remaja
dan kriminalitas di lingkup pendidikan, para pendidik harus benar- benar
ekstra dalam mengawasi perkembangan jiwa peserta didik di sekolah
maupun di luar sekolah. Nilai-nilai moralitas yang selama ini menjadi
pegangan kita dalam masyarakat dan berbangsa, kini tampak berantakan.
Berbagai perilaku yang tak bermoral kerap mewarnai kehidupan
sehari-hari masyarakat.Maka benar ungkapan yang menyatakan bahwa bahaya
teknologi yang merusak moral jauh lebih berbahaya daripada bom atom
Herosima dan Nagasaki di Jepang.5
Upaya-upaya yang mencari keuntungan dari rusaknya moral
anak-anak bangsa, tayangan-tayangan televisi yang berbau erotis, mulai dari
ucapan, tindakan bahkan goyangan, adegan-adegan sadis, pemaksaan
kehendak, penyiksaan merupakan tontonan yang tiap kali muncul di berita
nasional. Pornografi tidaklah menempati ranking teratas dari kebobrokan
moral bangsa, karena masih banyak kerusakan yang menimpa bangsa ini
seperti korupsi, kolusi, membohongi rakyat, pembodohan masyarakat,
obral janji pejabat yang tidak ditepati, memperjualbelikan agama sebagai
alat politik, kemunafikan dari figur publik, mempekerjakan anak di bawah
umur, narkoba, minuman keras dan lain-lainya.6
Kriminalitas semakin marak, baik dilakukan oleh orang-orang yang
tertekan ekonominya maupun oleh orang-orang mapan dan cukup
kebutuhan hidupnya. Kriminalitas membudaya, menjamur di semua lini,
penyalahgunaan banyak dilakukan, perampokan terhadap nasabah Bank
acapkali terjadi, pembobolan ATM- Anjungan Tunai Mandiri- dan buku
tabungan di Bank belum juga bisa dihentikan. Belum lagi, SMS-Short
Message Service- yang mengganggu dengan mengirimkan perbagai
penawaran, permintaan pengiriman pulsa ataupun nomor rekening Bank.
Bagi sebagian masyarakat, ini membuat hidup mereka dalam
bayang-bayang ketidaknyamanan.
Sebenarnya kalau kita merujuk pada kehidupan rasulullah SAW
dan para sahabatnya, semua orang berkompeten dan berkewajiban
meluruskan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai religius. Perbaikan
dan penyelamatan moral bangsa ini adalah tanggungjawab kita bersama.
Para pejabat pemerintahan, ulama, kiai, ustadz memiliki kewajiban dan
tugas dalam hal ini. Sehingga apabila kita mau mencari dan menelusuri
yang paling bertanggungjawab atas semua itu, maka jawabannya adalah
pemimpin.
Secara verbal kegiatan sepeti ceramah, teguran, nasihat perlu
dilaksanakan. Agar lebih efektif, diperlukan perbuatan amal nyata terdapat
tuntunan dan tatanan yang mau dituju. Ini adalah salah satu proses
rekonstruksi masyarakat.7 Menata masyarakat dengan memberikan teladan
hidup secara nyata, bukan hanya teori semata. Karena persoalan yang
terjadi di tingkat masyarakat, jauh lebih berat dari teori yang telah
ditemukan.
Hal ini berdasarkan tantangan yang dialami saat ini, ternyata jauh
lebih kompleks dan persoalannya pun tentu berbeda dengan tantangan di
masa lalu. Saat ini, jauh lebih sulit dan rumit. Ibarat orang yang sakit,
seluruh syaraf telah terkena berbagai macam penyakit sehingga butuh
penanganan yang ekstra hati-hati, teliti, fokus dan tuntas. Karena persoalan
yang kita hadapi masalah yang telah mengakar di berbagai relung
kehidupan.
