EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS AUDIO
VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS
VII-F DI SMPN 1 TARIK
S K R I P S I
Oleh:
DANI IRMAWATI NIM. D71212128
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Dani Irmawati 2016: Efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di SMPN 1 Tarik.
Dengan perkembangan pada saat ini, seorang pendidik harus bisa mempergunakan alat teknologi sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan media modern,sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, ldc, viewer,tentunya akan lebih menarik perhatian dari pada hanya di dapat dari guru saja.
Sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang lebih efektif dan variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMPN 1 Tarik, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilaksanakan sebatas menggunakan media tempel dan metode ceramah. Maka perlu diadakan media baru yaitu audio visual agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang lebih menyenangkan.
Dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang perlu dijawab, meliputi Bagaimana penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bagaimana hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik, Bagaimana efektivitas media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Tarik. Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, sehingga hasil yang diperoleh berupa angka dari hasil perhitungan. Untuk menganalisis data tentang penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik menggunakan rumus prosentase, sedangkan analisis terhadap efektivitas penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil belajar menggunakan rumus product moment.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
D. Batasan Masalah ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang penggunaan media berbasis audio visual ... 13
1. Tinjauan tentang media audio visual ... 15
3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 17
4. Kriteria Pemilihan Media untuk Pembelajaran PAI ... 25
B. Tinjauan tentang hasil belajar PAI ... 27
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 27
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30
3. Pengertian hasil belajar ... 34
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 36
C. Efektivitas Penggunaan Media Berbasis Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik ... 40
D. Hipotesis penelitian ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46
B. Rancangan Penelitian ... 46
C. Identifikasi variabel... 47
D. Populasi penelitian ... 48
E. Jenis data ... 49
F. Sumber data... 51
G. Teknik pengumpulan data ... 52
H. Instrumen penelitian ... 54
I. Teknik analisis data ... 56
1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Tarik ... 61
2. Kondisi geografis SMP Negeri 1 Tarik ... 62
3. Visi dan Misi dan Tujuan Pendidikan ... 62
4. Profil Sekolah ... 65
B. Hasil Observasi ... 69
C. Penyajian Data ... 72
1. Penggunaan Media Berbasis Audio Visual Pada Mata Pelajaran PAI di Kelas VII F SMPN 1 Tarik ... 72
2. Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII-F ... 78
D. Analisis Data Penelitian ... 90
1. Penggunaan media berbasis audio visual pada mata pelajaran PAI di kelas VII-F ... 90
2. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F ... 91
3. Efektivitas penggunaan media berbasis audio visual pada mata pelajaran PAI kelas VII-F ... 92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98
B. Saran... 99
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ... 59
TABEL 2 ... 65
TABEL 3 ... 67
TABEL 4 ... 67
TABEL 5 ... 70
TABEL 6 ... 73
TABEL 7 ... 79
TABEL 8 ... 84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi belum
berkembang seperti sekarang ini, ketika ilmu pengetahuan belum sepesat
ini proses pembelajaran biasanya berlangsung pada tempat dan waktu
tertentu. Proses pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan
peserta didik malalui bahan verbal sebagai media utama penyampaian
materi pelajaran. Proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai
sumber belajar. Dalam kondisi semacam ini, akan ada proses pembelajaran
manakala ada guru. Tanpa kehadiran guru di dalam kelas sebagai sumber
belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi dimonopoli oleh adanya
kehadiran guru di dalam kelas. Peserta didik dapat belajar dimana dan
kapan saja. Peserta didik bisa belajar apa saja sesuai dengan minat dan
gaya belajar. Seorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat
merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan
sumber belaajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien.1
1
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
Untuk mempelajari bagaimana kehidupan pada masa Rasulullah
tidak mungkin guru mengajak untuk kembali marasakan masa lampau.
Untuk memberikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan
alat bantu seperti film atau foto-foto dan lain sebagainya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, dari segi
sosial, ekonomi, dan pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak
tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
maka perlu adanya penyesuaian – penyesuaian, terutama faktor – faktor
yang berkaitan dengan proses pembelajaran dikelas, salah satu faktor yaitu
media pembelajaran yang harus dikuasai oleh seorang pendidik, sehingga
mereka dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
dengan efektif dan efisien.
Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern,
walaupun sangat minim, tapi paling tidak di sekolah memiliki alat OHP
yang digunakan sebagai media atau alat bantu dalam proses pembelajaran.
Penggunaan alat – alat modern memang sudah seharusnya diterapkan
dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya pendidik mengajar hanya
dengan bantuan papan tulis dan spidol atau kapur. Dengan perkembangan
pada saat ini, seorang pendidik harus bisa mempergunakan alat teknologi
sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan
berkembangnya teeknologi pendidikan tersebut menjadikan proses
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
anak-anak, pendidikan dengan media modern,sebut saja media elektronik
seperti televisi, vcd, ldc, viewer,tentunya akan lebih menarik perhatian
daripada hanya didapat dari guru saja.
Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias
apabila menonton film kartun atau bermain playstation daripada
memperhatikan guru mengajar atau membaca buku pelajaran. Salah satu
penyebabnya adalah cara mengajar guru terlalu klasik atau tidak up date,
atau dengan kata lain guru tidak modern baik dalam metode
pengajaran,dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media belajar.
Penggunaan media audiovisual seperti VCD atau LCD viewer, tentu dapat
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu
memberi daya ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer,
pelajaran (suatu program acara) yang bisa diingat lewat media pandang
dengar ini, setelah 3 hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja
10% dan media pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan
barang baru dalam pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan
khususnya di Indonesia, hal ini masih dirasa asing. Memang benar, bahwa
media atau instrumen audio visual dan sejenisnya bukanlah hal yang
esensial, karena hanya masalah hardware saja,dan tanpa itu itupun proses
pembelajaran dapat berjalan. Prof. Dr. Nasution, M.A berpendapat bahwa :
“ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
dihasilkan bukan khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan seperti radio, film opaque
projector, overhad projector, TV, video tape recorder, computer
dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi pengajaran lazim
disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau
Instrucsional aids. Dalam teknologi pendidikan, hal ini disebut
dengan hardware. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun
bukan inti atau hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri
tidak mengandung arti pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila
dikaitkan dengan suatu pelajaran atau program. Program ini lazim
disebut software. Yang merupakan inti teknologi pendidikan adalah
programnya yang harus disusun menurut prinsip-prinsip tertentu.
Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa alat-alat teknologi
modern seperti dikatakan tersebut diatas.”2
Sebagai upaya pengembangan dalam proses belajar mengajar yang
lebih efektif dan variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu adanya
model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMPN 1 Tarik, sejauh ini
proses pembelajaran PAI baru dilaksanakan sebatas menggunakan media
tempel dan metode ceramah. Maka menurut peneliti, perlu diadakan media
baru yaitu audio visual agar peserta didik lebih memahami pelajaran dalam
suasana yang lebih menyenangkan.
2
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
Dari uraian diatas kiranya sangat menarik apabila dilakukan
penelitian di SMPN 1 Tarik untuk mengetahui lebih jauh efektivitas
penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran PAI. Untuk itu peneliti mengangkat judul “Efektivitas
Penggunaan Media Berbasis Audio Visual Dalam Mengingkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII-F di SMPN 1
Tarik”
Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektivitas audio visual
tersebut sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan
diteliti dengan instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi, dan diteliti pula hasil belajar peserta didik yang juga
termasuk indikator efektivitas kegiatan pembelajaran, yaitu dengan
instrument tes, dan angket yang diberikan oleh peneliti kepada subjek
penelitian yaitu peserta didik kelas VII-F.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang ada diatas, peneliti merumuskan pertnyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
3. Bagaimana efektivitas media audio visual dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Tarik?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini, adalah :
1. Untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik.
2. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik.
3. Untuk mengetahui keefektifan media audio visual dalam meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F
semester 1.
D. Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap banyaknya manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan.
b. Bagi peneliti hal ini sangat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan, pengalaman, serta mendapat informasi baru dari kegiatan
penelitian ini.
c. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program
Strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel khususnya pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan, juga dapat
dijadikan darar oleh peneliti lain yang mempunyai minat yang
sama dan sebagai tugas akhir bagi mahasiswa. Selain itu,
Universitas mampu membuktikan untuk mencetak mahasiswa yang
berkompeten melalui adanya penelitian ini.
3. Bagi Pendidik
Dari hasil penelitian ini peneliti mengharapkan agar pendidik lebih
memahami karakter peserta didik, tidak hanya memahami pada
intelektualnya saja, namun pendidik juga dituntut memahami bakat
dan minat anak dalam belajar. Dan pendidik mampu
mengkombinasikan gaya belajar peserta didik dengan media yang akan
digunakan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Bagi Peserta Didik
Dari penelitian ini diharapkan peserta didik lebih memahami tentang
pembelajaran PAI melalui media audio visual. Sehingga pembelajaran
Pendidikan Agama Islam melaui media audio visual bisa dikatakan
sangat aplikatif dan efektif.
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
a. Bagi lembaga pendidikan SMPN 1 Tarik untuk mengetahui
penggunaan media audio visual dalam pembelajaran PAI efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Dari hasil penelitian ini peneliti dapat menyumbang ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang sedang diteliti dan
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan
media ilmu pengetahuan yakni Pendidikan Agama Islam.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terfokus, maka perlu adanya batasan masalah
dalam penelitian. Ruang lingkup yang akan diteliti dan dibatasi pada :
1. Penerapan media audio visual dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 1 Tarik.
2. Subjek penelitiannya adalah kelas VII-F di SMPN 1 Tarik.
3. Materi pengajaran hanya pada materi semester ganjil tahun ajaran
2015-2016.