Dikaji dari segi esensial, mereka diharapkan mampu memelihara
dan melestarikan budaya, kebiasaan, aturan dengan baik. Peserta didik
diharapkan mampu berubah dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,
dan nilai- nilai sikap setelah aktivitas psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan. Perubahan itu bersifat secara relative
konstan dan berbekas.8
Di bidang pendidikan, Indonesia memiliki landasan idiil dan
landasan konstitusional untuk menyelenggarakannya pendidikan secara
nasional. Pancasila sebagai landasan idiil memiliki 5 dasar berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat yaitu sila pertama Ketuhanan Yang Maha
Esa. Landasan konstitusioal pelaksanaan pendidikan di Indonesia ialah
UUD 1945 yang di dalamnya terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Nasional Indonesia
adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat
Indonesia, oleh karena itu segala usaha untuk mencapai maksud tersebut
harus digalakkan dan dikembangkan.9
Secara jelas, UURI No. 2 Tahun 1989 B.2 Pasal 4 di tentang
Tujuan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal ini semakin menguatkan Indonesia
sebagai salah satu Negara di dunia yang memprioritaskan pendidikan
sebagai sektor terpenting dalam pembangunan nasional, sehingga
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI.10
Selain itu, Kementerian Agama juga mendapat tugas perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keagamaan.11 Terkait
sejauh mana peran Kementerian Agama dalam pendidikan, setidaknya
kurikulum yang membidangi keagamaan itu adalah wewenang dari
Kementerian Agama. Hal ini sesuai dengan bidang tugas dan wewenang
masing-masing supaya tujuan dan fungsi dari setiap kementerian dapat
berjalan dengan baik sesuai peraturan yang berlaku.
Agama digunakan untuk membimbing dan mengarahkan peserta
didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari
9 Himpunan Perundang-undangan Penamas (Surabaya: 2009), 251. 10Ibid., 270.
keimanan yang telah dibina oleh penanaman pengetahuan agama yang
harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia.12
Hal ini sesuai dengan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini kemudian berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Akhlak mencakup sifat lahiriyah dan beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriyah.13
Selain itu, menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama,
menyatakan bahwa agama memiliki fungsi dalam masyarakat khususnya
bagi peserta didik, yaitu : fungsi edukatif, fungsi melayani, fungsi
pendamaian, fungsi kontrol sosial, fungsi pemupuk solidaritas, fungsi
transformatife, fungsi kreatif, fungsi sublimatif.14
Fungsi edukatif bermakna bahwa agama mengajarkan kepada umat
manusia agar mengetahui, menjalankan pengetahuan yang telah diketahui
tersebut dengan harapan agar generasi muda dapat belajar dari orang yang
lebih dulu menjalankannya. Pengetahuan tentang shalat itu penting namun
pelaksanaannya jauh lebih penting, karena nilai di dalamnya dapat
mendorong masyarakat ke arah kejujuran, keihklasan dan sikap serta
12 Team Pustaka Phoenik, Phoenik Pustaka Excellent Dictionary ( Jakarta .PT. Media Pustaka Phoenik, 2011), 92.
13 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 7.
gairah membangun.15 Selain itu, shalat dapat membuat hati dan pikiran
menjadi cerah.16
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Hal ini
tentunya dapat menjamin stabilitas ketahanan mental sehingga merupakan
modal utama dalam membentengi bangsa dan Negara dari rongrongan
atheis/komunis.17 Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan
melarang. Kedua unsur tersebut mempunyai latar belakang mengarahkan
agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam al Quran surat Hud:114 yang
artinya:”Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat menghilangkan
kejelekan-kejelekan ( dosa-dosa), dan yang demikian itu adalah peringatan
bagi orang-orang yang mau ingat”.18
Secara yuridis, fungsi menyuruh bermakna perintah yang harus
dijalankan oleh setiap orang dengan reward dari Allah berupa pahala dan
makna larangan adalah harus dijauhi dengan neraka sebagai ancaman.
Pahala dunia dapat berupa kemenangan-kemenangan, memperoleh harta
rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.