F. Definisi Operasional
untuk mempermudah maksud yang terkandung dalam judul skripsi
ini, maka penulis memberikan penjelasan mengenai bagian-bagian kata
yang terdapat dalam judul skripsi. Adapun penjelasannya diuraikan
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
1. Efektivitas : sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi
sebagai pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang
telah ditetapkan jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti
makin tinggi efektivitasnya.
2. Penggunaan : berasal dari kata dasar guna yang berarti faedah atau
manfaat,3 mendapat imbuhan pe-an yang berarti pemanfaatan yang
dimaksudkan dengan penggunaan disini adalah manfaat yang diperoleh
dari media pembelajaran audio visual dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
3. Media : berasal dari bahasa latin, yakni medius yang secara harfiahnya
berarti ’tengah’,„pengantar’atau „perantara’. Dalam bahasa arab, media
disebut (لئاسو ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima4.
Media disini diartikan sebagai alat penyalur informasi.
4. Audio Visual : adalah media yang mempunyai unsur suara dan gambar
didalamnya. Audio visual istilah untuk barang-barang bukan cetakan,
misalnya film, pita rekaman dan kaset, yang berfungsi merekam
informasi dari suara atau penglihatan.5Audio Visual disini adalah
3
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
media yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI di SMPN 1
Tarik.
5. Hasil Belajar : adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
sehingga menghasilkan suatu pemahaman. Yang dimaksud hasil
belajar disini adalah nilai yang dicapai dalam proses pembelajaran PAI
dengan menggunakan media audio visual.
6. PAI : yaitu salah satu mata pelajaran yang ada di tingkat menengah,
yang membahas materi tentang ajaran – ajaran agama yang akan
diimplementasikan pada kegiatan sehari – hari.
7. SMPN 1 Tarik : adalah salah satu sekolah menengah pertama yang
terakreditasi A atau negeri yang berada di kecamatan Tarik, kabupaten
Sidoarjo.
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan mengenai permasalahan yang diteliti ini lebih mengarah
pada tujuan yang ingin dicapai, maka peneliti membahas bab yang
meliputi :
BAB I PENDAHULUAN. Membahas tentang permasalahan yang
telah peneliti temukan di lapangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, batasan masalah, definisi operasional dan sistematika
digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id digilib.uinsby.co.id
BAB II KAJIAN TEORI. Memuat mengenai teori yang terdapat
pada literatur – literatur yang digunakan peneliti. Pada bab ini peneliti
akan membahas :
1. Tinjauan tentang media pembelajaran (audio visual) yang mencakup
pengertian media pembelajaran, pengertian media audiovisual,
klasifikasi media pembelajaran, pemilihan media pembelajaran dalam
pelajaran PAI.
2. Tinjauan tentang hasil belajar pada peserta didik pada mata pelajaran
PAI yang meliputi pengertian pembelajaran PAI, tujuan PAI,
pengertian hasil belajar, dan faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
3. Penggunaan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran PAI.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi jenis dan
rancangan penelitian, variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN. Membahas tentang laporan hasil
penelitian yang telah peneliti laksanakan di lapangan (mengenai sejarah
dan latar belakang berdirinya SMPN 1 Tarik, lokasi SMPN 1 Tarik,
keadaan guru di SMPN 1 Tarik, keadaan peserta didik di SMPN 1 Tarik,
sarana dan prasarana di SMPN 1 Tarik, pelaksanaan pembelajaran di
SMPN 1 Tarik, hasil belajar PAI kelas VII di SMPN 1 Tarik), deskripsi
data, analisis data dan pengujian hipotesis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sebenarnya kata media sudah tidak asing lagi ditelinga kita, tetapi
pemahaman banyak orang terhadap kata tersebut berbeda - beda. Kata
media berasal dati bahasa latin, yakni memiliki arti medius yang secara
harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara.1 Media pendidikan
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh
guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta
didik.2 Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan
bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.3 Media berarti sarana
fisik untuk menyampaikan materi pengajaran (isi pesan) seperti buku, film,
video, slide dan komputer (Brigs, 1997).4
Heinich dan kawan – kawan. (1982) mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
1
Ibid., h.5-6 2
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), cet.Ke-1,jilid 1,h.7
penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang
diproyeksikan, bahan – bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi. 5 Apabila media itu membawa pesan – pesan atau informasi
yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud – maksud
pengajaran maka media itu disebut media pengajaran.
Media pengajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28), dapat
memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk
perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan
(3) memberi instruksi. Untuk tujuan informasi, media pengajaran dapat
digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok
peserta didik.6 Menurut Yudhi Munadhi dalam bukunya, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif.7 Media dalam pembelajaran dapat
mempermudah pendidik menyampaikan informasi mengenai materi yang
akan diajarkan dan peserta didik dapat dengan mudah menangkap materi
yang disampaikan oleh pendidik.
5
Azhar Arsyad, Media, Ibid., h.4 6
Ibid.,h.21 7
1. Media Audio Visual
Media audiovisual dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama,
dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan
media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan
video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang
kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila
diberi unsur suaradari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan
dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran.8
2. Pengertian Media Audio Visual
Media pembelajaran dalam bentuk visual dalam bentuk gambar,
foto, atau audio dalam bentuk rekaman suara, bunyi – bunyi tertentu,
demikian juga dalam dalam bentuk gabungan keduanya seperti rekaman
video yang mengandung unsur audio dan video telah mengubah paradigma
hasil belajar. Berapa besar dan bagaimana media audio visual ini
mempengaruhi keberhasilan perubahan perilaku peserta didik maka hal itu
cukuplah menjadi landasan kuat tentang bagaimana seorang guru harus
mempersiapkan media tersebut yang direlevansikan dengan karakteristik
materi.9 Media audio visual juga sering dikenal dengan audiovisual aid
(AVA).
8
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta : Refenensi (GP Press Group), 2013), cet. Ke-1, Jilid 1,h.113-114
9
Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyampaikan
materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual
jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar
mengajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual
yang lebar.10 Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan
penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata
atau simbol-simbol yang serupa.
Dengan terbentuknya Department of Audiovisual Instructional
(DAVI) dan Association for Educational Communications and
Technology (AECT) memberikan definisi keterkaitan audio visual dalam
teknik pendidikan. Salah satu pandangannya adalah menekankan pada
konsep berdasarkan rekayasa materi dan pendekatan sistematis untuk
mengembangkan pengajaran. Dalam studi teknologi pendidikan, ada
perbedaan gradual antara alat audio visual (audiovisual aids) dan media
audiovisual (audiovisual media). Hills (1982) dalam Hamalik (2002 : 18)
mengungkapkan bahwa audio visual aids (AVA) adalah alat-alat yang
menggunakan penginderaan penglihatan dan pendengaran. Suatu pelatihan
yang menggunakan alat kedua sensoris untuk menerima input dapat
mencapai tingkat efektifitas yang tinggi. Alat-alat yang termasuk pada
10
AVA meliputi : sound film, filmstrip, tape/slide, siaran televisi, dan
rekaman video.
Sedangkan media audio visual pada hakikatnya adalah suatu
representasi (penyajian realitas, terutama melalui penginderaan
penglihatan dan pendengaran yang bertujuan untuk mempertunjukkan
pengalaman-pengalaman pendidikan yang nyata kepada peserta didik.11
Cara ini dianggap lebih tepat,cepat dan mudah dibandingkan dengan
melalui pembicaraan, pemikiran, dan cerita mengenai pengalaman
pendidikan. Dengan demikian media pendidikan berfungsi ganda, yakni
sebagai pembawa, penyalur pesan/informasi dan sebagai unsur penunjang
proses pembelajaran (Hamalik, 2000 : 20).
3. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a. Dilihat dari sifatnya :
1) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengarkan saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman
suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adlah
11
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis.
3) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama
dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi
kedalam :
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti
radio dan televisi. Melalui media ini peserta didik dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara
serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
2) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.12
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, menurut Wina Sanjaya
media dapat dibagi menjadi :
1) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian
memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projektor untuk
memproyeksikan film, slide projektor untuk memproyeksikan film
12
slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan
transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka
media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan,
radio, dan lain sebagainya.13
Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada unsur
pokok yaitu suara, visual dan gerak. Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M.
Basyiruddin Usman, M.Pd. mengungkapkan dalam bukunya bahwa
terdapat 8 klasifikasi media yaitu :
a. Media audio visual gerak
Televisi (TV), gambar (suara), film (suara), pita video, film TV,
holografi
b. Media audio visual diam
Slow-scan TV, time shared TV, TV diam, film rangkai/suara, film
bingkai/suara, halaman/suara, buku dengan radio.
c. Media audio semi gerak
Tulisan jauh, rekaman tulisan, audio pointer.
d. Media visual gerak
Film bisu.
e. Media visual diam
Facsimile, halaman cetak, film rangkai, seri gambar, microform,
arsip video.
13
f. Media visual semi gerak
Teleugraph .
g. Media audio
Telepon radio, cakram (piringan) audio, pita audio
h. Media cetak
Teletip, pita berlubang.