Firman Allah dalam al Quran surat Ali Imran:148 yaitu:
15 Himpunan Undang-undang Penamas (Surabaya: Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Timur, 2009), 381.
16 Husaini A. Majid Hasyim, Syarah Riyadhush Shalihin 2, ter. Mu’ammal Hamidy Imron A. Manan ( Surabaya:PT. Bina Ilmu), 216.
17 Himpunan Undang-undang Penamas (Surabaya: Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Timur, 2009), 381.
بحي هللاو ةرخ لا باوث نسحو ايندلا باوث هللا مهت اف
نينسحملا
Artinya:“Maka allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang
baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan”.19
Fungsi keselamatan bermakna bahwa dengan menjalankan
ajaran-ajaran agama umat manusia akan hidup damai, tenang. Keselamatan itu
sendiri meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam terminologi
menurut Thohir Luth, agama diartikan selamat, damai, sejahtera. Dalam
mencapai keselamatan itu agama mengajarkan kepada para penganutnya
melalui pengenalan kepada masalah yang sakral berupa keimanan kepada
Tuhan. Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat
membuat pikiran dan jiwa menjadi kalut.20 Rasa bersalah dan berdosa akan
segera hilang dari batinnya apabila seseorang telah melakukan taubat.
Ajaran agama oleh para penganutnya dianggap sebagai norma,
sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial
kepada individu maupun kelompok, karena agama secara instansi
merupakan norma bagi pengikutnya dan agama sebagai ajaran mempunyai
fungsi kritis yang mempunyai sifat profetis ( wahyu, kenabian ).
Nabi dipilih Tuhan untuk menyampaikan ajaran-Nya, nabi tidak
berucap menurut kemauan dan dorongan hawa nafsunya, karena semua
ucapannya tidak lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.21 Wahyu
19 Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Sukses Publishing, 2012), 69. 20Ibid…,216
sesuatu yang luar biasa diberikan kepada nabi, tetapi tidak dibebankan
kewajiban kepadanya untuk menyampaikan kepada masyarakat.
Agama mengajarkan kepada penganutnya untuk membantu dan
memupuk rasa solidaritas diantara sesama manusia. Keperdulian terhadap
orang lain tanpa melihat unsur- unsur sosial, politik. Keperdulian yang
dimaksud lebih menekankan kesadaran, siapapun yang perlu kita bantu,
maka kita harus menolongnya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Hal
ini sesuai apa yang telah dilakukan Nabi Muhammad saw saat memikirkan
masyarakat, bagaimana caranya untuk memperbaiki mental kepercayaan
dan budi pekerti manusia yang rendah, supaya menjadi manusia yang
menyembah Allah dan berbudi tinggi.22
Fungsi agama adalah mengubah kepribadian seseorang atau
kelompok masyarakat. Kepribadian seseorang menurut pendekatan falsafi
antara perbuatan dan nash harus seiring, tidak bertentangan. Antara fakta
dan dalil harus sejalan. Apa yang difikirkan oleh akal, sejalan dengan
ajaran agama.
Kebesaran seorang manusia bukan bersumber dari kedudukan dan
harta, tidak pula karena nasab bangsa yang melahirkan kemulian silsilah keturunannya. Kebesaran dan keagungan itu justru karena kepribadian,
keluhuran akhlak dan luasnya bidang yang ditanganinya.23 Hal ini telah
sesuai dengan fitrah dan naluri al Quran surat Ar-Rum : 30 yang artinya
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama fitrah, dan
tetapkanlah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
22 Hadiyah Salim, Qishashul Anbiya (Bandung: PT. Al Ma’arif,Cetakan ke 20) 212
fitrah itu". Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,
tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.24
Tidak diragukan lagi tentang sepak terjang dari sosok abad 6 yaitu
Nabi Muhammad saw, beliau menjadi figur teladan karena ucapannya,
sikap dan perbuatannya mulia. Ditinjau dari berbagai persepektif, yang
dilakukannya memiliki makna yang baik dan patut untuk diteladani oleh
semua umat. Oleh karena itu Nabi Muhammad (570-632) menjadi urutan
pertama daftar 100 tokoh yang berpengaruh di dunia, dialah satu- satunya
manusia dalam sejarah yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik
dalam hal agama maupun hal duniawi.25
Terdapat beberapa argument terkait keteladanan, setidaknya
terdapat 2 peran Muhammad saw bisa masuk menjadi 100 tokoh paling
berpengaruh sapanjang masa yaitu menegakkan dan menyebarkan salah
satu agama terbesar di dunia dan tampil sebagai seorang pemimpin yang
tangguh dan efektif.26
Ajaran agama mendorong dan mengajak penganutnya untuk
bekerja produktif, bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi juga
untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja diperintahkan
bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut
untuk melakukan inovasi dan penemuan baru. Ajaran agama memfokuskan
segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat ukhrawi melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan
24 Al Quran dan Terjemah (Sukses Publishing: Jakarta, 2012), 408.
dengan ajaran agama dan dilakukan dengan niat yang tulus karena dan
untuk Allah semata.
Dengan agama, Allah akan memberikan petunjuk yaitu berupa
akal, insting ( naluri ) dan kodrat alamiah untuk kelanjutan hidupnya
masing-masing.27 Seluruh makhluk ciptaan-Nya berada dalam
pengawasannya, tidak ada yang lepas sedikitpun dari Dia. Semua
terpantau, tanpa pengecualian. Dia memiliki sifat ar-Raqib (
بيقرلا
).Dia maha mengawasi segala sesuatu, niat yang ada di dalam hati ataupun
yang sudah didhohirkan, sesuatu yang ghaib maupun yang nyata. Apa yang dia ciptakan selalu dalam pengawasannya.
Akhlak yang mulia peserta didik di sekolah tercermin dari
kedisiplinan, kebersihan, tanggungjawab, sopan santun, hubungan sosial,
kejujuran, dan melaksanakan ibadah ritual. Unsur kedisiplinan antara lain
hidup teratur, mematuhi berbagai aturan yang berlaku, memiliki prinsip
hidup, tidak merugikan orang lain, menjaga keamanan dan ketertiban
lingkungan, mengaji ( memiliki kemauan untuk menimba ilmu ). Unsur
kebersihan antara lain yaitu sadar bahwa kebersihan sebagian dari iman,
menjaga dan merawat kebersihan pribadi, menjaga dan merawat
kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan serta
menjaga air wudhu, tempat buang air kecil agar selalu dalam keadaan
bersih.28 Dan kebersihan menjadi perintah dan setengah dari ajaran
agamanya.29
Unsur tanggungjawab antara lain yaitu melaksanakan berbagai
kewajibannya sebaik- baiknya, melaksanakan tugas sesui kemampuannya,
tidak marah dan tidak jengkel ketika gagal mencapai target, bekerja keras
untuk meraih sukses, mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan orang
lain. Unsur sopan santun antara lain yaitu sopan dalam ucapan, perbuatan
dan cara berpakaian, segera mengucap salam kepada teman dan pendidik,
tidak angkuh, murah senyum kepada orang lain, ramah dengan orang lain,
sopan santun kepada pendidik dan orang tua.
Unsur hubungan sosial antara lain yaitu menjalin silaturohmi
kepada siapapun, menolong teman yang mengalami kesusahan, menjalin
kerjasama dalam hal positif, menghindari permusuhan dengan siapapun,
toleransi dan empati kepada orang lain.30 Selain itu sebagai makhluk
sosial, sikap sosial juga harus kita kedepankan. Sikap sosial pelatihannya
yaitu kehidupan ini sebuah ibadah, bekerja ikhlas, memberi salam,
tersenyum saat bertegur sapa, aktif bertanya, adil. Kedua jadikan diri
menjadi pribadi unggul, berempati, menyampaikan informasi, memberikan
pelayanan dengan kasih sayang. Ketiga berpenampilan sehat dan menarik,
berbaju rapi dan bersih, rambut tersisir/ berjilbab rapi, sepatu tertutup
nyaman dipakai. Keempat menjadi pendengar aktif, mendengarkan
28 Himpunan Undang-undang Penamas (Surabaya: Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Timur, 2009), 386.
29 Sayyid Muhammad Alwy al Maliky. Insan Kamil Sosok Keteladan Muhammad SAW, ter.Hasan Baharun(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1999), 11.