Namun menurut Oemar Hamalik (1985 : 63) dan 4 klasifikasi
media pengajaran, yaitu :
a. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi,
micro projection, papan tulis, buletin board, gambar-gambar,
ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.
b. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya,
phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman tape
recorder.
c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,
benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, misalnya:
model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.
d. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka, dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Briggs lebih menekankan pada karakteristik
menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada
media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan
Disamping itu Briggs mengidentifikasi macam-macam media yang
dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara
langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan
tulis, media transparasi, film bingkai, film, televisi dan gambar.14
Teknologi dalam pendidikan pada dasarnya mendayagunakan
media auto-elektronik sebagai media komunikasi, untuk menyampaikan
pesan-pesan pendidikan kepada para peserta didik. Pendayagunaan media
tersebut dapat secara mandiri atau kombinasi beberapa media. Jenis-jenis
media audio visual disebutkan dalam buku Prof. Dr. Ishak Abdulhak dan
Dr. Deni Darmawan, ada 10 jenis media audio visual:
a. Transparansi
Jenis informasi (bagian-bagian penting) ditulis pada lembaran
transparansi tersebut dan disajikan melalui bantuan OHP. Proses
komunikasi audiens disertai dengan penjelasan secara lengkap dan
menyeluruh.
b. Slide
Bahan informasi tersusun dalam satu unit yang dibagi-bagi menjadi
perangkat slide yang disusun secara sistematis dan disajikan secara
berurutan. Slide satu dengan yang lainnya terlepas-lepas dan tidak
bersuara. Bentuk komunikasi ini lebih efektif bila disertai dengan
penjelasan lisan atau dibarengi dengan rekaman yang telah disiapkan
untuk menunjang sajian melalui slide tersebut.
14
c. Filmstrip
Satuan informasi dalam media ini disajikan secara
berkesinambungan, tidak terlepas-lepas, tapi sebagai satu unit bahan
yang utuh. Media ini tidak bersuara, dan karenanya perlu dibantu
dan dilengkapi dengan penjelasan verbal atau dikombinasikan
dengan penjelasan melalui rekaman.
d. Rekaman
Semua bahan informasi dirancang dan direkam secara lengkap.
Peserta didik mengikuti sajian sebagaimana halnya mengikuti
ceramah, mencatat hal-hal yang dianggap perlu, menulis
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dnegan hal yang belum jelas. Media
ini bersifat satu arah dan dapat digunakan untuk membantu media
lainnya misalnya siaran radio.
e. Siaran Radio
Program siaran radio dapat dipergunakan dalam rangka
pembelajaran jarak jauh. Siaran ini dapat menggunakan rekaman
atau komunikator. Si pembicara mengajukan informasi/pelajaran
dalam siaran langsung. Rekaman dan program radio menitikberatkan
pada pendayagunaan sebagai pendengaran (audio), segi visual
diabaikan dan komunikasi berlangsung satu arah.
f. Film
Mengkombinasikan media audio visual dan media audio. Suatu
putih disertai gerakan-gerakan dari para pelakunya. Keseluruhan
bahan informasi disajikan lebih menarik dengan nada dan gaya serta
tata warna, sehingga sajiannya lebih merangsang minat dan perhatian
penonton atau penerima pesan.
g. Televisi
Program siaran televisi lebih unggul dibandingkan dengan dengan
siaran radio dan film, bahkan kedua media tersebut sekaligus
digunakan dalam program siaran TV. Wilayah jangkauannya lebih
luas lebih bervariasi dan menarik, dapat dirancang secara khusus
atau melalui siaran langsung.
h. Tape atau Video Cassete
Media ini hampir sama dengan rekaman (recording), yakni meliputi
rekaman gambar. Rekaman diputar ulang dan tampak gambar film
yang berkombinasi dengan suara. Media ini hampir sama dengan
film biasa, lebih sederhana, dan lebih praktis keunggulan yang
dimiliki oleh rekaman, radio, film, dan televisi juga dimiliki media
ini.
i. Laboratorium
Pembelajaran melalui laoratorium juga menggunakan rekaman, baik
rekaman suara maupun rekaman video cassete dalam suasana
laboratorik. Model labolatorik adalah laboratorium bahasa dan
laboratorium pengajaran mikro.
Penggunaan komputer dalam komunikasi pembelajaran pada
prinsipnya sama dengan Computerized Assisted Instruction atau
CAI. Kemampuannya menerima informasi, menyimpan, dan
mengolah serta memproduksikannya dalam jumlah yang banyak dan
jangka waktu yang lama.15
4. Kriteria Pemilihan Media untuk Pembelajaran PAI
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepat gunaan, kondisi
siswa/mahasiswa, ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini
merupakan komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam
memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional,
spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku
(behaviour).
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media. Sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang
digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran peserta didik.