infirmasi dan menanggapinya segera. Kelima etika dalam bertelepon, buka
percakapan dengan salam, menyampaikan identitas diri dan siap
menawarkan bantuan, menutupnya dengan ucapan terima kasih. Keenam
sanggup menangani komplain dengan tenang dan menyelesaikannya cepat.
Ketujuh peduli lingkungan, meningkatkan mutu layanan, menjaga
kebersihan, dan keselamatan pembelajaran.
Unsur kejujuran antara lain yaitu tidak berkata bohong, menjaga
amanah, konsekuen, menepati janji, mengakui kelebihan orang lain. Unsur
pelaksanaan ibadah ritual antara lain yaitu melaksanakan kegiatan ibadah
sesuai agama yang dianutnya, menghormati teman yang beragama lain,
mempunyai perasaan yang selalu diawasi oleh Allah, menerima ketentuan
Allah, beramal untuk bekal akhirat.
Masyarakat menganggap bahwa pendidikan agama yang ada di
Indonesia ini belum mampu membentuk manusia yang religius dan
berakhlak mulia. Hal ini dilatarbelakangi beberapa hal diantaranya karena
pelaksanaannya belum sepenuhnya dilaksanakan secara terus- menerus
oleh para peserta didik. Waktu peserta didik untuk belajar di sekolah
terbatas, tentunya hanya sejauh itu pula pendidik dapat mengontrol
aktivitas mereka. Peserta didik lebih banyak memiliki waktu di luar
sekolah, tentunya disini juga seharusnya orang tua yang memiliki peran
penting dalam hal ini. Tetapi terkadang terdapat beberapa faktor, sehingga
fungsi kontrol orang tua dinilai kurang sehingga oleh sebagian peserta
didik dianggap diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri di luar
Moralitas dikalangan para peserta didik merupakan salah satu
permasalahan yang mendapatkan perhatian semua pihak. Berbagai aspek
telah mengalami pergeseran. Adanya gaya hidup, pergaulan dan cara
pandang yang mendasar tentang standar sikap dalam bersosialisasi dengan
orang lain, pertengkaran antar peserta didik, kesopanan peserta didik
memunculkan berbagai tanggapan dari para orang tua dan masyarakat. Hal
ini tentu membuat gelisah para pendidik diberbagai tingkatan, terutama
pendidikan tingkat dasar.
Selain itu, secara psikologimempengaruhi sugesti dan alam pikiran
masyarakat, hal itu dikarenakan bahwa sebuah televisi selain memberikan
informasi secara aktual dan faktual, televisi juga menyajikan acara yang
sifatnya menghibur. Satu sisi cara berpakaian yang berubah, cara
berbicara, sikap yang bebas, minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, telah banyak kita jumpai pada masa sekarang ini.
Selain itu dari tinjauan akhlak, berkurangnya sikap ramah dengan
orang lain, tidak menghadapkan muka saat berbicara, tidak menyambut
orang yang baru datang dengan senyuman, tidak menyenangkan hati orang
lain merupakan dampak dari kemajuan Iptek.31 Hal tersebut membuat
berbagai pihak merasa khawatir dan gelisah, karena nilai-nilai religius
yang telah mereka pelajari dulu, sekarang ini lambat laun mengalami
pergeseran dan pengikisan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis
berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi
Nilai-nilai Religius bagi Peserta Didik ( Studi Multi Kasus di MIN
B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian
Mengingat pentingnya implementasi nilai religius bagi peserta
didik, yang berkembang dibeberapa sekolah. Berdasarkan
pemikiran-pemikiran yang tertuang dalam latar belakang masalah penelitian di atas,
maka peneliti akan mengkaji masalah-masalah penelitian yang
berhubungan dengan implementasi nilai-nilai religius bagi peserta didik,
maka fokus penelitian secara umum dari penelitian ini adalah “Bagaimana
implementasi nilai- nilai religius bagi peserta didik”. Secara khusus, penelitian ini difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai religius yang dikembangkan di MIN Mojorejo dan
SDN Wates 02 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar?