15
c. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi
anak. Faktor umur, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan
lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam
memilih media pengajaran.
d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media
dianggap tepat untuk digunakan dikelas. Akan tetapi di sekolah
tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan,
sedangkan untuk mendesain atau mendesain atau merancang suatu
media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna,
dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus
seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang
sederhana mungkin lebih menguntungkan daripada menggunakan
media yang canggih (teknologi tinggi) bilamana hasil yang dicapai
tidak sebanding dengan yang dikeluarkan.16
16
B. Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Tarik
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah ”upaya menanamkan
dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian
anak yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup
dan berguna bagi masyarakat.”17
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al
-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman.18
Menurut Zakiyah Daradjat (1987:87), pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,
menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
17
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003),h.10 18
Pendidikan agama juga diartikan sebagai pendidikan dengan
melalui ajaran-ajaran agama islam, yakni berupa bimbingandan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran
agama Islam itu sebagai suatu pendangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup didunia maupun diakhirat kelak.19
Tayar Yusuf (1986:35) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar
kelak menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah Swt, berbudi
pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan
menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan, yaitu
adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilandari generasi
tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena
itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua
hal, (a) mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan
nilai atau akhlak Islam; (b) mendidik peserta didik untuk mempelajari
materi ajaran Islam, subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.
Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan
tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan
(padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan;
pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara
hamba dengan Tuhan-Nya; penghayatan nilai-nilai agama kurang
mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respons kritis terhadap
pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan peserta
didik dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan
mengerjakan ujian tertulis dikelas yang dapat didemonstrasikan oleh
peserta didik.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya
terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadis, keimanan, akhlak,
fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun
minallah wa Hablun minannas)
Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
untuk membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar
berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam bukanlah sekedar
penambahan pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata,
akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah
didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi anusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (Kurikulum PAI : 2002).
Tujuan pendidikan agama Islam diatas merupakan turunan dari tujuan
pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No.20 tahun
2003), berbunyi: “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kreatif, mandiri, dan menjdi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan,
ungkapan Breiter, sebagai berikut:
“Pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidik anak berarti
bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak
sebagai seseorang secara utuh. Apa yang dapat anda lakukan ada
bermacam-macam cara, anda kemungkinan dapat mengajar dia, anda
dapat bermain dengannya, anda dapat mengatur lingkungannya, anda
dapat menyensor saluran televisi yang anda tonton, dan anda dapat
memberlakukan hukuman agar dia jauh dari penjara”
Ungkapan Roosevelt yaitu, “mendidik seseorang menekankan pada
otak/pikiran tidak pada morah adalah sama artinya dengan mendidik atau
menebarkan ancaman kepada masyarakat”. Sejalan dengan hal itu, arah
pelajaran etika didalam Al-Qur’an dan secara tegas didalam Hadis Nabi
mengenai utusannya Nabi adalah untuk memperbaiki moralitas bangsa
Arab waktu itu.
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam
dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial.
Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup
(khasanah) di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
Menurut Al-Syaibani tujuan tertinggi Pendidikan Agama Islam adalah
”mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir
yang hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh,
fisik, kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk
pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai
khalifah fi al-ardh.”20 Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi
menyimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima
sasaran, yakni: ”1) membentuk akhlak mulia, 2) mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat, 3) persiapan untuk mencari rezeki dan
memelihara segi kemanfaatannya, 4) menumbuhkan semangat ilmiah
dikalangan peserta didik, dan 5) mempersiapkan tenaga profesional yang
terampil”.21
Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Memahami ajaran agama
Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Hadits serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan
Negara, masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs.
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis, (Jakarta:PT.Ciputra Press,2005),cet. II,h.36
21
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”22
b. Keluhuran budi pekerti
Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi
pekerti dan amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri
tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.
c. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat dengan melaksanakan ajaran Agama Islam seutuhnya.
d. Persiapan untuk bekerja
Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat
bekerja dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup
ditentukan oleh amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan
yang baik (amal shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam
hidupnya. Firman Allah SWT dalam Qs. Al- An’am (6) ayat 132:
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang)
dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.”23
Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang
berintikan tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah
menanamkan rasa keragaman pada diri peserta didik serta meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sehingga di dalam perilaku
kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan menjadikan ajaran
agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya, baik dalam
hubungan dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan sesama
manusia.
3. Pengertian Hasil Belajar
Menurut kamus bahasa Indonesia, hasil adalah suatu yang ada
(terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.24
Sedangkan belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya,
yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah, kognitif,
afektif dan psikomotorik.
23
Ibid, h. 195 24
Belajar berarti proses usaha yang dilakukan individu guna
memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.25
Adapun pengertian belajar menurut W.S Winkel (2002) adalah
suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara
seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang
bersifat relatif konstan dan berbekas.
Jadi kesimpulan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam
berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.26
Di dalam bukunya, Ahmad Susanto menjelaskan tentang makna
hasil belajar, yaitu perubahan – perubahan yang teradi pada diri peserta
didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar
dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah
25
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2005),h.21
26
yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.27
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasilbelajar peserta didik
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam buku Yudhi Munadi menjelaskan bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor
internal ini meliputi: keserdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.28
1) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
27
Ibid, h.4 28
jasmani, dan sebagainya. Semuanya akan membantu dalam proses
dan hasil belajar. Kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat
berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Kondisi panca indera
akan memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan
memahami kelebihan dan kelemahan pancaindera dalam
memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah
dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan atau stimulasi
dalam proses belajar.