2. Bagaimana upaya mengimplementasikan nilai-nilai religius bagi peserta
didik di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02 Kecamatan Wates
Kabupaten Blitar?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi nilai-nilai religius
bagi peserta didik di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02 Kecamatan
Wates Kabupaten Blitar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian dan fokus penelitian di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai-nilai religius bagi peserta didik apa yang
dikembangkan bagi peserta didik di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02
2. Untuk mengetahui upaya mengimplementasikan nilai- nilai bagi peserta
didik di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02 Kecamatan Wates
Kabupaten Blitar.
3. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi
nilai- nilai religius bagi peserta didik di MIN Mojorejo dan SDN Wates
02 Kecamatan Wates Kabupaten Blitar.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan teori dan praktik tentang nilai-nilai religius bagi peserta didik
kepada berbagai pihak, manfaat secara teoritis maupun praktis yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
Secara toritis, temuan penelitian ini hasilnya dapat memberikan
sumbangan pemikiran ilmiah, pengembangan keilmuan perspektif
pendidikan religius, khususnya tentang nilai- nilai religius yang
diimplementasikan di MI dan SD, upaya- upaya mengimplementasikan
nilai-nilai religius tersebut dan faktor- faktor yang mempengaruhi
implementasi nilai- nilai religius tersebut bagi peserta didik.
2. Kegunaan Praktis
Bagi lembaga yang diteliti, dapat menjadi acuan di dalam
memperbaiki dan mengembangkan nilai-nilai religius yang dilaksanakan
dan bagi peneliti lain, dapat menjadi titik tolak dan rujukan untuk
melaksanakan penelitian yang lebih luas dan mendalam tentang nilai-nilai
religius serta dapat menyelesaikan hambatan-hambatan implementasi
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau
adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai
tujuan kegiatan.
2. Nilai-nilai religius adalah nilai-nilai yang memfokuskan relasi manusia
yang berkomunikasi dengan Tuhan.32
3. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.33
4. MIN adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia,
setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh
Kementerian Agama.
5. SDN adalah lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemerintah daerah
kabupaten atau kota.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa
implementasi nilai-nilai religius bagi peserta didik adalah suatu kegiatan
terencana untuk mengetahui perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama.
F. Sistematika Pembahasan
32 Anton Baker, Ontologi atau Metafisika Umum: Filsafat Pengada dan Dasar-dasar Kenyataan (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 184- 191.
Pembahasan dalam tesis ini secara sistematis terdiri dari enam
bab, untuk setiap babnya terdiri dari beberapa sub bahasan sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan memuat konteks penelitian, fokus dan
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah.
BAB II Kajian Pustaka
Pada bab kajian pustaka memuat tentang teori dan konsep, peneliti
terdahulu, paradigma penelitian. BAB III Metode Penelitian
Pada bab metode penelitian memuat rancangan penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis
data, pengecekan keabsahan temuan, tahap- tahap penelitian. BAB IV Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, temuan penelitian
dan analisis data. BAB V Pembahasan BAB VI Penutup
Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi kesimpulan,
Bab III : Metode Penelitian A.Rancangan Penelitian B. Kehadiran Peneliti C. LokasiPenelitian D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data F. Analisis Data
G. Pengecekan Keabsahan Temuan H. Tahap- tahap Penelitian
Bab IV : Data dan Temuan Penelitian A. Deskripsi Data
B. Temuan Penelitian C. Analisis Data
Bab V : Pembahasan
Bab VI : Penutup