2) Faktor Psikologis
Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis.
Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan
dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan tersebut akan
berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya. Faktor psikologis
antaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif
dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.29
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik. Keluarga yang morat-marit keadaan
29
ekonominya, pertengkaran suami-istri, perhatian orang tua yang
kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku
yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.30
1) Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan dapat barupa lingkungan alam dan lingkungan
sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban,
kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari
diruang yang memiliki ventilasi udara yang kurangakan berbeda
dengan suasana belajar dipagi hari yang udaranya masih segar.
Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun
hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Misalnya pendidik dan peserta didik yang merasa terganggu
dengan pembicaraan orang-orang yang berada diluar kelas dengan
pembicaraan yang menggunakan nada keras. Karena itu sekolah
hendaknya didirikan dalam lingkungan yang kondusif untuk
belajar.
2) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
30
diharapkan. Faktor ini berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan belajar yang telah direncanakan.
Faktor instrumental berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan
guru. Kurikulum mengenai tujuan, bahan atau program, proses
belajar mengajar, dan evaluasi. Faktor ini berpengaruh besar
pada proses dan hasil belajar.
Kualitas pengajaran disekolah sangat ditentukan oleh guru,
sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 50) bahwa guru
adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini ditegaskan bahwa salah
satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar
peserta didik adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang
peranan yang sangat penting.31
C. Efektivitas Penggunaan Media Berbasis Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru
dalam mengelola kelas. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun
sosialnya. Sebab dalam proses pembelajaran aktivitas yang menonjol ada
31
pada peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses
dan dari segi hasil.32
Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif,
baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar,
dan percaya pada diri sendiri.
Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi
perubahan pada tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang
banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
masyarakat, dan pembangunan. Menurut Depdiknas (2004), pembelajaran
dikatakan tuntas apabila telah mencapai angka ≥ 75%.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas
belajar peserta didik yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah
lebih baik dari peserta didik yang belajar dengan pembelajaran
konvensional pada tingkat ketuntasan tertentu. Ketuntasan belajar peserta
didik hendaknya disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang telah ditetapkan disekolah.
Untuk dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif, maka
perlu diperhatikan beberapa aspek, diantaranya:
32
a. Guru harus membuat persiapan mengajar yang sistematis
b. Proses belajar mengajar (pembelajaran) harusberkualitas tinggi
yang ditunjukkan dengan adanya penyampaian materi oleh
guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi di
dalam penyampaian, baik itu media, metode, suara maupun
gerak.
c. Waktu selama proses belajar mengajar berlangsung digunakan
secara efektif.
d. Motivasi mengajar guru dan motivasi belajar peserta didik
cukup tinggi.
e. Hubungan interaktif antara guru dan peserta didik dalam kelas
bagus sehingga setiap terjadi kesulitan belajar dapat segera
diatasi.
Demikian rupa kelima aspek itu apabila dapat terlaksana dengan
baik, maka akan terwujud sebuah pembelajaran yang efektif.33
Efektivitas belajar supaya dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik, seorang guru harus pandai dalam memilih metode dan media yang
digunakan. Dalam hal ini, media audio visual berbentuk video menjadi
salah satu alternatifnya.
Menurut ahli pendidikan, Komaruddin dalam buku risetnya
”efektivitas adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang spesifik
atau mendesakan pengaruh spesifik terukur”. Menurut Salim dan
33Ibid
Sudarsono dalam kamus pendidikan mengungkapkan bahwa ”efektivitas
merupakan tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan
efektivitas adalah keadaan atau pengaruh, dapat membawa, berhasil guna
(usaha atau tindakan).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efektif sesuatu yang
berpengaruh atau mendapat hasil.34 Jadi dengan diterapkannya
penggunaan media berbasis audio visual diharapkan pembelajarannya akan
efektif sehingga mampu untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
yang optimal pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Efektif atau
tidaknya media audio visual tersebut bisa dilihat dalam nilai yang dicapai
peserta didik setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media
berbasis audio visual.
D. Hipotesa
Hypotesa berasal dari dua kata “hypo” yang artinya dibawah dan
“thesa” yang artinya kebenaran yang kemudian cara menulisnya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia dan berkembang menjadi
hipotesis.35
34
Purwodarminto, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Umum bahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h. 219
35
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul.36
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang
mungkin benar atau mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila
fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat
tergantung pada hasil penelitian terhadap fakta yang ditimbulkan.37
Dari permasalahan diatas, peneliti membatasi masalah dengan
rumusan masalah, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesa yang
hanya bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian.
1. Hipotesa Kerja (Ha) yaitu hipotesa alternatif yang menyatakan adanya
hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y, atau
adanya perbedaan antara kedua kelompok. Yaitu antara penggunaan
media berbasis audio visual dalam meningkarkan hasil belajar peserta
didik.
Dengan rumusan:
a. Jika penggunaan media berbasis audio visual sangat efektif,
maka hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas
VII-F di SMPN 1 Tarik akan meningkat, maka dapat dikatakan
bahwa materi yang disampaikan oleh guru lebih mudah
ditangkap oleh peserta didik sehingga nilai yang dihasilkan
peserta didik akan naik.
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneke Cipta, 1996), h.61
37
b. Jika penggunaan media berbasis audio visual tidak efektif,
maka hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI kelas
VII-F di SMPN 1 Tarik menurun.
2. Hipotesa Nol (H0) yaitu hipotesa yang menyatakan tidak adanya
persamaan atau tidak adanya perbedaan antara kedua variabel, yaitu :
“Penggunaan media audio visual tidak efektif dalam meningkatkan
hasil belajar peesrta didik pada mata pelajaran PAI kelas VII-F di
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Dalam rancangan penelitian ini dijelaskan mengenai jenis
penelitian yang dilaksanakan ditinjau dari segi tujuan dan sifatnya.
Dilihat dari judul penelitian yang penulis teliti yaitu efektivitas
penggunaan media berbasis audio visual dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI, penulis menggunakan
jenis penelitian kuantitatif yaitu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data – data lengkap yang berupa angka sebagai alat
untuk menemukan keterangan mengenai apa saja yang ingin kita
ketahui.1
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian disebut juga sebagai strategi atau cara yang
digunkan untuk mengatur latar belakang penelitian agar peneitian
dapat memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel
dan tujuan penelitian.
Pada tahap pertama yaitu menentukan sampel yang akan diteliti.
Sampel yang akan diambil berdasarkan pertimbangan jumlah populasi
1
dari seluruh peserta didik kelas VII-F di SMPN 1 Tarik sebanyak 36
peserta didik.
Selanjutnya pada tahap kedua penentuan metode pengumpulan data
dan instrumen penelitian. Adapun metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data diantaranya metode tes, interview, observasi,
dokumentasi dan angket.
Berikutnya tahap ketiga atau yang terakhir adalah menentukan
teknik analisis data. Analisis yang dipakai adalah menggunakan teknik
korelasi product moment.
3. Identifikasi Variabel
Jika ditinjau dari munculnya variabel, penelitian ini terdiri dari dua
variabel:
1. Variabel (x) “penggunaan media berbasis audio visual” yaitu
variabel yang mempunyai pengaruh terhadap variabel yang lain.
Sub - sub dari variabel “penggunaan media berbasis audio visual”:
a. Penguasaan serta pemahaman materi PAI dengan media
berbasis audio visual
b. Pendekatan atau cara Pendidik
2. Variabel (y) “meningkatkan hasil belajar”, yaitu variabel yang
dipengaruhi terhadap variabel yang lain atau variabel independen.
Sub –sub Variabel (y) “meningkatkan hasil belajar” :
b. Belajar lebih efektif dan cepat
c. Meningkatkan prestasi belajar
Berdasarkan pengambilan data penulis dalam susunan penelitian
ini, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif.
4. Populasi Penelitian
Setiap penelitian akan selalu berhadapan dengan subjek yang akan
diteliti. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa
sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian.3
Dalam sebuah penelitian seorang peneliti dapat menjadikan seluruh
subjek untuk diteliti yang disebut dengan penelitian populasi. Dan
dapat pula dengan mengambil sebagian saja dari subjek yang telah
diteliti sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Pengambilan
sebagian subjek sasaran penelitian ini disebut penelitian sampel.
Adapun penelitian sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah
“sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.(Suharsimi
Arikunto,1998 : 120) mengenai berapa besar jumlah sampel yang
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rieneke Cipta, 1996),h.155
3
harus diambil dalam penelitian, tidak dapat dikatakan dengan pasti.
Namun demikian apabila populasi subjeknya kurang dari 100 orang,
lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian
populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara
10% - 25%.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil keseluruhan subjek
penelitian, yaitu peserta didik kelas VII-F di SMPN 1 Tarik yang
berjumlah 36 orang. Oleh karena itu penelitian ini disebut penelitian
populasi.4
5. Jenis Data
Dalam mengadakan suatu penelitian, tidak lepas dari adanya unsur
jenis data yang akan dikumpulkan sebagai bahan kanjian. Data
merupakan segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian.5 Berangkat dari topik
permasalahan skripsi ini, maka jenis – jenis data yang relevan sebagai
bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Kualitatif
Yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka
sewa langsung.6 Adapun yang termasuk data kualitatif data
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
Arikunto, Prosedur Penelitian, Ibid,h.120 5
Ibid., h.104 6